Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DENGAN CLINICAL PATHWAY

Disusun dalam rangka memenuhi Ujian Tengah Semester


Sistem Informasi Manajemen Keperawatan

Koordinator Mata Ajar: Rr.Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS

Disusun Oleh :
Noor Diani
NPM : 1006833911

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Abstrak

Perkembangan teknologi informasi merambah ke segala lapisan terutama sektor


kesehatan. Teknologi ini disebut sistem informasi manajemen yang pada pelaksanaannya
terintegrasi dengan clinical pathway. Dalam formulasi clinical pathway terdiri dari
tindakan multidisiplin dan salah satunya bidang keperawatan. Upaya realisasi penerapan
clinical pathway dan mengintegrasikannya dengan system informasi manajemen menjadi
solusi bagi proses pencatatan yang menyita waktu dan banyaknya dokumentasi yang harus
ditulis (paper-based documentation). Artikel ini memberikan rekomendasi untuk
menggunakan clinical pathway sebagai salah satu perangkat utama untuk mengelola
kualitas pelayanan kesehatan mengenai standardisasi proses perawatan berdasarkan pada
praktek berbasis bukti untuk kelompok tertentu pasien dengan alur prediksi klinis, di mana
tugas yang berbeda (intervensi) oleh para profesional yang terlibat dalam perawatan
pasien, dioptimalkan dan dirunut berdasarkan jam (ED), hari (perawatan akut) atau
kunjungan (homecare).
.

Kata Kunci: Sistem informasi manajemen, Clinical pathway

A. Latar Belakang
Globalisasi menjadikan perubahan informasi yang sebelumnya hanya dari
orang ke orang menjadi banyak orang hingga lintas Negara. Apa yang kita catat akan
menjadi gambaran sejauh mana kita melakukan pekerjaan bahkan lebih jauh sebagai
alat bukti di mata hukum. System pencatatan dari yang manual telah berubah
menjadi digital yang dikenal dengan komputerisasi (paperless). Hal ini diikuti pula
dengan system pencatatan dalam dunia kesehatan yang sejalan dengan
perkembangan teknologi kedokteran. Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan
tersebut berbagai upaya dilakukan, salah satunya adalah format alur klinis yang
dikenal Clinical Pathway. Di Inggris dan Australia yang dijadikan contoh telah
menerapkan system pencatatan ini (Panella & Vanhaecht, 2010; CPIC Management
Committee-Queensland Government/ Queensland Health, 2007).
Di Indonesia tahun 2002 mengawali pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan berbasis NANDA, Nursing Outcomes Classification
(NOC), dan Nursing Interventions Classification (NIC), namun dalam
pengoperasiannya masih terpisah dengan SIM RS. Setelah itu mengembangkan
sistem operasi dari sistem DOS ke Windows pada tahun 2005. Tahun 2008 semua
ruangan rawat inap sudah memiliki komputer sehingga berubah sistem IT di RSUD
Banyumas yang awalnya adalah PDE menjadi ITI (Instalasi Teknologi Informasi).
Pada tahun 2009 mulai di integrasikan antara SIM RS dengan SIM Keperawatan
sehingga sistem pembayaran bisa dijadikan satu.
(http://simkes.fk.ugm.ac.id/2011/10/kunjungan-peserta-pelatihan-tenaga-sik-ke-
rsud-banyumas/, 2011).
Dengan uraian di atas penulis akan menyajikan dalam makalah ini tentang
clinical pathway dan aplikasi yang pernah dilakukan.

B. Kajian Literatur

1. Sistem Informasi Manajemen/ SIM


Sistem Informasi Manajemen dalam Wikipedia Indonesia adalah bagian dari
pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi manusia, dokumen, teknologi, dan
prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti
biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. SIM dibedakan dengan system
system informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis system
informasi lain yang diterapkan pada aktifitas operasional organisasi. Secara
akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kelompok metode
manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap
pengambilan keputusan manusia, misalnya system pendukung keputusan, system
pakar, dan system informasi eksekutif (www.id.wikipidea.org/System_Informasi
Manajemen.webarchivexml).

2. Clinical Pathway
Clinical pathway, dikenal juga sebagai care pathways, critical pathways,
integrated care pathways, atau care maps (alur perawatan, alur kritis, alur
perawatan terintegrasi atau peta perawatan), adalah salah satu perangkat utama
yang digunakan untuk mengelola kualitas pelayanan kesehatan mengenai
standardisasi proses perawatan. Alat manajemen multidisiplin yang didasarkan
pada praktek berbasis bukti untuk kelompok tertentu pasien dengans alur prediksi
klinis, di mana tugas yang berbeda (intervensi) oleh para profesional yang terlibat
dalam perawatan pasien, dioptimalkan dan dirunut berdasarkan jam (ED), hari
(perawatan akut) atau kunjungan (homecare). Hasil terikat untuk intervensi
tertentu (http://en.wikipedia.org/wiki/Clinical_pathway).
The European Pathway Association (E-P-A) (2007) mendefinisikan care
pathway adalah intervensi yang kompleks untuk untuk keputusan bersama dan
mengorganisasi proses perawatan untuk menggambarkan kelompok kesehatan
pasien selama waktu yang ditetapkan (Panella & Vanhaecht, 2010).
Clinical pathway adalah istilah yang digunakan untuk mempermudah dalam
pendokumentasian perjalanan kegiatan suatu tindakan klinis baik medis,
keperawatan maupun penunjang medis lainnya secara ringkas dan komunikatif.
Atau Clinical Pathway adalah dokumen perencanaan pelayanan kesehatan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang dilakukan pada pasien mulai masuk RS
sampai keluar RS berdasarkan standar pelayanan medis, standar asuhan
keperawatan, dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang berbasis bukti
dengan hasil yang dapat diukur (Tim Casemix). Tujuan clinical pathway antara
lain: memfasilitasi penerapan clinical guide dan audit klinik dalam praktek klinik,
memperbaiki komunikasi dan perencanaan multidisiplin, mencapai atau melampaui
standar mutu yang ada, mengurangi variasi yang tidak diinginkan dalam praktek
klinik, memperbaiki komunikasi antara klinisi dan pasien, meningkatkan kepuasan
pasien, identifikasi masalah riset dan pengembangan.
Sitorus mengutip pernyataan Muller et al (2008) bahwa penerapan clinical
pathways merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan dalam rasionalisasi
biaya tanpa mengurangi mutu. Metode ini merupakan model manajemen pelayanan
kesehatan yang telah banyak diterapkan rumah sakit di berbagai belahan dunia.
Pada tahun 2003 dilaporkan bahwa sebanyak 80% rumah sakit di Amerika Serikat
telah menerapkan clinical pathways (Sitorus, 2011).
Care pathways merupakan the heart of quality and patient safety. Meskipun
care pathways menjadi sangat penting sebagai petunjuk multidisciplinary teams
termasuk klinikan, para manajer dan pasien ditingkatan pelaksanaan sehari-hari,
masih menjadi hal yang memusingkan tentang metodologi struktur perawatan. The
European Pathway Association (E-P-A), mengawali di tahun 2005, melalui gugus
tugasnya secara internasional membuat definisi care pathways. Meskipun clinical
pathway masih digunakan di Medline, dan critical pathway digunakan di
Medical SubHeading, maka dibuatlah keputusan penggunaan care pathway untuk
perbedaan dari kedua istilah diatas terutama perbedaan beberapa bahasa pada
definisi istilah clinical and hospital (misalnya bahasa Belanda, Italia, Perancis
dan Jerman) (Panella & Vanhaecht, 2010).
3. Sejarah Clinical Pathway
Konsep Clinical Pathway muncul untuk pertama kalinya di New England Medical
Center (Boston, USA) pada tahun 1985 yang terinspirasi oleh Karen Zander dan
Kathleen Bower. Clinical Pathway muncul sebagai hasil dari adaptasi dari dokumen-
dokumen yang digunakan dalam industri manajemen kualitas, standar prosedur
operasional (SOPs), yang tujuan adalah:
a. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.
b. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditetapkan.
Pada April 1991, VNA pertama, dalam konsultasi dengan pusat untuk kasus
Management, Inc, Selatan Natick, MA, mengembangkan Home Health Care Map
Tools (sekarang disebut VNA FIRST Home Care Steps Protocols). Dan pada tahun
2005, Clinical Pathway telehealth diperkenalkan untuk menstandarkan kunjungan
telehealth dan panggilan telepon di homecare.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Clinical_pathway).

4. Karakteristik Clinical Pathway/ Care Pathways


Menurut International Journal of Care Pathways (Panella & Vanhaecht, 2010),
karakteristik Clinical Pathway/ Care Pathways terdiri dari :
a. Sebuah pernyataan tujuan dan key elements dari care based on evidence, best
practice, dan harapan pasien dan karakteristik semuanya;
b. Memfasilitasi komunikasi diantara anggota team dengan pasien dan keluarga;
c. Mengkoordinasikan proses perawatan dengan peran koordinasi dan rangkaian
aktifitas team perawatan multidisiplin, pasien dan keluarganya;
d. Mendocumentasikan, monitoring, dan evaluasi dari perbedaan dan outcomes/
hasil;
e. dan Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki.

Produk pathway terlihat dari empat level : 1. Model pathway


(international/national/regional level, prospective and not organization specific), 2.
Operational pathway (local level, prospective and organization specific), 3. Assigned
pathway (patient level, prospective and organization and patient specific) dan 4.
Completed pathway (patient level, retrospective and organization and patient specific)
(Panella & Vanhaecht, 2010).

Gambar 1.: CP as concept, model, process & product

Komponen yang ada di Clinical Pathway/ Care Pathways, terdiri dari :


a. The Pathway: Paparan visual tentang intervensi spesifik yang harus dikerjakan
pada waktu tertentu
b. Variance Sheet: Formulir yang berisi: tanggal, masalah varians yang terjadi,
intervensi, outcome, dan tanda tangan.
c. Practice Guidelines: uraian rinci langkah kegiatan yang harus dilaksanakan dari
pathway: how to.
Menurut Iyer & Camp (2005) dalam bukunya Nursing Documentation : A
Nursing Process Approach, mengemukakan kelebihan dan kekurangan catatan pasien
yang terkomputerisasi , yaitu :
a. Mengurangi waktu dokumentasi, yang menjadi masalah bagi banyak lembaga.
b. Membantu menciptakan data dasar yang banyak dibutuhkan pada perawatan
dirumah/ home care.
c. Kekurangan komputasi catatan pasien ini jika perangkat computer hilang dicuri.
Terutama server.
5. Contoh Clinical Pathway/ Care Pathways
Sesuai definisinya Clinical Pathway/ Care Pathways yang memuat petunjuk bagi
multidisciplinary teams dapat dilihat dari contoh dua Negara yang menggunakannya
yaitu : Australia dan Inggris.

a. Contoh sebagian Integreted Pathway pada pasien Rheumatoid Arthritis di Inggris

Gambar 2.: ICP for rheumatoid arthritis in the outpatient setting


(South Warwickshire General Hosptials NHS Trust)
(Sumber : http://ijcp.rsmjournals.com/site/misc/icp_chilton.pdf)
b. Contoh sebagian Clinical Pathway pada pasien Herniorrhaphy di Australia :

Gambar 2.: Clinical Pathway for Hernia/ Herniorrhaphy


(Sumber : CPIC Management Committee-Queensland Government/
Queensland Health (2007), Herniorrhaphy v.2.0)
C. Evidance Based Aplikasi Clinical Pathway

Gambaran kegunaan dari clinical pathway sebagai bahan penelitian/ evaluasi


terhadap tindakan yang telah dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Lemmens, et.al.
(2009) dari publikasi 508 buah artikel hingga tertinggal 13 artikel yang dianggap
cocok untuk diulas pada isi spesifik clinical pathway untuk operasi pencernaan. Tujuh
(54%) dari 13 artikel yang bersangkutan studi tentang evaluasi clinical pathway di
Amerika Serikat, 2 (15%) Jerman, 2 (15%) Jepang, 1 (8%) yang bersangkutan
Denmark, dan 1 (8%) di Singapura. Dalam 13 artikel, 13 clinical pathway dievaluasi,
yaitu, setiap artikel diwakili sebuah studi pada 1 clinical pathway. Sebanyak 7 (54%)
dari clinical pathway mempelajari bersangkutan reseksi kolon atau usus, 4 (31%)
reseksi pankreas dan 2 (15%) reseksi lambung. Reseksi dilakukan untuk baik ganas
atau penyakit inflamasi pencernaan. Sedangkan untuk tahapan Pathway Klinis :
Sebelas (85%) dari clinical pathway didefinisikan intervensi di tahap pra operasi dan 7
(54%) dalam fase intraoperatif. Pada isi clinical pathway : Paling sering, intervensi
dalam clinical pathway dilakukan adalah manajemen nutrisi (12 dari 13 (92%)),
manajemen nyeri (9 (69%)), mobilisasi (9 (69%)) dan pendidikan pasien dan keluarga
(7 (54%)). Contoh manajemen nutrisi yang memungkinkan cairan bening sampai jam
X sebelum operasi dan makanan enteral dini setelah operasi. Manajemen rasa sakit
sebagian besar berkaitan dengan penggunaan kateter epidural dan penggunaan obat
nyeri tertentu. Berkaitan dengan mobilisasi, pasien dimobilisasi pada interval waktu
tertentu setelah operasi, kadang-kadang lebih dini setelah operasi. Pendidikan pasien
dan kekhawatiran keluarga, misalnya, pendidikan tentang program pemulihan
ditingkatkan. Berkenaan dengan intervensi per fase clinical pathway : dalam fase
preoperatif, pendidikan pasien dan keluarga, persiapan usus dan premedikasi yang
paling sering dilaporkan. Manajemen nyeri yang paling sering sebagai intervensi
dalam fase intraoperatif. Pasca operasi, manajemen nutrisi, manajemen nyeri dan
mobilisasi paling sering sebagai intervensi.
Clinical pathways dari berbagai diagnosa penyakit yang dikumpulkan dalam
kelompok diagnosa terkait disebut juga Diagnostic Related Group (DRG), dengan
DRG ini akan dapat terlihat di tiap diagnosa medik terdapat angka rerata perawatan/
Length of Stay (LOS).
Diagnostic Related Group/ DRG merupakan salah satu sistem pembayaran
praupaya (PPS/ Prospective Payment System). DRG mulai diperkenalkan pertama kali
oleh Profesor Bob Fetter dan Jon Thompson dari Yale University pada tahun 1980.
DRG mulai digunakan sebagai metode pembayaran praupaya pada program medicare
tahun 1983. Seiring dengan berkembangnya industri asuransi, DRG pun mulai dikenal
di Indonesia. Di Indonesia upaya untuk menggunakan clinical pathway secara
Nasional dimulai sejak Ina-DRG (Indonesia Diagnostic Related Group) Case Mix
pada 15 RS Pilot Project pada 2007 (Depkes, 2007) sampai adanya perubahan tahun
2011 menggunakan Ina-CBGs yang diterapkan untuk mengefektifitaskan prosedur
paket tindakan dan efisiensi pembiayaan pada pasien pengguna Jamkesmas (jaminan
Kesehatan Masyarakat) atau Askeskin (Asuransi kesehatan Masyarakat Miskin).

D. Kesimpulan

1. Clinical care pathway merupakan rencana kolaboratif asuhan pasien yang


mensyaratkan kerjasama antar dokter, perawat, staf klinis, dan staf penunjang. Alat
dokumentasi primer yang merupakan bagian dari keseluruhan proses dokumentasi
asuhan (Guinane, Carole. S., 1997) dan untuk mengoperasionalkannya terintegrasi
dalam sistem informasi manjemen.
2. Clinical pathway dapat digunakan untuk memberikan pelayanan keperawatan
professional, dengan menghemat waktu dan tenaga.
3. Dengan diterapkannya Clinical pathway dalam DRG ini dapat memberikan
beberapa keuntungan, seperti :
a. Bagi rumah sakit yaitu sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu
standar pelayanan kesehatan, memantau pelaksanaan program Quality
Assurance, memudahkan mendapatkan informasi mengenai variasi pelayanan
kesehatan, dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan,
dapat mempelajari proses pelayanan pasien, adanya rencana pelayanan pasien
yang tepat, dan dapat dijadikan sebagai alat perencanaan anggaran rumah sakit;
b. Bagi pasien, yaitu memberikan prioritas pelayanan kesehatan berdasarkan
tingkat keparahan penyakit, pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan
yang baik, mengurangi/ meminimalkan risiko yang dihadapi pasien, dan
mempercepat pemulihan dan meminimalkan kecacatan; dan
c. Bagi institusi kesehatan, yaitu dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja
rumah sakit, benchmarking, area untuk audit klinis, mengembangkan kerangka
kerja klinis dan alur pelayanan kesehatan (SOP), dan menstandardisasi proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
4. Perlunya pelatihan untuk menjaga kesamaan persepsi dalam proses pelaksanaan
dan pengisian Clinical pathway.

E. Rekomendasi

Clinical pathway sangat perlu dibuat segera terutama oleh team gugus tugas di
tingkat nasional untuk keseragaman dan standarisasi sesuai tipe RS dan sarana dan
prasarana. Terutama bagi RS yang sudah mempunyai SIMRS.

DAFTAR PUSTAKA
CPIC Management Committee-Queensland Government/ Queensland Health, (2007)
Clinical Pathway for Hernia/ Herniorrhaphy, Herniorrhaphy v.2.0, diakses tanggal
24 April 2007.

Guinane, Carole. S., (1997) Clinical Care Pathways: tools and methods for designing,
implementing, and analysing efficient care practices, Mosby

http://simkes.fk.ugm.ac.id/2011/10/kunjungan-peserta-pelatihan-tenaga-sik-ke-rsud-
banyumas/, Kamis, Oktober 27, 2011, diakses tanggal 21 April 2012

ICP (Journal of Integrated Care Pathways), (2004) 8: 41 for rheumatoid arthritis in the
outpatient setting (South Warwickshire General Hosptials NHS Trust)
http://ijcp.rsmjournals.com/site/misc/icp_chilton.pdf, diakses tanggal 21 April 2012

Iyer & Camp. (2005). Nursing Documentation : A Nursing Process Approach. Terjemahan
Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Edisi 3, EGC.

Lemmens, L. et.al (2009) Clinical and Organizational Content of Clinical Pathways for
Digestive Surgery : A Systematic Review, Journal Dig Surg 2009;26:9199.
Panella & Vanhaecht, (2010), International Journal of Care Pathways
https://perswww.kuleuven.be/~u0035350/00000097390f70c01/00000097390f9220
9/00000097391053601/index.html) , diakses tanggal 21 April 2012

Sitorus (2011) Penerapan Clinical Pathways Terbukti Mampu Menurunkan Biaya


Pengobatan di RS, www.ugm.ac.id/.../3142-penerapan-clinical-pathway, diakses 28
Oktober 2011.

Wikipedia. (2007). Clinical Pathway, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/clinical pathway,


diakses tanggal 21 April 2012

Wikipidea Indonesia. www.id.wikipidea.org/ System_Informasi Manajemen.


webarchivexml, diakses tanggal 21 April 2012

Depkes RI. (2007) Rencana Kerja Implementasi Casemix 15 RS Pilot Project di Indonesia.
Jakarta : Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Anda mungkin juga menyukai