Anda di halaman 1dari 10

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO.

3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENENTUAN JADWAL PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN-MESIN


DI STASIUN GILINGAN (Studi Kasus PG. Lestari Kertosono)

PREVENTIVE MAINTENANCE SCHEDULING DETERMINATION


AT MILL STATION (Case Study PG. Lestari Kertosono)

Cindy Revitasari1), Oyong Novareza2), Zefry Darmawan3)


Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail: cindyrevitasari.lsai@gmail.com1), novareza15@ub.ac.id2), zefry_gue@yahoo.com3)

Abstrak

Kebutuhan gula semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan
pendapatan masyarakat, Untuk memproduksi gula dalam jumlah yang banyak, diperlukan suatu alat yang
dapat membantu dan mempercepat proses produksi tersebut yakni mesin. Proses produksi gula melalui lima
unit stasiun , yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun kristalisasi dan stasiun
penyelesaian. Dari kelima unit stasiun tersebut, stasiun gilingan pada Pabrik Gula Lestari Kertosono
diketahui memiliki downtime yang paling tinggi. Stasiun gilingan merupakan stasiun awal yang memiliki
peran yang sangat penting karena jika stasiun gilingan sebagai stasiun awal yang memproses tebu
mengalami kerusakan, maka proses produksi gula akan mengalami waktu proses yang lebih lama atau
bahkan dapat mengakibatkan proses produksi gula terhenti. Proses produksi di Pabrik Gula Lestari
Kertosono sering mengalami suatu masalah pada mesin-mesin yang terdapat di stasiun gilingan yaitu
terhambatnya proses produksi diakibatkan karena mesin yang tiba-tiba tidak dapat berfungsi. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut digunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA), Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR). Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin-
mesin di stasiun gilingan untuk periode giling I sebesar 65,03% dan periode giling II sebesar 65,35%.
Komponen mesin kritis adalah komponen yang memiliki nilai RPN diatas nilai RPN dari masing-masing
mesin. Untuk mesin cane cutter g memiliki nilai RPN sebesar 73,5, mesin unigrator memiliki nilai RPN
sebesar 83,6 dan untuk mesin rol gilingan memiliki nilai RPN sebesar 79,8. Dari perhitungan Mean Time
Between Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR) dapat diketahui jadwal maintenance. Jadwal
maintenance dibuat dalam bentuk kalender sesuai dengan daftar pengelompokan komponen dari masing-
masing jenis mesin, waktu perawatan dan banyaknya operator maintenance yang tersedia.

Kata Kunci : PG. Lestari, Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA), Preventive Maintenance

1. Pendahuluan tersebut terjadi, diperlukan perhatian terhadap


Untuk dapat memenuhi kebutuhan kondisi mesin tersebut yakni dengan melakukan
permintaan gula yang semakin meningkat perawatan pada mesin produksi, hal ini perlu
seriring dengan peninkatan jumlah penduduk, dilakukan untuk menjaga keefektivitasan dari
proses produksi gula di setiap pabrik gula harus sebuah mesin.
dioptimalkan dengan melakukan produksi PTPN X Pabrik Gula Lestari Kertosono
terus-menerus selama masa panen tebu. Untuk merupakan perusahaan yang bergerak pada
memproduksi gula dalam jumlah yang banyak, sektor industri produksi gula. Proses produksi
diperlukan suatu alat yang dapat membantu dan di Pabrik Gula Lestari Kertosono sering
mempercepat proses produksi tersebut yakni mengalami suatu masalah pada mesin-mesin
mesin. Seiring dengan peningkatan aktivitas yang terdapat di stasiun gilingan yaitu
mesin dalam suatu aktivitas produksi bagi suatu terhambatnya proses produksi diakibatkan
perusahaan yang lama-kelamaan tentu akan karena mesin yang tiba-tiba tidak dapat
berdampak pada kinerja mesin yaitu terjadinya berfungsi, oleh karena itu diperlukan suatu
penurunan kinerja mesin. Untuk mencegah hal tindakan pencegahan yang dapat meminimasi

485
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

faktor-faktor yang menyebabkan mesin berhenti gilingan. Lalu dilakukan perhitungan Mean
beroperasi. Kurang efektifnya tindakan Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time
pencegahan di PG Lestari Kertosono to Repair (MTTR) untuk mengetahui jadwal
menyebakan tingginya downtime yang terjadi perawatan mesin yang optimal pada proses
pada mesin produksi di stasiun gilingan. produksi di stasiun gilingan berdasarkan
Dari data didapatkan bahwa rata-rata jam klasifikasi dari Failure Mode and Effect
kerja setiap bulan selama satu periode giling Analysis (FMEA).
bulan Juni hingga Desember 2013 dapat
diketahui bahwa terdapat 3 mesin yang 2. Metodologi Penelitian
memiliki rata-rata downtime tinggi yaitu, cane Langkah-langkah yang dilakukan dalam
cutter I rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata penelitian ini diawali dengan survei
downtime sebesar 188 jam, cane cutter II rata- pendahuluan, stidi literatur. Selanjutnya
rata jam keja 720 jam dan rata-rata downtime melakukan identifikasi masalah dan perumusan
sebesar 196 jam dan Rol gilingan IV rata-rata masalah serta penentuan tujuan penelitian.
jam keja 720 jam dan rata-rata downtime Langkah selanjutnya adalah proses
sebesar 120 jam. Sedangkan Dari data diketahui pengumpulan data, dalam proses ini dilakukan
bahwa rata-rata jam kerja setiap bulan selama pengumpulan seluruh data sebagai informasi
satu periode giling bulan Juni hingga Desember yang akan diolah dan dianalisis dalam
2014 didapatkan bahwa terdapat 3 mesin yang penelitian ini yang terdiri dari data primer dan
memiliki jumlah rata-rata downtime tinggi sekunder. Setelah mendapatkan keseluruhan
mesin cane cutter I rata-rata jam keja 720 jam data yang diperlukan, maka dapat dilakukan
dan rata-rata downtime sebesar 194 jam, cane proses pengolahan data berdasarkan metode
cutter I rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata yang telah di tentukan berdasarkan
downtime sebesar 206 jam dan Rol Gilingan karakteristik dari permasalahan yang ada, yaitu
rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata Overall Equipment Effectiveness (OEE),
downtime sebesar 130 jam. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Salah satu pendekatan yang digunakan Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean
untuk menanggulangi permasalahan yang Time to Repair (MTTR). Setelah dilakukan
terjadi pada stasiun gilingan adalah Overall pengolahan data, maka dilakukan analisis dan
equipment effectiveness (OEE). OEE mengukur pembahasan mengenai hasil dan pengolahan
efektivitas secara total (complete, inclusive, data serta dilakukan penarikan kesimpulan dan
whole) dari kinerja suatu peralatan dalam saran atas analisis dan pembahasan yang
melakukan suatu pekerjaan yang sudah dilakukan. Diagram Alir Penelitian ditunjukan
direncanakan, diukur dari data aktual terkait dalam Gambar 1 berikut.
dengan availability rate, peformance efficiency,
danquality of product (Williamson, 2006). Mulai

Adapun penilaian terkait dengan OEE mesin Studi L apangan


Studi Pustaka

mengikuti standar global adalah 90% untuk Metode yang digunakan


Teori Pendukung Lingkup Maintenance
Identifikasi Masalah

nilai availability rate, 95% performance rate,


dan 99% untuk quality rate atau 85% untuknilai Perumusan Masalah

OEE dari suatu peralatan (Hegde,dkk, 2009). Penentuan Tujuan Penelitian

Tahap Pendahuluan

Setelah penentuan nilai OEE dilakukan


Pengumpulan Data

identifikasi lebih lanjut dengan metode Failure a. Data Sekunder


1.Proses Produksi PTPN X (Persero) PG L estari Kertosono
2.Data jam kerja mesin-mesin di Stasiun Gilingan

Mode and Effect Analysis (FMEA). Gazperz 3.Data produksi mesin-mesin di Stasiun Gilingan
4.Data downtime mesin-mesin di Stasiun Gilingan
5. Data Frekuensi dan waktu perawatan mesin-mesin di Stasiun Gilingan
b. Data Primer

(2002) (dalam Satmiko,2014) membuat definisi 1. Identifikasi Kegagalan(failure)


2. Data Ranking FMEA Tahap Pengumpulan
Data

mengenai Failure Mode and Effect Analysis


(FMEA). Definisi Failure Mode and Effect
Pengolahan Data
1. Perhitungan OE E:
a.Availability rate
b. Performance rate

Analysis (FMEA) merupakan suatu prosedur c. Quality of Rate


2. Pengukuran FMEA
3.Perhitungan Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time to R epair (MTTR)
4. Penentuan Jadwal Penggantian Komponen Mesin
terstruktur yang digunakan untuk Tahap Pengolahan
Data

mengidentifikasi dan mencegah sebanyak Analisis dan Pembahasan

mungkin mode kegagalan (failure mode) serta Kesimpulan dan Saran

untuk mengetahui mesin-mesin dan komponen


Selesai

mesin mana saja yang menjadi penyebab utama Tahap Analisis dan Pembahasan

terhambatnya proses produksi di mesin Gambar 1 Diagaram Alir Penelitian

486
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1.1 Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin selesai diperbaiki sampai mesin tersebut
OEE merupakan suatu metrik/ukuran yang mengalami kerusakan kembali. MTBF dapat
menghitung tingkat kefektifan dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
suatumesin/peralatan secara menyeluruh. OEE
merupakan cara dalam Total Productive MTBF = (Pers.3)
maintenance untuk mengukur kefektifan
peralatan/ mesin yang digunakan dalam proses 2.1.4 Mean Time To Repair (MTTR)
produksi. Dengan adanya OEE maka dapat
diketahui losses yang paling signifikan dalam Mean Time to Repair (MTTR) merupakan
waktu rata-rata dari interval waktu untuk
suatu mesin, sehingga losses tersebut dapat
melakukan perbaikan yang dibutuhkan oleh
dikurangi dan dapat meningkatkan tingkat
suatu komponen atau sistem. Menurut Kostas
kefektifan suatu mesin/peralatan yang
digunakan. Perhitungan OEE dihitung dengan (1981:73), MTTR diperoleh dengan rumus
sebagai berikut.
rumus (Stephens, 2004):
OEE = Availability rate x Performance rate x Rate
of quality product x 100% (Pers.1) MTBF = (Pers.4)

2.1.2 Failure Method and Effect Analysis


2.1.5 Jenis Penelitian
Gazperz (2002) (dalam Satmiko, 2013)
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
membuat definisi mengenai Failure Modeand
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011),
Effect Analysis (FMEA). Definisi Failure
Penelitian kuantitatif adalah suatu metode
Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan
penelitian yang bersifat induktif, objektif dan
suatu prosedur terstruktur yang digunakan
ilmiah di mana data yang di peroleh berupa
untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak
angka-angka atau pernyataan-pernyataan yang
mungkin mode kegagalan (failure mode).
FMEA dapat diterapkan pada semua bidang. di nilai dan dianalisis.
Baik manufaktur maupun jasa, juga pada semua
jenis produk. Risk Priority Number (RPN) 3. Pembahasan
merupakan rating severity, occurance, dan Pada pembahasan ini dilakukan
detection. RPN diperoleh dengan mengalikan perhitungan dan analisis dengan menggunakan
rating severity, occurance, dan detection. Overall Equipment Effectiveness (OEE), setelah
Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif itu digunakan Failure Mode and Effect Analysis
atau estimasi tentang bagaimana buruknya (FMEA) yang bertujuan untuk mengetahui
pengguna akhir akan merasakan akibat dari komponen-komponen mesin kritis yang
kegagalan tersebut. Occurance (O) adalah menjadi penyebab tinginya downtime pada
suatu perkiraan tentang probabilitas atau mesin-mesin di stasiun gilingan. Setelah itu
peluang bahwa penyebab akan terjadi dan dilakukan penjadwalan mesin-mesin di stasiun
menghasilkan modus kegagalan yang gilingan dengan parameter Mean Time
menyebabkan akibat tertentu. Detection (D) Beetween Failure (MTBF) dan Mean Time to
adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana Repair (MTTR).
efektifitas dan metode pencegahan atau
pendektesian.Rating dan RPN hanya digunakan 3.1 Pengolahan Data
untuk menganalisis ranking kelemahan proses Pengolahan data dilakukan dengan metode
untuk mempertimbangkan tindakan yang Overall Equipment Effectiveness (OEE),
mungkin untuk mengurangi kekritisan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
danmembuat proses lebih baik (Ford Motor Mean Time Beetween Failure (MTBF) dan
Company, 1992): Mean Time to Repair (MTTR).

RPN = severity x occurance x detection (Pers.2) 3.1.1 Perhitungan Overall Equipment


Effectiveness (OEE)
2.1.3 Mean Time Between Failure (MTBF)
OEE digunakan untuk menghitung
Menurut Kostas (1981:73), Mean Time
Between Failure (MTBF) adalah rata-rata efektivitas mesin secara keseluruhan. Data yang
interval waktu kerusakan yang terjadi saat diperlukan untuk menghitung OEE adalah

487
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Availability Rate , Performance Rate, dan Rate maka planned downtime berupa preventif
of Quality. maintenance perlu dioptimalkan.
1. Perhitungan Availability Rate (AR) 2. Perhitungan Performance Rate (PR)
Availability rate merupakan rasio yang Performance rate adalah rasio yang
menggambarkan pemanfaatan waktu yang menggambarkan kemampuan suatu mesin/
tersedia untuk kegiatan operasi mesin. (Hegde., peralatan dalam menghasilkan suatu produk/
dkk, 2009). Data yang dibutuhkan untuk barang (Hegde., dkk, 2009). Data yang
menghitung availability rate antara lain data dibutuhkan dalam perhitungan ini adalah
waktu kerja dan data waktu henti mesin jumlah produk, ideal produk yang dihasilkan
(downtime) pada dua periode giling, periode per jamnya dan waktu operasi pada dua periode
giling I adalah Juni hingga Desember 2013 dan giling, periode giling I adalah Juni hingga
periode giling II adalah Juni hingga Desember Desember 2013 dan oeriode giling II adalah
2014. Juni hingga Desember 2014. Berikut ini adalah
contoh perhitungan dari PR.
AR = (Pers.5)
PR = (Pers.6)

= x 100 % =77,50%
= x 100 % = 77,92%
Hasil dari perhitungan Availability Rate
pada dua periode giling ditunjukan pada Hasil dari perhitungan Performance Rate
Gambar 2 dan Gambar 3. pada dua periode giling ditunjukan pada
Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 2 Rata-Rata Availability Rate pada


Periode Juni hingga Desember 2013
Gambar 4 Rata-Rata Performance Rate pada
Periode Juni-Desember 2013

Gambar 3 Rata-Rata Availability Rate pada


Periode Juni hingga Desember 2014
Gambar 5 Rata-Rata Performance Rate pada
Avaibility Rate (AR) belum memenuhi Periode Juni-Desember 2014
standar global yaitu sebesar 90% (Hegde., dkk,
2009). Nilai Avaibility Rate (AR) yang rendah Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5
tersebut disebabkan oleh tingginya downtime dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
pada mesin-mesin di stasiun gilingan. Faktor performance rate pada mesin-mesin di stasiun
yang mempengaruhi tingginya downtime gilingan belum memenuhi standar global yaitu
tersebut disebabkan karena kerusakan mesin. sebesar 95% (Hegde., dkk, 2009). Mesin-mesin
Peningkatan nilai efektivitas dapat dilakukan yang memiliki performance rate rendah
dengan meminimalkan unplanned dan menandakan bahwa mesin belum mampu
mengoptimalkan planned downtime (Mobley, melakukan proses produksi dengan kecepatan
2008). Planned downtime ini dapat berupa produksi ideal yang dimiliki mesin tersebut.
usaha perbaikan mesin secara preventif yaitu Penurunan performance rate dapat terjadi
berupa pelumasan, penggantian mesin, ataupun karena idling peralatan (menunggu bahan baku
pengecekan mesin secara berkala. Sehingga yang akan diolah), dan output yang rendah
agar dapat meningkatkan nilai availabilty rate, karena mengurangi kecepatan mesin (Mobley,
488
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2008). Hal tersebut dapat disebabkan oleh efektivitas secara total dari kinerja suatu
rendahnya keahlian operator, atau perancangan peralatan dalam melakukan suatu pekerjaan
sistem manufaktur yang buruk. Dengan yang sudah direncanakan, diukur dari data
merancang sistem manufaktur yang baik maka aktual terkait dengan availability rate,
nilai performance rate juga akan tinggi. Hal ini performance rate, dan rate of quality. Berikut
dapat dilakukan dengan perancangan layout ini adalah contoh perhitungan OEE.
yang baik, yaitu dengan membuat mesin-mesin
yang dipakai mempunyai kecepatan ideal OEE = AR x PR x RQ
produksi yang sama atau hampir sama. Dengan = 75,65 % x 79,15 % x 100 % = 59,88 %
kecepatan ideal suatu mesin yang sama atau
hampir sama maka idling antar peralatan Hasil dari perhitungan Performance Rate
menjadi tidak ada atau sangat rendah sehingga pada dua periode giling ditunjukan pada
mesin dapat menghasilkan jumlah produk yang Gambar 6 dan Gambar 7
sesuai dengan waktu operasi yang ditentukan.
3. Perhitungan Rate of Quality (RQ)
Rate of Quality adalah rasio mesin dalam
menghasilkan suatu produk sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (Hegde., dkk,
2009). Data yang dibutuhkan dalam
perhitungan ini adalah data produksi dan data . Gambar 6 Rata-Rata OEE pada periode Juni
produk cacat pada dua periode giling, periode Desember 2013
giling I adalah Juni hingga Desember 2013 dan
periode giling II adalah Juni hingga
Desember 2014. Berikut ini adalah contoh
perhitungan dari RQ.

RQ = (Pers.7) Gambar 7 Rata-Rata OEE pada periode Juni


Desember 2014
= x 100 % = 100%
Secara keseluruhan nilai OEE pada mesin-
mesin distasiun gilingan masih jauh dari standar
Dari hasil perhitungan rate of quality
World Class OEE yaitu sebesar 85% (Hedge.,
didapatkan bahwa semua mesin memiliki rata-
dkk,2009). Komposisi dari nilai tersebut adalah
rata rate of quality sebesar 100%. Hal tersebut
availability rate sebesar 90%, performance rate
dikarenakan pada stasiun gilingan tidak terdapat
sebesar 95%, dan rate of quality sebesar 99,9%.
proses identifikasi defect, output dari mesin
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,
cane cutter I dan cane cutter II adalah
maka dalam penelitian ini akan dilakukan
potongan-potongan tebu yang keseuluruhan
pembuatan jadwal perawatan mesin secara
dari potongan tebu tersebut akan di proses pada
preventif (preventif maintenance). Menurut
mesin unigrator dan hasil dari mesin unigrator
Dhillon (2002) beberapa karakter dari pabrik
adalah tebu yang telah ditumbuk dan menjadi
yang membutuhkan program preventive
lebih halus. Keseluruhan hasil dari mesin
maintenance yang baik adalah rendahnya
unigator akan diproses melalui 4 mesin secara
penggunaan peralatan karena adanya kegagalan,
berurutan yaitu mesin rol gilingan I, rol
besarnya waktu idle operator karena kegagalan
gilingan II, rol gilingan III dan rol gilingan IV.
peralatan, dan penurunan harga peralatan
Hasil dari mesin rol gilingan IV adalah nira dan
karena menurunnya waktu produktif peralatan
ampas, ampas akan digunakan sebagai bahan
akibat buruknya perbaikan
bakar dari boiler dan nira akan diproses pada
stasiun berikutnya yaitu stasiun pemurnian.
4. Perhitungan Overall Equipment 3.1.2 Analisis Metode Failure Mode and
Effectiveness (OEE) Effect Analysis (FMEA)
Tahap ini menghitung nilai Overall Setelah melakukan pengamatan pada
Equipment Effectiveness (OEE) dari mesin- proses produksi di stasiun gilingan maka
mesin di stasiun gilingan, untuk mengetahui didapatkan failure mode dan failure effect pada

489
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

tiap bentuk kegagalan. Data ini diperoleh 140 pada permasalahan cane knife tumpul dan
melalui observasi langsung serta wawancara mata pisau patah.
dengan kepala bagian instalasi. Berikut ini 2. Mesin Unigrator
adalah analisis dan perhitungan Risk Priority Beikut ini adalah perhitungan nilai RPN
Number (RPN) dari FMEA untuk masing- dari mesin unigrator . Daftar failure, failure
masing jenis mesin di stasiun gilingan. mode dan failure effect terdapat pada Tabel 2.
1. Mesin Cane Cutter
Beikut ini adalah perhitungan nilai RPN Tabel 2 Nilai RPN Mesin Unigrator
Failure
dari mesin cane cutter. Daftar failure, failure No. Failure Failure Mode
Effect
S O D RPN
Mesin Rol
mode dan failure effect terdapat pada Tabel 1. 1.
Scrapper
plate aus
Gigi putus karena
kemasukan ampas
gilingan
berhenti
4 4 5 80

Plat Ampar plat


2. Baut ampas plat putus 3 3 5 45
bergetar bengkok
Tabel 1 Nilai RPN Mesin Cane Cutter 3.
Standard
mil check
Baut set cup atau top
Mesin Rol
gilingan 3 4 5 60
No. Failure Failure Mode Failure Effect S O D RPN Rol putus
bergetar berhenti
Baggae
Masuknya Mesin cane Baggage
Disc Terlalu banyak ampas Elevator
1. besi atau batu cutter berhenti 4 4 5 80 Elevator
pecah 4. yang menumpuk di berhenti 4 4 4 64
pada Disc beroperasi (BE)
dalam pompa nira menyalurkan
tersumbat
nira
Kondisi oil Feeding Waste yang menempel Mesin Rol
Disc knife Mesin cane 5. Rol pada cutter(pisau) gilingan 5 5 6 150
Tellus 37
2. kurang cutter 2 4 5 40 macet Feeding Rol berhenti
tidak
pelumas bekerja lambat
mencukupi Jumlah 399
Feeding tebu
Cane Beban
yang terlalu
3. knife electromotor 4 5 7 140
tebal dan
tumpul
keras
bertambahberat
Selanjutnya penentuan risiko kritis. Suatu
Keausan
karena risiko dikategorikan sebagai risiko kritis jika
Mur dan gesekan yang
Rotor bekerja
4. Baut
Putus
terlalu keras
antara tebu
tidak balance
2 4 6 48 memiliki nilai RPN di atas nilai kritis.
dengan mur
dan baut

Grace yang
5.
Bearing kering karena Bearing pecah
5 2 6 60
Nilai Kritis RPN = = = 79,8
panas kurang dan terbakar
pelumas

Mata Setting yang Mesin Cane


6. pisau
patah
terlalu rapat
dengan rotor
Cutter Iberhenti
beroperasi
4 5 7 140
Dari perhitungan diatas di dapatkan nilai
Putaran mesin kritis yang didapat adalah 79,8 dari perhitungan
terlalu berat
7.
V Belt dan oli yang
Mesin Cane
Cutter berhenti 5 3 5 75
tersebut, prioritas perbaikan diberikan kepada
putus sering
mengenai V
beroperasi
kegagalan yang memiliki nilai RPN diatas nilai
Belt

Cylinder Waste yang Mesin Cane


kritis. Dari total nilai RPN yang memiliki nilai
8. Rotor
Macet
menempel
pada cylinder
Cutter I berhenti
beroperasi
3 4 5 60 diatss nilai kritis adalah pada permasalahan
Handle Posisi handle
Cane Knife tidak
scrapper plate aus dengan nilai RPN sebesar 80
dapat memotong
9. Freed
Lepas
freed kurang
rapat
tebu dengan
2 2 5 20 dan feeding rol macet dengan nilai RPN
optimal

Slip putaran yang


sebesar 150
Rotor Baut kurang
10
Kendur kencang
tidak seimbang
pada cylinder
4 3 6 72 3. Mesin Rol Gilingan
Jumlah 735 Beikut ini adalah perhitungan nilai RPN
dari mesin rol gilingan . Daftar failure, failure
Selanjutnya dilakukan penentuan risiko mode dan failure effect terdapat pada Tabel 3.
kritis, suatu risiko dikategorikan sebagai risiko
kritis jika memiliki nilai RPN di atas nilai kritis. Tabel 3 Nilai RPN Mesin Rol Glingan
No. Failure Failure Effect Detection D
Deteksi setelah mesin
Hammer Beban electromotor
1. berhenti 7
tumpul bertambah berat
Nilai Kritis RPN = (Pers.8) Beroperasi
Deteksi setelah mesin
Mesin unitgrator
2. Disc pecah berhenti 5
berhenti beroperasi
Beroperasi
= = 73,5 Deteksi dari failure effect
Mesin unitgrator yaitu
3. Rotor Macet 5
berhenti beroperasi terjadi beban kerja berat
pada electromotor

Dari perhitungan diatas di dapatkan nilai Disc kurang Mesin unitgrator


Deteksi dari failure effect
yaitu
4. 4
kritis yang didapat adalah 73,5 dari perhitungan pelumas bekerja lambat terjadi ketidak seimbangan
pada rotor
tersebut prioritas perbaikan diberikan kepada 5. Bearing panas
Bearing pecah dan
terbakar
Deteksi setelah bearing
pecah
6

kegagalan yang memiliki nilai RPN diatas nilai


kritis. Dari total nilai RPN yang memiliki nilai
Selanjutnya penentuan risiko kritis. Suatu
diatas nilai kritis adalah permasalahan V-belt risiko dikategorikan sebagai risiko kritis jika
putus dengan nilai RPN 75, disc pecah dengan memiliki nilai RPN di atas nilai kritis.
nilai RPN 80 dan nilai RPN terbesar sebesar

490
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Jadwal perawatan dikelompokan berdasarkan


Nilai Kritis RPN = = = 79,8
jenis mesin dan rentan waktu hari perawatan
yang berdekatan berdasarkan scattergraph
Dari perhitungan diatas di dapatkan nilai Berikut ini adalah gambar scattergraph
kritis yang didapat adalah 79,8 dari perhitungan pengelompokan jadwal perawatan dan daftar
tersebut, prioritas perbaikan diberikan kepada pengelompokan komponen mesin.
kegagalan yang memiliki nilai RPN diatas nilai
kritis. Dari total nilai RPN yang memiliki nilai
diatss nilai kritis adalah pada permasalahan
scrapper plate aus dengan nilai RPN sebesar 80
dan feeding rol macet dengan nilai RPN
sebesar 150.

3.1.3 Perhitungan Mean Time Between


Failure (MTBF) dan Mean Time To Gambar 7 Scattergraph Pengelompokan Mesin
Cane Cutter
Repair (MTTR)
Perhitungan MTBF dan MTTR
digunakan untuk mengetahui berapa rata-rata
suatu komponen mesin mengalami kerusakan
dan berapa lama waktu perbaikan, komponen
mesin-mesin distasiun gilingan pada Pabrik
gula lestari memiliki tiga jenis mesin yang
digunakan untuk memproduksi gula, yaitu
mesin cane cutter, unigrator, dan rol gilingan.
Gambar 8 Scattergraph Pengelompokan Mesin
Tabel 4 merupakan rekap perhitungan MTBF
Unigrator
dan MTTR untuk komponen dari mesin-mesin
di stasiun gilingan.

Tabel 4 Data perhitungan MTBF dan MTTR


MTBF MTTR
No. Mesin Permasalahan
(Hari) (Menit)

1 Disc pecah 12 51

2 Disc knife kurang pelumas 12 37

3 Cane knife tumpul 13 43

4 Mur dan Baut Putus 14 38 Gambar 9 Scattergraph Pengelompokan Mesin


5
Cane Cutter
Bearing panas 23 41 Rol Gilingan
6 Mata pisau patah 15 54

7 V Belt putus 30 101 Berdasarkan pengelompokan sesuai


8 Cylinder Rotor Macet 14 79 dengan pengelompokan rentan waktu
9 Handle Freed Lepas 20 99 perawatan dengan scattergraph, maka dapat
10 Rotor Kendur 27 91 diketahui kategori pengelompokan komponen
11 Hammer tumpul 16 41 yang terdapat pada Tabel 5.
12 Disc pecah 17 58
Unigrator
13 Rotor Macet 25 99 Tabel 5 Daftar Pengelompokan Komponen Mesin
14 Disc kurang pelumas 20 40 Jenis Jumlah Kategori
No. Jenis Permasalahan
mesin hari Pengelompokan
15 Bearing panas 32 52 1. 12 A1 Disc Knife kurang pelumas
Disc pecah, Cane knife tumpul,
16 Scrapper plate aus 16 49 2. 12-15 A2 Mur dan baut putus, Cylinder rotor
Cane macet dan Mata pisau patah.
17 Plat bergetar 15 72 Cutter Handle freed lepas dan Bearing
3. 20-23 A3
panas
18 Rol gilingan Standard mil check bergetar 26 74 4. 26730 A4 Rotor Kendur dan V-Belt putus
5. 20 B1 Disc Knife kurang pelumas
Baggage Elevator (BE) 6. 16-17 B2 Hammer tumpul dan Disc pecah
19 17 58 Unigrator
tersumbat 7. 25-32 B3 Rotor macet dan Bearing panas
20 Feeding rool macet 17 54 Scrapper plate aus, Plat bergetar,
8. Rol 15-17 C1 Baggage Elevator (BE) terseumbat
Gilingan dan Feeding rol macet
9. 26 C2 Standard mil check bergetar

Jadwal Perawatan dibuat berdasarkan


perhitungan Mean Time Between Failure Daftar pengelompolan perawatan mesin
(MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR). dibuat berdasarkan jenis mesin dan juga rentan

491
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

waktu perawatan yang berdekatan untuk 1. Kegiatan pelumasan untuk mesin cane cutter
mempermudah operator maintenance dalam dan unigrator dilkukan secara rutin setiap
melaksanakan proses perawatan yang terjadwal. minggu untuk menjaga kestabilan mesin
Pertimbangan pengelompokan juga didasarkan selama proses produksi.
pada jumlah operator maintenance yang ada 2. Kegiatan perawatan untuk masing-masing
pada Pabrik Gula Lestari. Untuk mempermudah mesin, yaitu cane cutter, unigrator dan
melakukan perawatan, maka dibuat jadwal rol gilingan dilakukan dengan
perawatan pada periode giling mulai bulan Juni mempertimbangkan jumlah operator yang
hingga Desember. Jadwal perawatan dibuat tersedia untuk melakukan kegiatan
dalam bentuk kalender sesuai dengan daftar maintenance pada tiap-tiap mesin.
pengelompokan komponen dari masing-masing 3. Kegiatan perawatan untuk masing-masing
jenis mesin, waktu perawatan dan banyaknya mesin juga dapat dilakukan berdasarkan
operator maintenance yang tersedia. Dari Tabel jumlah Risk Priority Number (RPN), jadi
6 dapat diketahui komposisi perawatan untuk apabila dalam sehari melakukan lebih dari
masing-masing mesin yaitu mesin cane cutter, satu perawatan maka perawatan atau proses
mesin unigrator dan mesin rol gilingan. maintenance dapat dilakukan berdasarkan
ranking Risk Priority Number (RPN) pada
Tabel 6 Komposisi Waktu Fokus Perawatan masing-masing komponen mesin.
Jumlah Jumlah Total Waktu
No. Bulan Jenis Mesin
Perawatan hari perawatan (%) Komponen mesin yang memiliki nilai Risk
1. Cane Cutter 8 26,67
2. Juni Unigrator 6 30 20 Priority Number (RPN) lebih tinggi dapat
3. Rol Gilingan 3 10 didahulukan untuk dilakukan proses
4. Cane Cutter 10 32,59
5. Juli Unigrator 7 31 22,59
perawatan dibanding komponen yang
6. Rol Gilingan 3 9,68 memiliki nilai Risk Priority Number (RPN)
7. Cane Cutter 10 32,59
yang lebih rendah.
8. Agustus Unigrator 8 31 25,8
9. Rol Gilingan 3 9,68
4. Kegiatan perawatan untuk mesin cane cutter
10. Cane Cutter 10 33,33 dilakukan antara lain dengan :
11.
12.
September Unigrator
Rol Gilingan
7
3
30 23,33
10
a. Kontrol pada bagian disc sebagai
13. Cane Cutter 9 29,03 komponen pelindung knife secara rutin.
14. Oktober Unigrator 9 31 29,03 Pengecekan pada disc dilakukan dengan
15. Rol Gilingan 3 9,68
16. Cane Cutter 10 33,33
memastikan apakah keadaan disc benar-
17. November Unigrator 5 30 16,67 benar rapat dan terkunci untuk
18. Rol Gilingan 3 10
menghindari masuknya batu dan besi
19. Cane Cutter 8 25,8
20. Desember Unigrator 7 31 22,58 pada disc.
21. Rol Gilingan 3 9,68 b. Pengecekan pada mur dan baut untuk
menghindari kondisi mur dan baut yang
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada kendor. Mur dan baut yang kendor
setiap bulan yaitu Juni hingga Desember dikencangkan dengan ukuran sesuai
prioritas kegiatan maintenance terbesar adalah spesifikasi mesin.
untuk mesin cane cutter, lalu mesin unigrator c. Melakukan pergantian pada knife yang
dan yang terakhir adalah mesin rol gilingan. patah dan melakukan pengasahan pada
Sehingga Departemen Instalasi pada Pabrik knife yang tumpul agar dapat berfungsi
Gula Lestari bisa memberikan allowance lagi secara optimal selama proses
maintenance terbesar dalam ketersediaan produksi
operator, ketersediaan peralatan maintenance d. Pengecekan rutin pada bagian Rotor
dan ketersediaan komponen mesin sesuai dengan cara memastikan mur dan baut
dengan komposisi alokasi fokus perawatan pada rotor tidak kendor.
mesin-mesin di stasiun gilingan. e. Kontrol pada bagian bearing untuk
menghindari akibat fatal yaitu bearing
3.2 Rekomendasi Pelaksanaan Kegiatan yang pecah dan terbakar.
Perawatan 5. Kegiatan perawatan untuk mesin unigrator
Dari jadwal perawatan yang dibuat selama dilakuakn antara lain dengan :
periode giling yaitu pada bulan Juni hingga a. Melakukan pengasahan pada hammer
Desember, maka perawatan dapat dibuat yang tumpul agar hammer dapat
sebagai berikut. menjalankan fungsinya untuk
492
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

menumbuk-numbuk tebu secara optimal. mesin-mesin di stasiun gilingan untuk


Pengecekan pada disc dilakukan dengan periode giling I sebesar 65,03% dan periode
memastikan apakah keadaan disc benar- giling II sebesar 65,35%. Nilai OEE
benar rapat dan terkunci untuk dibawah 80% menunjukan bahwa mesin-
menghindari masuknya batu dan nesi mesin di stasiun gilingan memiliki tingkat
pada disc. efektivas yang rendah yang dapat
b. Kontrol pada bagian disc sebagai menimbulkan kerugian yang lebih besar bila
komponen pelindung hammer secara tidak dilakukan perbaikan. Nilai OEE
rutin. Pengecekan pada disc dilakukan tersebut dapat ditingkatkan dengan
dengan memastikan apakah keadaan melakukan kontrol dan perbaikan secara
disc benar-benar rapat dan terkunci rutin dan terjadwal.
untuk menghindari masuknya batu dan 2. Komponen prioritas yang memberikan
nesi pada disc. pengaruh signifikan adalah komponen yang
c. Pengecekan rutin pada bagian rotor memiliki RPN diatas nilai kritis pada
dengan cara memastikan mur dan baut masing-masing mesin. Untuk mesin cane
rotor tidak kendor. cutter yang memiliki nilai RPN sebesar
d. Kontrol pada bagian bearing untuk 73,5, dari total nilai RPN yang memiliki
menghindari akibat fatal yaitu bearing nilai diatas nilai kritis adalah pada
yang pecah dan terbakar. permasalahan V-belt putus dengan nilai RPN
6. Kegiatan perawatan untuk mesin Rol 75, disc pecah dengan nilai RPN 80 dan
Gilingan dilakuakn antara lain dengan : nilai RPN terbesar sebesar 140 pada
a. Melakukan pengecekan pada scrapper permasalahan cane knife tumpul dan mata
plate untuk menghindari gigi scrapper pisau patah. Untuk mesin unigrator yang
plate yang putus. memiliki nilai RPN sebesar 83,6, dari total
b. Melakukan pengecekan secara rutin nilai RPN yang memiliki nilai diatas nilai
pada bagian standard mil check dan kritis adalah pada permasalahan bearing
baggage elevator panas dengan nilai RPN sebesar 90 dan
c. Melakukan pengecekan dan pengasahan hammer tumpul dengan nilai RPN sebesar
secara rutin pada feeding Rol agar dapat 140. Dan untuk mesin rol gilingan yang
menjalankan fungsinya untuk memerah memiliki nilai RPN sebesar 79,8, dari total
tebu secara optimal. nilai RPN yang memiliki nilai diatss nilai
kritis adalah pada permasalahan scrapper
4. Kesimpulan plate aus dengan nilai RPN sebesar 80 dan
Berdasarkan penelitian yang telah feeding rol macet dengan nilai RPN sebesar
dilakukan pada Pabrik Gula Lestari Kertosono, 150. Nilai RPN menunjukan menunjukan
dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai nilai kritis dari masing-masing komponen
berikut. yang mengalami kerusakan. Sehingga dari
1. Nilai Overall Equipment Effectiveness RPN dapat diketahui komponen kritis mana
(OEE) untuk mesin-mesin di stasiun saja yang harus diberikan kontrol lebih
gilingan pada Pabrik Gula Lestari untuk dibandingkan komponen yang lain.
periode giling I yaitu bulan Juni hingga 3. Dari perhitungan Mean Time Between
Desember 2013 untuk mesin cane cutter I Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair
sebesar 59,88%, mesin cane cutter II sebesar (MTTR) dapat diketahui rentan waktu
59,70%, mesin unigrator 67,47% mesin rol dilakukan perawatan dan waktu seharusnya
gilingan I-IV berturut-turut adalah sebesar digunakan untuk melakukan sekali
67,02%, 66,97%, 66,89% dan 67,30%. perbaikan. Jadwal Perawatan dikelompokan
Sedangkan untuk periode giling II yaitu berdasarkan komponen dari masing-masing
bulan Juni hingga Desember 2013 untuk jenis mesin dan juga rentan waktu perbaikan
mesin cane cutter I sebesar 60,43%, mesin mesin yang berdekatan berdasarkan
cane cutter II sebesar 60,87%, mesin scattergraph. Untuk mempermudah
unigrator 68,82%, mesin rol gilingan I-IV melakukan perawatan, maka dibuat jadwal
berturut-turut adalah sebesar 68,24%, perawatan pada periode giling mulai bulan
65,74%, 66,49% dan 66,85%. Rata-rata nilai Juni hingga Desember. Jadwal perawatan
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dibuat dalam bentuk kalender sesuai dengan
493
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

daftar pengelompokan komponen dari


masing-masing jenis mesin, waktu
perawatan dan banyaknya operator
maintenance yang tersedia.

Daftar Pustaka

Hegde, Harsha G., N.S. Mahesh, K. Doss,2009,


Overall Equipment Effectiveness Improvement
by TPM and 5S Techiniques in a CNC Machine
Shop. Vol 8 (2):25-32.

Limantoro, Daniel dan Felicia, 2013, Total


Productive Maintenance di PT X. Jurnal Titra
Vol. 1 No. 1, Janurari 2013, pp.13-20.

Mobley, R. Keith, 2008, Maintenance


Engineering Handbook (Seventh Edition), New
York : McGraw-Hill.
Satmiko AB, 2013, Implementation Ergonomi
Untuk Meningkatkan Sistem Kerja di
PT.Ekamas Fortuna Malang, Jurnal Teknik
Industri : 108-113.

Stephens, Mattew. P, 2004, Productivity and


Reliability Based Maintenance Management,
New Jersey: Pearson Edication Inc.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif


kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

494

Anda mungkin juga menyukai