TINJAUAN PUSTAKA
Kematian Bayi ( AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu
(AKI). Bila AKI, AKB, dan AKABA disuatu negara rendah maka pelayanan
kesehatan sudah baik di negara tersebut dan sebaliknya bila AKI, AKB, AKABA
tinggi maka pelayanan kesehatan di Negara tersebut belum baik. (Depkes RI, 2011).
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah
kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. (Depkes RI, 2013).
9
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ
bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
Asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi sakit berat dalam
masa neonatal. Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Asfiksia atau gagal nafas dapat menyebabkan suplai oksigen ke
tubuh menjadi terhambat, jika terlalu lama membuat bayi menjadi koma, walaupun
sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak. Kejadian asfiksia jika berlangsung
terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian
Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat
otak dan kematian. Oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan yang
asfiksia pada bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa berupa kelainan neurology yang mungkin
Kematian bayi baru lahir lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah persalinan.
Demikian halnya dengan asfiksia bayi baru lahir pada umumnya disebabkan oleh
manajemen persalinan yang tidak sesuai dengan standard dan kurangnya kesadaran
dan nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia.
Hampir tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila ibu
persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang
professional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan ketrampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir karena kemampuan dan ketrampilan ini
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan sebagai sebagai
provider dan lini terdepan pelayan kesehatan yang dituntut memiliki kompetensi
Kompetensi professional bidan terkait dengan asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Karenanya, pengetahuan, keahlian dan kecakapan seorang bidan menjadi bagian yang
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42
minggu kehamilan).
2. Faktor Tali Pusat ; lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus
tali pusat
kehijauan).
Gejala dan tanda asfiksia adalah : bayi tidak bernapas atau napas megap-
megap atau pernafasan lambat (kurang dan 30 kali per menit), pernapasan tidak
teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada), tangisan lemah atau merintih,
warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai, denyut jantung
tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per menit). Untuk
menentukan derajat asfiksia, digunakan skor APGAR dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini :
Tabel 2.1. Skala Pengamatan APGAR Skor
Prosedur penilaian skor APGAR adalah nilai APGAR pada menit pertama
dengan cepat dan simultan, jumlahkan hasilnya. Lakukan tindakan dengan cepat dan
tepat sesuai dengan hasilnya. Ulangi pada menit ke lima dan sepuluh, dokumentasi
hasil dan lakukan tindakan yang sesuai. Setelah skor APGAR diketahui, maka
1. Vigorous Baby, skor APGAR 7-10 ; bayi segera menangis dalam beberapa detik
setelah lahir. Penanganannya adalah lendir yang ada dimulut dan hidung perlu
2. Mild Moderate asfiksia (asfiksia sedang), skor APGAR 4-6 ; sianosis, sirkulasi
tidak lancar, tonus otot kurang baik. Penanganannya perlu dilakukan tindakan
resusitasi
3. Asfiksia berat, skor APGAR 0-3 ; tidak ada pernafasan, bayi lemas,tonus otot
buruk, sianosis berat, pucat, reflek tidak ada. Penanganannya sangat memerlukan
tindakan resusitasi intensif serta ditangani oleh dokter ahli anak. (Boyle. M, 2009)
Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli , cacat otak
dan kematian. Oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan yang
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir yang dilakukan oleh bidan. (Depkes.RI,
2011).
Penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir adalah resusitasi neonatus atau
bayi. Resusitasi adalah suatu prosedur yang diterapkan untuk bayi baru lahir
(neonatus) yang gagal bernafas secara spontan. Semua bayi dengan depresi
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa berupa kelainan
neurology yang mungkin muncul, dan langkah langkah dalam manajemen asfiksia
ini ditujukan kepada bidan yang pada umumnya bekerja secara mandiri dalam
dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap menolong
persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau
hanya beberapa menit bila bayi baru lahir tidak segera bernafas, bayi dapat menderita
3) Alat untuk resusitasi ; menyiapkan alat resusitasi dalam keadaan siap pakai.
4) Persiapan diri bidan ; mengenakan alat pelindung diri pada persalinan, mencuci
kedua tangan dengan air mengalir dan sabun atau alkohol dan gliserin,
pertanyaan sebagai berikut: Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ;
apakah bayi bernapas spontan ; apakah kulit bayi berwarna kemerahan ; apakah
Bila kelima pertanyaan tersebut jawabannya ya, maka bayi dapat diberikan
asuhan bayi baru lahir normal. Bila salah satu atau lebih pertanyaan tersebut
jawabannya tidak, maka segera lakukan langkah awal resusitasi bayi baru lahir.
bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu kali. Setiap tahapan manajemen
asfiksia senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan, tindakan apa yang
tepat dilakukan.
3. Tindakan Resusitasi
Kegawatdaruratan pada kedua sistem ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu
a. Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik, yaitu jaga bayi tetap hangat,
atur posisi bayi, isap lendir, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi kepala dan
selimuti bayi. Bila air ketuban bercampur mekonium maka dilakukan langkah
berikut :
1) Saat kepala bayi lahir, sebelum bahu dilahirkan ; menghisap lendir dari
2) Setelah seluruh badan bayi lahir ; Menilai apa bayi bernafas atau tidak.
3) Bila bayi tidak bernafas ; membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi,
tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur. Langkah-langkahnya :
1) Pemasangan sungkup.
2) Melakukan ventilasi 2 kali ; meniup udara kemulut bayi 2 kali dengan tekanan
30 cm air, melihat apakah dada bayi mengembang setelah ditiup 2 kali, bila
bayi mulai bernafas normal hentikan ventilasi bertahap ( lihat dada, frekuensi
4) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas ; bila
bayi mulai bernafas normal hentikan ventilasi bertahap lanjutkan asuhan pasca
detik.
5) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
6) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi selama 10 menit,
hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan
kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan
2) Jaga bayi tetap hangat dan kering ; menunda memandikan bayi sampai dengan 6-
24 jam
3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya.
pada bayi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca
lahir lebih lanjut. Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi
lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan
resusitasi.
6. Pencegahan Infeksi
lain dalam asuhan bayi baru lahir. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi bayi baru lahir, bidan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
1) Meja resusitasi ; basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan
pencucian dan desinfeksi tingkat tinggi) apabila alat digunakan pada bayi dengan
infeksi.
4) Alat penghisap yang dipakai ulang ; lakukan ke tiga langkah pencegahan infeksi
dengan angin/udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih
dan kering.
harus dilakukan oleh bidan yang berkompeten. Bidan harus dapat membuat keputusan
yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan bidan) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
bidan harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir, pengetahuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali menolong
ketrampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, terlambat merujuk, terlambat
yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
bidan yang telah di akui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
telah berlaku, dicatat (Registrasi), di beri izin secara sah untuk menjalankan
praktek.(Nazriah, 2009). Menurut Soepardan (2010) Bidan adalah seorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal,
dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan
untuk terdaftar dan/ atau memiliki izin formal untuk praktik bidan.
Defenisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2010) adalah
seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin
bidan yaitu seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang
diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan
praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan
memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan
dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk
tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan
pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam
konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga
dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi,
keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit
maka untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang
2.3. Kompetensi
pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja serta penerapannya dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan ditempat kerja yang mengacu pada persyaratan kerja yang
tertentu. Ketrampilan adalah hal-hal yang orang bisa dengan baik. Pengetahuan
adalah apa yang diketahui seseorang tentang suatu topik. Peran sosial adalah citra
yang ditunjukkan oleh seseorang dimuka publik. Peran sosial mewakili apa yang
orang itu anggap penting. Peran sosial mencerminkan nilai-nilai orang itu.
kemampuan yang dilandasi oleh ketrampilan dan pengetahuan yang didukung oleh
sikap kerja serta penerapannya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan ditempat
kerja yang mengacu pada persyaratan kerja yang ditetapkan (Sutrisno, 2012).
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa
pengetahuan, sikap perilaku yang diperlukan dalam tugas dan jabatannya (Pasal 3).
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
melaksanakan pekerjaan yang tepat dan baik, serta memahami betapa pentingnya
melakukan pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan yang ada ditempat
kerja.
mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi kerja secara
kemampuan seorang bidan dalam memilih metode kerja yang dianggap lebih
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya, standar perilaku bidan
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya, perasaan
competencie) cenderung lebih nyata dan berada dipermukaan sebagai salah satu
mudah untuk dikembangkan sehingga program pelatihan merupakan cara yang baik
menjamin tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif, konsep diri
dan ciri diri lebih tersembunyi dan cukup sulit untuk dinilai dan dikembangkan
karena pada titik central kepribadian seseorang. (Hutapea P dan Thoha N, 2010).
bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Kompetensi ini antara lain meliputi
visi, misi startegi dalam rangka mencapai tujuan organisasi sebagai bagian
untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan sistematis,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang harus dimiliki seorang bidan
secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk
dalam buku kompetensi bidan Indonesia meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik
dalam dua kategori yaitu : kompetensi dasar yang merupakan kompetensi minimal
yang secara mutlak harus dimiliki oleh bidan dan kompetensi tambahan yang
Profesi Bidan, maka ditetapkan standar kompetensi bidan yang harus dimiliki yaitu :
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya.
yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
orangtua.
3. Asuhan dan konseling selama kehamilan; bidan member asuhan antenatal
5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui; bidan memberikan asuhan pada ibu nifas
dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
6. Asuhan pada bayi baru lahir; bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
7. Asuhan pada bayi dan balita; bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
setempat.
dalam memberikan pelayanan kebidanan. Hal ini semua dapat terwujud bila seorang
bidan mampu menguasai konsep dasar ilmu kebidanan, ketrampilan tambahan dan
perkembangannya juga mampu bersikap professional sesuai dengan kode etik yang
telah ditetapkan.
2.4. Pengetahuan
oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan
untuk melaksanakan tugas tertentu baik mental ataupun fisik. Pengetahuan dan
(ability) yang tinggi pula sehingga akan membentuk kompetensi seorang pegawai/
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
berorientasi pada intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya
akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun
Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
tehadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau mengerti harus dapat
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
sebagainya dalam konteks atau situai yang lain. Misalnya : dapat menggunakan
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemapuan analisis ini dapat dilihat dari
bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang ada.
bidan terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai dari tahu, memahami hingga
dapat dalam mengevaluasi materi materi yang telah ditetapkan sebagai pengetahuan
penatalaksanaan manajemen asfiksia bayi baru lahir , dengan standar yang telah
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
hal sikap dan teori ini juga teori dua faktor yang memusatkan perhatian pada
berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaan atau belifes
tentang hubungan antara objek sikap itu dengan system nilai yang ada dalam diri
terhadap objek sikap. Bila seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap objek
sikap, maka ini berarti adanya hubungan pula dengan nilai-nilai positif yang lain yang
berhubungan dengan objek sikap tersebut, demikian juga dengan sikap yang negatif.
(Dewi,2010).
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu prilaku yang merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Dewi, 2010).
1. Menerima (Receiving)
yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap kejadian aspiksia pada
bayi baru lahir yaitu terlihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap kejadian
tersebut.
2. Merespon (Responding)
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai dapat dilihat dari sikap mengajak orang lain mengerjakan sesuatu
atau berdiskusi mengenai suatu masalah. Misalnya seorang bidan yang mengajak
petugas lainnya untuk menilai resiko terjadinya hal-hal lain dari asfiksia jika keadaan
4. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan
penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang dihadapi, oleh karena itu
sikap merupakan predisposisi untuk berespon yang akan membentuk tingkah laku.
ide dan konsep terhadap objek, artinya keyakinan dan pendapat atau pemikiran
atau evaluasi orang terhadap objek, artinya penilaian (terkandung dalam faktor
Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
(2009), salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu.
harus dilakukan oleh bidan yang berkompeten. Bidan harus dapat membuat keputusan
yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan
pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja serta penerapannya dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan ditempat kerja yang mengacu pada persyaratan kerja yang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang harus dimiliki seorang bidan
secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk
oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan
untuk melaksanakan tugas tertentu baik mental ataupun fisik. Pengetahuan dan
(ability) yang tinggi pula sehingga akan membentuk kompetensi seorang pegawai/
berorientasi pada intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya
akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun
Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
Pengetahuan Bidan
dengan
Penatalaksanaan
Manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir Penatalaksanaan
Manajemen Asfiksia
Sikap Bidan Bayi Baru Lahir
dengan
Penatalaksanaan
Manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir