Anda di halaman 1dari 4

1.

Menurut Talobre

Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah mempelajari perilaku
(behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan - pekerjaan yang dibuat
pada batuan tersebut (seperti penggalian dibawah tanah dan lainnya).
Untuk mencapai tujuan tersebut Mekanika Batuan merupakan gabungan dari :

Teori + Pengalaman + Pekerjaan/Pengujian di laboratorium + Pengujian In-situ

sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan oleh Talobre sebagai
sains deskriptif yang mengidentifikasi batuan dan mempelajari sejarah dari batuan.

Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu geologi terapan
banyak mengemukakan problem-problem yang paling sering dihadapi oleh para geologiwan di
proyek-proyek seperti proyek bendungan, terowongan. Dengan mencari analogi-analogi, terutama
dari proyek-proyek yang sudah dikerjakan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
pada proyek yang sedang dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris dan kualitatif.

2.BELUM

3. Diskontinu, artinya massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar, retakan, fissure, bidang perlapisan.
Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa bantuan.

Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak memungkinkan dilakukan


solusi dengan pendekatan logik-matematik. Oleh karena itu perlu penyederhanaan dengan asumsi,
yang semula heterogen-anisotrop-diskontinu menjadi homogen-isotrop-kontinu (Anonim, 2013).

4BELUM
BAHAN JAWABAN NO 5

Istilah Homogen & Kontinu dalam


Geologi Struktur
Posted on March 7, 2015 by riancr
I. Homogen dan Tidak Homogen
Istilah homogen biasanya digunakan pada saat membahas deformasi (strain) pada analisis geologi struktur dan
tektonik dalam menganalisa kinematika. Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan
yang terjadi pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan Reynolds, 1996). Analisa
kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk, ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa
memperhatikan atau menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi
tersebut. Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu perubahan bentuk atau
kombinasi dari kedua proses tersebut.
Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous (Gambar 1). Apabila besarnya strain diseluruh
benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria untuk homogenous strain adalah
apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam
kasus inhomogenous (heterogenenous) strain, nilai strain diberbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan
demikian kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi melengkung
dan garis sejajar menjadi tidak sejajar. Perbedaan antara homogeneous dan inhomogenous
(heterogenenous) strain yang paling jelas dan dapat dengan mudah diamati adalah pada struktur perlipatan.

Gambar 1. Deformasi homogeneous dan inhomogeneous, (a) dan (b) adalah homogeneous, (c) dan (d) adalah
inhomogeneous.

Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi strain. Metoda yang
pertama untuk menentukan masing-2 strain ellipsoid dengan menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain
yang dapat dikenali atau strain markers yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang dicari.
Yang kedua mengestimasi total shortening dan elongation dengan mengevaluasi geometri dari perlipatan dan
sesar, akan tetapi metoda ini sukar diterapkan dalam tiga dimensi. Yang ketiga mengasumsikan bahwa strain
untuk area yang besar secara statistik adalah homogenous, sehingga semua elemen struktur planar dan linear
dari seluruh daerah teratur secara statistik dan merefleksikan orientasi dan besaran total finite strain. Cara ini
dianggapkan paling effektif terutama untuk menentukan strain dari daerah yang terdeformasi kuat (Twiss and
Moore, 1992; Park, 1989).
II. Kontinu dan Tidak Kontinu
Suatu batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang lemah (crack, joint, fault) yang
diakibatkan oleh proses deformasi (struktur geologi/tektonik) di mana lapisan, perluasan dan orientasi dari
bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu (Gambar 2). Sedangkan bila suatu batuan tidak mengalami
deformasi maka, batuan tersebut akan memiliki bidang yang kontinu.

Gambar 2. Terlihat lapisan batuan yang tidak menerus (diskontinu)


karena adanya deformasi sesar normal (sesar turun)

III. Pengaruh Terhadap Skala


Pada dasarnya mendiskripsi apakah deformasi yang homogenous dan inhomogenous sangat tergantung pada
skala pengamatan. Sebagai contoh sepanjang struktur perlipatan distribusi strainnya inhomogenous. Sehingga
pendeskripsian deformasi yang homogenous dialam adalah sebenarnya berdasarkan harga rata-rata deformasi
dalam suatu volume yang besar, dimana akan kecil bila dibandingkan dengan distribusi strain yang tidak
homogen (inhomogenous). Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 3 yang memperlihatkan distribusi strain
dalam struktur perlipatan dengan skala yang berbeda-beda. Sehingga untuk perhitungan maupun pengamatan
strain yang sifatnya regional pendekatan homogenous strain bisa digunakan.
Gambar 3. Faktor skala dalam dari deformasi homogenous dan inhomogenous. Dalam teramati bahwa secara
umum deformasi bersifat homogenous pada skala besar, tetapi apabila diamati pada skala kecil, bersifat
inhomogenous (Twiss dan Moore, 1992).

Anda mungkin juga menyukai