Anda di halaman 1dari 3

ROSASEA

a. DEFINISI
Penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung) yang ditandai
dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode peradangan yang
memunculkan erupsi, papul, pustul dan edema
b. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Etiologi rosasea tidak diketahui. Ada beberapa hipotesis faktor penyebab:
1. Makanan: alcohol merupakan penyebab rosasea yang diutarakan sejak zaman
Shakespeare dan pernah ditulis dalam salah satu bukunya. Konstipasi, diare pemyakit
gastrointestinal dan bahkan penyakit kelenjar empedu telah pula dianggap sebagai
faktor penyebabmya.
2. Psikis
3. Obat: adanya peningkatan bradikinin yang dilepas dari adrenalin pada saat kemerahan
kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peranan berbagai obat, baik sebagai
penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea.
4. Infeksi: Demodex folliculorum dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea,
namun akhir-akhir ini mulai ditinggalkan.
5. Musim: Peran musim panas atau musim dingin, termasuk didalamnya peran sinar
ultraviolet matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit
penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan
bertentangan hasilnya.
6. Imunologis: dari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya
deposit immunoglobulin oleh beberapa peneliti, sedang di kolagen papiler ditemukan
antibody antikolagen dan antinuclear antibody sehingga ada dugaan faktor
imunologis pada rosasea.
7. Lainnya: defisiensi vitamin, hormonal dan sebore pernah disangka berperan pada
etiologi rosasea namun tidak dapat dibuktikan.
c. EPIDEMIOLOGI
Rosasea sering diderita pada umur 30-40an, namun dapat pula pada remaja maupun
orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pada pria. Ras kulit putih
(kaukasia) lebih banyak terkena dari pada kulit hitam (negro) atau berwarna (polinesia),
dan di negara barat lebih sering pada mereka yang bertararf sosio-ekonomi rendah.
d. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, kening, dan
alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki. Lesi
umumnya simetris.
Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiectasia, papul, edema, dan pustule. Komedo
tak ditemukan dan bila ada mungkin kombinasi dengan akne (komedo solaris, akne
komestika). Adanya eritema dan telangiectasia adalah persisten pada setiap episode dan
merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri, berbeda
dengan akne vulgaris, dan hemisferikal. Pustule hanya ditemukan pada 20% penderita,
sedang edema dapat menghilang atau menetap antara episode rosasea.
Pada tahap awal (stadium I) rosasea dimulai dengan timbulnya eritema tanpa sebab atau
akibat sengatan matahari. Eritema ini menetap lalu diikuti timbulnya beberapa
telangiectasia. Pada tahap kemudian (stadium II) dengan selingi episode akut yang
menyebabkan timbulnya papul, pustule, dan edema, terjadilah eritema persisten dan
banyak telangiectasia, papul, dan pustule. Pada tahap lanjut (stadium III) terlihat eritema
persisten yang dalam, banyak telangiectasia, papul, pustule, nodus, dan edema.
Komplikasi rinofima atau peradangan okuler merupakan hal yang terjadi kemudian.
e. HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologi rosasea khas namun tidak patonomonil. Terdapat ektasia
vaskuler, edema dermis, dan disorganisasi jaringan konektif dermis. Solar elastosis juga
sering terlihat. Derajat peradangan tergantung pada kondisi dan stadium lesi. Sel radang
limfosit dan histiosit dan bahkan sel raksasa pada dermis dan perivaskuler, sel plasma dan
sel mast dapat juga terlihat, apalagi bila edema berlangsung lama. Pasa pustule terdapat
sebaran sel PMN sekitar folikel. Demodex folliculorum sering dapat ditemukan dalam
folikel infundibulum dan duktus sebasea.
f. PENGOBATAN
1. Topical
a. Tertrasiklin, klindamisin, eritomisin dalam salap 0,5-2,0%. Eritomosin lebih baik
hasilnya dibandingkan lainnya.
b. Metronidasol 0.75% gel atau krim 2% efektif untuk lesi papul dan pustule
c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5% dapat dicoba
d. Isotretinoin krim 0.2% juga bermanfaat
e. Antiparasit untuk membunuh D.follikuloru; Misalnya lindane, krotamiton, atau
bensoil bensoat.
f. Kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1%) hanya dianjurkan pada
stadium berat.
2. Sistemik
a. Tertrasiklin, eritomisin, doksisiklin, minosiklin dengan dosis sama dengan dosis
akne vulgaris beradang memberikan hasil yang baik karena efek antimikroba dan
anti-inflamasinya.
Dosis kemudian diturunkan bila lesi membaik.
b. Isotretinoin (13 cis retinoat) 0.5-1.0/kgBB/hari dapat digunakan kecual bila ada
rosasea dimata. Penguunaannya harus diamati secara ketat
c. Metronidasol 2x500 mg/hari efektif baik stadium awal maupun akhir.
3. Lainnya
a. Sunblock dengan SPF 15 atau lebih dianjurkan dipakai penderita untuk menahan
sinar UVA dan UVB.
b. Masase fasial dahulu dianjurkan dilakukan, namun hasilnya tidak jelas.
c. Diet rokok, alcohol, kopi, pedas dapat dilakukan untuk mengurangi rangsangan
eritema.
d. Bedah kulit; scalpel atau dermabrasi untuk rinofima dan bedah listrik untuk
telangiectasia.
g. KOMPLIKASI
Rinofima, inflamasi ocular, dan rosasea limfadema
h. PROGNOSIS
Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut. Namun
adapula yang remisi secara spontan.

Referensi : prof. Dr. dr. Adhi Juanda. Ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI. Edisi IV. 2006.
Hal. 260-262.

Anda mungkin juga menyukai