Anda di halaman 1dari 158

\

ANALISIS KELAYAKAN USAHA


PADA INOUSTRI PENGOLAHAN BATU SPLIT ANOESIT
01 KABUPATEN SUMEOANG PROPINSI JAWA BARAT

OLEH:

YULI MARDIANINGSIH
A.310089

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
p~ 'Kedt ~ '8apd.
'Kado 1Itt44 S{tedd deua ~
dM ~ 7~ 'Ka4ik deua
add,-~~~dM
~
s~ ~ ~ ~ ~ MeaIUtt ~
if4H<J ~~. eUut (~ ~) ~ ~
~ (~) ~ ~ 4fuuIa ~ f~ ~

add. S~ AfW, ~ f.teH94f4'uue if4H<J ad4iIt-~


~.S~/Ited~~ Lagi~~
(2.S /tn- 1ti4aa' : SF)

Apablla Engkau sedang bergembira


Mengacalah dalam lubuk hati Disanalah
nanti akan engkau dapati Bahwa yang
pernah membuatmu derita
Berkemampuan memberimu bahagia

Apabila Engkau berduka clta


Mengacalah lagi ke lubuk hati
Disanalah pula engkau bakal menemui
Bahwa sesungguhnya engkau sedang manangisi
Sesuatu yang pernah engkau syukuri (Kahlil
Gibran)
RINGKASAN

YULI MARDIANINGSIH. Analisis Kelayakan Usaha pada Industri Pengolahan Satu


Split Andesit di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Sarat. (Dibawah bimbingan
SOEBIJO BRATAMIHARDJA)

Batu split merupakan produk bahan galian industri yang dibutuhkan


masyarakat sebagai bahan baku utama dalam pembuatan jalan, jembatan dan
konstruksi bangunan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji potensi dan kendala
pendirikan industri pengolahan batu split di Desa Jatihurip Kabupaten Sumedang
dilihat dari aspek pemasaran, teknis, dan manajemen, menghitung dan menganalisis
parameter-parameter investasi berdasarkan proyeksi penjualan dan biaya yang
terjadi selama umur investasi dan membuat kesimpulan apakah industri pengolahan
batu split ini layak diusahakan atau tidak.
Penelitian ini dllakukan di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat,
dimulai pada bulan Pebruari sampai April 1999. Penelitian dilakukan dengan
pengamatan dan wawancara langsung dengan 3 produsen batu split dan 40
konsumen batu split serta studi literatur pada instansi-instansi terkait. Metode
analisis data adalah analisis deret waktu dengan metode Linear Trend Analysis,
analisis finansial dengan parameter investasi NPV, NBCR, IRR dan Payback Period
dengan metode discounted cash flow, BEP secara akuntansi dan dimodifikasi.
Selain itu digunakan analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual produk dan
kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan peningkatan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika menjadi sebesar Rp.8.000,00, Rp.7.500,OO, dan
Rp.7.000,00 per US$ 1,00.
Dari hasil analisis aspek pemasaran, pendirian industri pengolahan batu split
andesit di Oesa Jatihurip ini memiliki potensi pemasaran cukup baik terlihat dari
besarnya permintaan pasar di Kabupaten Sumedang berkisar antara 250.000 m3
sampai dengan 430.000 m3 per tahun. Selain itu besarnya margin pemasaran di
luar wilayah Sumedang yang berdampak pada tingginya harga penjualan batu split
serta tingkat persaingan diantara produsen yang relatif kecil merupakan faktor
pendukung besarnya potensi pasar batu split di Kabupaten Sumedang.
Dari analisis aspek teknis juga memperlihatkan potensi yang cukup baik bagi
pendirian industri ini. Lokasi yang dipilih untuk pabrik pemecah batu ini adalah
Gunung Kerud di Oesa Jatihurip, Sumedang. Lokasi ini sangat strategis mengingat
pada lokasi tersebut terdapat potensi bahan baku yang eukup besar dengan jumlah
eadangan batu andesit yang dapat ditambang adalah 900.000 m3. Jika perusahaan
menetapkan kapasitas produksi sebesar 150 m3/hari, maka bahan baku tersebut
tidak akan habis selama 25 tahun. Tata letak ditetapkan berdasarkan tata letak
garis. Ketersediaan sarana penunjang dan tenaga penggerak seperti air, listrik,
jalan dan sebagainya sudah eukup memadai. Proses produksi yang digunakan
adalah pengupasan tanah penutup dan pembersihan vegetasi, pemboran dan
peledakan dan pengolahan hasil dengan memecah bongkahan tersebut menjadi
batu split berukuran keeit. Mesin dan Peralatan yang dibutuhkan dalam proses
produksi ini adalah Excavator, Stone Crusher beserta genset dan Dump Truck.
Dari analisis aspek manajemen, struktur organisasi yang dibutuhkan
didasarkan pada struktur organisasi lini. Sumber tenaga kerja ini sebagian besar
diambil dari wilayah Sumedang atau dari luar wilayah Sumedang. Kualifikasi tenaga
kerja yang dibutuhkan didasarkan pada pendidikan terakhir atau pengalaman.
Dari hasil perhitungan dan analisis aspek finansial, diperoleh nilai kriteria
investasi dengan tingkat diskonto sebesar 25 persen yaitu NPV sebesar -
Rp.448.825.505,30, NBCR sebesar 0,789, dan IRR 17,83 persen serta PBP > 10
tahun. Berdasarkan kriteria investasi, maka pendirian industri ini tidak layak dan
menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis BEP secara akuntansi diperoleh titik
impas usaha sebesar 23.728 m3 per tahun, sedangkan berdasarkan BEP yang
dimodifikasi diperoleh titik impas usaha sebesar 43.330,89 m3 batu split per tahun.
Dari hasil analisis sensitivitas industri ini menjadi layak diusahakan dengan
peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi Rp. 7.000,00 per
_A"

US$ 1,00 dengan nilai NPV sebesar Rp. 51.667.234,70, NBCR sebesar 1,031, IRR
sebesar 26,00 % dan payback periode selama 9 tahun 18 hari. Sedangkan pada
level Rp.7.500,00 dan Rp.8.000,00 per US$ 1,00 industri ini kembali menjadi tidak
layak. Dengan rnelakukan penyewaan mesin produksi industri ini layak dilaksanakan
dan menguntungkan dengan nilai NPV sebesar Rp.604.633.309,08, NBCR sebesar
1,785, IRR sebesar 49,01% dan payback period selama 3 tahun 1 bulan 8 hari.
Saran yang dapat diajukan agar perusahaan tidak melakukan investasi,
menunda pelaksanaan investasi di bidang ini atau rnelakukan penyewaan mesin
produksi sebagi altematif penyediaan faktor produksi mesin dan peralatan produksi.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PAOA INOUSTRI PENGOLAHAN BATU SPLIT ANOESIT
01 KABUPATEN SUMEOANG PROPINSI JAWA BARAT

YULf MARDIANINGSIH
A. 310089

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

Pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oteh :

Nama : Yuti Mardianingsih

Nrp : A.310089

Judul : Analisis Ketayakan Usaha pada Industri Pengolahan Batu Split


Andesit di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk rnernperoleh gelar Sarjana Pertanian

pad a Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dosen Pembimbing

Drs. H.A. Soebijo Bratamihardja, MBA


NIP 130388577

Tanggal Kelulusan 25 Januari 2000


PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA

ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2000

Yuli Mardianingsih
A. 310089
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahlrkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1975. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan Sumaryono dan Liliek

Sudarmiati.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Bina Putera Bekasi pada

tahun 1981 dan kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SO Negeri Rawa

Tembaga 1 Bekasi pada tahun 1982 sampai tahun 1987. Pada tahun 1988 penulis

melanjutkan pendidikannya di SMP Dharma Patria Bekasi hingga tahun 1991. Pada

tahun tersebut penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bskasi dan lulus pada

tahun 1994.

Penults diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun

1994 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor. Pada tahun

1995 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Jurusan IImu-lImu Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi

mahasiswa, penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Ekonomi Umum

pada tahun 1999 dan asisten mata kulian Pengantar IImu Kependudukan pada

tahun 1999.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul Analisis Kelayakan pada Industri Pengolahan Satu Split Andesit di

Kabupaten Sumedang Jawa Sarat. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang kelayakan pendirian industri pengolahan batu

split andesit yang akan dilaksanakan di Oesa Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara

Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Analisis kelayakan yang dibuat mencakup 4

aspek analisis yaitu aspek pemasaran, aspek finansial, aspek teknis dan aspek

rnanajemen organisasi. Oiharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT.

Rimantono CP selaku perusahaan yang akan berinvestasi pada industri ini serta

pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak rnasukan, bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penults mengucapkan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Drs. H.A. Soebijo Bratamihardja, MBA

selaku dosen pembimbing yang banyak membantu dan membimbing penulis dalam

penyelesaian skripsi ini, PT. Rimantono CP yang telah memberi kesempatan

penults melakukan penelitian dan orang tua penutis atas doa dan dorongannya.

Semoga penulisan skripsl ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2000

Penulis,

Yuli Mardianingsih
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi ini dan selama penelitian dilaksanakan, penulis telah

banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besamya kepada :

1. 8apak Drs. H.A. Soebijo Bratamihardja, MBA selaku dosen pembimbing yang

telah berkenan meluangkan tenaga, waktu dan pikiran serta memberikan banyak

masukan, arahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini.

2. 8apak Ir. Joke Purwono, MS selaku dosen penguji utama yang telah berkenan

meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan pada saat ujian sidang.

3. Ibu Ir. Melani Abdul Kadir Sun ito, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan

yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan saran berarti.

4. 8apak Deden Diharsono, SE selaku pimpinan PT. Rimantono CP yang telah

memberikan kesempatan dan bantuan bagi penulis dalam penelitian ini.

5. 8apak Ir. Eddy R. selaku Kepala Teknik Tambang PT. Multi Marindo, Bapak

Pimpinan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang, 8apak Abas Sutisna

selaku Pimpinan CV. Gumelar, 8apak H. Syamsudin selaku Pimpinan GAPENSI

Kabupaten Sumedang, 8apak Hardjono dari Dirjen Pertambangan Umum,

8apak Odang Herisman selaku Kasie Perencanaan PUK Sumedang dan 8apak

Agus dari Workshop PUK Cimalaka yang telah banyak membantu memberikan

informasi, data dan literatur penting bagi penulis, 8apak Wawan selaku Kepala

Desa Jatihurip Sumedang dan ibu atas dukungan moril sehingga penetitian ini

dapat terlaksana; serta seluruh pimpinan perusahaan kontraktor dan perusahaan

bahan bangunan atas kesediaannya memberikan informasi berarti bagi penulis.


6. Bapak dan Mama tercinta, semoga skripsi ini menjadi hadiah paling istimewa

untuk ulangtahun perkawinan perak Bapak dan Mama serta adik-adikku Novie

Marlika dan Bagus, yang banyak memberikan semangat dan dorongan,

dukungan, doa dan bantuan tak terkira sehingga penulisan skripsi dapat

terselesaikan.

7. Bapak Iri beserta ibu, Teh Neni, Ida, Leli, Ai yang telah berkenan menyediakan

tempat berteduh dan dukungan moril selama penelitian.

8. Pakde dan Bude Darjie, Oom dan Tante Edi yang selalu memberikan dorongan

dan semangat yang berlimpah bagi penulis dan sepupuku Kiki yang bersedia

menemani mengurus izin penelitian ke Bandung.

9. Kawan-kawan karibku yang telah memberikan bantuan tak terkira, Deviana Diah

Probowati yang bersedia menjadi pembahas seminar dan atas dukungannya

selama seminar dan ujian sidang, Ririn yang selalu memberikan dorongan dan

masukan selama penults menyelesaikan penulisan skripsi ini, Orien yang

berkenan menemani dan membantu penulis selarna penelitian di Sumedang dan

menjadi pembuka jalan sehingga penelitian ini berjalan lancar, Dewi yang

membantu memberikan saran dan menyediakan literatur bagi penulis, Mbak

Desra atas nasehat dan sarannya, Rita, Debra, Eka, Tedi, Ika, Susi, Emah dan

sobat-sobatku AGB'31.

10. Kakak-kakakku dan adik-adikku di Riau' 36. Akhirnya skripsi ini selesai ditulis.

11. Almamater tercinta

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, kasih sayanq, dan

hidayah-Nya kepada mereka semua. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua. Amien.

Penulis
DAFTAR 151

I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang...... 1
1.2. Perumusan Masalah 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 7

III. KERANGKA PEMIKIRAN 8


2.1. Gambaran Umum Industri Pengolahan Batu Split... 8
2.2. Pengertian Proyek dan Penilaian Proyek....................................... 10
2.3. Aspek-aspek dalam Penilaian Proyek............................................ 12
2.4. Tahapan Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek 14
2.5. Analisis Kelayakan Usaha .. 15
2.5.1. Analisls Finansial 15
2.5.2. Kriteria Kelayakan Investasi............................................... 16
2.5.3. Analisis Jangka Waktu Pengembalian Investasi 18
2.6. Analisis Titik Impas Usaha 19
2.7. Analisis Sensitivitas 20

1111. METODE PENEUTIAN.......................................................................... 22


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 22
3.2. Jenis dan Sumber data 22
3.3. Penentuan Responden .. 23
3.4. Batasan dan Pengukuran Peubah .. 23
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 25

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENEUTIAN 32


4.1. Lokasi dan Keadaan Wilayah.................. 32
4.2. Kependudukan;.............................................................................. 33
4.3. Sarana dan Prasarana .'....... 34
4.4. Karakteristik Responden 36
4.4.1. Karakteristik Produsen 36
4.4.2. Karakteristik Konsurnen 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 40


5.1. Latar Belakang Pendirian Industri Pengolahan Batu Split.... 40
5.2. Analisis Aspek Pemasaran 41
5.2.1. Karakteristik Produk dan Pasar Batu Split............................ 41
5.2.2. Analisis Permintaan Pasar Batu Split di' Sumedang .. 42
5.2.3 Saluran Pemasaran Batu Split di Sumedang -............. 46
5.2.4. Anallsis Marjin Pemasaran Batu Split................................... 47
5.3. Analisis Aspek Teknis 50
5.3.1. Pemilihan Lokasi Usaha.... 50
5.3.2. Penentuan Kapasitas Produksi ,'" 53
5.3.3. Jumlah Cadangan Bahan Baku dan Umur Tambang Gunung
Kerud................................................................................... 54
5.3.4. Proses Produksi yang Digunakan . 55
5.3.5. Mesin dan Peralatan yang Dibutuhkan................................. 57
5.3.6. Fasilitas Penunjang Pengolahan Batu Split dan Aspek
Lingkungan........ 58
5.4. Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi 59
5.4.1. Analisis Struktur Organisasi 60
5.4.2. Kualifikasi dan Kebutuhan Tenaga Kerja............ 62
5.5. Analisis Aspek Finansial 64
5.5.1. Asumsi Dasar yang Digunakan 65
5.5.2. Analisis Manfaat Usaha . 66
5.5.3. Analisis Biaya Usaha .. 67
5.5.3.1. Analisis Biaya Investasi 67
5.5.3.2. Analisis Biaya Operasional .. 69
5.5.4. Tingkat Kelayakan Usaha 74
5.5.5. Analisis Titik Impas (BEP) 77 .
5.5.6. Analisis Sensitivitas..... 82
5.5.7. Alternatif Sewa Mesin Produksi dalam Penyediaan
Peralatan Produksi 86
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 89
6.1. Kesimpulan 89
6.2. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA 91
LAMPIRAN 93

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 1990-


1997 33
2. Perbandingan Karakteristik Produsen Batu Split di Sumedang.............. 38
3. Kebutuhan Batu Split Kabupaten Sumedang selama Tahun 1990 - 1999 43
4. Proyeksi Kebutuhan Batu Split Kabupaten Sumedang selama Tahun
2000-2010 44
5. Kapasitas Terpasang Produksi Batu Split Kabupaten Sumedang Tahun
1999 44
6. Harga Pembelian dan Biaya Pemasaran Batu Split pada Berbagai
Wilayah Produsen 48
7. Kebutuhan Mesin dan Peralatan Pengolahan Batu Split........................ 57
8. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja dan Tingkat Gaji/upah 64
9. Nilai NPV, PV Inflow dan PV Outflow pada Berbagai Unit Penjualan 81

Lampiran Halaman

1. Kebutuhan Investasi lndustri Pengolahan Batu Split......... 93


2. Kebutuhan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan Batu Split.............. 94
3. Kebutuhan Bahan Bakar, Pemboran dan Peledakan serta
Pemeliharaan Peralatan 95
4. Estimasi NHai Sisa dan Penyusutan Barang Investasi (asumsi Umur
Investasi 10 tahun) 95
5. Analisis Finansial pada Industri Pengolahan Batu Split................. 96
6. Estimasi Rugi Laba pada Industri Pengolahan Batu Split 97
7. Perhitungan Break Event Point pada Industri Pengolahan Batu Split..... 98
8. Perhitungan NPV, PV Inflow dan PV Outflow pada berbagai unit
Penjualan 99
9. Analisis Finansial dengan Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika (Rp. TOOO,OOI US$ 1,00) 100
10. Analisis Finansial dengan Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika (Rp. 7.500,001 US$ 1,00)............................................... 101
11. Analisis Finansial dengan Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika (Rp. 8.000,001 US$ 1,00) 102
12. Analisis Finansial dengan Sewa Mesin sebagai Altematif Penyediaan
Peralatan Produksi 103
13. Analisis Peramalan Permintaan Pasar Batu Split.. ,................... 104
14. Perkembangan Harga Bahan Bakar Solar di Indonesia......................... 106
15. Perkernbanqan Harga Batu Split di Propinsi Jawa Barat 106
16. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika selama
Januari-Juli 1999 ....'.............................................................................. 107
17. Perkembangan Suku Bunga Kredit investasi Bank Umum di Indonesia
selama Januari-Juli 1999 ;........................ 107
18. Karakteristik Responden Konsumen Batu Split di Sumedang 108
DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

1. Grafik Proyeksi Permintaan Pasar Batu Spit di Sumedang selama


Tahun 2000-2010 45
2. Jalur Tataniaga Produk Batu Split Kabupaten Sumedang . 46
3. Proses Produksi pada Industri Pengolahan Batu Split........................... 56
4. Struktur Organisasi pada Industri Pengolahan Batu Split.............. 63

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Oesa Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara.. 111


2. Grafik Titik lmpas BEP Dimodifikasi..... 112
3. Tata Letak (Lay Out) Pabrik Pengolahan Batu Split............................... 113
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Bahan galian golongan C atau yang lebih dikenal dengan bahan galian

industri adalah komoditas mineral yang mempunyai arti penting dalam peningkatan

perekonomian nasional. Hampir setiap jenis industri memerlukan bahan baku atau

bahan pembantu yang berasal dari bahan galian industri. Oleh karena itu;

peningkatan di sektor industri dan sarana penunjangnya selalu diikuti oleh

meningkatnya kebutuhan bahan galian industri.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27/1980 tentang penggolongan

bahan galian, bahan galian golongan C merupakan bahan galian non strategis (tidak

untuk pertahanan keamanan dalam suatu perekonomian negara) dan non vital (tidak

untuk memenuhi hajat hidup orang banyak). Pada umumnya bahan galian C ini

relatif mudah -diusahakan serta dapat ditambang dengan teknologi sederhana

karena terdapat di atas permukaan bumi, sehingga dapat menjadi media bagi

pemerataan kesempatan berusaha dan penyedia lapangan kerja. Berdasarkan data

Profil Perusahaan Pertambangan Indonesia Tahun 1997, sebagian besar

perusahaan pertambangan dan penggalian bahan mineral adalah perusahaan

bahan galian C yaitu sebanyak 2412 perusahaan (75,1%). Kemudian diikuti oleh

perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi sebanyak 349 perusahaan (10,9

%), perusahaan pertambangan bijih logam sebanyak 251 perusahaan (7,8%) dan

perusahaan pertambangan batubara dan gambut sebanyak 108 perusahaan (3,4%).

Dari total perusahaan bahan galian C di Indonesia, sebagian besar berada di

Propinsi Jawa Barat (699 perusahaan) dan Jawa tengah (538 perusahaan).
2

Batu split merupakan satah satu produk bahan galian industri yang sangat

dibutuhkan masyarakat. Biasanya batu split ini digunakan sebagai bahan baku

utama dalam pembuatan jalan, jembatan, konsumsi bangunan dan sebagainya. Oi

Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang penggalian batu-batuan ini

berjumlah 725 perusahaan yang sebagian besar terdapat di Propinsi Jawa Barat dan

Jawa Tengah. Perusahaan ini pada umumnya merupakan perusahaan perorangan

dengan skala usaha keeil sampai menengah yang mempunyai SIPO dari PEMDA

setempat. Karena sifat bahan baku batu split yang tidak dapat diperbaharui, maka

umumnya kegiatan yang diusahakan hanya berlangsung selama bahan baku

tersebut ada di wilayah tersebut. Umumnya kendala dalam pengembangan batu

olahan ini antara lain adalah ketersediaan lahan yang semakin terbatas,

permasalahan lingkungan akibat polusi proses produksi, perizinan yang ketat dan

membutuhkan waktu yang lama dalam pengurusannya, persaingan yang semakin

ketat, kemajuan IPTEK yang menyebabkan timbulnya proses daur ulang dan

subsltusi (Haryadi, 1993).

Prospek pengembangan batu olahan ini eukup balk, jika ditinjau dari sisi

potensi ketersediaan secara geologi dan kondisi pasar yang menguntungkan. Dari

sisi geologi, potensi ketersediaannya eukup besar karena Indonesia sangat kaya

akan bahan galian baik logam maupun non logam dan tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Dari sisl permintaan pasar, kondisi pasar juga cukup menguntungkan.

Tingkat konsumsi bahan galian industri sangat erat kaitannya dengan populasi

penduduk dan tingkat pendapatan per kapita, sehingga peningkatan jumlah

penduduk dan pertumbuhan pendapatan per kapita merupakan faktor yang sangat

mempengaruhl tingkat permintaan bahan galian C ini. Oi Indonesia, laju penduduk

yang eukup pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang eukup tinggi membuat sektor
3

industri yang memerlukan komoditas ini sebagai bahan baku utamanya berkembang

cukup pesat sehingga permintaan di dalam negeri juga cukup tinggi. Sebagai

contoh, untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat saja berdasarkan penelitian Balitbang

Pekerjaan Umum Jawa Barat kebutuhan bahan galian batu olahan (split) selama

Pelita V adalah 6,4 juta m3 batu dan selama Pelita VI dibutuhkan sekitar 33, 8 juta

m3 batu dan diprediksi memiliki kecenderungan konsumsi yang meningkat dengan


1
pertumbuhan 4% - 7% per tahun sampai dengan tahun 2000 Oi samping itu juga

adanya kerjasama ekonomi dan perdagangan antar negara seperti APEC, PBEC,

PECC dan ASEAN merupakan wahana dalam pengembangan pasar bagi komoditas

ini di luar negeri. Negara-negara Asia Pasifik dengan jumlah penduduk sangat

besar dan pertumbuhan POB rata-rata di atas 5% per tahun, akan menjadi pasar

potensial bagi pemasaran bahan galian industri Indonesia.

Pengembangan batu olahan ini memiliki peran yang cukup penting bagi

pembangunan ekonomi Indonesia. Peran tersebut antara lain:

1. Sebagai industri penunjang terhadap pengembangan industri modern.

2. Dapat meningkatkan pendapatan asli daerah seperti dari iuran eksplorasi, iuran

produksi, restribusi dan beberpa jenis pajak lainnya.

3. Dapat menyediakan kesempatan kerja, baik langsung atau tidak langsung bagi

masyarakat wilayah setempat dan menyediakan kesempatan berusaha bagi

pengusaha golongan kecil - menengah.

4. Menciptakan kesempatan dalam pengembangan wilayah.

1 Suara Karya, 12 Mei 1997 dan Bisnis Indonesia, 24 Agustus 1991


4

Dalam rangka mengantisipasi peningkatan permintaan bahan galian industri

khususnya batu split, dalarn dekade 1990~an Pemerintah Indonesia telah

mengeluarkan serangkaian kebijakan yang diharapkan dapat memacu laju


2
pertumbuhan produksi dan ekspor serta dapat menekan impor, antara lain :

1. Melimpahkan sebagian wewenang Pemerintah Pusat dalam pengurusan,

pengawasan dan pembinaan kepada PEMDA Tingkat I setempat ( PP No. 37

Tahun 1986). Dengan kebijakan ini, diharapkan masalah pengurusan,

pengawasan dan pembinaan sektor ini dapat dllaksanaan dengan lebih cepat.

2. Melakukan peningkatan inventarisasi potensi oleh Dirjen Geologi dan

Sumberdaya Mineral dan kantor-kantor wilayah Departemen Pertambangan

dan Energi dari dinas pertambangan di daerah

3. Meningkatkan penelitian dan pengembangan di bidang pertambangan dan

pengolahan bahan galian industri agar kualitas produksi dapat ditingkatkan

. sehingga memenuhi spesifikasi yang diminta industri, baik dalam dan luar

negeri.

Penerapan kebijakan tersebut dimaksudkan agar mempermudah para investor

bergerak di bidang ini. Keinginan investor untuk melakukan suatu kegiatan

investasi, selain dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang mendukung pengem-

bangan usahanya tersebut, juga tingkat ketersediaan bahan baku utama dan

penunjangnya, potensi pemasaran produk, serta tingkat keuntungan yang dihasilkan

dari kegiatan investasi ini. Semua informasi tersebut dapat diperoleh dengan

melakukan suatu studi kelayakan usaha. Dengan suatu studi kelayakan dapat

terlihat secara mendalam keragaan usaha dan tingkat kelayakan usaha baik dari

2 Dirjen Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Seminar Pemanfaatan Sumber
daya Mineral dalam Pengembangan Industri Modem. Jakarta, 27 Agustus 1986.
5

aspek finansial, teknis, pemasaran, ekonomi, dan manajemen sehingga para

investor tidak salah dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi.

1.2. PerumusanMasalah

Suatu kegiatan usaha memerlukan sumberdaya/faktor produksi berupa alam,

tenaga kerja, modal dan ketrampilan sebagai input untuk kemudian diproses dalam

suatu proses produksi yang menghasilkan output berupa barang atau jasa. Output

tersebut kemudian dijual melalui suatu proses pemasaran sehingga usaha tersebut

memperoleh penghasilan. Sumberdaya/faktor produksi yang dikorbankan untuk

memperoleh penghasilan tersebut merupakan biaya yang harus dikeluarkan. Selisih

antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan merupakan

keuntungan (Iaba) yang menjadi salah satu alat ukur keberhasilan kegiatan usaha.

Dilihat dari sisi perusahaan sebagai badan usaha, maka keuntungan (Iaba) ini

berfungsi untuk memelihara kontinuitas usaha dan sebagai penyangga terhadap

resiko usaha yang sewaktu-waktu dapat terjadi, sehingga keuntungan (laba)

merupakan faktor penting dalam penentuan pelaksanaan kegiatan usaha.

Untuk memperoleh semua sumberdaya yang dibutuhkan dalam kegiatan

usaha ini memerlukan suatu kegiatan investasi. Pada kenyataannya,

sumberdaya/faktor produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha sangat terbatas

dan langka keberadaannya serta mempunyai kegunaan alternatif dan kegiatan

investasi juga mengandung resiko karena adanya ketidakpastian di masa depan.

Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan investasi yang matang sehingga

faktor produksi dapat memberikan daya guna yang optimal atau menghasilkan laba

yang optimal dan dapat mengurangi resiko investasi yang mengandung

ketidakpastian di masa depan.


6

Salah satu bagian dari suatu perencanaan investasi adalah studi kelayakan.

Studi kelayakan. merupakan output dari penelahaan secara seksama terhadap

rencana investasi/proyek, dengan menggunakan kriteria-kriteria dari parameter

tertentu yang kemudian ditarik kesimpulan apakah investasi tersebut akan

memberikan manfaat sehingga layak dilaksanakan atau tidak. Sebagai salah satu

perusahaan swasta yang akan bergerak di bidang pengolahan batu split dan akan

melakukan investasi di bidang tersebut di Oesa Jatihurip Kabupaten Sumedang

Propinsi Jawa Barat, PT. Rimantono CP perlu melakukan suatu studi kelayakan

usaha yang didasarkan pada analisis finansial untuk menilai apakah investasi

tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Analisis ini dilakukan dengan melakukan

perhitungan dan analisis terhadap parameter investasi yang didasarkan pada

proyeksi penjualan dan biaya yang terjadi selama kegiatan usaha berlangsung

sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan apakah usaha ini layak

diusahakan atau tidak. Untuk itu diperlukan informasi akuntansi berupa aktiva,

penghasilan dan biaya yang diproyeksikan selama umur investasi.

Oari uraian tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu apakah

investasi pada industri pengolahan batu split ini layak atau tidak dilaksanakan

berdasarkan hasll perhitungan dan analisis terhadap parameter-parameter investasi

yang didasarkan pada proyeksi penghasilan dan biaya yang dikeluarkan selama

umur investasi?
7

1.3. Tujuan dan KegunaanPenelitian

Berdasarkan Jatar belakang dan perurnusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian adalah :

1. Mempelajari potensi dan kendala pendirian industri pengolahan batu split di

Oesa Jatihurip Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Sarat, dilihat dari aspek

pemasaran, teknis dan manajemen.

2. Menghitung dan menganalisis parameter-parameter investasi berdasarkan

proyeksl penjualan dan biaya yang terjadi selama umur investasi.

3. Membuat kesimpulan berdasarkan parameter investasi tersebut apakah industri

pengolahan batu split ini layak diusahakan atau tidak.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan

bag; :

1. Perusahaan, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan.

2. Penulis, sebagai tarnbahan pengetahuan dan pengalaman dalam disiplin ilmu.

3. Pembaca, sebagai bahan informasi dan pengetahuan.


II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Gambaran umu m Industri Pengolahan Batu Split

Batuan didefinisikan sebagai massa kumpulan mineral yang dapat terdiri dari

hanya satu jenis mineral yang disebut batuan monomineral atau yang terdiri dari

beberapa jenis mineral yang disebut polymineral. Mineral adalah bahan yang

mempunyai ciri-clri yaitu unsur, senyawa atau campuran kimia yang merupakan

produk dan proses-proses alamiah secara fisis maupun kimiawi atau berupa produk

sebagai akibat dari aktivitas kehidupan tumbuh-tumbuhan atau hewan. Berdasarkan

kondisi tempat terjadinya, terdapat tiga jenis batuan, yaitu :

1. Batuan PrimerNulkanis, yaitu produk dari pengerasan magma yang berasal dari

dalam bumi. Batuan jenis ini dibedakan atas batuan intrusif dan batuan effusive.

Batuan intrusif adalah hasil pembekuan magma di tempat yang jauh di bawah

permukaan bumi dengan kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi, sedangkan

batuan effusive adalah hasil dan magma yang mengalir di permukaan bumi dan

membeku di salah satu celah atau dekat permukaan dan membeku membentuk

batuan celah-celah.

2. Batuan SekunderlSediman, yaitu produk yang berasal dari batuan

primer/vulkanik atau batuan lainnya yang mengalami kerusakan disebabkan

perubahan temperatur, air dan angin.

3. Batuan Amorf, yaitu produk yang berasal dari batuan primer dan sekunder yang

mengalami pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

Batu andesit merupakan batuan primer/vulkanis yang termasuk golongan

batuan effusive. Batu andesit merupakan bahan baku utama dalam pembuatan batu

pecah (split) yang memiliki kualitas yang tinggi dengan volume beratnya 2,2 - 2,7

gram/cm3 dan kuat tekannya 600 - 2400 kg/cm3.


9

Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980, batu andesit termasuk ke

dalam golongan bahan galian C atau dikenal dengan bahan galian industri yaitu

semua jenis bahan galian yang biasanya dipakai sebagai bahan baku/penolong oleh

perusahaan industri dan pembuatan bangunan-bangunan konstruksi. Karena batu

andesit ini terdapat di atas permukaan bumi, maka sifat pengusahaannya relatif

mudah dan penambangannya dilakukan dengan teknologi sederhana serta dapat

segera diperdagangkan.

Umumnya kegiatan usaha diawali dengan eksplorasi pada wilayah

penambangan yang meliputi kegiatan pembersihan vegetasi di permukaan tanah,

dilanjutkan dengan pengupasan bahan penutup berupa tanah untuk kemudian

dieksploitasi baik secara manual dengan peralatan sederhana maupun dengan

peralatan berat seperti traktor, Stone Crusher, Backhoe dan sebagainya. Proses

penambangan dilakukan dengan menggunakan bahan peledak (dinamit) atau

dengan menggunakan tenaga kerja secara manual. Hasll peledakannya berupa

batu belah untuk kemudian diproses dengan memecahkan produk tersebut menjadi

batu split dengan berbagai ukuran kecll, Pemecahan dilakukan dengan

menggunakan alat berat Stone Crusher.

Selain batuan yang berasal dari batu gunung, batu split ini dapat diolah dari

bahan baku berupa batu sungai atau hasil sampingan dari sirtu (pasir dan batu).

Namun jika dibandingkan dengan batu split yang berasal dari batu gunung, maka

batu split yang berasal dari batu sungai dan sirtu umumnya relatif lebih rendah

kualitasnya. Kualitas batu split ini ditandai dengan kekerasan dan kemasifan batu

split tersebut yang tahan (tidak pecah) terhadap tekanan besar, baik yang berasal

dari mesin penggilas [alan atau roda kendaraan bermotor. Batu split dari batu
10

sungai atau sirtu umumnya lebih rentan dan mudah pecah dibandingkan dengan

batu split dari batu gunung.

Produk batu split ini dapat langsung diperdagangkan kepada konsumen

setelah melalui proses produksi. Produk ini tidak memerlukan proses pengepakan

atau penyimpanan yang memakan waktu dan biaya.. Umumnya pemasaran hanya

ditujukan kepada konsumen domestik saja. Konsumen produk ini adalah kontraktor

proyek pembangunan jalan, jembatan, konstruksi bangunan, perusahaan bahan

bangunan dan masyarakat yang memerlukan batu split untuk pembangunan dan

rehabilitasi perumahan, jalan dan konstruksi bangunan.

2.2. Pengertian Proyek dan Penilaian Proyek

Usaha manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dihadapkan pada

kenyataan adanya sumberdaya produksi yang langka dan terbatas

dalarn masyarakat. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam

penggunaan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat yang

optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu periode waktu tertentu

dan mengurangi resiko ketidakpastian di masa datang. Perencanaan merupakan

suatu usaha merumuskan keqiatan di masa datang dengan mempengaruhi,

mengarahkan dan mengendalikan perubahan-perubahan dalam variabel-variabel

yang mempengaruhi kegiatan tersebut dalam periode waktu tertentu sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan (Choliq et all., 1994). Perencanaan ini penting dilaksanakan

karena memberikan manfaat antara lain:

1. Perencanaan dapat menjadi pedoman pelaksanaan yang mengarahkan kegiatan

ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga kegiatan menjadi teratur dan

sistematik.
11

2. Perencanaan menyajikan alternatif pilihan dan memilih alternatif yang

memberikan keuntungan optimal.

3. Perencanaan dapat dijadikan tolok ukur evaluasi keberhasilan pelaksanaan

kegiatan.

4. Perencanaan memuat perkiraan terhadap hambatan dan peluang sehingga

pelaksanaan dapat terjamin.

Perencanaan ini mutlak diperlukan dalam melaksanakan suatu proyek.

Proyek dldefinlsikan sebagai suatu kegiatan yang mengubah sumber-sumber

finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan manfaat setelah

beberapa waktu tertentu (Gittinger, 1986). Sedangkan menurut Gray et all, (1993)

proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dapat direncanakan dan

dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber

untuk memperoleh manfaat yang dapat berupa penambahan kesempatan kerja atau

perbaikan suatu sistem. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proyek

merupakan suatu kegiatan yang menggunakan sumberdaya/faktor produksi yang

menghasilkan manfaat dalam periode tertentu.

Untuk mengetahui apakah proyek tersebut dapat memberikan manfaat

sesual dengan yang diharapkan maka dilakukan penilaian proyek. Penilaian proyek

dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui

investasi pada suatu proyek, menghindari pemborosan sumberdaya, mengadakan

penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat dipilih alternatif

proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Penilaian

proyek adalah suatu sistem analisis yang membandingkan biaya-biaya dan manfaat-

manfaat untuk menentukan apakah proyek yang diusulkan akan mencapai tujuan

sehingga dapat dijadikan alat menilai kelayakan usulan proyek tersebut.


12

2.3. Aspek-aspek dalam Penilaian Proyek

Perencanaan dan penilaian terhadap suatu proyek agar efektif perlu

mempertimbangkan beberapa aspek yang secara bersama-sama menentukan

keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman modal tertentu. Ojamin

(1993) membagi analisa dan penilaian proyek ke dalam empat aspek yaitu aspek

pasar dan pemasaran, aspek teknis-teknologis, aspek manajemen dan aspek

finansial. Sedangkan Gittinger (1986) membagi aspek-aspek dalam penilaian

proyek mencakup teknis, manajemen, sosial, ekonomi, finansial dan komersial,

Semua aspek tersebut harus dipertimbangkan secara bersama-sama untuk

menentukan manfaat-manfaat yang diperoleh dari suatu investasi. Secara umum

aspek-aspek tersebut adalah :

1. Aspek Pemasaran

Menurut Husnan dan Suwarsono (1984), analisis terhadap aspek pemasaran

ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah pasar potensial yang

tersedia di masa datang dan jumlah pangsa pasar yang dapat diserap oleh

proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pangsa

pasar tersebut di masa datang dan strategi pemasaran yang digunakan untuk

mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan. Analisis pasar juga bertujuan

untuk menentukan besar, sifat. dan pertumbuhan permintaan total produk

tersebut, deskripsi produk dan harga jual, situasi pemasaran dan sifat

persaingan, dan berbagai faktor yang ada pengaruhnya terhadap pemasaran

produk serta program pemasaran yang sesuai untuk produk (Edris, 1983).

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan

proyek secara teknis dan operasi setelah proyek tersebut selesai diibangun
13

(Husnan dan Suwarsono, 1994). Aspek tersebut menyangkut kaitan antara

fa ktor produksi (input) dan hasil produksi (output) yang akan menguji

hubungan-hubungan teknis y~mg mungkin dalam suatu proyek, sehingga dapat

mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang ada dalam informasi yang

harus dipenuhi baik sebelum perencanaaan proyek atau pada awal

pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986). Menurut Sutojo dalam Fandalarasati

(1996), anallsis terhadap aspek teknis meliputi penentuan kapasitas produksi

ekonomis (skala usaha) yang merupakan volume atau jumlah satuan produk

yang harus dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu, penentuan lokasi

proyek dan tata letak pabrik, bahan baku dan pembantu serta pendukung

lainnya, pemilihan teknologi dan penggunaan mesin dan peralatan.

3. Aspek Manajemen

Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh gambaran

rnenqenai kemnampuan staf dalam menjalankan proyek. Yang perlu dikaji

dalam aspek ini adalah struktur organisasi yang sesuai dengan proyek yang

direncanakan, sehingga diketahui jumlah kebutuhan, kualifikasi, dan deskripsi

tugas tenaga kerja untuk mengelola proyek (Edris, 1983).

4. Aspek Finansial

Analisis terhadap aspek finansial berupaya melihat apakah proyek tersebut

mampu memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan ke luar perusahaan serta

dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya

(Husnan dan' Suwarsono, 1994). Didalam aspek ini ditentukan jumlah

kebutuhan dana modal tetap dan modal kerja awal yang diperlukan, struktur

permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratannya serta

kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial dan mendatangkan laba.


14

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis proyeksi rugi laba, cash

flow, kriteria-kriteria investasi, jangka waktu pengembalian investasi dan

analisis sensitivitas.

5. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi membahas manfaat-biaya suatu proyek dari sudut

pemerintah dan masyarakat secara umum. Aspek ini khusus membahas

dampak dari proyek terhadap kepentingan negara dan masyarakat secara

keseluruhan serta apakah proyek yang diusulkan dapat memberikan kontribusi

yang nyata terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan apakah

kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber daya yang

diperlukan.

2.4. Tahapan Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek

Tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek biasa disebut siklus

proyek. Siklus ini merupakan rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan

proyek, terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Gittinger, 1986) :

1. Identifikasi Proyek, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan data untuk

mengetahui apakah proyek tersebut potensial untuk dijadikan bisnis yang

menguntungkan.

2. Persiapan Proyek, dimana pada tahap ini dilakukan persiapan dan analisa

proyek dalam bentuk pra studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang

cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan lebih lanjut. Dalam pra studi

kelayakan ini dirumuskan tujuan proyek yang direncanakan sebagai dasar dalam

menentukan pemilihan lingkup penelitian dan informasi yang diperlukan

seh.inggaproyek akan menjadi cocok dengan Iingkungan fisik dan sosialnya dan

proyek dapat memberikan hasil yang optimal. Biasanya pada tahap ini dimulai
15

dengan melakukan seleksi pendahuluan yaitu pengumpulan data tentang faktor

penunjang dan penghambat pelaksanaan proyek, yang dilanjutkan dengan pra

studi kelayakan yaitu pengumpulan informasi dari berbagai pihak terkait tentang

deskripsi produk, deskripsi pasar, deskripsi ketersediaan sumberdaya, deskripsi

finansial dan permodalan serta deskripsi legalitas.

3. Penilaian Proyek, dimana pada tahap ini dilakukan pengkajian mendalam

terhadap beberapa aspek kunci melalLii studi lapang. Umumnya aspek yang

memerlukan pengkajian mendalam adalah aspek pemasaran, teknis,

manajemen dan finansial.

4. Pelaksanaan Proyek, dimana pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari

proyek tersebut yang disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan fisik

dan sosialnya.

5. Evaluasi Proyek, dimana pada tahap ini dilakukan penllaian apakah proyek

memberikan hasH sesuai rencana atau tidak dan menganalis penyimpangan

yang terjadi. Biasanya evaluasi proyek dilakukan pada akhir periode.

2.5. Analisis Kelayakan Usaha

2.5.1. Analisis Finansial

Salah satu anaisis yang dapat memperkirakan apakah investasi layak atau

tidak layak adalah analisis finansial. Anaflsls finansial dilakukandenqan tujuan untuk

melihat suatu hasil kegiatan investasi dari sisi individu, dalam hal ini perorangan,

perseroan, CV atau kelompok usaha lainnya yang berhubungan dengan proyek.

Hasil analisisnya disebut private return yang merupakan hasil untuk modal saham

yang ditanam proyek (Gray, et all.,1993), Analisis finansial didasarkan pada

keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan

(real price), Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan
16

dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan yang sebenarnya dan

para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan pehyesuaian apabila proyek

berjalan menyimpang dari rencana semula.

Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah

menggunakan metode cash flow analysis (Gittinger,1986). Alasan penggunaan

metode ini adalah adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang selama umur

ekonomis kegiatan usaha. Cash flow analysis dilakukan setelah komponen-

komponennya ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut

dikelompokkan dalam dua bagian yaitu penghasilan atau manfaat (benefit;inflow)

dan pengeluaran atau biaya (cost;outflow). Selisih diantara keduanya disebut

manfaat bersih (net benefit) yang kemudian dijadikan nilai sekarang (present value)

dengan mengalikannya dengan tingkat diskonto (discount rate) yang ditetapkan.

Tingkat dlskonto ini harus senilai dengan opportunity cost of capital atau biaya

marginal kegiatan tersebut dari sudut pandang pemilik modal atau peserta usaha

dan biasanya tingkat diskonto merupakan tingkat usaha tersebut untuk meminjam

modal (Gittinger, 1986).

2.5.2. Kriteria Kelayakan Investasi

Ada dua kriteria yang dipergunakan untuk menilai kelayakan suatu investasi

yang berumur ekonomi lebih dari lima:tahun (Djamin, 1993) yaitu :

a) Undiscounted Criterion, yaitu kriteria kelayakan investasi yang tidak

memperhitungkan nilai waktu uang. Umumnya kriteria ini digunakan pada

investasi yang berumur kurang dari lima tahun. Alata analisis yang digunakan

adalah:

1.. Marginal Efficiency of Capital (MEC), yaitu perbandingan laba (dalam

persentase) dan biaya operasional dengan tingkat bunga Bank. Proyek


17

layak diterima jika MEC lebih besar dari tingkat bunga Bank, demikian pula

sebaliknya. . Jika MEC sarna dengan tingkat bunga Bank, pengambilan

keputusan tergantung pada pihak manajemen.

2. Ranking by inspection yaitu perbandingan biaya investasi dengan total arus

laba bersih (penghasilan kotor dikurangi biaya operasi).

3. Payback period yaitu penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka

waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi dengan membagi

investasi yang direncanakan dengan laba tunai rata-rata per tahun yang

direncanakan.

b) Discounted Criterion, yaitu kriteria kelayakan investasi yang memperhitungkan

nilai waktu uang dimana nilai manfaat dan biaya selama umur investasi

dinilaikan pada saat ini dengan menggunakan discuonted factor. Alat analisis

yang digunakan adalah :

1. Net Present Value (NPV) yaitu nilai sekarang dari selisih antara manfaat dan

biaya pada tingkat diskonto tertentu. Proyek dinyatakan layak jika NPV lebih

besar atau sarna dengan not, yang berarti proyek tersebut minimal telah

mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

2. Internal Rate of Return (lRR) yaitu tingkat diskonto pada saat NPV sama

dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Tujuan penghitungannya untuk

mengetahui persentase keuntungan dari proyek setiap tahunnya dan

menunjukkan kemampuan proyek dalam pengembalian bunga pinjaman

(Choliq et ali., 1994). Proyek dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari

tingkat diskonto yang dianggap relevan dan proyek dinyatakan tidak layak

. jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto. Jika IRR sarna dengan tingkat

diskonto maka pengambilan keputusan berada di tangan pihak manajemen.


18

3. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) yaitu nilai perbandingan antara jumlah

present value yang positif dengan jumlah present 'value yang negatif, untuk

menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di

masa datang dengan nilal sekarang dari investasi modal. NBCR

menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah

pengeluaran bersih. Proyek dinyatakan layak jika NBCR lebih besar dari

satu dan tidak layak jika NBCR lebih keeil dari satu. Jika NBCR sama

dengan satu, pengambilan keputusan diserahkan pada pihak manajemen.

2.5.3. Analisis Jangka Waktu Penqernbalian Investasi

Untuk mengetahui jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan

perhitungan dengan menggunakan metode payback period. Payback period adalah

suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial

cash investment) dengan aliran kas. Dengan kata lain payback period merupakan

rasio antara initial cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan

satuan waktu (Umar, 1997). Dalam menilai apakah suatu investasi dapat diterima

atau ditolak maka payback period ini akan dibandingkan dengan payback period

maksimum yang disyaratkan. Umumnya payback period maksimum yang

disyaratkan adalah umur investasi. Jika payback period lebih pendek dari payback

period maksimum yang disyaratkan rnaka investasi ini sebaiknya diterima atau jika

sebaliknya apabila lebih lama maka sebaiknya ditolak.

Metode payback period memiliki kelemahan utama yaitu tidak memasukkan

konsep nilai waktu uang. Kelemahan ini dapat diatasi dengan memodifikasi metode

payback period menjadi metode discounted payback period. Dengan metode ini

arus kas didiskonto dengan mencari present value yang kemudian dicari payback

periodnya (Sartono.A. 1996). Setelah manfaat bersih kumulatif dari tahun ke tahun
19

dihitung, dapat dilihat bahwa tahun dirnana investasi sudah kernbali adalah tahun

pada saat manfaat bersih kumulatif pertama kali bemilai positit.

2.6. Analisis Titik Impas Usaha(Break Event Point Analysis)

Untuk mengetahui titik impas usaha digunakan anallsis Break Event Point

(BEP), yaitu penilaian titik impas proyek dimana proyek dikatakan pada kondisi

impas jika jumlah hasil penjualan produk pada satu periode tertentu sama dengan

[umlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak rnengalami kerugian

juga tidak mernperoleh laba (Husnan dan Suwarsono, 1994). BEP menunjukkan

suatu keadaan dimana kegiatan usaha tidak mendapatkan laba dan tidak mengalami

kerugian. Analisis ini biasanya dipergunakan untuk memperkirakan berapa minimal

perusahaan harus bisa menghasilkan dan menjual produknya agar tidak menderita

kerugian (laba=O).

Pada umumnya perhitungan BEP ini menggunakan pendekatan break event

yang menafsirkan profitabilitas sebagai laba menurut pengertian akuntansi.

Perhitungan titik impas ini urnumnya menggunakan asumsi (Fatah dalam

Susilowaty, 1997). yaitu :

1. Biaya setiap keg.iatan dap. at diperkirakan dengan tepat

2. Dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel

3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi

4. Hanya terdapat satu jenis produk

Namun, analisis BEP ini dapat menggunakan penafsiran profitabilitas

sebagai NPV, yang biasanya dikenal dengan analisis BEP yang dirnodifikasi

(Husnan dan Suwarsono, 1994). Penggunaan analisis ini biasanya untuk dapat

mengeliminasi tidak diperhitungkannya nilai waktu uang. Dalam analisis ini konsep

tentang break event adalah jika perusahaan mampu menjual sejumlah produk
20

hingga tercapai nilai NPV sama dengan nol. Dalam perhitungannya tetap digunakan

prinslp akuntansi dimana jika unit penlualan berubah maka biaya variabel akan

berubah secara proporsional mengikuti perubahan unit penjualan yang dihasilkan

dan biaya tetap tidak berubah meskipun unit yang dihasilkan mengalami perubahan.

2.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sejauh mana

perubahan-perubahan unsur dalam aspek finansial dan ekonomi berpengaruh

terhadap keputusan yang dipilih (Soeharto dalam Fandalarasati, 1996). Sensitivitas

merupakan perubahan yang relatif besar dalam ukuran kegunaan yang disebabkan

oleh satu atau lebih faktor dalam penaksiran parameter, sehingga analisis

sensitivitas dilakukan terhadap perubahan berbagai unsur atau kondisi yang

diperkirakan mungkin terjadi selama umur investasi. Unsur-unsur tersebut dapat

berupa perubahan harga bahan baku, ongkos operasi, pengurangan procuksi,

perubahan biaya pinjaman, biaya per satuan produk dan lain-lain. Dengan demikian

analisis ini diperlukan jika terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat

serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan suatu unsur harga

pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dllakukan,

mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian

tentang apa yang akan terjadi pada saat pelaksanaan proyek di masa datang.

Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah

akibat empat masalah utama, yaitu harga jual, kenaikan biaya, keterlambatan

pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986). Asumsi terhadap harga jual dapat saja

keliru karena mungkin dengan masuknya proyek ke pasar baru akan terjadi

peningkatan penawaran produk sehingga harga jual dapat menjadi lebih rendah dari

asumsi yang digunakan atau mungkin saja karena tingkat permintaan rneninqkat
21

tajam karena berbagai alasan, maka harga jual menjadi lebih tinggi dari asumsi yang

diperkirakan. Demikian pula dengan biaya, proyek-proyek cenderung sangat sensitif

terhadap kenaikan biaya karena biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek

dilaksanakan dan mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau karena

semua fasilitas harus sudah tersedia padahal manfaat proyek belum dapat

direalisasikan. Keterlambatan pelaksanaan dan hasil juga dapat terjadi karena tidak

memadainya aspek teknis, keterlambatan dalam pemasaran dan penerimaan

peralatan baru ataupun masalah dan persyaratan adrninistrasi dan perizinan yang

ada.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan survel yang dilakukan di Kabupaten Sumedang

Propinsi Jawa Barat kepada para produsen pengolahan batu split dan konsumen

pemakai batu split yang terdiri dari perusahaan bahan bangunan dan kontraktor

proyek pembangunan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sumedang dengan

pertimbangan bahwa di Desa Jatihurip yang termasuk wilayah administratif

Kabupaten Sumedang, terdapat potensi bahan baku dalam pengembangan industri

batu split dan pengembangan industri ini merupakan sumber pendapatan yang

cukup penting bagi wilayah tersebut serta menyediakan input untuk pembangunan

sarana dan prasarana yang vital bagi pembangunan daerah. Penelitian ini dilakukan

mulai Pebruari sampai dengan April 1999.

3.2. . Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara

langsung dengan produsen batu split dan konsumen batu split yaitu para pimpinan

kontraktor dan perusahaan bahan bangunan serta pihak-pihak terkait pada Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang. Produsen batu split yang diwawancarai

adalah PT. Multi Marindo - Cikeruh, CV. Gumelar - Jatihurip dan Workshop Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang - Cimalaka. Sedangkan konsumen yang

diwawancarai beriurnlah 40 responden yang terdiri dari 33 responden kontraktor


-,
proyek-proyek pembangunan jalan, jembatan, bangunan dan 7 perusahaan bahan

bangunan. Nama dan karakterisitik responden dapat dilihat pada Tabel Lampiran

18. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur pada instansi terkait seperti
23

Pemerintah Daerah Tingkat I Sumedang, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Sumedang, Badan. Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumedang, Departemen

Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, Biro Pusat Statistik dan sebagainya.

3.3. Penentuan Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 produsen batu

olahan yaitu PT. Multi Marindo, CV. Gumelar dan Workshop Dinas PUK Sumedang

dimana hanya terdapat 3 produsen pengolahan batu split yang terdapat di

Kabupaten Sumedang. Sedangkan responden konsumen yang diwawancarai

sebanyak 33 kontraktor proyek-proyek pembuatan jalan, jembatan dan bangunan

dan 7 perusahaan bahan bangunan. Metode yang digunakan dalam penentuan

responden konsumen adalah pengambilan sample secara acak sederhana (Simple

random sampling) dengan pertimbangan bahwa produksi atau pengelolaan usaha

tidak jauh berbeda.

3.4. Batasan dan Pengukuran Peubah

Penelitian ini dibatasi pada pembahasan 4 aspek utama yaitu aspek

pemasaran, aspek teknis, manajemen dan finansial. Lingkup wilayah penelitian

survei adalah Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat.

Dalam melakukan analisis kelayakan tinansial dan tingkat pengembalian

investasi pada industri pengolahan batu split andesit ini, peubah yang dianalisis

adalah:

1. Mantaat adalah segala sesuatu yang menambah penghasilan bagi proyek.

Manfaat yang diperhitungkan dalarn penelitian ini adalah manfaat yang dapat

diukur yang terdiri dari penghasilan (revenue) dan nilai sisa. Penghasilan

adalah nilai produksi yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi
24

yang dihasilkan dengan tingkat harga produk yang berlaku di wilayah penelitian.

Nilai sisa adalah nilai investasi pada akhir proyek yang didasarkan pad a

perhitungan penyusutan sesuai perkiraan umur investasi.

2. Biaya adalah segal a sesuatu yang mengurangi penghasilan bagi proyek. Biaya

yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya investasi, biaya

operasional dan biaya lain-lain. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan

pada awal pembukaan usaha. Biaya investasi terdiri dad biaya pada sa at pra

penambangan meliputi biaya eksplorasi dan perizinan, pada saat persiapan dan

konstruksi meliputi biaya pematangan lahan dan stock pile, pembuatan kantor,

base camp, gudang dan bangunan lainnya, peralatan tambang, peralatan

kantor, base camp dan lainnya. Biaya operasional adalah biaya yang rutin

dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Biaya operasional mencakup biaya

tetap yaitu biaya pemeliharaan alat dan bangunan, asuransi peralatan dan

bangunan, gaji karyawan tetap dan tunjangan karyawan, administrasi dan

reklamasi serta biaya variabel yaitu biaya bahan bakar, pelumas dan

sejenisnya, biaya peledakan dan pemboran, upah tenaga kerja langsung,

penggantian ban, biaya retribusi produksi dan bagi hasil dengan desa. Untuk

menqantisipasi kernunqklnan tidak teridentifikasinya biaya dan kesalahan

perhitungan biaya ditetapkan biaya lain-lain sebesar 10 persen dari total biaya

operasional.

3, Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi

dan tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi yang

berlangsung selama 8 jam per hari dengan waktu kerja 5 hari per minggu.

Tingkat upah tenaga kerja langsung dan tidak langsung _akan dibahas pada

pembahasan berikutnya.
25

4. Manfaat bersih adalah selisih antara arus penghasilan dan arus biaya selama

proyek berlangsung.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatlf. Analisis kualitatif

dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala dalam pendirian industri batu split

yang mendukung keputusan kelayakan proyek, baik dari aspek pemasaran, teknis,

dan manajemen. Sedangkan analisis kuantitatif dllakukan untuk mengetahui

proyeksi permintaan pasar dari produk batu split di Kabupaten Sumedang sepuluh

tahun mendatang serta untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dari aspek

finansial, tingkat pengembalian investasi dan titik impas usaha.

Untuk mengetahui permintaan pasar produk sepuluh tahun mendatang

dilakukan peramalan dengan menggunakan anallsls deret waktu (time series)

dengan metode Linear Trend Analysis. Analisis peramalan deret waktu (time series)

dipilih karena dalam peramalan ini perhatian utama hanya memprediksi apa yang

akan terjadi dengan melihat kecenderungan data masa lalu dan banyaknya faktor

yang mempengaruhi yang sulit diukur (Makridakis, 1994). Metode yang dipakai

adalah metode Linear Trend Analysis dengan alasan yaitu berdasarkan karakteristik

data masa lalu, terdapat kecenderungan data masa lalu yang meningkat dari tahun

1990 sampai dengan 1999, peramalan ini dilakukan dalam jangka waktu yang relatif

panjang (10 tahun), kondisi pasar produk yang masih tergolong kataqori

pertumbuhan (kecenderungan permintaan pasar meningkat) dan tingkat keakuratan

peramalan yang lebih tingg; yang ditandai dengan tingkat kesalahan persentase

absolut rata-rata (Mean Absolute Percentage Error atau MAPE) yang lebih rendah

dibandingkan metode lainnya. Data diolah menggunakan komputer program Minitab

for Windows versi 11.


26

Untuk analisis finansial, sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan

pengelompokkan arus biaya dan penghasilan. dari industri pengolahan batu split ini.

Kemudian arus dari biaya dan manfaat masing-masing disajikan dalam bentuk cash

flow. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program Lotus

123 Release 5.00 serta alat bantu kalkulator.

Untuk mengukur tingkat kelayakan usaha, digunakan parameter investasi

yang dipengaruhi oleh nilai waktu uang (discounted criterion) karena umur investasi

lebih dari lima tahun dan lebih umum digunakan serta dapat dipertanggung

jawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu (Kadariah, 1978). Parameter

investasi tersebut adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR),

Internal Rate of Return (lRR) dan Payback Period dengan metode discounted

cash flow. Untuk mengetahui titik impas usaha digunakan analisis BEP (Break

Even Point) tradisional dan yang dimodifikasi (Husnan dan Suwarsono, 1994).

Kriteria Ana/isis Kelayakan Proyek

Dalam menganalisis kelayakan proyek batu split ini digunakan metode

discounted cash flow, dengan pertimbangan bahwa proyek ini mempunyai umur

ekonomis lebih dari lima tahun dan adanya inflasi dan resiko yang mengakibatkan

perbedaan nilai uang sekarang dengan nilai uang di masa datang. Oleh karena itu,

perlu dilakukan diskonto yang bertujuan untuk melihat nilai masa datang (future

value) pada nilai sekarang (present value).

Untuk melihat kelayakan investasi digunakan alat ukur/kriteria, yaitu :

1. Net Benefit Cost Ratio (NBCR), yaitu angka perbandinqan antara jumlah present

value yang positif dengan jumlah present value yang negatif yang dirumuskan

sebagai berikut (Gittinger, 1986) :


27
n
L 8t - Ct , untuk Bt - Ct > 0
t=1 (1+i)1 28
N8CR=
n
L 8t - Ct , untuk Bt - Ct < 0
t=1 (1+i)1

Jika N8CR > 1 maka proyek tersebut layak dilaksanakan dan jika NBCR < 1

maka proyek tersebut tidak layak diusahakan. Jika NBCR = 1 maka


pengambiJan keputusan tergantung pihak manajemen perusahaan. Metode ini

memiliki kelemahan yaitu ketika investor harus memilih terhadap dua altematif

proyek yang profitable, maka hasil perhitungan hanya rnenunjukkan raslo saja,

bukan angka absolut sehingga akan terjadi kesalahan pengarnbilan keputusan

karena proyek dengan NBCR yang tebih besar bel urn tentu rnenghasilkan

profitabilitas (NPV) lebih besar.

2. Net Present Value (NPV), yaitu selisih Present Value arus manfaat (penghasilan)

denqan Present Value arus biaya yang dirumuskan sebagai berikut (Gittinger,

1986) :

n
NPV = L Bt - Ct
t=1 (1+i)1

Jika NPV > 0 rnaka proyek tersebut layak dilaksanakan dan jika NPV < 0 maka

proyek tersebut tidak layak diusahaxan. Jika NPV = 0 rnaka pengarnbilan

keputusan tergantung plhak rnanajernen perusahaan. Metode NPV ini

digunakan untuk melengkapi hasil perhitungan pada rnetode NBCR sehingga

keputusan berinvestasi rnenjadi tepat dan akurat.

3. Internal Rate of Return (lRR), yaitu tingkat diskonto yang rnembuat NPV sama

dengan no) yang dirurnuskan sebagai berikut (Gittinger, 1986) :n

NPV = L 8t - Ct = 0, dimana i = [RR (%)


t=1 (1+i)'
28

Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and etron. Jika IRR > tingkat
diskonto maka proyek tersebut layak dilaksanakari dan jika IRR < tingkat

diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Jika IRR = tingkat

diskonto maka pengambilan keputusan tergantung pihak manajemen

perusahaan.

Keterangan nilai ketiga rumus diatas adalah :

Bt= Manfaat (penghasilan) kotor yang diterima pad a tahun t


Ct= Biaya yang dikeluarkan pad a tahun t
i=Tingkat diskonto (%)
n= umur proyek (tahun)

Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pengembalian investasi

digunakan indikator payback period. Dalam penelitian ini digunakan metode

discounted payback periode dengan melakukan diskonto terhadap penghasilan

bersih yang diperoleh. Prosedur diskonto dilakukan dengan menggunakan rumus

berikut (Gittinger, 1986) :

P =
(1+i)t
Dimana P = nilai uang sekarang
F = nilai uang dimasa datang
i = tingkat suku bunga 29
t = waktu

Setelah penghasilan bersih kumulatif dari tahun ke tahun dihitung, dapat dilihat

bahwa tahun dimana investasi sudah kembali adalah tahun pada saat penghasilan

bersih kumulatif pertama kali bernilai positif. Semakin cepat pengembalian investasi,

maka proyek itu semakin baik untuk diusahakan.


Untuk mengetahui pada penjualan produk sebesar berapa proyek mengalami

titik impas, digunakan kriteria Break Even Point dengan mempergunakan rumus

(Fatah dalam Susilowaty, 1997) :

Total Biaya Tetap Total Biaya Tetap


= -------------------- atau BEP =
BEP
Total Biaya Variabel
------~~~-----------
Harga Jual - Biaya Variabel/unit
1 -
Total Penjualan

Anallsis BEP ini digunakan untuk penentuan batas produksi minimal suatu kegiatan

usaha harus menghasilkan atau menjual produknya agar tidak mengalami kerugian.

Analisis BEP ini memiliki kelemahan utama yaitu tidak memperhitungkan nilai waktu

uang dalam analisisnya sehingga untuk dapat menghasilkan analisis yang konsisten

dengan analisis finansial dengan discounted cash flow, maka dibuat analisis BEP

yang dimodifikasi dimana kondisi impas (break event) diartikan sebagai NPV =0
(Husnan dan Suwarsono, 1994). Dalam penelitian ini selain digunakan analisis BEP

sesuai prinsip akuntansi, juga digunakan analisis BEP yang dimodifikasi. Untuk

membuat analisis BEP yang dimodifikasi terlebih dahulu dicari Present Value dari

penghasilan (inflow) dan Present Value dari biaya (outflow) pada berbagai unit

penjualan. Dari hasil tersebut dibuat persamaan Present Value Inflow dan Present

Value Outflow yang kernudian diselisihkan sehingga didapatkan jumlah unit

penjualan produk pada saat mencapai titik impas per tahun.

Untuk melihat sampai pada titik berapa peningkatan atau penurunan suatu

unsur dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak

menjadi tidak layak, digunakan analisis sensitivitas. Dalam penelitian ini anal isis

sensitivitas yang dilakukan adalah penurunan harga jual sebesar 10 persen,

kenaikan sebesar 10 persen dan peningkatan nilai tukar Ruplah terhadap Dollar

Amerika. Penurunan harga jual sebesar 10 persen didasarkan pada penurunan


30

harga jual batu split terbesar yang terjadi selama tahun 1990-1998 didasarkan pada

data perkembangan harga jual batu split Propinsi Jawa Sarat 1990-1998 (BPS,

1998). Kenaikan biaya produksi sebesar 1 persen didasarkan pada rata-rata

kenaikan harga bahan bakar solar selama tahun 1990-1998 (BPS, 1998).

Peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dilakukan karena

saat penelitian perekonomian Indonesia sedang mengalami resesi akibat krisis

ekonomi sehingga mengakibatkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan

tingkat suku bunga perbankan menurun tajam. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika mempengaruhi biaya investasi peralatan tambang dimana biaya investasi

peralatan tambang ini paling besar dari total investasi yang dikeluarkan, yang

mempengaruhi biaya operasional yaitu biaya pemeliharaan dan asuransi peralatan.

Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika menjadi sebesar Rp.8.000,OO, Rp.7.500,00 dan Rp.7.000,00/US$

1,00.. Besarnya peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditetapkan

berdasarkan fluktuasi nilai ini selama Januari-Juli 1999 (BPS, 1999).

Perama/an Time Series dengan Metode Linear Trend Analysis

Peramalan adalah kegiatan untuk rnemperkirakan apa yang akan terjadi

pada masa yang akan datang. Sedangkan metode peramalan adalah cara

memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa datang

berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. Peramalan dibedakan atas dua

tipe, yaitu peramalan kualitatif yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu

dan peramalan kuantitatif yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa Jalu.

Metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan menjadi d~a bagian, yaitu metode

peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan antar variabel berdasarkan

deret waktu (time series) dan metode peramalan dengan menggunakan analisa pola
31

hubungan antara variabel dengan variabel lain yang mempengaruhinya disebut

metode korelasi (causal method).

Metode perarnalan time series yang digunakan pada penelitian ini adalah

Linier Trend Analysis. Metode ini menggunakan pendekatan kuadrat terkecil (least

square method) dimana yang dimaksud dengan jumlah kuadrat terkecil adalah

jumlah penyimpangan (deviasi) nilai data terhadap garis trend minimum atau terkecil

sehingga garis trend akan terletak ditengah-tengah data asIi. Bentuk dan fungsi

persamaan trend ini adalah bentuk garis lurus dengan fungsi persamaan yang

dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana Y= nilai variabel dependen (kebutuhan batu split)


X= nilai variabel independen (tahun)
a= intercept Y, yaitu nilai Y apabila X=O
b= slope garis kecenderungan (tren)

Persamaan garis ini dapat dicari dengan menghitung nilai a dan b. Nilai a dan b

didapatkan dari rumus sebagai berikut :

n n
a = Y - b X, dimana Y= L: Yi dan X= L: Xi
i=1 n i=1 n

n n n
n L: XiYi - (L: Xi) (L: Yi)
i=1 i=1 i=1
b = ----------------------------------------
n n
2
n L: Xi - (L: Xi)2
i=1 i=1

Untuk mendapatkan persamaan ini data aktual masa lalu diolah melalui program

Minitab for windows versi 11 untuk mendapatkan persamaan garis trend yang

kemudian digunakan untuk meramalkan permintaan pasar 10 tahun mendatang.


IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Lokasi dan KeadaanWilayah

Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang secara administratif terletak

di Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar 152.220 hektar, terletak di

antara 640' - 783' Lintang Selatan dan 10744' Bujur Timur dengan batas-batas

wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah

timur dengan Kabupaten Majalengka, sebelah selatan dengan Kabupaten Garut dan

sebelah barat dengan Kabupaten Bandung. Dari seluruh luas wilayah di Kabupaten

Sumedang, seluas 44.304 hektar atau 29,10 persennya digunakan sebagai kebun,

tegal dan ladang, seluas 33.712 hektar atau 22,15 persennya digunakan sebagai

lahan persawahan dan selebihnya digunakan untuk perumahan, pekarangan,

perkebunan, hutan rakyat, pertambangan dan kawasan industri.

Secara geografis Kabupaten Sumedang merupakan daerah berbukit-bukit

dengan ketinggian antara 25 meter sampai dengan 1500 meter di atas permukaan

laut dan beriklim tropis. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Sumedang adalah

1.593 milimeter dengan hari hujan rata-rata sebanyak 92 hari hujan.

Secara administratif Kabupaten Sumedang terbagi menjadi lima wilayah

Pembantu Bupati, 18 kecamatan, 262 desa dengan 7 diantaranya berstatsu

kelurahan. Dari 262 des a yang ada .sebanyak 164 desa atau 60 persen dari total

desa, berklasifikasi desa Swadaya yang terdiri dari 60 desa termasuk desa Swadaya

Mula, 33 desa termasuk desa Swadaya Madya dan 71 desa termasuk desa

Swadaya Lanjut. Sedangkan sebanyak 105 desa lain~ya atau 40 persen sisanya,

berklasifikasi desa Swakarsa yang terdiri dari 83 des a Swakarsa Mula, 21 desa

Swakarsa Madya dan 1 desa Swakarsa Lanjut.


33

4.2. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Sumedang, berdasarkan hasil registrasi penduduk

akhir tahun 1997 berjumlah 883.830 jiwa yang terdiri atas 439.480 jiwa penduduk

laki-Iaki (49,72%) dan 444.350 jiwa penduduk perempuan (50,28%). Laju

pertumbuhan penduduk rata-rata per tahunnya mencapai 1,24 persen dengan


2
tingkat kepadatan penduduk sebesar 580,63 jiwa per km . Berikut ini data

perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sumedang dari tahun 1990 sampai

dengan 1997.

Tabel1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang pada Tahun 1990


sarnpai dengan Tahun 1997

Tahun Jumlah Penduduk

1990 831.809 jiwa


1991 836.371 jiwa
1992 841.356 jiwa
1993 843.346 jiwa
1994 845.120 jiwa
1995 848.031 jiwa
1996 883.950 jiwa
1997 883.830 jiwa
Sumber : Sumedang Dalam Angka, 1997

Dari data perkembangan penduduk di atas terlihat pada tahun 1997 terjadi

penurunan jumlah penduduk sekitar 120 jiwa. Salah satu sebab adanya penurunan

ini adalah pada tahun 1997 terjadi pemindahan penduduk dari lokasi proyek

Jatigede di Kabupaten Cadasngampar ke wilayah lain di luar Kabupaten Sumedang

(Sumedang Dalam Angka, 1997).

Penyebaran penduduk di setiap kecamatan pada Kabupaten Sumedang

tidak merata yang dapat dilihat dari tingkat kepadatan penduduknya. Adanya

penyebaran penduduk yang tidak merata disebabkan karena pusat kegiatan

ekonomi, tempat-tempat pendidikan dan hiburan hanya terdapat di beberapa


34

kecamatan saja. Sebagai contoh, Kecamatan Cikeruh mempunyai tingkat

kepadatan penduduk paling tinggi (2135,38/km2) disebabkan terdapatnya industri-

industri dan perguruan tinggi serta letaknya yang berbatasan dengan Bandung

sebagai lbukota Propinsi Jawa Barat sehingga jumlah penduduk cukup besar

padahal luas wilayahnya paling kecil dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten

Sumedang. Sebaliknya dengan Kecamatan Cadasngampar yang memiliki tingkat

kepadatan penduduk hanya mencapai 206,93 jiwa per km2. Minimnya penduduk

wilayah tersebut disebabkan karena adanya rencana pemerintah setempat untuk

membangun bendungan Jatigede sehingga penduduk kecamatan tersebut harus

dipindahkan sedangkan luas wilayahnya cukup besar (Sumedang dalam Angka,

1997).

4.3. Sarana dan Prasarana

Kabupaten Sumedang secara umum memiliki sarana dan prasarana yang

memadai di berbagai bidang. Oi bidang pendidikan terdapat 112 buah sekolah

Taman Kanak-Kanak, 627 buah Sekolah Oasar, 75 buah Sekolah Menegah

Pertama, 22 buah Sekolah Menengah Umum dan 12 buah Sekolah Menegah

Kejuruan serta 1 buah perguruan tinggi. Oi bidang keagamaan, terdapat pondok-

pondok pesantren, masijid langgar, musholla, gereja dan pura di hampir setiap

kecamatan (Sumedang Oalam Anqka, 1997). Oi samping itu juga terdapat sekolah

keagamaan seperti Raudatul Atfal, madrasah-madrasah dari tingkat pertama sampai

dengan tingkat atas baik sekolah negeri maupun swasta. Oi bidang kesehatan, juga

telah terdapat fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit di Kabupaten Sumedang,

puskesmas dan puskesmas pembantu disetiap kecarnatan; poliklinik desa dan pos

pelayanan terpadu di harnpir setiap desa. Pada tahun 1997, di Kabupaten


35

Sumedang tercatat jumlah puskesmas mencapai 31 unit dan puskesmas pembantu

meneapai 67 unit yang tersebar diseluruh keca~atan.

Di bidang perekonomian, sektor industri di Kabupaten Sumedang

berkembang cukup pesat. Pada tahun 1997 populasi industri di Kabupaten

Sumedang adalah 62 perusahaan yang terdiri dari 21 perusahaan berkatagori besar,

41 perusahaan berkatagori sedang dan 5729 perusahaan berkatagori keeil. Jika

dibandingkan dengan tahun 1996 maka jumlah industri yang paling banyak

mengalami peningkatan adalah industri kecil sebesar 72,98 persen. Sarana

perekonomian seperti supermarket, pasar, toko, warung dan kios sudah tersedia

seeara memadai. Lembaga keuangan yang terdapat di Kabupaten Sumedang yaitu

Bank baik bank pemerintah maupun swasta, Koperasi Unit Desa, kelompok simpan

pinjam dan badan kredit desa.

Di bidang transportasi, sarana transportasi yang ada sudah eukup baik

dimana 968,725 km merupakan jalan beraspal, 634,53 km merupakan jalan kerikil

dan 65,990 km merupakan [alan tanah. Panjang jalan Kabupaten Sumedang adalah

66,72 km berstatus jalan negara, 84,8 km berstatus [alan propinsi dan 1517,172 km

berstatus jalan kabupaten. Kondisi jalan dalam keadaan baik sepanjang 715,456 km,

dalam kondisi sedang 728,327 km dan dalam keadaan rusak yaitu 925,463 km.

Jumlah kendaraan bermotor pada tahun 1997 mencapai 17510 buah dan jumlah

kendaraan tidak bermotor mencapai 3770 buah.

Untuk mendapatkan air bersih yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-

hart, penduduk dapat memperolehnya dari POAM setempat, sumur gali dan sumur

pompa. Sedangkan untuk sarana penerangan, penduduk dapat memperolehnya

dari PLN setempat.


............................... - _ _ -- -- ..

36

4.4. Karakteristik Responden

4.4.1. Karakteristik Produsen

Pada penelitian ini, responden produsen yang dipakai sebagai sumber

informasi adalah 3 perusahaan pengolahan batu split yang beroperasi di wilayah

Sumedang yaitu PT. Multi Marindo, Workshop Oinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Sumedang Cimalaka dan CV. Gumelar. Perbandingan karakteristik ketiga produsen

batu split ini dapat dilihat pada Tabel2.

PT. Multi Marindo merupakan produsen batu split dengan skala usaha yang

cukup besar, yaitu dengan kapasitas produksi sebesar 300 m3 per hari atau sekitar

90000 m3 per tahun. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1984 yang beralamat di

jalan Setra Jaya 5 Bandung. Pabrik pengolahannya sendiri terdapat di Oesa

Cinanjung, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Bahan baku untuk

proses produksi diperoleh dari gunung batu andesit yang berlokasi tepat di dekat

pabrik pengolahannya yaitu Gunung Jarian, Tanjungsari. Luas wilayah usaha

adalah 97,2 hektar. Aset usaha yang dimiliki adalah tanah seluas 97,2 hektar,

mesin/peralatan berupa Excavator, Stone Crusher, Wheel Loader, Dump Truck,

kompresor, generator set dan mesin bor. Dalam proses produksinya, pemboran dan

peledakan dilakukan sendiri dengan mempekerjakan juru ledak sendiri. Jumlah

tenaga kerja yang digunakan adalah 33 orang, yang terdiri dari 18 tenaga kerja

langsung dan 15 tenaga kerja tidak langsung. Konsumen hasll produksl sebagian

besar adalah kontraktor/pemborong proyek-proyek pemerintahan berupa jalan dan

jembatan (80%) dan sisanya (20%) adalah masyarakat (konsumen langsung).

Workshop Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten (PUK) Sumedang

merupakan salah satu unit kerja pada Dinas PUK sumedanc yang bergerak di

bidang pengolahan batu split. Unit kerja ini dibentuk dengan latar belakang sulitnya
37

para kontraktor mendapatkan batu split di wilayah terdekat di Sumedang, sehingga

untuk mempermudah penyedlaan batu split inI maka diberituklah unit kerja ini pada

tahun 1990. Workshop PUK Sumedang ini terletak di Cimalaka, Sumedang dengan

kapasitas produksi sebesar 70 m3 per hari atau 16800 m3 per tahun. Workshop

PUK tidak melakukan peledakan/pemboran untuk mendapatkan bahan bakunya.

Bahan baku diperoleh dari penggali dan pemecah batu tradisional yang

memanfaatkan batu sungai dan sirtu yang terdapat di wilayah Cimalaka dan Paseh.

Harga pembelian bahan baku berkisar antara Rp. 6000,00 - Rp. 12500,00 per

meter kubik tergantung dari kualitas bahan baku. Status kepemilikan aset usaha

yang ada adalah sewa, baik tanah dan bangunan serta mesin/alat berat yang terdiri

dari 3 unit Stone Crusher, 4 unit Wheel Loader dan 1 unit Dump truck. Jumlah

tenaga kerja yang digunakan adalah 14 orang yang terdiri dari 8 orang tenaga kerja

langsung dan 6 orang tenaga kerja tidak langsung. Seperti halnya PT Multi Marindo,

konsumen hasil produksi sebagian besar adalah kontraktor/pemborong proyek-

proyek pemerintahan berupa jalan dan jembatan (80%) dan sisanya (20%) adalah

masyarakat umum (konsumen langsung).

CV. Gumelar rnerupakan perusahaan pengolahan batu andesit yang

memiliki skala usaha relatif kecil dengan kapasitas produksi 30 m3 per hari atau

sebesar 9000 m3 per tahun. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 yang

beralamat di Jalan Angrek Gg. Alhuda 1/08 Sumedang. Pabrik pengolahannya

terletak di Oesa Jatihurip, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

Bahan baku untuk proses produksi diperoleh dari gunung batu andesit yang

berlokasi tepat di dekat pabrik pengolahannya yaitu Gunung Kerud, Jatihurip. Luas

wilayah usaha adalah 2300 meter persegi. Aset usaha yang dimiliki adalah tanah

seluas 2300 m2, bangunan seluas 96 m2, mesin/peralatan berupa 1 buah Stone
38

Crusher dengan generator set dan 1 buah Dump Truck. Dalam proses

produksinya, pemboran dan peledakan dilakukan mengadakan kontrak kerjasama

dengan perusahaan peledakan PT. Dahana. Jumlah tenaga kerja yang digunakan

adalah 11 orang, yang terdiri dari 10 tenaga kerja langsung dan 1 tenaga kerja tidak

langsung. Konsumen hasil produksi adalah kontraktor/pemborong proyek-proyek

pemerintahan berupa jalan dan jembatan (60%) dan slsanya (40%) adalah

masyarakat umum (konsumen langsung). Pemasaran kepada kontraktor/pemborong

lebih sedikit karena relatif kecilnya kapasitas produksi CV Gumelar sehingga tldak

dapat mencapai jurnlah yang dibutuhkan kontraktor/pemborong untuk bahan baku

pembuatan [alan atau jembatan.

Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Produsen Batu Split Di Sumedang

Keterangan PT. Multi Marindo PUK Cimalaka CV Gumelar

Skala Usaha 300 m3 per hari 70 m3 per hari 30 m3 per hari


Bahan Baku Gunung Jarian Batu sungai dan sirtu Gunung Kerud
Proses Produksi Melalui peledakan Tidak melalui peledakan Melalui peledakan
Tenaga Kerta 33 orang 14 orang 11 orang
Konsumen Kontraktor 80%, Kontraktor 80%, Kontraktor 60%,
Masyarakat 20% Masyarakat 20% Masyarakat 40%
Sumber : PT Multi Manndo, PUK Clrnalaka dan CV. Gumelar, 1999

4.4.2. Karakteristik Konsumen

Responden konsumen yang dipakai sebagai sumber informasi adalah 33

perusahaan kontraktor proyek-proyek pembangunan dan 7 perusahaan bahan

bangunan yang beroperasi di wilayah Sumedang. Untuk perusahaan kontraktor,

pada umumnya skala usaha masing-masing perusahaan kontraktor relatif sama dan

sebagian besar mengerjakan proyek-proyek pemerintah seperti jalan, jembatan dan

bangunan. Berdasarkan Dafter Perusahaan Kontraktor yang tergabung dalam

GAPENSI Sumedang (1998), hanya terdapat dua perusahaan kontraktor yang


39

berskala usaha besar dari 112 perusahaan kontruksi yang terdaftar pada GAPENSI

(omzet penjualan antara Rp. 500.000.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00)

yaitu CV. Linggar Jati dan CV. Salawaty. Sedangkan 84 perusahaan lainnya

berskala usaha kecil dengan omzet penjualan antara Rp. 15.000.000,00 sampai

dengan Rp. 200.000.000,00 dan 26 perusahaan berskala usaha sedang dengan

omzet penjualan antara Rp. 200.000.000,00 sampai dengan Rp. 500.000.000,00.

Dengan keterbatasan skala usaha yang ada, maka hanya sedikit kontraktor yang

mengerjakan proyek pembangunan swasta. Untuk kontraktor berskala usaha kecll,

umumnya setiap tahun mengerjakan satu sampai dua proyek pembangunan yang

menggunakan batu split berkisar antara 1000 - 3000 m3. Untuk kontraktor berskala

usaha menengah, penggunaan batu split setiap tahun diperkirakan mencapai 1000-

5000 m3.

Dari tujuh responden perusahaan bahan bangunan yang disurvei,

umurtmya menjual batu split untuk kebutuhan masyarakat wilayah Kabupaten

Sumedang dan hanya sedikit yang menjual kepada kontraktor. Hal terse but

disebabkan karena sebagian besar kontraktor mengambil langsung batu split dari

produsen dengan pertimbangan harga beli akan lebih murah dan lokasi produsen

yang tidak terlalu jauh. Umumnya mereka mengambil batu split dari wilayah

Banjaran, Majalengka, Jatihurip dar) Cimalaka. Omzet penjualan batu split ini

berkisar antara 5 m3 - 50 m3 per bulan atau 600 m3 - 6000 m3 per tahun. Produk

lain yang dijual selain batu split adalah besi, kaca, pasir, batu bata, dan bahan

bangunan leinnya.: Karakteristik responden konsurnen secara jelas dapat dilihat

pada Tabel Lampiran 18.


v. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Latar Belakang Pendirian Industri Pengolahan Batu Split

Oi Oesa Jatihurip Kabupaten Sumedang terdapat gunung batu yang dikenal

dengan nama Gunung Kerud yang memiliki potensi pengembangan yang cukup

besar sebagai bahan baku pengolahan batu split. Gunung Kerud ini terletak

disebelah utara Kota Sumedang dengan jarak kurang lebih 5 kilometer. Gunung

Kerud ini merupakan bentang alam yang termasuk perbukitan rendah. Luas wilayah

Gunung Kerud ini adalah 2.300 m2 yang merupakan tanah kas desa.

Batuan yang menyusun Gunung ini terdiri dari satuan tufa dan lava andesit

dengan ketinggian puncak Gunung Kerud sekitar 548 meter diatas permukaan air

laut. Batu andesit yang dihasilkan Gunung Kerud ini berwarna abu-abu muda

hingga abu-abu gelap, bertekstur porfiritik, berbutir halus sampai agak kasar, bersifat

masif dan mengandung mineral-mineral hitam (horenblendalpiroksen) dan

diperkirakan memiliki jumlah cadangan batu andesit sebesar 3.035.500 m3

(Kusumah, 1988). Berdasarkan hasil pengujian secara fisik yang dilakukan di

laboratorium Balai Besar penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang

Teknik pada tahun 1986, maka batuan andesit ini dapat digunakan sebagai bahan

bangunan jalan dan agregat beton.

8erdasarkan hal tersebut, PT Rimantono CP mencoba untuk melakukan

pengelolaan usaha di bidang tersebut dengan mempertimbangkan besarnya potensi

pemasaran di masa datang untuk konsumsi Kabupaten Sumedang khususnya serta

besarnya potensi bahan baku batu olahan ini di Oesa Jatihurip untuk dikelola secara

profesional. Oi samping itu, pembukaan usaha tersebut akan dapat meningkatkan

perekonomian desa, meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan

kesempatan kerja bagi penduduk di wilayah tersebut.


41

5.2. Analisis Aspek Pemasaran

Aspek pernasaran merupakan faktor yang penting untuk dikaji dalam suatu

analisis kelayakan usaha. Tujuan analisis aspek pemasaran ini adalah untuk

mengetahui peluang pasar yang dapat diserap oleh proyek dan mendapatkan

gambaran mengenai situasi pemasaran produk yang akan dihasilkan.

5.2.1. Karakteristik Produk dan Pemasaran Batu Split

Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan batu andesit ini adalah batu

split dengan ukuran 1-2 em. Batu split ini merupakan hasil pengolahan dari gunung

batu andesit yang diperoleh dengan eara penambangan terbuka melalui pemboran

/peledakan dengan menggunakan bahan peledak dan peralatan mekanis.

Pengolahan yang dimaksud disini adalah pemeeahan bongkah andesit hasil

peledakan menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai ukuran yang diinginkan dengan

menggunakan mesin pemecah batu (Stone Crusher) dan tidak melibatkan unsur

kimiawi dalam proses pengolahan. Batuan ini berwarna abu-abu muda hingga abu-

abu gelap, berbutir halus sampai agak kasar, bersifat masif dan mengandung

mineral hitam.

Batu split yang dihasilkan ini sebagian besar digunakan sebagai bahan baku

pembuatan jalan dan sebagai campuran beton untuk pembuatan jembatan serta

untuk pembangunan gedung dan bangunan lainnya sehingga dapat diidentifikasi

konsumen produk ini adalah para kontraktor pembangunan jalan dan jembatan,

perusahaan bahan bangunan dan masyarakat yang memerlukan. Sebagian besar

konsumennya adalah kontraktor proyek pembangunan [alan dan jembatan.

Umumnya untuk Kabupaten Sumedang, jalan dan jembatan merupakan proyek

pemerintah yang dibangun dengan anggaran pemerintah. Pelaksanaan pembuatan

jalan dan jembatan ini diserahkan kepada para kontraktor pembangunan jalan dan
42

jembatan. Untuk dapat melaksanakan proyek pembuatan jalan dan jembatan ini,

pihak pemerintah daerah setempat melakukan tender dengan para kontraktor

tersebut. Umumnya tender dilakukan pada bulan Juni-Juli setiap tahunnya sehingga

pembuatan jalan dan jembatan oleh para kontraktor akan dimulai pada bulan

Juli/Agustus sampai dengan waktu yang telah disepakati. Sejak bulan Juli/Agustus

inilah biasanya permintaan akan produk batu split mulai meningkat karena

pembuatan jalan dan jembatan dimulai pada bulan ini.

5.2.2. Analisis Permintaan Pasar Batu Split di Sumedang

Untuk mengetahui besarnya permintaan pasar dan peluang pasar batu split

yang ada di wilayah Sumedang dilakukan analisis penentuan permintaan pasar

produk batu split. Analisis penentuan permintaan pasar ini kemudian akan

menentukan besarnya pangsa pasar yang dapat diraih dan kapasitas produksi yang

ditetapkan dapat dieapai oleh perusahaan kelak.

Penentuan permintaan pasar dilakukan dengan meramalkan kebutuhan batu

split untuk pembuatan jalan di masa datang di Kabupaten Sumedang. Peramalan

yang dilakukan berdasarkan pada data pembangunan jalan karena pembangunan

jalan merupakan pasar terbesar dari produk batu split ini di wilayah Sumedang. dan

ditunjang oleh ketersediaan data yang akurat. Kebutuhan batu split ini diketahui

dengan melihat perkembangan pembangunan jalan selama tahun 1990 sampai

dengan tahun 1999. Kebutuhan batu split ini dihitung dengan mengalikan panjang

dan lebar jalan yang dibangun dengan ketebalan 10 em untuk pemeliharaan jalan

dan ketebalan 15 em untuk peningkatan jalan. Yang dimaksud perunqkatan jalan

adalah pembangunan jalan baru atau peningkatan kualitas jalan dari jalan tanah

atau berkerikil menjadi jalan aspal dan sejenisnya, sedangkan pemeliharaan jalan

adalah perbaikan jalan yang sudah ada, baik pengaspalan, perkerasan dan
43

sebagainya. Ketebalan 10-15 em ditentukan berdasarkan arus lalu Iintas yang tidak

terlalu padat dan. kelas tanah yang termasuk kelas 3 (tanah pasir dan liat)" .

Kebutuhan batu split selama tahun 1990-1999 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah

ini.

Tabel3. Kebutuhan Batu Split Kabupaten Sumedang selama tahun 1990 - 1999

Tahun Luas Jalan yang Dibangun (m2) Kebutuhan Batu Split (m3)
Pemeliharaan Peningkatan
Jalan Jalan
1990/1991 609.631 259.498 99.887,8
1991/1992 537.538 263.054 93.212,0
1992/1993 579.250 280.810 100.046,5
1993/1994 871.168 402.986 147.564,7
1994/1995 1.335.048 391.520 192.232,8
1995/1996 1.497.310 395.643 209.077,5
1996/1997 1.422.645 462.573 211.650,5
1997/1998 1.270.080 614.790 219.226,5
1998/1999 1.179.825 598.650 207.780,0
1999/2000 1.352.960 793.930 254.385,5

Sumber : Bappeda dan Olnas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Kabupaten
Sumedang, 1999.

Berdasarkan data tersebut diatas dilakukan proyeksi terhadap kebutuhan

batu split selama 10 tahun mendatang dengan menggunakan analisis deret waktu

(time series analysis) dengan metode Linear Trend Analysis seperti yang telah

diuraikan pada metode penelitian. Dari pengolahan data yang dilakukan, maka

didapatkan proyeksi kabutuhan batu split selama sepuluh tahun mendatang seperti

terlihat pada Tabel 4.

3 Wawancara dengan Kepala Seksi Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Surnedang pada
bulan April 1999.
4
4

Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Batu Split Kabupaten Sumedang Selama Tahun 2001
Sampai Dengan Tahun 2010 .

Tahun Proyeksi Kebutuhan Batu Split (m3)


2000/2001 273.442
2001/2002 291.588
2002/2003 309.754
2003/2004 327.921
2004/2005 346.087
2005/2006 364.254
2006/2007 382.420
2007/2008 400.586
2008/2009 418.753
2009/2010 436.919
Sumber: data dlolah

Berdasarkan uraian diatas, maka potensi pasar sepuluh tahun mendatang

untuk produk batu split di wilayah Sumedang, khususnya pembangunan jalan

berkisar antara 270.000 m3 sampai dengan 430.000 m3 per tahun. Sedangkan

tingkat produksi batu split untuk Kabupaten Sumedang dapat diketahui dengan

melihat kapasitas produksi pabrik pengolahan batu andesit yang terdapat di

Sumedang yaitu PT. Multi Marindo, Workshop PUK Sumedang dan CV Gumelar dan

kapasitas produksi pemecah batu tradisional yang diperkirakan sebesar 500 m3 per

bulan. Kapasitas terpasang produksi batu split di Sumedang pada tahun 1999 dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Kapasitas Terpasang Produksi Batu Split Kabupaten Sumedang Tahun


1999 .

No. Kapasitas Produksi Produsen Tingkat produksil tahun

1. PT. Multi Marindo (300 m3/hari) 90000 m3


2. Workshop PUK (70 m3/hari) 21000 m3
3. CV Gumelar (30 m3/hari) 9000 m3
4. Pemecah batu tradisional (500 m3/bulan) 6000 m3
TOTAL PRODUKSI 126.000 m3
Sumber : PT Multi Manndo, Workshop PUK Sumedang, CV Gumelar dan Dinas
PUK Sumedang ,1999. .
45

Trend f.\nalysis for


Urea Trerd f'vtd::l
yt = 7E1.3 + 18163.41
A::tW
Rts
~ts
r - .AcW
- . Rts
./
- _. R:recasts
'"

MAPE: 10
MAD: 14987
MSD: 3.59E+08
o 10
lirre
.Gambar 1. Grafik Proyeksi Permintaan Pasar Batu Split di Sumedang selama Tahun 2000-2010
46

Dari uraian diatas, maka dapat diketahui peluang pasar yang kosong adalah

sebesar 144.000 m~ sampai dengan 300.000 m3 setiap tahunnya atau 53 persen

dari total permintaan pasar. Sehingga dengan kualitas produk yang dihasilkan

cukup baik dan penetapan harga [ual yang bersaing, diperkirakan pangsa pasar

yang dapat diraih oleh proyek ini adalah sebesar 25 persen dari total peluang pasar

yang kosong atau sebesar 13 persen dari total permintaan pasar.

5.2.3. Saluran Pemasaran Batu Split

Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga-Iembaga yang dapat

tertibat selama proses penyampaian barang dan jasa ke konsumen baik produsen,

pedagang besar, pengecer, agen pengangkutan, perusahaan penyimpanan, biro

periklanan dan sebagainya (Limbong, 1987). Pada dasamya saluran pemasaran

yang terdapat pada industri pengolahan batu split ini cukup sederhana. Saluran

Pemasaran ini dapat olllhat pada Gambar 2.

.. Pemerintah

.... Kontraktor Proyek


I-
Pembangunan

... Supir. Pelaksana LJA _, Swasta


Proyek, Leveransir

PRODUSEN I-
.. Perusahaan
Bahan Bangunan I-

......
",
Masyarakat Umum

Gambar 2. Saluran Pemasaran Industri Pengolahan Batu Split.


47

Berdasarkan hasHwawancara dengan responden produsen batu andesit ini,

konsumen produk batu split ini sebagian besar adalah kontraktor-kontraktor proyek

pembuatan jalan dan jembatan (60%-80%) dan sisanya adalah perusahaan bahan

bangunan dan masyarakat umum (20%-40%). Pada umumnya para kontraktor

langsung berhubungan dengan pihak produsen dalam pembelian produk batu split

ini. Sebagian kecil melalui perusahan bahan bangunan, para supir yang melakukan

pengangkutan ke lokasi pembuatan jalan, pelaksana proyek atau leveransir sebagai

perantara. Sedangkan masyarakat umum melakukan pernbelian dengan langsung

mendatangi pabrik pengolahan atau melalui perusahaan bahan bangunan. Karena

lokasi produsen dan konsumen yang relatif dekat dan untuk mendapatkan harga beli

yang lebih murah maka sebagian besar kontraktor melakukan pembelian sendiri ke

lokasi produsen. Sistem pembayaran yang digunakan adalah pembayaran tunai

pada saat pernbelian atau menggunakan uang muka sebesar 10-30 persen dari total

pembelian.

5.2.4. Analisis Margin Pemasaran

Berdasarkan tujuan pemakaiannya, maka produk batu split ini termasuk

kedalam barang industri yaitu kamponen dan barang setengah jadi, Berdasarkan

karakteristik barang industri dan pertimbangan pemasarannya (Umbong, 1987),

barang industri yang termasuk komponen dan barang setengah jadi ini memiliki ciri-

ciri yaitu harga per unit relatif rendah, jumlah pembelian relatif besar, frekuensi

pembelian tidak sering, sifat saluran pemasaran pendek dimana jika ada penyalur

hanya untuk pembeli yang membeli sedikit, persaingan harga merupakan hal yang

penting, pelayanan sebelum dan sesudah penjualan tidak penting, kerusakan

terhadap merk umumnya tldak penting dan biasanyanya tidak ada kontrak

pembelian selanjutnya.
48

Berdasarkan hasil survei kepada responden konsumen, diperoleh informasi

bahwa sebagian besar konsumen membeli produk batu split di luar wilayah

Sumedang yaitu Banjaran-Bandung dan Majalengka dan di wilayah Sumedang yaitu

Cimalaka, Cibeureum, Paseh dan sekitamya dan Tanjungsari. Alasan para

konsumen memilih membeli di wilayah Banjaran dan Majalengka yang terletak di

luar Kabupaten Sumedang karena jumlah ketersediaan produk lebih besar dan

kualltas produk yang lebih tinggi dibandingkan produsen yang ada di wilayah

Sumedang, sehingga mereka rela membeli produk dengan harga lebih mahal karena

adanya biaya transportasi dan bongkar muat yang lebih besar. Umumnya mereka

langsung berhubungan dengan produsen tanpa melalui perantara. Jikalau melalui

perantara umumnya melalui supir pengangkut produk, pelaksana proyek

pembangunan tersebut perusahaan bahan bangunan atau leveransir dengan

keuntungan berkisar antara 5% - 10%. Adapun harga pembelian, biaya

pengangkutan dan bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel6. Harga Pembelian dan Biaya Pemasaran Batu Split pada Berbagai Wilayah
Produsen

Cimalaka& Tanjungsari Jatihurip Majalengka Banjaran


sekitarnya
~ n
1. Harga Pembelian Rp 30.000, Rp. 32.000 Rp.35.000 Rp.30.000 Rp.26.000-
Rp.30.000
2. Biaya Transportasi dan Rp.3.000- Rp.3.000- Rp. 3.000 - Rp. 10.000- Rp. 15.000-
bongkar muat Rp.5.000 Rp.5.000 Rp.5.000 Rp.15.000 Rp.20.000
3. Keuntungan Perantara Rp. 2.000 - Rp. 2.000 - Rp. 2.000 - Rp.3.000- Rp.4.000-
Rp. 3.000 Rp. 3.000 Rp. 3.000 Rp.4.500 Rp.5.000
4. Harga Jual Rp. 35.000- Rp. 37.000- Rp. 40.000- Rp. 43.000- Rp. 45.000-
Rp.38.000 Rp.40.000 Rp.43.000 Rp.49.500 Rp.55.000

Sumber Survei pada 33 kontraktor dan 7 perusahaan bahan bangunan dl


Kabupaten Sumedang pada bulan April 1999.
49

Dari Tabel 6 terlihat, harga pembelian bahan baku dari produsen berkisar

antara Rp. 30.00q,00 - Rp. 35.000,00 per m3 batu split bahkan di daerah Banjaran

harga pembelian bisa mencapai Rp. 26.000,00. Lebih rendahnya harga beli di

Banjaran lebih disebabkan karena ketersediaan produk yang lebih besar

dibandingkan wilayah lain. Namun untuk batu split yang berkualitas tinggi, harga

pembelian berkisar antara Rp. 30.000,00 - Rp. 35.000,00. Di wilayah Sumedang

sendiri, terdapat tiga wilayah sentra produksi batu split yaitu Cimalaka, Jatihurip dan

Tanjungsari. Namun dengan keterbatasan kapasitas produksi dan kualitas produk

yang lebih rendah dari produsen batu split dl Sumedang, maka para konsumen lebih

memilih melakukan pembelian di luar wilayah Sumedang yaitu di Banjaran dan

Majalengka. Biaya transportasi dan bongkar muat untuk wilayah Sumedang sendiri

berkisar antara Rp. 3.000,00 sampai Rp. 5.000,00 per m3 batu split dengan

keuntungan perantara berkisar antara Rp. 2.000,00 - Rp. 3.000,00 sehingga selisih

antara harga pembelian di tingkat produsen dengan harga pembelian di tingkat

konsumen (margin pemasaran) yaitu sebesar Rp. 5.000,00 - Rp. 8.000,00 per rns

batu split. Sedangkan di wilayah Banjaran, biaya transportasi dan bongkar muat

berkisar antara Rp. 15.000,00 sampai Rp. 20.000,00 per m3 batu split dengan

keuntungan perantara berkisar antara Rp. 4.000,00 - Rp. 5.000,00 per m3 batu split

sehingga selisih antara harga pembeJian di tingkat produsen dengan harga

pembelian di tingkat konsumen yaitu sebesar Rp. 19.000,00 - Rp. 25.000,00 per

m3 batu split. Untuk daerah Majalengka, biaya transportasi dan bongkar muat

berkisar antara Rp. 10.000,00 sampal Rp. 15.000,00 per m3 batu split dengan

keuntungan perantara berkisar antara Rp. 3.000,00 - Rp. 4.500,00 per m3 batu split

sehingga selisih antara harga pembelian di tingkat produsen dengan harga

pembelian di tingkat konsumen sebesar Rp. 13.000,00 - Rp. 19.500,00 per m3 batu
50

split. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendirian industri pengolahan batu

split dl wilayah Sumedang ini rnempunyai prospek yang cukup baik melihat

kapasitas produksl dan kualitas produk dari produsen batu split di Sumedang yang

belum memenuhi kebutuhan pasar dan besarnya margin pemasaran di luar wilayah

Sumedang yang berdampak pada tingginya harga penjualan batu split.

5.3. Anallsls Aspek Teknis

5.3.1. Pemilihan Lokasi Usaha

Menurut Ojamin (1993), penentuan lokasi didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut :

1. Faktor pemasaran, yaitu menyangkut potensi pengembangan pemasaran dan

lokasi para pesaing.

2. Peraturan dan kebijakan pemerintah setempat, perpajakan, undang-undang

perburuhan serta hak penggunaan tanah.

3. Faktor tenaga kerja, menyangkut ketersediaan, tingkat upah, biaya hidup,

adanya tenaga terdidik dan sebagainya.

4. Faktor tenaga penggerak, menyangkut sarana kelistrikan, rnasalah bahan bakar

dan sebagainya.

5. Faktor ketersediaan sumber bahan baku, air dan bahan mentah lainnya.

6. Faktor lingkungan seperti sarana angkutan, jalan, telekomunikasi serta sarana

pembuangan.

Lokasi yang dipilih untuk pabrik pemecah batu ini adalah Gunung Kerud yang

terletak di Oesa Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang Jawa

Barat dan berada pada alur lalulintas antara Bandung dan Cirebon. Berdasarkan

pertimbangan faktor-faktor penentuan lokasi, lokasi ini sangat strategis mengingat

pad a lokasi tersebut terdapat bahan baku yang sangat besar deposit batuannya
51

yang saat ini mencapai kurang lebih 900.000 M3, sehingga bila ditambang 36.000

M3 per tahun, rnaka deposit batuan tersebut akan habis dalam jangka waktu 25

tahun. Ketersediaan bahan baku ini menjadi faktor utama yang penting bagi

perusahaan dalam industri pengolahan batu split karena kebutuhan bahan baku

yang sangat besar dan ketersediaannya yang relatif langka. Berdasarkan analisis

pemasaran batu split di Sumedang, terlihat potensi pasar yang cukup besar dengan

tersedianya peluang pasar sebesar 144.000 m3 batu split sampai dengan 300.000

m3 batu split untuk proyek-proyek pembangunan khususnya jalan. Selain itu,

jumlah produsen batu split yang sedikit di Kabupaten Sumedang membuat

pemasaran batu ini mempunyai prospek yang cukup baik karena relatif kecilnya

tingkat persaingan yang ada. Oi samping itu kebutuhan tenaga kerja yang cukup

trampil juga tersedia di sekitar lokasi karena masyarakat di sekitar lokasi juga

merupakan pemecah batu tradisional serta ketersediaan sarana penunjang dan

tenaga penggerak seperti air, listrik, bahan bakar, jalan dan sebagainya sudah

cukup memadai.

Tata letak (layout) merupakan keseluruhan proses penentuan "bentuk" dan

penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan (Husnan dan

Suwarsono, 1994). Tata letak bangunan pabrik pengolahan dan kantor pada

umumnya didasarkan pada lima prinsip (PPM, 1990) yaitu pergunakan ruangan

seekonomis mungkin, gerakan bahan sependek mungkin, hindari gerak bolak-balik,

luweskan terhadap kernunqkinan perubahan dan jangan menghalangi kemungkinan

perluasan. Pada pabrik pengolahan batu split ini, penyusunan tata letak didasarkan

pada tipe tata letak berorientasi produk (layout garis) karena proses produksi yang

dilakukan secara berurutan sehingga penyusunan mesin-mesin alat berat disusun

secara berurutan dan mulai pengambilan bahan sampai dengan proses produksi
52

dan pemuatan ke konsumen, adanya arus produk dalam proses yang lancar dan

tidak terdapat arus balik jika suatu aliran pembuatan baranq telah sampai pada

tahapan tertentu dan batu split merupakan produksi secara massa .

Salah satu alternatif penyusunan tata letak (layout) pabrik dapat dilihat pada

Gambar Lampiran 3. Pada lokasi tersebut, tersedia 4000 m2 tanah yang

dibebaskan untuk pembangunan kantor dan instalasi pengolahan batu split.

Berdasarkan peta lokasi Gunung Kerud, rnaka pendirian bangunan kantor, base

camp dan gudang handak untuk penyimpanan mesin-mesin/alat berat dilakukan di

sebelah selatan Gunung Kerud dengan pertimbangan di bagian selatan relatif lebih

luas dan kontur lahan relatif lebih rata dibandingkan di bagian lainnya. Bangunan

kantor dan base camp didirikan seluas 50 m2 dan menghadap ke utara (ke arah

Gunung Kerud) dengan pertimbangan utama pada kemudahan pengawasan

produksi oleh manajemen perusahaan dan pemanfaatan lahan secara efisien untuk

keluwesan gerak proses produksi. Bangunan ini terdiri dari ruang penerimaan tamu

seluas 14 m2, 2 buah ruang kantor seluas 6 m2, 1 buah ruang kantor seluas 9 m2, 1

buah ruang base camp seluas 9 m2, dapur seluas 3 m2 dan kamar kecil seluas 3

m2. Instalasi pengolahan batu split dan gudang handak untuk penyimpanan

Excavator dan 2 unit Dump Truck didirikan di sebelah timur Gunung Kerud dengan

tujuan agar tersedia wilayah yang luas untuk para pekerja dalam proses produksi

sehingga ruang gerak mereka lebih fleksibel serta kemudahan pengangkutan hasil

produksi ke gudang logistik. Untuk pendirian gudang logistik berdasarkan

pertimbangan kemudahan pengangkutan produk oleh konsumen dan terhindarkan

masyarakat sekitar dari gangguan lalu lintas kendaran pengangkut produk oleh

konsumen, maka gudang logistik untuk penyimpanan produk jadi dibangun dekat

dengan jalan raya Kabupaten yang terletak kurang lebih 500 meter dari lokasi pabrik
53

pengolahan. Gudang logistik ini didirikan di atas tanah seluas 500 m2 dengan luas

bangunan 100 m2.

5.3.2. Penentuan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan kemampuan suatu pabrik untuk mengolah

masukan menjadi keluaran. Perencanaan kapasitas produksi sangat penting bagi

suatu pabrik atau industri karena kapasitas produksi erat kaitannya dengan

ketersediaan bahan baku dan kemampuan pasar untuk menyerap produksi pabrik.

Penentuan kapasitas produksi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kemampuan pasar menyerap produk, hal ini akan menentukan berapa banyak

jumlah produk yang dapat dijuaJoleh suatu industri.

2. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan peralatan dan mesin produksi untuk

memproduksi jumlah yang telah ditentukan.

3. Ketersediaan bahan baku

Berdasarkan hasil analisa pasar, dapat diketahui pasar yang kosong adalah

sebesar 144.000 m3 batu split - 300.000 m3 batu split per tahun dan diperkirakan

pangsa pasar yang dapat diraih sebesar 25 persen dari total peluang pasar yang

kosong atau 13 persen dari total permintaan pasar, sehingga tingkat produksi yang

diharapkan dapat tercapai sebesar 36.000 m3 per tahun atau 150 m3 per hari.

Sedangkan berdasarkan kemampuan teknis, mesin produksi dibantu dengan tenaga

pemecah batu tradisional mampu memproduksi sebesar 150 m3/hari atau 36.000

m3 per tahun. Ketersediaan bahan baku bukan merupakan kendala dalam

penentuan kapasitas produksi karena jumlah deposit cadangan batuan yang cukup

besar yaitu 900.000 m3. Berdasarkan keterangan diatas maka kapasitas produksi

yang digunakan adalah 150 m3/hari dengan pertimbangan kemampuan teknis


54

mesin produksi dan perusahaan baru dalam tahap awal produksi sehingga hanya

akan mengisi 25 pe.rsendari peluang pasar yan.gkosong.

5.3.3. Jumlah Cadangan Bahan baku dan Umur Tambang Gunung Kerud

Bahan baku untuk proses produksi dalam usaha ini adalah batu andesit yang

terkandung di Gunung Kerud. Berdasarkan hasi! penelitian sebelurnnya" ,

Ketinggian/ketebalan rata-rata dari batu andesit yang dihasilkan di Gunung Kerud

sebesar 36 m dengan luas penyebaran seluas 93.750 m2. Dari 93.750 m2 luas

penyebarannya, yang termasuk wilayah administratif Desa Jatihurip adalah seluas

27.500 m2. Dari data tersebut, maka jumlah cadangan batu andesit yang

terkandung di Gunung Kerud ini adalah:

Volume cadangan :::: ketinggian rata-rata X luas penyebaran andesit

:::: 36 m X 27.500 m2

:::: 990.000 m3

Jika terdapat waste/kotoran sebesar 10 persen, maka volume cadangan batu

andesit yang dapat ditambang di Gunung Kerud ini adalah 990.000 m3. Jika

perusahaan menetapkan kapasitas produksi sebesar 150 m3/hari , maka dapat

diketahui umur tambang batu andesit di Gunung Kerud yaitu :

Jumlah cadangan batu andesit 900.000 m3


::::

Kapasitas produksi Itahun 150 m3 X 20 hari X 12 bulan

= 25 tahun

4 Toto Teddy Kusumah. International Institute For Aerospace Survey and Earth Sciences (ITe). 1988
55

5.3.4. Proses Produksi yang digunakan

Untuk mendapatkan batu andesit di Gunung Kerud sebagai bahan baku

produk batu olahan ini, sebelumnya dilakukan penambangan batuan dengan sistem

tambang terbuka dan menggunakan peralatan mekanis dan bahan peledak. Proses

produksi pada industri pengolahan batu split ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Adapun proses produksi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pengupasan tanah penutup dan pembersihan vegetasi

Pengupasan tanah penutup dan pembersihan vegetasi di Gunung Kerud yang

tertutupi oleh tanah dan tanaman dilakukan untuk mempermudah proses

penambangan batu andesit. Ketebalan tanah penutup yang terdapat di Gunung

Kerud ini sekitar 1 meter dan sebagian daerahnya telah gundul sehingga proses

ini hanya memerlukan waktu beberapa hari saja. Proses ini biasanya hanya

dilakukan pada awal dimulainya kegiatan usaha dengan menggunakan

Excavator dan hasil pengupasan ditimbun pada daerah cekungan yang aman.

2. Pemboran dan Peledakan

Setelah dilakukan pengupasan tanah penutup, maka dimulai proses

penambangan dengan diawali pemboran untuk pembuatan lubang tembak bagi

proses peledakan. Setelah itu dilakukan proses peledakan dengan

menggunakan peralatan rnekanis dan bahan peledak. PT Rimantono CP

melakukan kontrak kerjasama dengan PT. Dahana sebagai salah satu

perusahaan yang mempunyai izin melakukan peledakan di wilayah Sumedang.

3. Pengolahan hasil

Setelah peledakan selesai dilakukan, maka dilakukan pengolahan hasil

peledakan yang terdiri bongkahan batu andesit. Pengolahan dilakukan dengan

melakukan pengecilan ukuran bongkah batu andesit hasil peledakan dengan


56

Pengupasantanah penutup
dan pembersihan vegetasi

v
PENAMBANGAN Pemboran

dan Peledakan

........................................................ ,.

~r
PEMECAHAN
BONGKAH SA TU
HASIL PELEDAKAN

~r
PENGOLAHAN
PECAHAN BATU
MENJADI SPLIT

r-............................_........................... ..1

ABU BATU HASIL. SPLIT SATU SELAH


1-7 r.M > ~!) r.M

........................................................................ , , .

PEMUATAN KE
KONSUMEN

Gambar 3. Proses Produksl Industri Pengolahan Batu Split


57

memecah bongkahan tersebut menjadi batu split berukuran 1-2 cm. Proses

pemecahan ini menggunakan alat berat yaitu Stone Crusher dan tenaga kerja

manual yaitu pemecah batu tradisional dengan menggunakan alat sederhana

seperti palu, pahat, Iinggis dan balincong. Hasil dari proses produksi ini adalah

batu split berukuran kecil yaitu 1-2 cm.

5.3.5. Mesin dan Peralatan yang dibutuhkan

Adapun Mesin dan Peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi ini

dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :

Tabel7. Kebutuhan Mesin dan Peralatan Pengolahan Batu Split

No. Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Umur Teknis

1. Excavator Komatsu PC-200/1m3 1 unit 10 Tahun


2. Dump Truck 12-16 m3 2 unit 10 Tahun
3. Stone Crusher 150 m3/hari 1 unit 10 Tahun
4. Generator Set 150 KVA 1 unit 8 Tahun
Sumber : Usulan Penuhs didasarkan pada wawancara dengan Responden
Produsen Batu Split di Sumedang pada bulan Pebruari-April 1999

Excavator merupakan alat penggali yang digunakan dalam proses

pengupasan tanah penutup dan pembersihan vegetasi serta pengangkutan hasil

peledakan ke tempat penimbunan hasil peledakan yang terletak tidak jauh dari

Gunung Kerud ini. Excavator yang digunakan adalah Komatsu PC-200/1m3

sebanyak 1 unit. Sedangkan Stone Crusher merupakan alat utama pengolahan batu

andesit hasll peledakan dan pemecahan batu oleh tenaga pemecah batu tradisional.

Stone Crusher yang digunakan dengan kapasitas 150 m3/hari sebanyak 1 unit.

Dump Truck digunakan mengangkut hasHpengolahan batu andesit (split 1-2 atau 2-

3) yang slap dijual untuk disimpan di Gudang Logistik. Generator set adalah alat
58

pembangkit tenaga listrik untuk mesin alat berat Stone Crusher dan alat lainnya,

dimana generator set yang digunakan berkekuatan 150 K:VA.

5.3.6. Fasilitas Penunjang Pengolahan Batu Split dan Aspek Lingkungan

Sarana dan prasarana pendukung bagi pengelolaan usaha ini terdiri dari

fasilitas air dan listrik, kantor tambang, gudang logistik dan gudang handak. Air

bersih yang diperlukan dalam proses produksi diperoleh dari sungai dan selokan

yang mengalir disekitarnya dan sumber air lainnya seperti sumur bor. Listrik untuk

penerangan kantor dan gudang dan sebagai sarana penunjang kegiatan produksi

menggunakan sumber energi melalui diesel berkekuatan 150 KVA sebanyak 1 buah

dan PLN. Selain itu dibangun pula kantor tambang, base camp, dan gudang handak

seluas 150 m2 dan gudang logistik seluas 100 m2.

Lingkungan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kelayakan

analisis aspek teknis. Dalam penelitian ini tidak dibahas secara mendalam

mengenai anal isis dampak lingkungan dengan pertimbangan bahwa untuk memulai

investasi ini perusahaan diwajibkan oleh pemerintah setempat untuk membuat izin

anaiisis dampak lingkungan dan PT. Rimantono CP telah melakukan hal tersebut.

Hal ini berarti dengan adanya surat izin analisis dampak lingkungan tersebut maka

dapat dikatakan investasi dibidang ini tidak memiliki kendala berarti dan tidak

berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Namun, untuk mencegah atau

mengurangi adanya dampak lingkungan yang mungkin terjadi maka secara umum

perusahaan perlu melakukan beberapa upaya sebagai berikut:

1. Dalam menjaga dan mencegah terjadinya hal-hat yang merugikan pihak

perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja para

pekerja, maka pihak perusahaan melakukan upaya perlindungan dengan cara

menjaga kebersihan lingkungan kantor tambang dan sekitarnya dan menyediakan


59

alat perlindungan diri kepada para pekerja berupa helm pelindung, safety shoes

dan sarung tangan serta peralatan P3K.

2. Pada daerah-daerah yang dianggap membahayakan para pekerja maupun

konsumen split andesit ini diberikan rambu-rambu peringatan akan bahaya

tersebut dan tanda larangan untuk naik ke instalasi pengolahan selain karyawan

perusahaan.

3. Untuk menangani limbah pengolahan berupa debu dan kebisingan suara,

dilakukan dengan cara penyemprotan air pada sumber debu, pemeliharaan alat

secara periodik untuk menekan kebisingan dan membuat penampungan pelumas

bekas.

4. Untuk. mencegah dampak negatif terhadap lingkungan alam selama

penambangan seperti perubahan topografi, stabilitas lahan, hidrologis dan

kualitas udara, maka perusahaan harus melakukan reklamasi pada wilayah

penambangan. Secara umum reklamasi yang akan dilaksanakan berupa

penimbunan kembali dan revegetasi bekas lahan penambangan dengan cara

mengamankan sebagian top soil untuk revegetasi, penimbunan tanah penutup

terhadap lahan bekas penambangan dan pengaturan bentuk lahan dan drainase.

5.4. Analisis Aspek ManajemenOrganisasi

Faktor-faktor produksi seperti modal, pabrik dan bahan baku memerlukan

pengelolaan industri yang baik yang menghasilkan produk secara optimal.

Pengelolaan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga manajemen yang memahami

seluk-beluk industri yang bersangkutan serta memiliki dedikasi dan motivasi yang

tinggi untuk mengembangkannya. Manajemen yang menangani operasionalisasi

suatu industri terdiri dari beberapa orang yang memiliki jabatan-jabatan tertentu dan

terkoordinasi dalam suatu hirarki struktur organisasi. Setiap jabatan/posisi memiliki


60

suatu kumpulan tugas yang merupakan bagian dari tuqas-tuqas pengelolaan

perusahaan secara keseluruhan. Tugas pokok dalam suatu perusahaan mencakup

tugas teknis, administrasi umum dan hubungan masyarakat. Kesemuanya akan

membentuk struktur organisasi yang digambarkan pada bahasan dibawah ini.

5.4.1. Analisis Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatan-

jabatan yang ada dari manajemen suatu organisasi serta hubungan antara [abatan-

jabatan tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas dan tanggung jawab yang jelas

dan memiliki batasan yang jelas dengan jabatan yang lain. Hubungan timbal balik

dan pengaruh jabatan satu dengan yang lainnya juga harus dibatasi secara tegas

dan jelas agar struktur organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmon is

dan pencapaian tujuan organisasi dapat diwujudkan secara efektif dan etisien.

Industri pengolahan batu andesit ini yang tengah dikaji kelayakannya ini

dirancang memiliki struktur organisasi seperti Gambar 4. Struktur organisasi ini

merupakan struktur organisasi lini (line organization) dan struktur organisasi ini

dipllih karena efektif bagi perusahaan yang masih belum berkembang, relatif banyak

dlqunakan oleh perusahaan sejenis, sifatnya sederhana dan mudah dimengerti serta

jelas batasan wewenangnya sehingga proses pengambilan keputusan dan

pengarahan dapat dilakukan dengan cepat (Herudjito,Y., 1996).

Industri ini akan dipimpin oleh seorang manager. Dalam menjalan tugasnya,

manager akan dibantu oleh 2 orang kepala bagian yaitu kepala bagian

administrasi/pemasaran dan kepala bagian produksi/tambang. Kepala bagian

administrasi/pemasaran akan membawahi staf administrasi/keuangan dan stat

pemasaran. Kepala bagian teknik tambang akan membawahi kepala seksi

keamanan/gudang, operator, mekanik, dan buruh harian. Kepala seksi keamanan


6l

Igudang akan membawahi 3 orang satpam dan 1 orang di bagian logistik. Para

karyawan ini sebagian besar diambil dari wilayah terdekat dengan lokasi pabrik di

wilayah Sumedang, sedangkan untuk jabatan yang memerlukan keahlian khusus

jika diperlukan dapat diambil dari luar wilayah Sumedang.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan secara garis besar yaitu :

1. Manager

Manager industri pengolahan batu andesit bertanggung jawab atas

kelangsungan operasi perusahaan secara keseluruhan mulai dari pengadaan

bahan baku, proses produksi hingga pemasaran produk. Koordinasi,

pengarahan, pengawasan dan evaluasi terhadap setiap faktor produksi

merupakan tugas dan wewenangnya. Manager selaku pimpinan tertinggi

perusahaan bertanggung jawab atas nama perusahaan untuk urusan-urusan

ekstemal yang berkaitan dengan pemerintah dan masyarakat secara umum.

2. Kepala Bagian Administrasi/Pemasaran

Kepala bagian administrasi/pemasaran bertugas membantu manager dalam

merencanakan dan mengendalikan pemasaran produk dan mengatur

pengelolaan keuangan dan administrasi perusahaan. Dalam menjalankan

tugasnya, kepC!labagian administrasi/pemasaran ini akan dibantu oleh 1 orang

staf di bidang keuangan/administrasi dan 1 orang staf di bidang pemasaran. Staf

keuangan/administrasi bertanggung jawab dalam rnelakukan pencatatan

administrasi dan keuangan perusahaan yang meliputi pemasukan serta

pengeluaran perusahaan, menyiapkan anggaran belanja sesuai dengan rencana

produksi dan penjualan, laporan neraca, arus kas dan rugi laba perusahaan.

Staf pemasaran bertanqqunq jawab dalam merencanakan pemasaran produk

sampai ke tangan konsumen dan bertanggung jawab atas kelancaran proses


6
2

pengiriman produk dari gudang sampai ke tangan konsumen dan transaksi yang

terjadi serta membuat laporan penjualan secara periodik.

3. Kepala 8agian ProduksifTeknik Tambang

Kepala bagian produksi/tambang bertanggung jawab terhadap jalannya produksi

dan penambangan dan bertugas merencanakan produksi berdasarkan kapasitas

rill mesin, ketersediaan tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku yang

disesuaikan dengan rencana penjualan. Selain itu, kepala bagian produksi

bertugas untuk mengendalikan dan memantau kegiatan produksi dan membuat

laporan produksi secara periodik. Kepala bagian produksi akan membawahi

kepala seksi keamanan/gudang, 4 orang operator, 2 orang mekanik, 2 supir dan

20 orang buruh harian .

4. Kepala Seksi Keamanan/Gudang

Kepala seksi keamananigudang akan bertanggung jawab terhadap keamanan

mesin-mesin/alat berat dan hasil produksi serta pabrik secara keseluruhan

dimana kepala bagian keamanan/gudang ini akan dibantu oleh 4 orang satpam.

5. Operator, Mekanik, Supir, Satpam dan 8uruh Harian

Posisi-posisi tersebut merupakan lapisan terbawah dalam struktur organisasi

perusahaan dan msrupakan tenaga pelaksana dengan tugas masing-masing

sesuai dengan seksinya. Tugas-tugas tersebut dilakukan di bawah koordinasi

pimpinan yang bersangkutan.

5.4.2. Kualifikasi dan Kebutuhan Tenaga Kerja

Keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas operasional pada suatu perusahaan

tergantung pada kernarnpuan tenaga kerjanya. Untuk itu perlu adanya kualifikasi

atau persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang tenaga kerja yang mengisi

posisi atau jabatan. Pada industri pengolahan batu andesit ini kualifikasi secara
MANAGER

I
KEPALA BAGIAN KEPALA BAG IAN
Produksi/Tambang Pemasaran/Adminstrasi

1 Orang Seksi Pemasaran


KEPALA SEKSI
Keamanan/Gudang 1 Orang Seksi AdministrasilKeuangan

1 Orang Operator Excavator


1 Orang Operator Stone Crusher
4 Orang SATPAM 2 Orang Supir Dump Truck
2 Orang Mekanik
20 Buruh Harian

Garnbar 4. Struktur Organisasi pada Industri Pengolahan Batu Split


64

umum didasarkan pada pendidikan terakhir atau pengalaman, dengan asumsi

bahwa seseorang yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu atau

memiliki pengalaman tertentu akan memiliki keahlian yang sesuai dengan jenis dan

tingkat pendidikan/pengalaman tersebut. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja berikut

tingkat gaji/upah tenaga kerja tercantum pad a Tabel 8.

Tabel 8. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja dan Tingkat Gaji/upah

No PosisilJabatan Jum Kualifikasi Gaji/Upah


lah (Rp.)
1 Manager 1 Min Sarjana S1 1.000.000,00
2 Kabag. Produksi/tambang 1 Min D3/S1Teknik Tambang 750.000,00
3 Kabag. PasadKeuangan 1 Min D3/S 1 Ekonomi 750.000,00
4 Kasie Keamanan/Gudang 1 Min SLTA 300.000,00
5 Staf Pemasaran 1 Min SMEA/SL TA 400.000,00
6 Staf Keuangan 1 Min SMEA/SLTA 400.000,00
7 Operator Excavator 1 Min STM/Politeknik Mesin 300.000,00
8 Operator Stone Crusher 1 Min STM/Politeknik Mesin 400.000,00
9 Supir Dump truck 2 Min SMP/memiliki SIM 300.000,00
10 Mekanik 2 Min STM 200.000,00
11 Satpam 4 Min SD/berpengalaman 100.000,00

12 Buruh harlan 20 - 300.000,00


Sumber: Usulan penulls dldasarkan pada hasil wawancara dengan responden
produsen batu split di Kabupaten Sumedang pada Bulan Pebruari-April
1999.

5.5. Analisis Aspek Finansial

Analisis finansial merupakan tahap akhir dalarn melakukan kajian kelayakan

pendirian suatu usaha. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui jumlah dana

dan jenis-jenis penggunaannya dalam pendirian dan pengoperasian industri.


65

5.5.1. Asumsi Dasar yang Digunakan

Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam analisis ini didasarkan pada

asumsi-asurnsi dasar sebagai berikut :

1. Umur ekonomis proyek ditetapkan 10 (sepuluh) tahun. Umur ini ditetapkan

berdasarkan umur teknis mesin/alat berat yang digunakan dalam proses

produksi, bukan berdasarkan umur tambang karena lamanya umur tambang

Gunung Kerud (25 tahun).

2. Kapasitas produksi pengolahan batu split ini ditetapkan sebesar 150 m3 per hari

atau 36.000 m3 per tahun.

3. Kegiatan investasi diasumsikan berakhir pada akhir tahun ke-O. Selanjutnya

pada tahun ke-1 sampai tahun ke-10 lini produksi bekerja pada kapasitas

produkst yang ditetapkan.

4. Dalam menentukan nilai produksi diasumsikan hasil produksi batu split yang

terjual adalah 100 persen dari total produksi dan terjual habis pada tahun yang

sama.

5. Sumber modal seluruhnya direncanakan berasal dari modal sendiri.

6. Harga seluruh mesin dan peralatan serta biaya-biaya pada analisis ini bersumber

dari survei lapang kepada perusahaan yang menjual/menyewakan alat berat

dan alat lainnya dan didasarkan pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

yang berlaku pada bulan penelitian (Pebruari - April 1999) yaitu Rp 9.000,00/

US$1,OO.

7. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode_garislurus.

8. Harga jual batu split ditetapkan sebesar Rp. 32.000,00 per m3. Harga tersebut

adalah harga pabrik (biaya angkut ditanggung pembeli) .


66

9. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 25 persen. Penggunaan tingkat

diskonto 25 persen didasarkan pada rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi

bank umum Indonesia pada bulan penelitian.

10. Perusahaan dikenakan pajak keuntungan (PPH) sebesar 10 persen untuk

keuntungan sampai 25 juta rupiah. sebesar 15 persen untuk keuntungan 25 juta

rupiah sampai 50 juta rupiah berikutnya dan 30 persen untuk keuntungan diatas

50 juta rupiah (PP No. 10 Tahun 1994).

5.5.2. Analisis Manfaat Usaha

Manfaat yang digunakan dalam analisis tinansial pada penelitian ini adalah

mantaat yang dapat dlukur (tangible benefit). Mantaat yang dapat diukur terdiri dari

penghasilan (revenue) dan nilal sisa. Penghasilan pada industri pengolahan batu

split ini merupakan nilai produksi yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah

hasil .produksi dengan harga jua!. Nilai sisa didasarkan pada perhitungan

penyusutan terhadap barang modal sesuai umur ekonomisnya.

Pada industri pengolahan batu split lni, hasil produksi per tahun adalah

sebesar 36.000 m3 batu split dengan harga jual per m3 adalah Rp. 32.000,00

sehingga penerimaan yang dihasilkan adalah Rp. 1.152.000,00 per tahun. Mantaat

berupa penjualan produk pada industri ini mulai terjadi pada tahun ke-1 karena hasll

produksi dapat langsung dihasilkan dan dijual, tanpa memerlukan waktu yang relatif

lama untuk proses produksi.

Nilai sisa yang terdapat pada analisis ini dihasilkan dari bangunan. Untuk

bangunan mempunyai umur ekonomis sebesar 20 tahun sehingga terdapat nllai sisa

sebesar Rp 42.500.000,00 yang diperoleh dari slsa umur bangunan sebesar 10

tahun. Untuk peralatan tambang dan kantor pada akhir umur ekonomis diasumsikan

tidak mempunyai nilai sisa.


67

5.5.3. Analisis Biaya Usaha

Biaya yang akan dianalisis pada lndustri pengolahan batu andesit meliputi

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang harus

dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang digunakan dalarn proses

produksi. Sedangkan biaya operasional adalah sejumlah dana yang dikeluarkan

untuk berlangsungnya proses produksi dalam suatu industri.

5.5.3.1. Analisis Biaya Investasi

Biaya investasi pada industri pengolahan batu split ini meliputi biaya pra

penambangan, persiapan dan konstruksi bangunan dan fasilitas penunjang,

peralatan tambang serta peralatan kantor dan sejenisnya. Biaya investasi pra

penambangan meliputi biaya eksplorasi dan biaya perizinan. Biaya eksplorasi yaitu

biaya penyelidikan pertambangan apakah Gunung Kerud sebagai bahan baku

produksi layak dan boleh diusahakan. Berdasarkan hasil survei kepada perusahaan

sejenis, biaya eksplorasi adalah sebesar Rp. 25.000.000,00. Sedangkan untuk

perizinan yang meliputi pengurusan izin SIPD (Surat Izin Pertambangan Daerah),

izln AMDAL dan surat izin sejenisnya diperlukan biaya sebesar Rp.25.000.000,OO.

Karena status Gunung Kerud sebagai tanah kas desa (kepemilikan Gunung

Kerud sepenuhnya milik desa), maka perusahaan tidak perlu rnelakukan

pembebasan tanah. Berdasarkan perjanjian yang dilakukan dengan Pemerintah

Desa setempat maka perusahaan dapat menguasai lokasi Gunung Kerud dan

menggunakan lokasi tersebut sebagai tahan usaha selama umur investasi (10

tahun) dengan memberikan imbalan berupa bagi hasil dari hasil penjualan batu split

sebesar Rp. 1.200,00 1m3 batu split yang dihasilkan kepada Pemerintah Desa

Jatihurip. Setelah kegiatan investasi berakhir rnaka status Gunung Kerud akan

kembali menjadi milik desa (tanah kas desa). Apabila temyata dalam prakteknya di
68

lapangan terdapat biaya pembebasan tanah karena adanya sebagian tanah

penduduk yang terpakai untuk lahan usaha maka biaya pembebasan tanah tersebut

akan dikembalikan pihak Pemerintah Desa Jatihurip rnelalui pendapatan bagi hasil

tersebut.

Untuk tahap persiapan dan konstruksi, biaya yang diperlukan adalah

pematangan lahan dan stock pile seluas 5.000 m2, pembangunan gedung kantor,

base camp dan gudang handak seluas 150 m2 dan pembangunan gudang logistik

seluas 100 m2. Berdasarkan hasil survei kepada perusahaan-perusahaan kontruksi,

untuk pematangan lahan dan stock pile seluas 5.000 m2 diperkirakan mengeluarkan

biaya Rp.2.000,OO per m2 sehingga investasi untuk pematangan lahan ini

menghabiskan biaya Rp.10.000.000,00. Untuk pembangunan gedung kantor dan

base camp diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp.500.000,00 per m2

bangunan, sedangkan untuk gudang handak dan gudang logistik diasumsikan

menghabiskan biaya Rp. 250.000,00 per m2 bangunan, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk bangunan diatas adalah sebesar Rp. 25.000.000,00 untuk

bangunan kantor, base camp dan gudang handak serta gudang logistik sebesar

Rp.50.000.000,00. Total biaya yang dikeluarkan pada tahap persiapan dan

konstruksi adalah Rp. 85.000.000,00.

Investasi lain yang diperlukan adalah mesin dan peralatan yang meliputi

peralatan berat seperti Excavator, Stone Crusher, Dump Truck dan generator set.

Mesin dan peralatan ini umumnya merupakan buatan luar negeri dimana harga

pembelian dihitung berdasarkan Dollar Amerika. Ha_rgapembelian diperoleh dari

survei lapang pada perusahaan-perusahaan yang menjual atau menyewakan alat-

alat berat. Total harga pembelian mencakup harga beli mesin, biaya transportasi

dan bongkar muat sebesar 15 persen dan biaya instalasi hingga lini produksi siap
69

beroperasi sebesar 10 persen dari total harga beli mesin. Untuk penggalian dan

pembersihan vegetasi serta hasil peledakan diperlukan 1 unit Excavator dengan

harga pembeliannya sebesar US$ 65.000,00 dan ditambah biaya transportasi dan

instalasi menjadi sebesar Rp.731.250.000,00. Untuk pemecahan batu hasil

peledakan diperlukan Stone Crusher dengan harga pembelian sebesar

US$ 45.000,00 dan ditambah biaya transportasi dan instalasi menjadi

Rp. 506.250.000,00 beserta generator set dengan harga pembelian sebesar

US$ 11.000,00 dan ditambah biaya transportasi dan instalasi menjadi

Rp. 123.750.000,00. Sedangkan untuk pengangkutan hasil diperlukan 2 unit Dump

Truck dengan harga pembelian US$ 27.500,00 dan ditambah biaya transportasi dan

instalasl menjadi Rp. 309.375.000,00 per unit. Total biaya investasi mesin dan

peralatan adalah sebesar Rp. 1.980.000.000,00.

Biaya investasi untuk peralatan kantor meliputi biaya pembelian alat kantor

dan rneubelalr sebesar Rp. 5.000.000,00, pembelian peralatan administrasi sebesar

Rp. 7.000.000,00, pembelian peralatan base camp, P3K dan keselamatan kerja

sebesar Rp. 3.000.000,00 dan peralatan komunikasi sebesar Rp. 1.000.000,00.

Total biaya investasi untuk peralatan kantor adalah sebesar Rp. 16.000.000,00.

Secara keseluruhan biaya investasi yang dibutuhkan pada industri

pengolahan batu split ini adalah Rp. 2.131.000.000,00. Kebutuhan investasi ini dapat

dilihat pada Tabel Lampiran 1.

5.5.3.2. Analisis Biaya Operasional

Perhitungan biaya operasional pada analisis ini dilakukan dengan basis

tahun. Hal ini ditakukan untuk mengurangi pengaruh dari variasi musiman dan

memudahkan perhitungan. Biaya operasional mencakup biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap merupakan biaya produksi yang diperkirakan relatif tetap dari
70

tahun ke tahun dan tidak dipengaruhi oleh rencana produksi. Biaya variabel adalah

biaya-biaya yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan rencana produksi.

Biaya tetap yang terdapat pada analisis ini adalah biaya pemeliharaan alat

dan bangunan, biaya gaji karyawan tetap dan tunjangan, biaya asuransi alat dan

bangunan, biaya administrasi dan biaya reklamasi. Untuk perhitungan Break Even

Point (BEP), biaya tetap ditambah dengan biaya penyusutan modal, biaya lain-lain

dan biaya pajak. Perhitungan penyusutan ini berdasarkan metoda garis lurus.

Perhitungan penyusutan ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Adapun komponen

biaya tetap dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Peralatan dan Bangunan

Setiap unit produksi memiliki arti penting dalam industri karena memiliki fungsi

tertentu yang saling menunjang dengan unit produksi lainnya, oleh karena itu

perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara rutin dan perbaikan bila

terjadi kerusakan. 8esamya biaya pemeliharaan ini diasumsikan tetap yaitu

sebesar Rp. 81.220.000,00. Besamya biaya ini diperkirakan melalui persentase

tertentu dari nilai investasinya dan disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi unit

produksi tersebut. Persentase biaya tersebut adalah untuk bangunan sebesar 2

persen atau 40 persen dari nilai penyusutannya, peralatan tambang/alat berat

sebesar 4 persen atau sebesar 40 persen dari nilai penyusutan dan peralatan

kantor sebesar 1 persen atau sebesar 10 persen dari nilai penyusutannya.

Perhitungan secara rinci terdapat pada Tabel Lampiran 3.

2. Gaji Karyawan Tetap dan Tunjangan

Gaji karyawan tetap dan tunjangan diperkirakan berdasarkan standar upah yang

berlaku pada industri-industri sejenis serta sesuai ketentuan pemerintah tentang

upah. Taksiran gaji karyawan tetap dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Gaji
71

karyawan tetap dan tunjangan per tahun mencapai Rp. 80.700.000,00.

Tunjangan, asuransi dan uang lembur diasumsikan sebesar 25 persen dari total

upah dan gaji.

3. Asuransi Alat dan Bangunan

Barang-barang modal seperti peralatan dan bangunan pada industri ini

diasuransikan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diduga seperti

kecelakaan, kebakaran atau bencana alam. Besarnya premi adalah 1 persen

dari total nilai peralatan dan bangunan. Total biaya premi asuransi diasumsikan

tetap sebesar Rp. 20.970.000,00 per tahun.

4. Administrasi

Biaya administrasi adalah pengeluaran dana yang berhubungan dengan

administrasi perkantoran dan pembiayaan fasilitas penunjang. Biaya

administrasi ini meliputi pengadaan alat tulls kantor, biaya telepon dan listrik,

surat-rnenyurat dan sebagainya. Biaya administrasi diasumsikan tetap dan

diperkirakan sebesar Rp. 500.000,00 per bulan atau Rp. 6.000.000,00 per tahun.

5. Reklamasi

Biaya reklamasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan reklamasi di

wilayah pertambangan. Biaya ini meliputi penimbunan lahan kembali dan

revegetasi yang besamya adalah Rp. 1.000.000,00 per tahun. Besamya biaya

reklamasi didasarkan pada kewajiban jaminan biaya reklamasi yang ditetapkan

Pemerintah Daerah setempat.

Biaya variabel yang terdapat pada anal isis ini adalah biaya bahan bakar

solar, pelumas dan gemuk, biaya pemboran dan peledakan, biaya upah tenaga kerja

langsung, biaya penggantian ban, biaya retribusi produksi dan bagi hasil dengan

desa. Biaya variabel tersebut adalah sebagai berikut :


72

1. Bahan Bakar Solar, Pelumas dan Gemuk

Mesin dan Peralatan yang digunakan untuk. meruatankan produksi memerlukan

bahan bakar sebagai alat penggerak mesin dan peralatan. Bahan bakar yang

digunakan adalah solar. Terdapat 4 mesin/peralatan yang memerlukan bahan

bakar solar, yaitu 1 unit Excavator, 1 unit Stone Crusher dan generator set serta

2 unit Dump Truck. Untuk Excavator diperlukan sebanyak 70 liter per hari untuk

pengoperasiaannya, sedangkan untuk Stone Crusher dan genset diperlukan 150

liter untuk produksi 150 m3 perhari. Dump Truck masing-masing memerlukan 50

liter solar untuk pengoperasiaannya sehingga total penggunaan bahan bakar

solar untuk semua mesin/peralatan adalah 320 liter per hari. Total biaya

pengeluaran untuk bahan bakar solar adalah Rp. 42.920.000,00 per tahunnya.

Untuk pelumas diperlukan 7 liter pelumas setiap hari dan untuk gemuk sebanyak

1 kilogram per hari sehingga biaya pengeluaran untuk pelumas sebesar

Rp. 10.920.000,00 per tahun dan untuk gemuk sebesar Rp. 1.560.000,00 per

tahun.

2. Pemboran dan Peledakan

Untuk mendapatkan bahan baku produksi yang berasal dan gunung batu

andesit, rnaka diperlukan pemboran dan peledakan. Pemboran dan peledakan

ini dilakukan oleh PT. Dahana selaku perusahaan yang memiliki izin peledakan

bekerja sama dengan pihak perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pimpinan CV. Gumelar yang melakukan kontrak kerjasama dengan PT. Dahana

dalam melakukan peledakan, untuk kapasitas produksl 30 m3 per hari dilakukan

pemboran/peledakan yang memerlukan 300 lubang peledakan dalam setahun.

Sehingga untuk mencapai kapasitas produksi sebesar 150 m3 diperlukan 1500

lubang peledakan dalarn setahun. Biaya pemboranlpeledakan ini adalah


73

Rp. 35.000,00 per lubangnya, sehingga total biaya pemboran/peledakan per

tahun adalah Rp. 52.500.000,00. Tarif peledakan per lubang didasarkan pada

tarif yang ditetapkan perusahaan peledakan PT Dahana pada wilayah Jatihurip

Kabupaten Sumedang.

3. Upah Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses

produksi. Tenaga kerja langsung pada industri ini adalah operator alat berat

yang terdiri dari 1 orang operator Excavator, 1 orang operator Stone Crusher, 2

supir Dump Truck dan 20 orang buruh harian pemecah batu traoislonal. Upah

operator Excavatorsebesar Rp. 300.000,00 per bulan sedangkan operator Stone

Crusher sebesar Rp. 400.000,00 per bulan. Supir Dump Truck menerima upah

Rp. 15.000,00 per hari atau Rp. 300.000,00 per bulan sedangkan buruh harian

menerima upah Rp. 3.000/m3 dimana dalam satu hari buruh tersebut dapat

memecah batu sebanyak 3 m3, sehingga upah yang diterima buruh dalam satu

hari adalah Rp. 9.000,00. Untuk mencapai kapasitas produksi 150 m3, maka

diperlukan 20 orang buruh harlan sehingga total upah buruh harlan ini adalah

Rp. 3.600.000,00 per bulan. Total biaya upah tenaga kerja langsung adalah

Rp. 58.800.000,00 per tahun.

4. Penggantian Ban Dump Truck

Untuk pengangkutan hasil produksi ke gudang logistik, diperlukan Dump Truck

sebagai alat angkut. Dalam setiap tahunnya, dianggarkan 6 ban untuk 1 unit

yang dicadangkan sebagai penggantian ban Dump Truck ini. Berdasarkan hasll

survei lapang di wllayah Sumedang pada tahun 1999, harga beli satu buah ban

Dump Truck adalah Rp. 1.500.000,00. Total biaya penggantian ban adalah

Rp. 18.000.000,00 pertahun.


74

5. Retribusi Produksi dan 8agi Hasil dengan Oesa

Sesuai dengan ketentuan dari pemerintah daerah setempat, rnaka setiap 1 m3

hasHproduksi dikenakan biaya retribusi produksi sebesar Rp. 300,00. Sehingga

dengan kapasitas produksi per hari sebesar 150 m3, maka total biaya retribusi

produksi yang dikeluarkan adalah Rp. 10.800.000 per tahun. Karena status

Gunung Kerud sebagai tanah kas desa, maka sesuai kesepakatan dengan

pemerintah desa, setiap 1 m3 hasil produksi yang terjual dikenakan bagi hasil

dengan desa sebesar Rp. 1.200,00. Total biaya yang dikeluarkan untuk bagi

hasil dengan desa adalah Rp. 43.200.000,00.

Untuk mengantisipasi timbulnya biaya tak terduga dan kemungkinan

kesalahan perhitungan, maka ditetapkan biaya lain-lain sebesar 10 persen dari total

biaya operasional. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1994, perusahaan dikenakan

pajak penghasilan sebesar 30 persen dari laba bersih, karena laba bersih yang

dihasilkan diatas Rp. 50.000.000,00 per tahunnya.

5.5.4. Tingkat KeJayakan Usaha

Dari hasil perhitungan terhadap arus manfaat dan biaya, maka dapat

ditentukan apakah investasi yang dilakukan pada industri pengolahan batu pecah ini

layak diusahakan secara finansial. Seperti yang teiah diuraikan pada metode

penelitian, untuk menilai kelayakan investasi pada industri pengolahan batu pecah

ini digunakan tiga kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio (NBCR) dan Internal Rate of Return (IRR) serta perhitungan payback period.

Nilai NPV, NBCR dan IRR yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi

diperoleh dengan membandingkan manfaat dan biaya. Dari perbandingan tersebut

diperoleh nilai manfaat bersih setelah dikurangi pajak (net benefit after tax) yang

kemudian dikalikan dengan tingkat diskonto sebesar 25 persen (discount rate) setiap
75

tahunnya untuk memperhitungkan nilai waktu terhadap nilai manfaat bersih. NPV

diperoleh dari hasil kumulatif manfaat bersih setelah didiskonto selama umur proyek.

NBCR diperoleh dari hasH pembagian antara jumlah manfaat bersih setelah

didiskonto yang bernilai positif dengan jumlah manfaat bersih setelah didiskonto

yang bernilai negatif. IRR diperoleh dengan cara coba-coba (trial and error) dari

NPY positif dan akhirnya mencapai negatif yang kemudian diinterpolasi.

Dari hasil perhitungan, pada tahun ke-O manfaat bersih setelah pajak pada

industri pengolahan batu pecah ini masih bernilai negatif, yaitu sebesar

Rp. 2.131.000.000,00 karena pada tahun tersebut baru dilaksanakan kegiatan

investasi sedangkan kegiatan produksi belum berjalan. Besarnya nilai investasi

yang dikeluarkan pada tahun tersebut terutama didominasi oleh besamya nilai

investasi peralatan tambang yang mencapai sebesar 92 persen dari total investasi.

Manfaat bersih setelah pajak yang diterima bernilai positif terjadi pada tahun ke-1,

yaitu sebesar Rp. 470.995.700,00 dan nilai ini besamya tetap sama sampai dengan

tahun ke-5. Pada tahun ke-6 manfaat bersih setelah pajak turun menjadi sebesar

Rp. 459.795.700,00 karena adanya biaya investasi yang dikeluarkan untuk peralatan

kantor sebesar Rp. 16.000.000,00. Pada tahun ke-7 terjadi peningkatan nilai

manfaat bersih setelah pajak dibandingkan pada tahun ke-6 menjadi sebesar

Rp.470.995.700,OOdan berlangsung sampai dengan tahun ke-9. Pada akhir umur

investasi, terjadi peningkatan nilai manfaat bersih setelah pajak menjadi sebesar

Rp.500.745.700,00. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut terdapat peningkatan

manfaat (Inflow ) dengan adanya niJai sisa dari bangunan yang terjadi pada akhir

umur proyek yaitu sebesar Rp. 42.500.000,00.

Berdasarkan hasll perhitungan pada Tabel Lampiran 5, didapatkan besarnya

nilai NPV pada industri pengolahan batu pecah ini sebesar - Rp. 448.825.505,30.
76

Hal ini berarti bahwa nilai pendapatan laba yang diperoleh dengan

memperhitungkan nilai waktu uang selama sepuluh tahun adalah sebesar -

Rp.448.825.505,30 atau industri ini tidak menghasilkan pendapatan laba bahkan

mengalami kerugian sebesar Rp. 448.825.505,30. Berdasarkan kriteria investasi,

maka investasi ini tidak layak diusahakan karena nilai NPV yang terjadi lebih kecil

daripada nol (negatif).

Dilihat dari nilai NBCR, industri pengolahan batu pecah ini mempunyai nilai

NBCR sebesar 0,789. Hal ini berarti bahwa untuk setiap nilai sekarang, setiap

pengeluaran sebesar satu rupiah hanya akan menambah nilai pendapatan bersih

sekarang sebesar 0.789 rupiah. Berdasarkan kriteria investasi, maka dengan nilai

NBCR lebih kecil dari satu, industri ini tidak layak diusahakan.

Dilihat dari kriteria IRR, IRR yang terjadi adalah sebesar 17,83 persen.

Tingkat IRR ini diperoleh dari interpolasi NPV yang bernilai 0 yang terletak antara

nilai NPV dengan tingkat diskonto 17 yang bernilai positif sebesar Rp. 65.188.966,30

dan nilai NPV dengan tingkat diskonto 18 persen yang bernilai negatif sebesar

- Rp. 13.278.069,90. IRR sebesar 17,83 persen menunjukkan kemampuan proyek

dalam mengembalikan bunga pinjaman adalah sebesar 17,83 persen. Dengan

tingkat diskonto sebesar 25 persen, maka industri ini tidak layak diusahakan karena

IRR lebih kecil dari tingkat diskonto. Dengan kata lain, tingkat IRR sebesar 17,83

persen lebih kecil dari opportunity cost of capita/nya sebesar 25 persen sehingga

tidak layak dan menguntungkan untuk diinvestasikan.

Untuk mengetahui berapa lama biaya investasi dapat tertutupi digunakan

perhitungan dengan metode discounted payback period. Pada metode ini terlebih

dahulu dilakukan diskonto terhadap manfaat bersih yang diperoleh yang kemudian

dikumulatifkan dari tahun ke tahun. Pada saat manfaat bersih kumulatif pertama kall
77

bernilai positif maka pada saat itu investasi sudah kembali. Berdasarkan hasil

perhitungan tingkat pengembalian investasi pada industri pengolahan batu pecah ini,

pada akhir tahun ke-10 manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif yaitu

- Rp.448.825.505,30. Dengan kata lain, biaya investasi pada industri pengolahan

batu pecah ini tidak dapat tertutupi dan kembali pada akhir umur investasi sehingga

berdasarkan kriteria payback period, industri ini juga tidak layak diusahakan.

5.5.5. Anallsls Titik Impas (Break Even Point) Usaha

Analisis titik impas (Break Event Point) usaha merupakan suatu analisis yang

biasa dipergunakan untuk memperkirakan berapa minimal perusahaan harus

menghasilkan dan menjual produknya agar tidak mengalami kerugian. Titik impas

merupakan suatu kondisi dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan

tidak mengalami kerugian, atau dengan kata lain perusahaan memperoleh laba =
(Husnan dan Suwarsono, 1994).

Perhitungan titik impas (BEP) secara umum dilakukan dengan menggunakan

prinsip-prinsip akuntansi, dimana penafsiran profitabilitas adalah laba bersih. Untuk

itu perlu dilakukan perhitungan estimasi Rugi-Laba menurut prinsip akuntansi.

Penghasilan sebesar Rp. 1.152.000.000,00 diperoleh dari penjualan hasil produksi

sebanyak 36.000 m3 batu split dengan harga jual Rp. 32.000,00. Biaya produksi

dianalisis juga berdasarkan prinsip akuntansi, sehingga tidak terdapat biaya

investasi. Biaya investasi ini dimasukkan dalam katagori biaya tetap yaitu dalam

komponen biaya penyusutan. Biaya penyusutan dihitung dengan metode

penyusutan garis lurus dengan rumus :


Nilai pernbelian - Nilai Sisa

Penyusutan per tahun =


78
Umur Teknis Peralatan
Sehingga biaya tetap terdiri dari komponen biaya penyusutan, gaji karyawan tetap,

pemeliharaan alat dan bangunan, asuransi, administrasi dan reklamasi. Perhitungan

biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabe] Lampiran 4. Total nilai penyusutan

barang modal adalah Rp. 210.450.000,00 per tahun.

Biaya variabel juga terdiri dari komponen bahan bakar dan pelumas,

pemboran dan peledakan, upah tenaga kerja langsung, penggantian ban, retribusi

produksi dan bagi hasil dengan desa. Disamping itu terdapat biaya lain-lain yang

besarnya diasumsikan sebesar 10 persen dari total biaya tetap dan variabel dan

pajak penghasHan sebesar 30 persen dari laba bersih. Dari estimasi perhitungan

penjualan dan biaya selama 10 tahun diperoleh laba bersih yang dapat dilihat pada

Tabel Lampiran 6. Dari hasil perhitungan tersebut, perusahaan memperoleh laba

bersih setelah pajak sebesar Rp. 308.949.200,00 pada tahun ke-t sampai dengan

tahun ke-10.

Dalam rnelakukan perhitungan titik impas (BEP), biaya lain-lain dan pajak

dimasukkan ke dalam biaya tetap sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan (over

estimate). Dari hasll perhitungan -BEP yang dilakukan per tahun, rnaka pada tahun

ke-1 sampai tahun ke-10 perusahaan mencapai titik impas pada penjualan produk

sebanyak 23.728 m3 batu split dengan nilai penjualan Rp. 759.293.966,24. Dengan

kata lain, perusahaan akan mencapai kondisi impas (laba=O), jika mampu menjual

sebesar 65,91 persen dari total penjualan yang direncanakan. Jika perhitungan

diakumulasikan selama umur investasi, maka perusahaan akan mencapai titik impas

jika mampu menjual sebanyak 237.279 m3 batu split dengan nilai penjualan sebesar

Rp. 7.592.939.662,40 atau 65,91 persen dari total penjualan yang direncanakan.

Nilai BEP ini diperkirakan dicapai setelah tahun ke-6 sebelum tahun ke-7.
Dari hasil perhitungan diatas, terdapat perbedaan yang tajam antara, hasil

perhitungan titik impas (BEP) ini dengan hasil anallsis finansial yang didasarkan

pada cash flow. Dari empat kriteria investasi (NPV, IRR, NBCR dan PBP) pada

analisis finansial tersebut, disimpulkan industri pengolahan ini tidak mampu

menghasilkan keuntungan sehingga tidak layak dan tidak menguntungkan

dilaksanakan, sedangkan pada perhitungan titik impas (BEP) ini industri mampu

mencapai titik lrnpas, yang berarti perusahaan mampu menciptakan

keuntungan/laba setiap tahunnya sehingga perbedaan ini dapat menyulitkan

pengambilan keputusan. Perbedaan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan

mendasar pada asumsi dan prinsip perhitungan pada kedua analisis sehingga

menyebabkan hasil perhitungan menjadi berbeda. Perbedaan-perbedaan yang

terjadi adalah :

1. Pada analisis finansial yang didasarkan aliran kas tidak terdapat biaya

penyusutan karena investasi langsung diakumulasikan pada tahun ke-O,

sedangkan pada analisis BEP ini perhitungan didasarkan pada prinsip akuntansi

dimana biaya investasi disebar disetiap periode produksi dalam bentuk biaya

penyusutan dengan asumsi penyusutan linier. Besarnya nilai penyusutan yang

didasarkan pada asurnsi linier ini tidak konsisten dengan nilai investasi yang

langsung diakumulasikan pada tahun ke-O karena adanya pengaruh nilai waktu

uang.

2. Pada ana!isis finansial yang didasarkan aliran kas memperhitungkan nilai waktu

uang sehingga laba bersih sete!ah pajak dikenakan tingkat diskonto sebesar 25

persen, sedangkan pada analisis BEP tidak memperhitungkan niali waktu uang.
8
0

3. Pada analisis finansial yang didasarkan aliran kas, niJai sisa diperhitungkan

sebagai manfaat (penghasilan) sedangkan pada analisis BEP penghasilan

hanya berasal dari penjualan saja.

4. Biaya lain-lain yang diasumsikan sebesar 10 persen dari biaya operasional,

dalam analisis finansial yang didasarkan pada arus kas menjadi lebih kecil

dibandingkan pada analisis rugi laba karena pada analisis rugi laba, adanya

komponen biaya penyusutan dalam biaya tetap sehingga total biaya operasional

menjadi lebih besar yang berpengaruh pada biaya lain-lain pada analisis rugi

laba menjadi lebih besar dibandingkan pada analisis finansial yang didasarkan

pada arus kas.

5. Pajak yang dikeluarkan perusahaan pada analisis finansial yang didasarkan

pada arus kas menjadi lebih besar dibandingkan pajak yang dikeluarkan

perusahaan pada analisis rugi-Iaba karena adanya manfaat bersih yang lebih

besar pada analisis arus kas. Lebih besarnya manfaat bersih yang dihasilkan

pada analisis arus kas disebabkan karena pada arus kas tidak memperhitungkan

biaya penyusutan sehingga beban biaya tetap menjadi lebih keci!. Biaya tetap

yang lebih kecil akan menyebabkan manfaat bersih yang diterima menjadi lebih

besar.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhitungan tltik impas

(BEP) diatas memiliki satu kelemahan yaitu tidak memperhitungkan nilai waktu

uang. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dibuat perhitungan titik impas

(BEP) yang didasarkan pada asumsi profitabilitas adalah NPV sehingga perusahaan

dapat dikatakan mencapai titik impas jika mencapai NPV = 0 yang biasa disebut

analisis BEP yang dimodifikasi (Husnan dan Suwarsono, 1994).


81

Dalam analisis ini, pada berbagai unit penjualan hasil produksi, arus manfaat

(inflow) dan arus biaya (outflow) didiskontokan dengan tingkat diskonto 25 persen.

Setelah didapatkan masing-masing nilai PV inflow dan PV outflow dilakukan

pencarian titik impasnya (BEP) dengan mencari persamaan umum dari PV inflow

dan PV outflow. Persamaan umum dari PV inflow dan PV outflow diselisihkan


sehingga didapatkan persamaan baru. Dengan memasukkan nilai NPV (Y) = pada

persamaan baru, maka dapat diketahui pada unit penjualan berapa (X) perusahaan

mencapai titik impas (NPV=O).

Berdasarkan analisis finansial pada Tabel Lampiran 5, industri ini mencapai

nilai NPV sebesar - Rp. 448.825.505,30 pada unit penjualan 36000 per tahun.

Karena hasil NPV negatif, maka perlu dicari pada unit penjualan berapa NPV yang

dihasilkan positif sehingga dapat diketahui nilai titik impasnya (BEP). Dengan

asumsi perubahan unit penjualan produksi hanya akan mempengaruhi hasil

penjualan dan biaya variabel secara proporsional, sedangkan biaya investasi dan

biaya tetap nilainya tidak berubah (sesuai dengan prinsip akuntansi) maka pada

berbagai unit penjualan didapatkan nilai NPV, PV Inflow dan PV Outflow pada Tabel

9 sebagai berikut :

Tabel 9. Nilai NPV, PV Inflow dan PV Outflow Pada Berbagai Unit Penjualan

No. Unit Penjualan PVINFLOW PVOUTFLOW NPV


(m3 per tahun) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)

1.
2.
36000
4.547.500,00
4.118.339.500,00
2.657.433.486,30
4.567.165.005,30
-2.652.885.986,30
-448.825.505,30
3. 46800 5.352.477.100,00 5.140,084.461,00 212.392.639,00
Sumber : Data diolah
82

Perincian perhitungan pada Tabel 9 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8.

Dari hasll perhitungan, dengan regresi sederhana didapatkan persamaan PV

INFLOW yaitu :
\..._..
I
(

y = 4.547.499,80 + 114.272,00 X

Dan persamaan PV OUTFLOW yaitu: '


L./'

Y = 2.657.433.487,00, + 53.048,~0 X

Kemudian PV INFLOW DAN PV OUTFLOW diselisihkan menjadi :


,
Y= 4.547.499,80 + 114.272,00 X
Y= 2.657.433.487,00 + 53.048,10 X_

Y= - 2.652.885.987,20 + 61.223,90 X
0=- 2.652.885,987,20 + 61.223,90X

X = 43.330,89

Titik impas didapat dengan memasukkan Y=Oyang berarti nilai NPV=O. Nilai

X yang didapatkan merupakan nilai titik impas (BEP) yang merupakan nilai

penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian (laba=O). Dari hasil

perhitungan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada kondisi impas jika

perusahaan mampu menjual produk sebanyak 43.330,89 m3 batu split atau jika

dibulatkan menjadi 43.331 m3 batu split dengan nilai penjualan adalah sebesar

Rp. 1.386.592.000,00 per tahun.

5.5.S. Analisis Sensitivitas

Dari hasll analisis finansial, industri pengolahan batu split yang dikembangkan

oleh PT. Rimantono CP ini tidak layak diusahakan berdasarkan pada kriteria

investasi diatas. Kondisi ini terjadi bila tidak terdapat perubahan pada arus manfaat

atau biaya. Untuk melihat pengaruh yang terjadi dengan adanya perubahan dimasa

datang terhadap arus manfaat dan arus biaya diperlukan suatu analisis sensitivitas.
83

Karena hasil analisis finansial menunjukkan industri ini tidak layak

diusahakan, dengan demikian analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual dan

kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen otomatis membuat industri ini menjadi

tidak layak karena penurunan harga jual membuat nilai penerimaan manfaat (inflow)

berkurang dan kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen membuat nilai

pengeluaran (outflow) menjadi lebih tinggi sehingga manfaat bersih (net benefit) juga

akan berkurang yang mengakibatkan nilai kriteria investasi NPV, IRR, NBCR dan

payback period masuk dalam katagori tidak layak.

Dari hasil analisis finansial yang dilakukan, terlihat bahwa yang menjadi

salah satu sebab industri ini menjadi tidak layak diusahakan karena besarnya biaya

investasi yang dikeluarkan yang tidak dapat diimbangi dengan penerimaan manfaat

yang dihasilkan selama sepuluh tahun. Besarnya biaya investasi ini didominasi

oleh besamya biaya investasi pada mesin dan peralatan tambang yang mencapai 92

persen dari total biaya investasi yang dikeluarkan yaitu sebesar

Rp.1.980.000.000,OO dari total biaya investasi Rp.2.131.000.000,OO. Relatif

besarnya biaya investasi pada mesin dan peralatan ini dilatarbelakangi oleh

tingginya nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dollar Amerika karena umumnya mesin

dan peralatan tambang ini buatan luar negeri dimana harqa beIi didasarkan pada

Dollar Amerika. Pada saat penelitian dilakukan, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika adalah Rp. 9.000,00 per Dollar Amerika (BPS, 1999).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan analisis sensitivitas dengan

mempertimbangkan situasi perekonomian yang membaik dengan melihat perubahan

pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berupa peningkatan nilai Rupiah

terhadap Dollar Amerika dari Rp. 8.000,00 sampai dengan Rp. 7.000,00 per satu

Dollar Amerika. Peningkatan sampai dengan Rp. 7.000,00 per Dollar Amerika
84

dilakukan berdasarkan perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

yang eenderung naik dan stabil pada kisaran Rp. 7.000,00 sampai dengan

Rp. 8.000,00 selama Januari - Juli 1999 (BPS, 1999). Hasll analisis sensitivitas ini

disajikan pada Tabel Lampiran 9, 10, 11.

Pada peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi

sebesar Rp. 7.000,00 per US$ 1,00, maka terjadi penurunan biaya investasi menjadi

sebesar Rp. 1.691.000.000,00 yang dipengaruhi oleh turunnya biaya investasi

peralatan tambang sebesar Rp.1.540.000.000,OO. Perubahan ini juga

mengakibatkan perubahan pada arus biaya yaitu penurunan biaya operasional

sebesar Rp. 454.949.000,00 yang disebabkan oleh turunnya biaya pemeliharaan

alat dan asuransi alat, Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapatkan nilai NPV

sebesar Rp. 51.667.234,70, NBCR sebesar 1,031 dan IRR sebesar 26,00 persen.

Berdasarkan perhitungan Payback Periode, pengembalian investasi diperoleh

setelah 9,0763 tahun (9 tahun 18 hari). Berdasarkan kriteria investasi, maka

industri pengolahan batu split ini menjadi layak diusahakan karena NPV yang

dihasilkan positif, NBCR lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari 25 persen

serta tingkat pengembalian investasi masih lebih kecil dari umur investasi proyek.

Pada peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi

sebesar Rp. 7.500,00 per US$ 1,00, juga terjadi penurunan biaya investasi menjadi

sebesar Rp. 1.801.000.000,00 yang dipengaruhi oleh turunnya biaya investasi

peralatan tambang sebesar Rp. 1.650.000.000,00. Perubahan ini juga

mengakibatkan perubahan pada arus biaya yaitu penurunan biaya operasional

menjadi sebesar Rp. 460.999.000,00 yang disebabkan oleh turunnya biaya

pemeliharaan alat dan asuransi alat. Berdasarkan hasil perhitungan, maka

didapatkan nilai NPV sebesar - Rp.73.455.950,30, NBCR sebesar 0,959 dan IRR
85

sebesar 23,64 persen. Berdasarkan perhitungan payback periode, pada tahun ke-10

tidak terjadi pengembalian investasi karena akumulasi nilai manfaat bersih rnasih

bernilai negatif. Berdasarkan kriteria investasi, maka industri pengolahan batu split

ini menjadi tidak layak diusahakan karena NPV yang dihasilkan neqatit, NBCR lebih

kecil dari satu dan IRR lebih kecil dari 25 persen serta tingkat pengembalian

investasi lebih besar dari umur investasi proyek.

Pada peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi

sebesar Rp. 8.000,00 per US$ 1,00, juga terjadi penurunan biaya investasi menjadi

sebesar Rp. 1.911.000.000,00 yang dipengaruhi oleh turunnya biaya investasi

peralatan tambang sebesar Rp. 1.760.000.000,00. Perubahan ini juga

mengakibatkan perubahan pada arus biaya yaitu penurunan biaya operasional

menjadi sebesar Rp. 467.049.000,00 yang disebabkan oleh turunnya biaya

pemeliharaan alat dan asuransi alat. Berdasarkan hasil perhitungan, rnaka

didapatkan nilai NPV sebesar - Rp.198.579.135,30, NBCR sebesar 0,896 dan IRR

sebesar 21,54 persen. Berdasarkan perhitungan payback periode, pada tahun ke-10

tidak terjadi pengembalian investasi karena akumulasi nilai manfaat bersih masih

bernilai negatif. Berdasarkan kriteria investasi, maka industri pengolahan batu split

ini menjadi tidak layak diusahakan karena NPV yang dihasilkan negatif, NBCR lebih

kecil dari satu dan IRR lebih kecil dari 25 persen serta tingkat pengembalian

investasi lebih besar dari umur investasi proyek.

Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa industri ini

dapat layak dilaksanakan, jika nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika stabil dan

berada pada kisaran setidaknya Rp.7.000,00/US$ 1,00 dengan asumsi bahwa

kenaikan nilai tukar ini tidak diikuti oleh turunnya harga jual produk di pasar.
86

5.5.7. Alternatif Sewa Mesin Produksi dalam Penyediaan Peralatan Produksi

Seperti telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, ketidaklayakan

pendirian industri pengolahan batu split andesit ini disebabkan karena biaya

investasi yang dikeluarkan tidak dapat tertutupi oleh akumulasi keuntungan (Iaba

bersih) yang dihasilkan selama umur investasi dengan tingkat diskonto sebesar 25

persen. Biaya investasi ini sebagian besar (92 persen) dikeluarkan untuk membeli

mesin dan peralatan tambang yang digunakan dalam proses produksi. Mesin dan

peralatan tambang ini umumnya buatan luar negeri sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk pembeliannya didasarkan .pada Dollar Amerika. Pada saat penelitian

dilakukan, kondisi perekonomian Indonesia sedang mengalami resesi dimana nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami depresiasi cukup tajam sehingga

mencapai Rp.9.000,OOper US$ 1,00 pada saat itu. Hal ini mengakibatkan harga

pembelian mesin dan peralatan tambang otomatis meningkat tajam sehingga

mengakibatkan biaya investasi menjadi sangat besar. Untuk itu muncul alternatif

lain dalam memperoleh faktor produksi tersebut selain dengan membeli, yaitu

dengan rnelakukan penyewaan mesin dan peralatan tambang yang digunakan

dalam proses produksi.

Alternatif ini muncul didasari pada kenyataan oi lapang bahwa ternyata

sebagian besar industri sejenis di Sumedang mengalami kekurangan atau

kehabisan bahan baku batu split datam proses produksinya, sehingga mesin

produksi yang dimilikinya berada dalam kapasitas menganggur (idle capacity).

Kondisi ini mengakibatkan opportunity cost mesin produksi menjadi sarna dengan

nol karena tidak adanya proses produksi sehingga tidak ada keuntungan dari hasil

penjualan produknya. Oleh karena itu harga sewa mesin produksi menjadi lebih

murah di wilayah Sumedang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak


87

perusahaan dan Workshop PU Cimalaka, harga sewa mesin produksi yang terdiri

dari 1 unit Excavator serta I unit Stone Crusher dan genset adalah Rp. 5.000,00 per

m3 hasil produksi atau sebesar Rp. 180.000.000,00 per tahun.

Dalam melakukan perhitungan dan analisis finansial dengan penyewaan

mesin produksi sebagai alternatif memperolehnya, maka biaya sewa mesin

dimasukkan dalam katagori biaya variabel karena besarnya biaya tersebut

dipengaruhi oleh perubahan rencana produksi (iurnlah unit yang diproduksi)

sehingga biaya variabel menjadi sebesar Rp. 425.700.000,00 per tahunnya. Biaya

tetap yang dikeluarkan menjadi lebih keeil menjadi sebesar Rp. 176.580.250,00

karena berkurangnya biaya pemeliharaan alat dan asuransi alat menjadi sebesar

Rp. 176.580.250,00. Biaya pemeliharaan dan asuransi alat berkurang karena

dengan menyewa mesin, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan

dan asuransi mesin karena pemilik mesin menanggung biaya tersebut. Perusahaan

hanya mengeluarkan biaya pemeliharaan dan asuransi untuk kendaraan angkut

hasil produksi Dump Truck 2 Unit, bangunan dan peralatan kantor.

Dari hasil perhitungan pada Tabel Lampiran 12 diperoleh hasil bahwa pada

tahun ke-O manfaat bersih setelah pajak pada industri pengolahan batu peeah ini

bernilai negatif, yaitu sebesar Rp. 769.750.000,00 karena pada tahun tersebut baru

dilaksanakan kegiatan investasi sedangkan kegiatan produksi belum berjalan.

Namun biaya investasi ini menjadi lebih keeil dibandingkan dengan biaya investasi

pada analisis finansial sebelumnya dimana rnesin produksi diperoleh dengan cara

membeli. Manfaat bersih setelah pajak yang diterima bernilai positif terjadi pada

tahun ke-1, yaitu sebesar Rp.384.803.825,00 dan nilai ini besarnya tetap sarna

sampai dengan tahun ke-5. Pada tahun ke-6 manfaat bersih setelah pajak turun

menjadi sebesar Rp.373.603.825,00 karena adanya biaya investasi yang


88

dikeluarkan untuk peralatan kantor sebesar Rp. 16.000.000,00. Pada tahun ke-7

terjadi peningkatan nilai manfaat bersih setelah pajak dibandingkan pada tahun ke-6

menjadi sebesar Rp.384.803.825,00 dan berlangsung sampai dengan tahun ke-s.

Pada akhir umur investasi, terjadi peningkatan nllai manfaat bersih setelah pajak

menjadi sebesar Rp.414.553.825,00. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut

terdapat peningkatan manfaat (Inflow) dengan adanya nitai sisa dari bangunan yang

terjadi pada akhir umur proyek yaitu sebesar Rp. 42.500.000,00.

Dari hasil perhitungan dengan tingkat diskonto 25 persen, temyata industri ini

menjadi layak diusahakan. Industri ini menjadi layak karena nilai NPV yang

dihasilkan adalah Rp.604.633.309,08, nilai NBCR adalah 1,785, IRR adalah 49,01

persen dan payback period adalah 3,118 tahun atau 3 tahun 1 bulan 8 hari.

Berdasarkan kriteria investasi karena nilai NPV positif, NBCR lebih besar dari satu,

IRR lebih besar dari tingkat diskonto 25 persen dan payback period lebih kecil dari

, umur investasi maka industri ini layak dilaksanakan dan menguntungkan.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyewaan mesin

produksi merupakan salah satu alternatif yang sang at baik dalam memperoleh faktor

produksi utama yaitu mesin produksi bagi perusahaan pada industri pengolahan

batu split ini. Dengan melakukan penyewaan rnesin produksi, maka industri ini

menjadi layak dan menguntungkan diusahakan didasarkan pad a hasil perhitungan

kriteria investasi yaitu NPV, NBCR, IRR dan payback period yang relatif tinggi yang

mencerminkan industri ini akan menghasilkan keuntungan yang cukup besar.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1, Kesimpulan

Berdasarkan analisis potensi dan kendala pendirian industri pengolahan batu

split andesit dari aspek pemasaran terlihat adanya potensi pemasaran yang cukup

baik dilihat dari permintaan pasar batu split untuk Kabupaten Sumedang yang cukup

besar yaitu 250.000 m3 batu split 'sarnpai dengan 430.000 m3 batu split per tahun.

Di samping itu, tingkat persaingan yang relatif kecil karena produsen batu split

sedikit dan besarnya margin pemasaran produk yang berasal dart luar wilayah

Sumedang membuat peJuang pemasaran produk ini relatif besar. Dari hasil analisis

potensi dan kendala dari aspek teknis dan manajemen terlihat bahwa aspek teknis

dan manajemen juga mendukung terlaksananya pendirian industri ini.

Sedangkan berdasarkan hasil anal isis finansial yang didasarkan pada aliran

kas (cash flow), maka pendirian industri pengolahan batu split tidak layak dan tidak

menguntungkan untuk diusahakan. Berdasarkan perhitungan titik impas (BEP) yang

dimodifikasi dengan memperhitungkan nilai waktu uang, temyata industri ini baru

dapat mencapai kondisi impas (NPV=O) pada saat penjuaJan produk mencapai

43.330,89 m3 batu split per tahun atau dibulatkan menjadi 43.331 m3 batu spit per.

tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp. 1.386.592.000,00 per tahun.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas ternyata industri ini dapat layak

diusahakan pada peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi

sebesar Rp. 7.000,00 per US$ 1,00. Sedangkan pad a peningkatan nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi sebesar Rp. 7.500,00 dan Rp. 8.000,00 per

US$ 1,00 industri pengolahan batu split ini kembali menjadi tidak layak dan tidak

menguntungkan untuk diusahakan.


90

Berdasarkan hasil analisis finansial dengan altematif sewa mesin produksi,

ternyata industri ini menjadi Jayak dan menguntungkan dengan nilai NPV yang

dihasilkan sebesar Rp.604.633.309,08, NBCR sebesar 1,785, IRR sebesar 49,01

persen dan PBP sebesar 3 tahun 1 bulan 8 hari.

6.2. Saran

Berdasarkan analisis yang dihasilkan pada penelitian ini, maka jika investasi

tetap dilakukan dengan membeli mesin produksi dan nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika berada pada level diatas Rp. 7.000,00/US$ 1,00 maka disarankan

PT. Rimantono CP tidak melakukan investasi pada industri pengolahan batu split ini.

Jika situasi perekonomian Indonesia memiliki kecenderungan membaik yang

ditandai oleh stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika setidaknya pada

kisaran dibawah Rp.7.000,OOper US$1,OO,maka disarankan perusahaan menunda

pelaksanaan investasi ini sampai situasi tersebut tercapai.

Perusahaan disarankan mempertimbangkan penyewaan mesin produksi

karena berdasarkan hasil analisis finansial, temyata dengan menyewa mesin

produksi industri ini menjadi layak untuk dilaksanakan. Alternatif ini jauh lebih baik

dibandingkan dengan membeli mesin produksi karena nilai NPV, NBCR, IRR dan

payback period relatif lebih tinggi sehingga tingkat keuntungan yang dihasilkan

menjadi cukup besar. Saran ini lebih diutarnakan untuk dilaksanakan karena

perusahaan tidak perlu menunggu kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi di

bidang ini. Dengan didukung potensi pasar yang cukup baik, aspek teknis dan

manajemen yang mendukung maka pelaksanaan investasi dengan menyewa mesin

produksl merupakan suatu kesempatan investasi yang sangat baik yang harus

dimanfaatkan PT. Rimantono CP.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1999. Indikator Ekonomi Juni - September 1999. Jakarta.

1998. Statistik Harga Perdagangan Besar Indonesia.


Jakarta

Bank Indonesia. 1999. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (Indonesian


Financial Statistic). Jakarta.

Budiyuwono, Nugroho. 1993. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan. UPP


AMP YKPN. Yogyakarta.

Choliq,A., Et al. 1994. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar). Penerbit Pionir Jaya.
Bandung.

Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan AnaHsa Proyek. Edisi Ketiga. Lembaga


Penerbit FEUI. Jakarta.

0Edris, M. 1983. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru.


Bandung.

Fandalarasati, D. 1996. Pra Studi kelayakan Pendirian Industri Pengolahan


Yoghurt di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurusan Teknologi lndustri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

J' Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI
Press. Jakarta.

Gray, C. et all. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta

Hartanto, D. 1981. Akuntansi Untuk Usahawan (Management Accounting).


Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.

Haryadi, H dkk. 1993. Perkembangan Bahan GaHan Industri dan Prospeknya


dalam Dekade 1990-an di Indonesia dalam Proceeding dan Kolokium
Evaluasi Kegiatan Penelitian dan Pertambangan 1992/1993. Pusat
Penelitian Pertambangan dan Energi. Bandung.

Herudjito, Y. 1996. Dasar-dasar Manajemen Pendekatan Proses, Fungsi, Sistem,


Teknik dan Manusiawi. Jurusan IImu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Husnan dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. UPP AMP
YKPA. Yogyakarta.

Kantor Statistik Kabupaten Sumedang. 1997. Kabupaten Sumedang Dalam Angka


Tahun 1997. Sumedang.
92

Kotler, P. 1994. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi


dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.

Limbong, W.H. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor.

Makridakis, S. 1994. Metode-metode Peramalan untuk Manajemen. Edisi Kelima.


Bina Rupa Aksara. Jakarta

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Badan


Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Pemerintah Kabupaten Dati II Sumedang. 1990-1998. Laporan Pengendalian


Umum Pelaksanaan Proyek Pembangunan Kabupaten Dati II Sumedang.
Sumedang.

Pusat Pengembangan Manajemen. 1990. Kursus Manajemen Multimedia. Pusat


Pengembangan Manajemen. Jakarta.

Puspitasari, Y. 1996. Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Pakan Ternak Bikatein dari
Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Sartono, A. 1996. Manajemen Keuangan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Sevilla, C. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerbit Ul-Press. Jakarta.

. Soedarsono, J.U. 1979. Konstruksi Jalan Raya. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta.

Soekartawi. 1985. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta.

Sulistyowati, E.P. 1997. Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Pakan Ayam
Broiler pada Koperasi Petemak Unggas Kujang Lestari, Kabupaten Bogor.
Jurusan IImu-lImu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Umar, H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis Manajemen, Metode dan Kasus.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tabel Lampiran 1. Kebutuhan Investasi Industri Perigolahan Batu Split
No. Keterangan Biaya Pengeluaran (Rp.)
~------1- Pra Penambangan
-- I-.

a. Biaya Eksplorasi 25,000,000.00


-. b. Biaya Perizinan penambangan (SIPD) 25,000,000.00
sub total 50,000,000.00
---"2- Persiapan dan Konstruksi
a. Pematangan lahan dan stock pile seluas 5000 m2 10,000,000.00
b. Pembuatan bangunan kantor 50 m2 25,000,000.00
c. Pembuatan gudang handak 100 m2 25,000,000.00
d. ~~mbuatan gudang logistik 100 m2 25,000,000.00
--..-----3 --- sub total
---
85,000,000.00
-- Peralatan Tambang
a. Excavator 1 unit 731,250,000.00
--
.-~- b. Dump Truck 10 m3 2 unit 618,750,000.00
----
c. Genset 250 'r<:VA1 unit
.--.._.-.- ..~..--
123,750,000.00
_._--,- _Ci.'--Stone Crusher 1 unit
506,250,000.00
.-- 4 sub total 1,980,000,000.00
Peralatan Kantor, Base Camp dll
a. Alat kantor dan Mebeulair 5,000,000.00
b: Peralatan Administrasi 7,000,000.00
c. Perlengkapan Base Camp, P3K dan Keselamatan Kerja 3,000,000.00
d-.--P-er-a_latan 1,000,000.00
---
Komunikasi
-
sub total 16,000,000.00
Total Biaya Investasi 2,131,000,000.00
Tabel Lampiran 2. Kebutuhan Tenaga Kerja pada lndsutri Pengolahan Batu Split

No. Posisi IJabatan Jumlah Tingkat Upah/Gaji/bln Total Biaya/bln Total biaya/thn
1 Tenaga Kerja langsung
Operator Excavator 1 Orang 300,000.00 300,000.00
Operator Stone Crusher 1 Orang 400,000.00 400,000.00
Supir Dump Truck 2 Orang 300,000.00 600,000.00
Buruh Harian 20 Orang 180,000.00 3,600,000.00
Total Upah TK langsung 4,900,000.00 58,800,000.00
2 Tenaga Kerja Tidak langsung
Manager 1 Orang 1,000,000.00 1,000,000.00
Kepala Bagian Pemasaran 1 Orang 750,000.00 750,000.00
---
Kepala Bagian ProduksifTambang 1 Orang 750,000.00 750,000.00
-_ .._._ Kepala Seksi Keamanan/Gudang 1 Orang 300,000.00 300,000.00
Seksi PenjualanlPemasaran 1 Orang 400,000.00 400,000.00
_,_._--- Seksi Keuangan/Administrasi 1 Orang 400,000.00 400,000.00
Mekanik Mesin/Peralatan 2 Orang 200,000.00 400,000.00
Satpam/Keamanan 4 Orang 100,000.00 400,000.00
C-'
-_ ..._--,,_--
Sub total 4,400,000.00 52,800,000.O()
Asuransi Kariawan dan tunjangan (25%) 2,325,000.00 27,900,000.00
Total UpahTK tida k langsung 6,725,000.00 80,70.0,000.00
- Total Upah 11,625,000.00 139,500,000.00
Tabel Lampiran 3. Kebutuhan Bahan Bakar, Pemboran dan Peledakan serta Pemeliharaan Peralatan

--,:;.ro:- . ----.----Keterangan--~----r-- - ..
Kebutuhan Biaya per satuan Total Biaya! (Rp.ltahun)
- f -
._- BahanBakar dan Pelumas
-
Bahan bakar Solar
_
----
.. a. Excavator 70 liter/hari
~--~.-~ b. Stone Crusher & Genset I 150 liter/hari
--c. Dumptruck 2 Unit 50 liter/hari/unit
I---.~
Total biaya bahan bakar solar 320 liter/hari Rp.6S0.00Iltr 49,920,000.00
Pelumas (ali) 7liter/hari Rp. 6,500.00/Itr 10,920,000.00
Gemuk .. I 1 kg/hari Rp. 6,500.0o/kg 1,560,000.00

--
f,-----
2
Total Biaya Bahan Bakar
~emboran/peledakan
II 1500'lubangltahun Rp_ 35,OOO.00/lubang
62,400,000.00
52,500,000.00
3 .~~~~~~nti~!!_ b~~ump Truck 6 banltahun Rp. 1,500,000.OO/ban 18,000,000.00
4 !:..e_r:]e~~araanAlat dan Bangunan
Pemeliharaan
..-.'---- 1-------- alat berat 4% dari nilal peralatan beratltahun Rp. 79,200,OoO.OOlthn
Pemeliharaan bangunan 2% dari nilai bangunanltahun Rp. 1,700.00o.00Ithn
--- 1----
f--_ .. Pemeliharaan alat kantor 1% dari nilai peralatan kantorltahun Rp. 320,00O.00Ithn
5- 81,220,000.00
.Total Biaya Pemeliharaan 1% dari nllai alat & bangunan/tahun Rp. 20,970.000.00Ithn 20,970,000.00
---_
6 ~su!aT)~i peralatan dan bangunan

Tabel Lampiran 4. Estimasi Nilai Sisa dan Penyusutan Barang Investasi (asumsi Umur Investasi 10 tahun)
._- r---------- ... --.----'"~-----~------ ,---------------
~--.-
No. Jenis Investasi I Jumlah Harqa ' Nilai Sisa (Rp.) Nilai Penyusutan
(unit) r
I Pembelian (Rp.) (Rp.ltahun)
1 Peralatan Tambang
a. Excavator 1 unit 731,250,000.00 0.00 73,125,000.00
b. Dump Truck 2 unit 618,750,000_00 0.00 61,875,000.00
c. Genset 1 unit I 123,750,000.00 0.00 12,375,000.00
d. Stone Crusher 1 unit. 506,250,000.00 0.00 50,625,000.00
2 P ralatan Kantor dll ! 32,000,000.00 0.00 3,200,000.00
3 e
B ngunan . 85,000,000.00 42,500,000.00
a 4,250,000.00
4 Biaya pra tambang I 50,000,000.00 0.00 5,000,000.00
Total
. I 2,147,000,000.00 42,500,000.00 210,450,000.00
Tabel Lampiran 6. Estimasi Rugi Laba pada Industri Pengolahan Batu Split

Keterangan Tahun ke-1 sId Tahun ke-10


Jumlah (Rp.)
~ 1 Penjualan 1,152,000,000.00
r-..----------------
_. 2 Biaya Operasional
Biaya Variabel
Bahan bakar 49,920,000.00
10,920,000.00
1,560,000.00
52,500,000.00
_. 58,800,000.00
18,000,000.00
10,800,000.00
43,200,000.00
j-----
Pelumas (eli)
Gemuk
f---.-. -
Pemboran dan Peledakan
---- ..-~ ~_l.J~~_Tenaga Kerja Lan~_sung
.."

=l
.
~A"'"

Penggantian Ban
-
_" Retribusi Produksi
I
Bagi Hasil dengan Desa
---f-----.:.
Total Biaya Varia bel 245,700,000.00
Biaya Tetap
-_.- Gaji Karyawan Tetap, Tunjangan dan Asuransi 80,700,000.00

-"--
Pemeliharaan alat dan bangunan
Asuransi alat dan bangunan
,_,, w

_ "'--
81,220,000.00
20,970,000.00
--
Administrasi 6,000,000.00
--
Reklamasi 1,000,000.00

-~-- sub total .. 189,890,000.00


Biaya Penyusutan 210,450,000.00
Biaya lain-lain 64,604,000.00
-- -
Total Biaya Tetap 464,944,000.00
Total Biaya Operasional 710,644,000.00
3 Laba Produksi 441,356,000.00
4 Pajak Penghasilan (30%) 132,406,800.00
5 Laba Produksi Setelah Pajak 308,949,200.00
Tabel Lampiran 7. Perhitungan Break Event Point pada Industri Pengolahan Batu Split

Tahun Nilai Penjualan ~umlah Pen Biaya Tetap Biaya Varia bel Biaya Varia- Titik BEP
jualan (m3) Rupiah Rupiah bel (Rp/m3) Jumlah Nilai Penjualan
Thn ke-t 1,152,000,000.00 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
Thn ke-2 1,152,000,000.00 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
T
. .
hn ke-3 1,152,000,000.00 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
-T --ke-4 .. -
1,152,000,000.00 .. 36000 I 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94
Thn ke-5 1,152,000,000.00 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
-
T.h....n......ke_ .-...6_ .............1...,..152,000 , 3.60_00... 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
Th~_ke-711.152 .000.000.00 _ 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
Thn ke-s 1,152,000,000.00 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
I.~~.Ie-9 ._.....,..I..~. 2,000,Og . . o 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24
lIhn ke-10 LJ_J_52,OOO,OOO.0I 0 36000 597,350,800.00 245,700,000.00 6,825.00 23,727.94 759,293,966.24

Akumulasi Perhitungan Break EVen Point Industri Pengolahan Batu Split Selama Umur Investasi 10 tahun
,"
Tahun Nilai Penjualan Jumlah Pen Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Varia- Titik BEP
jualan (m3) Rupiah Rupiah bel (Rp/m3) Jumlah I Nilai Penjualan
1 11,520,000,000.00 360000 5,973,508,000.00 2,457,000,000.00
.-~sI-d--1-0 68,250.00 2372791
7,592,939,662.00
104

Tabel Lampiran 13. Analisis Peramalan Permintaan Pasar Batu Split

Trend Analysis

Data :
Tahun Kebutuhan Batu Split
1991 99888
1992 93212
1993 100047
1994 147565
1995 192233
1996 209078
1997 211651
1998 219227
1999 207780
2000 254386

Linier Trend Analysis

Data Kebutuhan Batu Split


Length 10.0000
NMissing o

Fitted Trend Equation

Yt = 73591.1 + 18166.4*t

Accuracy Measures

MAPE: 10.1855
MAD: 14986.9
MSD: 358708947

Row Period Forecast

1 11 273422
2 12 291588
3 13 309754
4 14 327921
5 15 346087
6 16 364254
7 17 382420
8 18 400586
9 19 418753
10 20 436919
105

Regression Analysis

The regression equation is


Y = 73591 + 18166 X

Predictor Coef StDev T P


Constant 73591 14465 5.09 0.000
C1 18166 2331 7.79 0.000

S = 21175 R-Sq = 88.4% R-Sq(adj) = 86.9%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 27226517772 27226517772 60.72 0.000
Error 8 3587089467 448386183
106

Tabel Lampiran 14. Perkembangan Harga Bahan Bakar Solar di Indonesia

Tahun Harga/Liter % kenaikan


1989 Rp 200.00
1990 Rp 226.25 11.60%
1991 Rp 272.50 16.97%
1992 Rp 300.00 9.17%
1993 Rp 380.00 21.05%
1994 Rp 380.00 0.00%
1995 Rp 380.00 0.00%
1996 Rp 380.00 0.00%
1997 Rp 380.00 0.00%
1998 Rp 495.42 23.30%
Rata-rata kenaikan 9.12%
Sumber: Statistik Harga Perdagangan Besar Beberapa Propinsi di Indonesia 1987-
1998, BPS

Tabel Lampiran 15. Perkemhangan Harga Batu Split (Kerikil) di Propinsi Jawa
Barat

Tahun Harga % kenaikan/Penurunan


1987 7519
1989 8816 14.71%
1989 9395 6.16%
1990 11497 18.28%
1991 14199 19.03%
1992 14801 4.07%
1993 13658 -8.37%
1994 12498 -9.28%
1995 11367 -9.95%
1996 - -
1997 - -
1998 38430 70.42%
Rata-rata kenaikan 11.68%
..
Sumber: Statistik Harga Perdagangan Besar Beberapa Propinsi dl Indonesia 1987-
1998, BPS
107

Tabel Lampiran 16. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika
selama Januari - Juli 1999.

Bulan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Januari Rp. 9.419,001 US$1,OO


Februari Rp. 8.992,001 US$1,OO
Maret Rp. 8.778,001 US$1,OO
April Rp. 8.632,001 US$1,OO
Mei Rp. 8.104,001 US$1,00
Juni Rp. 7.446,001 US$1,OO
Juli Rp. 6.849,001 US$1,00
Sumber : lndikator Ekonorni September 1999, BPS

Tabel Lampiran 17. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum di
Indonesia selama Januari-Juli 1999

Bulan Suku Bunga (%)


Januari 25.96
Februari 25.89
Maret 26.10
April 24.02
Mei 23.39
Juni 22.75
Juli 21.74
Sumber : lndikator Ekonomi September 1999, BPS
Tabel Lampiran 18. Karakteristik Responden Konsumen Batu Split di Sumedang

a) Kontraktor Proyek Pembangunan

No. Nama Perusahaan Omzet Penjualan Proyek yang dijalankan Konsumen Penggunaan
(Rp/tahun) Batu
Splitltahun
1. CV. Anry Putra GEL 15 juta - 200 juta Bangunan Pemerintah 500 1000 m3
w
2. CV. Delta Mandiri GEL 15 juta - 200 juta Bangunan Pemerintah 500-
1000 m3

3. CV. Eka Rasa 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah
1000 3000 m3
w

4. CV. Guna Jaya 15 juta - 200 juta Jalan, Bangunan, Pengairan Pemerintah
1000 4000 m3
w

5. FA. Gaftn & Co. GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah
1000 3000 m3
w

6. CV. Inti GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Pengairan Pemerintah 1000-
4000 m3

7. CV.ITO & Co. 200 juta - 500 juta Jalan, Bangunan, Perpipaan Pemerintah 1000-
4000 m3 .
8. CV.IVAN 200 juta - 500 juta Jalan, Bangunan, Perpipaan, Kelistrikan Pemerintah, Swasta 1000-
4000 m3
9. CV. Kahuripan GEL 15 juta - 200 juta Jalan, Bangunan, Pengairan, Perpipaan Pemerintah 1000-
3000 m3
'1 D. CV.KARYA 15 juta - 200 juta Bangunan Pemerintah 500-
1000 m3
11. CV. Karya Jaya 15 juta - 200 juta Bangunan dan Pengairan Pemerintah 500-
1000 m3
12. CV. Karya Sejati 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-
3000 m3 .....
o
00
13. CV. Komara Jaya 15 juta - 200 juta Jalan, Bangunan, Pengairan Pemerintah 1000-
3000 m3
14. CV. Konta Mas 15 juta - 200 juta Bangunan dan Kelistrikan Pemerintah 500-
1000 m3
15. CV. Lestari GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-
3000 m3
16. CV. Lingga Jaya GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-
3000 m3
17. CV. Lingkar Jati 500 juta - 1 mifyar Jalan, Bangunan, Pengairan, Perpipaan Pemerintah, Swasta 3000-
6000 m3
18. CV. Megah Jaya 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-
3000 m3
19. CV. Moresko GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1 000~3000 m3

20. CV. Niskala 200 juta - 500 juta Jalan, Bangunan, Pengairan Pemerintah 1 OOO~4000m3

21. CV. Nurcahya 15 juta - 200 [uta Jalan, Bangunan, Kelistrikan Pemerintah 1000~3000 m3

22. CV. Pangadegan 200 juta - 500 juta Jalan, Bangunan, Pengairan, Perpipaan Pemerintah, Swasta 1OOO~4000m3

23. CV. Perkasa Jaya 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000~3000 m3

24. CV. Perdana Karya GEL 15 juta - 200 [uta Jalan dan Pengairan Pemerintah 1OOO~2000m3

25. CV. PIALA 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000~3000 m3
26. CV. Pratama 15 juta - 200 juta Bangunan dan Pengairan Pemerintah 1000~2000 m3

27. CV. Satya Graha 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-3000 m3
28. CV. Sinta Aroma GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1 OOO~3000m3

29. CV. Sinar Mulcti 15 juta - 200 juta Jalan, Bangunan, Pengairan Pemerintah 1000-3000 ms
30. CV. Sindang Lingga 15 juta - 200 juta Jalan Pemerintah 2000-5000 m3
31. CV. SRI 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-4000 m3
32. CV. Tangkil & Co. GEL 15 juta - 200 juta Jalan dan Bangunan Pemerintah 1000-3000 m3
33. CV. Tirta Rasa 200 juta - 500 juta Jalan, Bangunan, Pengairan, Perpipaan Pemerintah, Swasta 1000-5000 m3
b). Perusahaan Bahan Bangunan

No. Nama Perusahaan Wilayah Pemasaran Konsumen Wilayah Pembelian Penjualan Batu Splitltahun

Batu Split

1. PB. Barokah Jaya Tanjungsari sid Bandung Masyarakat Banjaran - Bandung 1200 - 3600 m3

2. PB. Budi Agung Sumedang Utara dan Masyarakat Jatlhurip, Cimalaka 600 -2400 m3
sekitarnya
3. PB. Lingkar Jati Sumedang Kontraktor & Clrnalaka, Majalengka 1000 - 6000 m3
Masyarakat
4. PB. Maju Jaya Sumedang Masyarakat Cimalaka. Majalengka 600 - 2400 rna
5. PB. Parigi Jaya Sumedang Kontraktor & cjrnataka, Majalengka 1000 - 6000 m3
Masyarakat
6. PB. Saluyu Jaya Indah Tanjungsari sid Sumedang Masyarakat Banjaran - Bandung 1200 - 4800 m3
7. PB. Sukma Asih Pratama Tanjungsari sid Sumedang Masyarakat Banjaram - Bandung 1200 - 4800 m3

,_.
.. o..
Gambar Lampiran 1. Peta Desa Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara III
u

DS;)A 'l'T{UifAr,IAnG(;.ALA DMi C:U::OLE

:-1
~.\
-('

'
-
0
J'

H
r'1
~

.<
CI)
f!\
I H

\.
I
i

K E L unA H A H S I '!:' U

_.., ............ ~.1, n t n n !knn

.' :3 n t on 1.}H (ll~/i


. ," ,

'"

i.lat3[l 'lHl . ](/;?: J II

. ~..

xxxxxxx :~n \; n;) ','/5.1 ~~lH

-- ,J n I e i: j(nlmn" '; c I~.


., J nl Ill) I)~; nil
Gambar Lampiran 2. Grafik Titik Impas BEP Dimodifikasi

6,000,000000,00

5 GOO GOO.000 00

4 000 000 OOU 00


J:: - 1j'- P\/ INFLO\N
.s - :3 000 ooo.con 00
15 ~
- - PV OUTFl_OVV '
~ Unit
,
,
i

2000.000.00000 I

,
,
,
i

,
I

'l 000.000.00000
,
I

,
I
....
IV

000 ~---------.,-----------------------+-----------------------+----------~
2 3
m3
m

[ B
1)0 m
CUNUI\U
KERUD

P Er-HJKI MAN

K 81'ERJ\NCAN

A Bangunon, kantor dan


base camp dan fasilitas
air serta penunjang 1a
innya selu8s 50 m2
B Instalasi pengolohan batu
berupa Stone Crusher dan
Genset seluas hO m!
c Bangun8n Cudang ~mndak
seluas 60 m2.

JALAN DESA JATI HURIP + 500 meter

? 1
D Bangunan Gudnng Logistik ~
seluas.100 m2.
.w......
D
Gambar Larnplran 3. Tata letak (Lay Out) Pabrik Pengolahan Batu Split
.\,., ~
A
~
r:Q
SKALA 1 % 1000
8 9 10

2 4

KErERANGAN 6
A. Bangunan Kantor
1
1 : Ruang Penerimaan T amu
2 :. Ruang f4anager 7
3 : Ruang Kepala Pr-oduk sf.j''l'umbang
4 : Ruang Kepa La Pemasaran beserta 2 Staf
5 Base Camp dan Logistik
6 Dapur
7 Kamar Kecil
3 5
R. Bangunan Gudang Handak
8 Handak Exavat or
9 : Handak Dump Tru ck
10 : Hand ak Dump 'rrucl<

Lanjutan Gambar, 3. Tata Letak (Lay Out) Pabrik Pengolahan Batu Split
9

Tabel Lampiran S. Analisis Finansial pada Industri Pengolahan Batu Split


INFLOW 0 1 .2 3 4 _. 5
Nilai Penjualan 0.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1
1
Nitai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 42,500,000.
TOTAL INFLOW 0.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 ! 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,194,500,000.0
OUTFLOW
- !
Biaya Investasi
1
Pra Penambangan 9),000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.
Persiapan dan Konstruksi 85,COO,ooo.OO 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
Peralatan Tambang 1,980,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
Peralatan Kantor, Base Camp dll 16,COO,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.
Total Biaya Investasi 2,131,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.
_--,',.
Biaya Operaslonal
Biaya Variabel
I
Bahan bakar 0.00 49,920,000.00 49,920,ooo.ro 49,920,000.00 49,920,000.00 49,920,000.00 49,920,000.00 49,920,000.00 49,920,00).00 49,920,000.00 49,920,000.
Pefumas (ali) 0.00 10,920,000.00 10,920,000.(0 10,920,COO.00 10,920,000.00 10,920,000.00 10,920,000.00 10,920,000.00 10,920,0:0.00 10,920,0:0.00 10,920,0'Xl.
Gemuk 0.00 1,500,000.00 1,500,O'Xl.OO 1,5OO,COO.00 1,500,000.00 1,5OO,0'Xl.00 1,560,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,560,000.
Pemboran dan Peledakan 0.00 52,500,000.00 52,500,000.00 52,5OO,COO.00 52,500,000.00 52,500,000.00 52,500,000.00 52,5OO,0'Xl.00 52,500,000.00 52,500,000.00 52,500,000.
Upah Tenaga Ke~a Langsung 0.00 58,800,000.00 58,800,COO.OO 58,800,000.00 58,800,COO.OO 58,800,0'Xl.00 58,800,000.00 58,800,000.00 58,800,000.00 58,800,000.00 58,800,000.
Penggantian Ban 0.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,0'Xl.00 18,(0),000.00 18,0'Xl,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.
Retribusi Produksi 0.00 10,800,000.00 10,800,000.CO 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 10,800,000.
Bagi Hasil dengan Desa 0.00 43,200,000.00 43,2OO,000.CO 43,200,000.00 43,200,000.00 43,200,000.00 43,200,000.00 43,200,000.00 43,2OO,COO.00 43,200,000.00 43,2OO,0'X
Total Biaya Variabel 0.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.
Biaya Tetap I
Pemeliharaan alat dan bangunan 0.00 81,220,000.00 81,220,000.OJ 81,220,000.00 81,220,000.00 81,220,000.00 81,220,000.00 81,220,COO.00 81,220,000.00 81,220,000.00 81,220,000.
Gaji karyawan tetap dan tunjangan 0.00 80,700,000.00 8O,700,000.OJ 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.00 80,700,000.
Asuransi alat dan bangunan 0.00 2O,970,COO.00 20,970,000.OJ 20,970,000.00 20,970,000.00 2O,970,0'Xl.00 20,970,000.00 20,970,000.00 2O,970,COO.00 20,970,000.00 20,970,000.
Administrasi 0.00 6,COO,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6.0'Xl,000.
Reklamasi 0.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1 ,OCO,OOO.OO 1,000,000.00 1 ,OOO,OCO.OO 1,000,000.00 1,(XXJ,OOO
Biaya lain-lain 0.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.00 43,559,000.
Total Blaya Tetap 0.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.00 233,449,000.
- Total Biaya Operasional 0.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.0
TOTAL OUTFLOW 2,131,000,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000,00 479,149,000.00 479,149,000.00 495,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.00 479,149,000.0
-
Net Benefit (A-B) (2,131,000,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 656,851,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 672,851,000.00 715,351,000.
PPH30% 0.00 201 ,855,3Xl.00 201 ,855,3OO.~ 201 ,855,300.00 201 ,855,3Xl.00 f---. 201,855,300.00 197,055,300.00 201 ,855,300.00 201 ,855,300.00 201,855,3:0.00
214,6:6,300.0
Net Benefit after tax (2,131,000,000.00 470,995,700.00 470,995,700.00 470,995,700.00 470,995,700.00 470,995,700.00 459,795,700.00 470,995,700.00 470,995,700.00 470,995,700.00 500,745,700.
DF25% 1.00 0.80 0.64 0.51 0.41 0.33 0.26i 0.21 0.17 0.1'3 0
1
(2,131 ,000,000.00 376,796,500.00 301,437,248.00 241,149,798.40 193,108,237.00 154,486,589.601 120,4&3,473.40
NPV (+) 1,682,174,494.70
NPV(-) (2,131,000,000.00 !
'. (448,825,505.30
Jumlah NPV
- ----- 98,900,097.00 79,127,277.60 63,113,423.80 53,579,789.
NBCR 0.789382681698733 ~ I
IRR /' 17.83% I
Paybacl< Period >10 tahun I
99

Tabel Lampiran B. Perhitungan Present Value Manfaat (Inflow) dan Present Value Biaya (Outflow) pada Unit Produk 0,36000,46800 m3

Unit Thn INFLOW OUTFLOW (Rupiah) PV INFLOW PVOUTFLOW


(m3) ke- (Rupiah) Investasi Blaya Varia bel Blaya Tetap Blaya Lain-Lain Pajak Total Outflow (Rupiah) (Rupiah)
0 0 0.00 2,131 ,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2,131,000,000.00 0.00 2,131 ,000,000.00
1 0.001 0.00 0.00 189,800,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 116,972,240.00
2 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 ro,577,792.00
3 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 74,862,233.00
4 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 59,948,273.00
5 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 47,958,618.40
6 0.00 16,000,000.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (67,463,700.00 157,415,300.00 0.00 41,242,808.60
7 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 ::0,705,213.00
8 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,COO.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 24,564,170.40
9 0.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,000.00 (62,663,700.00 146,215,300.00 0.00 19,592,850.20
10 42,500,000.00 0.00 0.00 189,890,000.00 18,989,000.00. (49,913,700.00 158,965,300.00 4,547,5 00.00 , 17,CJ:f?
..~_
. 4,547,500.~O ' 2,657,433,486.30 ' ,
,

J,287.10 ",

"...~"~
Total
NPV ( (2,652,B85,986.30
....
..... -/

30000 0 0.00 2,131 ,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2,131,000,000.00 0.00 2,131,000,000.00
1 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201,855,300.00 681,004,300.00 921,6:XJ,OOO.00 544,803,440.00
2 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201,855,300.00 681 ,004,300.00 737,280,000.00 435,842,752.00
3 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201,855,300.00 681,004,300.00 589,824,000.00 348,674,201.60
, 4 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201,855,300.00 _. 681,OO4,3X)'00 472,320,000.00 279,211,763.00
5 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201 ,855,300.00 681,004,300.00 377,856,000.00 223,369,410.40
6 1,152,000,000.00 16,000,000.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 197,055,300.00 692,204,300.00 ::01,824,000.00 181,357,526.00
7 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201 ,855,300.00 681,004,300.00 241 ,920,000.00 143,010,003.00
8 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201,855,300.00 681,004,300.00 193,536,000.00 114,408,722,40
9 1,152,000,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 201 ,855,300.00 681,004,300.00 154,368,000,00 91 ,254,576.20
10 1,194,500,000.00 0.00 245,700,000.00 189,890,000.00 43,559,000.00 214,&l5,3OO,00 693,754,300.00 127,811,500.00 74,231,710.10
I , Total 4,118,339,500.00 4,567,165,005.30
! I NPV (448,825,505,30

46800

1
0.00
1,497,600,000.00
2,131,000,000.00
0.00
0.00
319,410,000.00
0.00
189,890,000.00
0.00
50,930,000.00
0.00
281,211,000.00
2,131,000,000.00
841,441,000.00 1,198,030,000.00
0.00 2,131,000,000.00
673,152,800.00
2 1,497,600,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,000.00 50,930,000.00 281,211,000.00 841,441,000.00 958,464,000.00 538,522,240.00
3 1,497,600,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,000.00 50,930,000.00 281,211,000.00 841,441 ,000.00 766,771 ,200.00 4::0,817,792.00
4 1,497,600,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,000.00 50,930,000.00 281,211,000.00 841,441,000.00 614,016,000.00 344,990,810.00
5 1,497,600,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,CCO,00 5O,930,COO.00 281,211,000.00 841,441,000.00 491 ,212,800.00 275,992,648.CO
6 1,497,600,000.00 16,CCO,OOO.00 319,410,000.00 189,890,000.00 50,930,000.00 276,411,COO.00 852,641,000.00 392,371,200.00 223,391 ,942.CO
7 1,497,600,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,CCO.00 50,930,000.00 281,211,000.00 841,441,000.00 314,496,CCO.00 176,702,610.00
8 1,497,6OO,COO.00 0.00 319,410,000.00 189,890,COO.00 50,930,000.00 281 ,211 ,000.00 841.441,000.00 251,596,800.00 141,362,088.00
9 1,497,EOO,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,COO.00 50,930,000.00 281,211,000.00 841,441,COO.00 200,678,400.00 112,753,004.00
10 1,540,100,000.00 0.00 319,410,000.00 189,890,COO.00 50,930,000.00 2S3,961 ,000.00 854,191,000.00 164,790,700.00 91,398,437.00
Total 5,352,477,100.00 5,140,084,461.00
NPV 212,392,639.00
100

Tabel Lampiran 9. Analisis Finansial dengan Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
(Rp. 7.000,001US$ 1,00) I

Total Inflow 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00
OUTFLOW 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,194,500,000.00
Biaya Investasi
1
Persia pan dan Konstruksi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
85,000,000.00 0.00
Peralatan Tambang 1,540,000,000.00
0.00 0.00 o.oo: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
Peralatan Kantor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16,000,000.00 0.00 0.00
Total Biaya Investasi 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1,691,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Biaya operastcnat
Biaya Variabel . -
0.00 245,700,000.00 245,700,000.00
Biaya Tetap 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00
0.00 167,890,000.00 167,890,000.00
Biaya Lain-lain 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00 167,890,000.00
0.00 41,359,000.00 41,359,000.00
Total Biaya Operasional 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00 41,359,000.00
0.00 454,949,000.00 454,949,000.00
Total Outflow 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00
1,691,000,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00
Net Benefit (A-B) (1,691,000,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 470,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00 454,949,000.00
697,051,000.00 697,051,000.00
PPH 30% 697,051,000.00 697,051,000.00 . 697,051,000.00 681,051,000.00 697,051,000.00 697,051,000.00 697,051,000.00 739,551,000.00
0.00 209,115,300.00 209,115,300.00 209,115,300.00 209,115,300.00 209,115,300.00 204,315,300.00 209,115,300.00 209,115,300.00 209,115,300.00 221,865,300.00
Net Benefit after tax (1,691,000,000.00 487,935,700.00 487,935,700.00 487,935,700.00
DF25% 1.00 487,935,700.00 487,935,700.00 476,735,700.00 487,935,700.00 487,935,700.00 487,935,700.00 517,685,700.00
0.80 0.64 0.51 0.41 0.33 0.26 0.21 0.17 0.13 0.11
(1,691,000,000.00 390,348,560.00 312,278,848.00
NPV (+) 1,742,667,234.70
249,823,078.40 200,053,637.00 i 160,042,909.60 124,904,753.40 102,466,497.00 81,973,197.60 65,383,383.80 55,392,369.90
,

Jumlah NPV 51,667,234.70 !


NBCR !
IRR
1.0305542487877
r-
26.00% I
Payback Period (tahun) 9.0763
-
Tabel Lampiran 10. Analisis Finansial dengan Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
(Rp. 7.5001001US$ 1100)
8

NFLOW 1 2 3 4 5 6 7
1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,194,500,000.00
rotallnflow 0.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,00 0,000.(1) 1,152,000,000.00
)UTFLOW
,
3iaya Investasi
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
'ra Penambangan 50,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
'ersiapan dan Konstruksi 85,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 ._.
'eralatan Tambang 1,650,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
'eralatan Kantor 16,000,000.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
Total Biaya lnvestasi 1,801,000,000.00 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 ----

3iaya operasional
3iaya Variabel 0.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00
245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00
3iaya Tetap 0.00 173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00
173,390,000.00 173,390,000.00 173,390,000.00
3iaya Lain-lain 0.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00 41,909,000.00
Total Biaya Op rasional 0.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00
rotalOutflow 1,801,000,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 476,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00 460,999,000.00
~et Benefit (A-B) (1,801,000,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 675,001,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 691,001,000.00 733,501,000.00
)PH 30% 207,300,300.00 202,500,300.00 207,300,300.00 207,300,300.00 207,300,300.00 220,050,300.00
0.00 207,300,300.00 207,300,300.00 207,300,300.00 207,300,300.00
483,700,700.00 472,500,700.00 483,700,700.00 483,700,700.00 483,700,700.00 513,450,700.00
~et Benefit after tax (1,801,000,000.00 483,700,700.00 483,700,700.00 483,700,700.00 483,700,700.00
0.33 0.26 0.21 0.17 0.13 0.11
)F25% 1.00 0.80 0.64 0.51 0.41
158,653,829.60 123,795,183.40 101,571,147.00 81,261,717.60 64,815,893.80 54,939,224.90
(1,801,000,000.00 386,960,560.00 309,568,448.00 247,654,758.40 198,317 ,287 .00
~-_.
IPV (+) 1,727,544,049.70
IPV (-) (1,801,000,000.00"
umlah NPV (73,455,950.30
IBCR 0.9592137977235
..:
~R 23.64%
'ayback Period >10 tahun --
10

Tabel. Lampiran 11. Analisis Finansial dengan PenTn~ikatarNiiai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
(Rp. 8.000,001 US$ 1,00)
INFLOW 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Inflow 0.00 1,152,000,000.00 1,12,000,000.00 1,152,000,000.00 1,194,500,000.00
1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00 1,152,000,000.00
OUTFLOW
Biaya Investasi
Pra Penambangan 50,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Persiapan dan Konstruksi 85,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Peralatan Tambang 1,760,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Peralatan Kantor 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total Biaya si 1,911,000,000.00 0.00 0.00 16,000,000.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Investa
,,_.
. Biaya
Biaya Variabel
operasional 0.00 245,700,000.00 245,:00,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00 245,700,000.00
Biaya Tetap 0.00 178,890,000.00 178,l90,OOO.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00 178,890,000.00
Biaya Lain-lain 0.00 42,459, 000.00 42,l59,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00 42,459,000.00
Total Biaya Operasiona l 0.00 467,049,000.00 467,{49,OOO.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00
Total Outflow 1,911,000,000.00 467,049,000.00 467,0:19,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 467,049,000.00 483,049,000.00 467,049,000.00 467,~9,00O.00 467,049,000.00 467,049,000.00
Net Benefit (A-B) (1,911,000,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 668,951,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 684,951,000.00 727,451,000.00
PPH 30% 0.00 205,485,300.00 205,485,300.00 205,485,300.00 205,485,300.00 205,485,300.00 200,685,300.00 205,485,300.00 205,485,300.00 205,485,300.00 218,235,300.00
Net Benefit after tax (1,911,000,000.00 479,465,700.00 479,465,700.00 479,465,700.00 479,465,700.00 479,465,700.00 468,265,700.00 479,465,700.00 479,465,700.00 479,465,700.00 509,215,700.00
DF25% 1.00 0.80 0.64 0.51 0.41 0.33 0.26 0.21 0.17 0.13 0.11
(1,911,000,000,00 383,572,560.00 306,858,048.00
...- "
245,486,438.40 196,580,937.00 157,264,749.60 122,685,613.40 100,687,797.00 80,550,237.60 64,248,403.80 54,486,079.90
. NPV (+) -
1,712,420,864;70
NPV (-) {1,911,000,000.oO
Jumlah.NPV {198,579, 135;~0~
NBCR 0.89608627142jS
IRR 21.50/0
Payback Period >10 tahlh
"
Tabel Lampiran 12. Analisis Finansial dengan Sewa Mesin sebagai Alternatif Penyediaan Peralatan Produksi
r.'N~F-:L-;:O:-W-::---;-- +- -~0. 1=+- ~21-----------3j-- 4~1 ~ -=6~-----------7~----------.::.8~ --- ~94---~~--~10~
Nilai Penjuaran 0.00 1 ,152,00J,<XXl.00 1 ,152,000,000.00 1 ,152,<XXl.<XXl.oo 1 ,152,000.000.00 ._J_._1_52.~.~.00 !.~~:.::.000:=.:::;,:::_<XXl=.00=+_....1..!...1:..:5- :..010.:-:
=2:_::.,.l.1X...X!.).~.1,.<:.X:5X:.l..::2.:..:.::,.0:.0.00=:-::".:::'1__000:::.:.:..00:.=t +.c.1..1::'.5.:.:1__25_,:2_::0_:,0'0
_00,.00::0.0....0:_0:_
Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 ~~ _. :0::::.00=+ ::o:.:.:.00=+ --=0:.:.:.00:=.t-- :_:_----=0:.::.00-=+---:4~2~,5CX):_:_:..:.::,000:
TOTAL INFLOW 0.00 1.152.000.000.00 1,152.000,000.00 1.152,000,000.00 1,152,000.000.00 1,152.000.000:~~ 1,152.000,000.00 _ _:1_:_.1 :5_2,:...O_00 :,_..O1.._O:1__~,O5.:::.2. :.0_10:.-.l_.1_52: 00_.0O_.0.:~.._,O..._:10,_:0
OUTFLOW 0:0.0:.,0:0:,._.j0-0_0 .::.: 1_94...:.,5O_0..:...
t:::--:-:-:--;::-:-:-::-:::~------+_-----I------I------ +--------+----------- ---------_-.--.-.-.-.---------------1-------.-+-------1-------
Biaya Investasi +--------1
r.p~ra-::-:-p~en~a-::m-:;nb-=;-
a-:--;;-n:g--:;a
+-_ _=50~,-=lXX)=,<XXl=:::.oo=+--- _ _:::O:.:.oo.:=:f- o::::.::::oo::+ ._o.oo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
r.p7e_rs--;-ia...:.p_a_n-:da:-n_K_o-:n=-st_ru--;-k-:S+i:-_-::--:--:8-:5-~,~lXX)=,<XXl=-:.00:-=-l _::_0:::.00=t- o=.:::_00=+_------~o~.00::-::- -------o.-oo-+-----o:~ _-_-=-=--=--_ Drol~~----:::-o.:::oo-=+------o.::.:.:=.oo=-l------o.::.: ..::.oo=+------O~.OO.:....::.-l
I:K:-e_n--;-da--;-f_aa--;n7D:-u:k-m=2..:.::.._pu-;::.:n:-.r:u:._itC~_-+ _ _:6-:-18~,=75O=,<XXl=:::.00:-.:t- _:::0:.:'OO.:=:f- 0::::.::::00::.j .~~~ 0.00 0.00 ~ 0.00 0.00 0.00
0.00
I-P_e_fa_la_ta_n_Ka_n_to=f,_B_a_se_cad_'m' 16_:O, :..,.<0X0 j---.----0-.00--+-----0-.00--+---.--0-.~ 0.00 ._~ _ 16,CXXl,<XXl.00 O.OO_~---- -O-.OO-~-------O-.OO_t_--- -
_-p+ OO Xl O
Total Biaya Investasi 769,750,.O_O_0-~~ . . ..-. O.O_O+ O:..:..O~0..j-------- .. O.O~ _ ..._ ...- .. -----O-.O-O--t------O-.OO-fll- _ 16,000,000.00 O:.::.O::._0=-i O:.:..O~O..j----- ...O. ---_-Oc--O jO
:.:..O::_:O+
Biaya Operasional _
Biaya Vatiabel
r-~--------------~-------~ I--------~~--~~~_+--~~~=+~~~~~~~~~~
f:S:-e-;-wa---;M;:-e--;-Si_n_P-;-ro_d-::uk:-s:-i -t- -=0-::.OO:-::-l180-::-:-'-,CXXl~..:.::..0:.00+0-0.:.:1.:8:.0:..::.!.:,000=:.::..:<:.X0X0=l=+_-1:.:80=,axJ..::.::.:,.::.oo:J:_:...1..:..-O80O- :,ooo--:-,000--.0108--01,CXXl,OOO.00 180,000,000.00 180,oo:J,OOO.00 180,OOO.<XXl.00 180,000.000.00
~-;.,_'--000-..:.,000--.OO-+--180
f:B:-a_ha-;-n_B_a_ka--:-r_d-:a::-nas-:-p-:e-:'u-;- -t- ...::.o_:::.oo--=-f:::62:.:.,400~.:.:,ooo=.:=.OO+-....:62~,4CX).::::::!.:,<XXl=.=OO=+---=62~.400=,.::.ooo=.OO=.:::j--.-O.6O2_--+-'-,4CX6)2----'--<'-X,4X00l _:...,ooo_._OO_I---..::.62:=!_,400=,:::-OOO=.oo=+-~62- ,
m 4
='--,4CX)..::.::.!,.::.ooo=.OO~-~62_='
62:.6::2,:.:.:4,_C4X0)0.-::-.-.-..'-:.._00:00__0,l
r.-p~e:...m~bo:;::r--:an:..:....::.da:...n:-:p-e:;_:le:-;d=ak:.::.a:.:.:n: ---+_----_=0::.00~---5=2:-=-.500=~,000:::-::.:::00::+_--=5:::2:!.::.5CX)::::::!:::,oo:J~.~00::.j--...::5:::2!.:.500~,::::oo:J~.00~._-=5::2:.:::,500:::::'.!,<XXl:::;:-:.00..:_':.:.i..._:5--::=25:!2.~::,,='B5:0J0J:::::::'::'! :5=2:!::,500=,:::_000=.00=j_--::5:=:
l::C,aXxJX::l:=:::::..:.0._.0:5:=O:J:O2::!:..:j,500=!.:,000=.:::_00=+_-....:5-::2:!.:,500=:.::,000=.00=_j-
u_'_p_ah_Te_n_a-""ga_K_ef!..ja_L_a...:ng~s_u...:~ng .::.o.:..:.oo~ 58,800.000.00 58,800,000.00 58.800,000.00 58,800,000.00 5,800, 000.00 58,800,000.00 58,800,000.00 58,800,000.00 58,800,lXX).00 58,800.000.00
~ ----~~---I----~ ::-----+---~--'--- 4 .-.----'---'----~---- :_---I--_.::.~~=:.:.::.I-----'--~.:.:..:~+---~~.:.::.::.~-+---~~~-----I------'-'- :_--~
l-
:
l_p_e_n~gg~a_n_tia_n_B_a_n _+_----o-.00~----:1-=8~,CXXl~,-::OOO~.00=+_~1 :8,:.:.axJ~,000~:.:.:.00:=.t- : 18~,000~..!..,CXXl~:.00~~---1-8:...,000 ;,'--000-.00~1_8,,--000---,-,0.00~ _. :.00--+ 18 _:,00_0'_.000.00_4--- :,000--'-,000--.00_t_-_18_:,0Xl _:_,000_._00.-I- 1_8_:_,000_:....000
18:.:.::.000~,ooo~ 18
f:R:-e-:tn--;-b:-US-:i::-P-;-
~fOO_U_k..::.S~i
-+ :1~0's&O~,ooo:.:::..::.::.0~01~:..:0~,8OO=,.::.000==.00==1+~0~,OCD:::=.:.:.,OOO.:~:.:1:0::~- ~1~Os,&O.::.:.:.,OOO.::.::.::~.00~1---~1~Os.OCD.::.:.:.,.:.1:0~0O0~=,=&.O00::~_::.:.~.ooo.:.:..~:- OOO~.00-+ 10~.&O ~,cro ._00
00..~::.~~,ooo:::=.~.00~ 10~00~'s&O~,OOO::_:_:.:....oo-l-1~0~,OCO,:
0.:..::.::.004-_
1-8_a.:::H.g_a__1s_il_de_n..o::g-;:an:-:-D--:- :_0~.OO--+-:-:'43~.=2CO.:-'-'-.0Xl '_:_-:..-:4:.3.o..o.2+,200=~,oo 43~,200:..::..:..,:.:..CXXl~.oo_:_:_l--4,3:.=:.,.2<0X0Xl.~.OO~--43--:,:-::200.::....:_:_,<X.X_4l.3: .=!.:,.2_0000=:.=.:~_,OOO:.:::::.:::_OO=+_--43=.20..0::=.O:.:O:,o=o+o_=--43=,200=:-::,ooo=.oo=- 4
eS-::a::----:-:--:--:--:+ ..:o:.=oo=+- J--.,-43=,200=,!.:.ooo=.oo~ 3
~---;:::--:-----T~o~ta~[~B--:ia~y-=a~V~a~rl.::.abe~I+--------..::.O~.0:.::.0~--....4.::- : :~_0+-4_25 :,_70_0_,_'O_
25~,7::._O:.::O~,0~0.::.0:.:..0.::.0~~42~5~.7~0:::O~,O~O~0.4~~O2O::5~~,7~O.::.0,:.:.0.::.:OO4~~.02~::0:~5~,7~0~O,~00.::.:0~.04.::::.::2O=~5,~7.::.00~,O~O~O=.O4:~::O2:.::.5~,7.::.0~0,:_::00.::.04:~.:2..=0~5,0:.~:.7 OO~,.::.00::_:40_:.::.:.02:;:.:__:50~,7=OO~,=00~0=4.0=:2:_=:
Biaya Tetap 50,+~0-70~,O_0_0
r-~--~----------------+_-----------~-----.------~-----------~-------------~-----------~-----------.--- ------------I .-.-----------~~---------- -- :_: :_:_I----~~~
~-----

r.A~s-Urn~ns_:_i_al~at_d-a-n..::.ba..:.:n~g~u:...na=n~-----+----------=o:.:.oo~--- 7 :,35.::.::.:.7~,500:.:.::-.-.:-=7O~O,3~5~7!.:,500:.:::::_.::.OO=+_--~7~,35~7,:::-500=.00=-J.----~7..::.::.:5.3050~=7.00=-J. :,500~~.00=1._--....7~,35:.:::.:.7.:.::,5-0;-0:- :7'--,500--.oo~-----7.:.:,35----7,~500.: .0-- :.500--_-o


..:.:7,:::_35.::.7 =7.~:=,3.O5~O7~~.500.:.:..:.=00=-_-l-7-'-,35 07-'-----,t35
-7
f:A:-d7m:-in_is_tr--:-a_si +- -=0 :.00~-----6=,OOO:::_~~,000~~.00+ 6 :,000~~,000==.=00~--~6~,000~~,OOO~.00~-----=6~.000:.::..::.:-::..,:0:0.000~~-- :
~6~,OOO~,~000:_:
~6:.::,000=,.::.000=.00=+--6=,=OOO.:.::.:.,OOO
f-R_e_kl_am_as_i f- --=O~.OO~ 1,000,000.00 1,lXX),000.00 1,000.000.00 1..:..,000_' ,000_._00+ 1:.._,lXX) .O:,O__lXl ---=1.:_::000.:..::.:.,000.:.:..:..:.:=.01,0: =-0=0-i0-- :.00=~1,~0Xl:....:.,0.:0_0 j----1 :,OOO-..!..,000--.00_4---1...:.,000-.::.c,00
X) =-.OOO:.::.: .OO
t-B_ia..::.ya_ra_in_-r_ai_n_-= --:-=-:----=-:--+------=0.:.:.00=-j------=:-54..-.: .:...75::.:2~, 75O~,,:,.00_:_1~54:....:.,75::7.5.:O:.:::.2:.::::..:.,:.:.00+--54~,75:..::7:.5::02=:..:O.. O=- .-7:-50-0:-c2-l..---.-:_,-:::::75540~:,:-::-.00-=:..5:4.1:1.7.-25.-:=, : 75O=.00=- 54...::,: 7
J_~54:...:.:.:.75:..:::.::2:.:.,7&J_= 2!..:.,75O=._00.:::.::5j4:...725.:-'=-=2.~75O=.OO=-J 547:.5..-:=.: J_~547.5...-:.::..2.:~.,,_:_75O=.00=+-:
=.::,2,:
~t~B~yaTh~p O~O 17~~~2~~O U~~~25O~0 U~~~~LOO U~~~~LOO 17~~0~5LOO~_1.:..:7_:6~~:..:8~~~2=~ :. OO~-1.:..:7-6~~-8~0,~2.::.~~~--0~-1 7_6..:..~_8~~: 25O~~_0~~1-7~6~,~~~~25O~~.:..:0+ -1--:7_:~=5-~...:.~
1-- T_o_t_aBl ---.:..:0--:.0..::.0~_~6~02~,=2B~0~,2_5_.O00~_.::. :22.2~8~0~,2~5.::.0.~0.::.60.I:..:0~2~,2~8.::.0.~2.::.~.:..:.O.::.0~l---G~0:..:.2:.~.:,020=~8-.-:-:.60:,:~_2:O.:~:.52O~,.2:.::..:800.:~..,:..:0..~:2051---6.::.:0:::2:!.:,2::8:.:.::.:0.0,s024:=- .506.:..:..:.:0~2:!::,2:::8.::.:0,:::_2=560~~0.0~~20:!
.:..:la~yo~~ap~e=~..::.sn..::.l:oa..::.11--- 60 ~::.2:.:.8~O,!::25O~.0~0~-....6.:..:0~2~,2~8=0,~2~~.0::.:0+-~6.::.0:.::2,
1=======T~O===T~A":,:L===O,::,U,::,T,;,F:";L;;O;,W~=,,,;7,,,;6,::,9,;,7,::,50~,O;;_0;;6,;02;;,:2.080,250.00 602.280,250.00 602,280,250.~? 602.280,2~0.~~ 6_1_8_,2_80_,_2.50O~0. 6.02.280,250.00 602,280,250.00 G02,280,25O.00 602,280,250.00
602,280,250.00 ;._
f-N_e_t_Be_ne_fi_t_,_(A_-B.....!_1 . ---l_ _,_{7_6_9.::.c,7_05:~.:O..0,:.:..:000~~-.--54~~9.719,750.00 549.719,750.00 , 54_9"._7_1~9,._75_0_.O_05-l4 9:....7_19...:,_75_0_._00 549,719,750-00 533,719,750.00 549.719,750.00 549,719.750.00 549,719,750.00
592,219,750.00
PPH 3::1% 0.00 164,915,925.00 164.915,925.00 164,915.925.00 164,915,925.00 164,915,92?_.00 100,115,925.00 164,915.925.00 164,915,925.00 164,915.925.00 177,665,925.00
Net Benefit after tax {769,75O,000.OO 384,803,825.:.~ 384.803,825-00 384,803,825.00 384,803,825.00 384,803,825-00 373.603.825.00 384.803,825.00 384,803,825.00 384,803,825.00 414,553,825.00
OF 25% 1.00 0.80 0.64 0.51 0.41 0.33 0.26 0.21 0.17 0,13 0.11
f--------------+-------~---------l-------l----.------ -----------1------ -- I~-------+------:---:.:....: ----------1--------_\-----------
(769,750.000.00 3::17,843,000.00 246.274.448.00 197,019.558.40 _!'_~?2.~568.25 _ 126,215,65_:t~ 97,884.202.15 80,800,803.25 64,647,042.00 51,563,712.55 44,357,259.28
NPV (+) 1,374,383,309.08
f----~---------------_\---'--~~-- I------------- ---------------I---------~I ---------_t_-----------l------------I-----------~------------
NPV(-, {769,750,OOO.00
r-----'-'------------~--!.C.---:-..:...::..::-:.::-:..::.~-----------------l---------
-Jumlah NPV
NBCR
604,633,309.08
1.785493093959
I
.-. -,----------+-------.~-- 1--------+--------I------c-l--------1---------------1

r-------------------~--------~-~------------i-------~---------I----------\-----------~---------+--------j----------~---------
~----------- IRR 49.01%
I----------------I--------:...:...I-----------I---------l------------ -----I------~---. ------------+---------~---------~----------t--------
LP...a..y~back _l 3::_.:1_1:_8.::::.l l. ..L... ~ --'-- ----- L- ..L L------_l . ---'- ---
Period .

I-P_e_m_e_'ih_a_raa_'a_nat_d_a;_:_n_ba .n::an;._::_:gn:_.:..u +- ~o~.oo=- 2_6_7.7_0~.000_._0_+ 2_6..n:.o.,_,: 0----t 2_6' ,n_0 j----2-6,:--n-o :,000--.00. j.--26 0l -=2:.:T:.67:.:.:,0=,:::_000~.00:..:.2+--6-,:...7-70:.::.<XXl.:.:..:;.:-.00::..T..7:.;._t-:-_-O-=2=.:0,600'0---+0. 2_:_:6.: n_0
I---G_a-'-ji_ka_rya~wa_n_te_ta...:.p_d_a_n_tu_n.!...ja_n""-ga_n_-+ O.oo~ 0
80,700,000.00 OOO_.080,700,000.00 :,0.000080,700,000.00 8O,700,<XXl.00 :,-n_0_,_,<X._X0
8O.7oo,<XXl.~ :,0Xl.: ;_:_.00
1!-- :80:.::!..:. j---26 :,
7OO-=:.::,OOO=.00-=l:80:..:
7:O!.:O, ..::.:::.:::_000=.00-:=8l0:..:7:!~.0:.0='sooo::.::.:..00::.::.j._--7-=O8O0=.::,.:!:._:.0. 00=.00=-l._----
=-80=, :700~,0

Anda mungkin juga menyukai