3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Abstrak
Kebutuhan gula semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan
pendapatan masyarakat, Untuk memproduksi gula dalam jumlah yang banyak, diperlukan suatu alat yang
dapat membantu dan mempercepat proses produksi tersebut yakni mesin. Proses produksi gula melalui lima
unit stasiun , yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun kristalisasi dan stasiun
penyelesaian. Dari kelima unit stasiun tersebut, stasiun gilingan pada Pabrik Gula Lestari Kertosono
diketahui memiliki downtime yang paling tinggi. Stasiun gilingan merupakan stasiun awal yang memiliki
peran yang sangat penting karena jika stasiun gilingan sebagai stasiun awal yang memproses tebu
mengalami kerusakan, maka proses produksi gula akan mengalami waktu proses yang lebih lama atau
bahkan dapat mengakibatkan proses produksi gula terhenti. Proses produksi di Pabrik Gula Lestari
Kertosono sering mengalami suatu masalah pada mesin-mesin yang terdapat di stasiun gilingan yaitu
terhambatnya proses produksi diakibatkan karena mesin yang tiba-tiba tidak dapat berfungsi. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut digunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA), Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR). Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin-
mesin di stasiun gilingan untuk periode giling I sebesar 65,03% dan periode giling II sebesar 65,35%.
Komponen mesin kritis adalah komponen yang memiliki nilai RPN diatas nilai RPN dari masing-masing
mesin. Untuk mesin cane cutter g memiliki nilai RPN sebesar 73,5, mesin unigrator memiliki nilai RPN
sebesar 83,6 dan untuk mesin rol gilingan memiliki nilai RPN sebesar 79,8. Dari perhitungan Mean Time
Between Failure (MTBF) dan Mean Time to Repair (MTTR) dapat diketahui jadwal maintenance. Jadwal
maintenance dibuat dalam bentuk kalender sesuai dengan daftar pengelompokan komponen dari masing-
masing jenis mesin, waktu perawatan dan banyaknya operator maintenance yang tersedia.
Kata Kunci : PG. Lestari, Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA), Preventive Maintenance
485
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
faktor-faktor yang menyebabkan mesin berhenti gilingan. Lalu dilakukan perhitungan Mean
beroperasi. Kurang efektifnya tindakan Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time
pencegahan di PG Lestari Kertosono to Repair (MTTR) untuk mengetahui jadwal
menyebakan tingginya downtime yang terjadi perawatan mesin yang optimal pada proses
pada mesin produksi di stasiun gilingan. produksi di stasiun gilingan berdasarkan
Dari data didapatkan bahwa rata-rata jam klasifikasi dari Failure Mode and Effect
kerja setiap bulan selama satu periode giling Analysis (FMEA).
bulan Juni hingga Desember 2013 dapat
diketahui bahwa terdapat 3 mesin yang 2. Metodologi Penelitian
memiliki rata-rata downtime tinggi yaitu, cane Langkah-langkah yang dilakukan dalam
cutter I rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata penelitian ini diawali dengan survei
downtime sebesar 188 jam, cane cutter II rata- pendahuluan, stidi literatur. Selanjutnya
rata jam keja 720 jam dan rata-rata downtime melakukan identifikasi masalah dan perumusan
sebesar 196 jam dan Rol gilingan IV rata-rata masalah serta penentuan tujuan penelitian.
jam keja 720 jam dan rata-rata downtime Langkah selanjutnya adalah proses
sebesar 120 jam. Sedangkan Dari data diketahui pengumpulan data, dalam proses ini dilakukan
bahwa rata-rata jam kerja setiap bulan selama pengumpulan seluruh data sebagai informasi
satu periode giling bulan Juni hingga Desember yang akan diolah dan dianalisis dalam
2014 didapatkan bahwa terdapat 3 mesin yang penelitian ini yang terdiri dari data primer dan
memiliki jumlah rata-rata downtime tinggi sekunder. Setelah mendapatkan keseluruhan
mesin cane cutter I rata-rata jam keja 720 jam data yang diperlukan, maka dapat dilakukan
dan rata-rata downtime sebesar 194 jam, cane proses pengolahan data berdasarkan metode
cutter I rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata yang telah di tentukan berdasarkan
downtime sebesar 206 jam dan Rol Gilingan karakteristik dari permasalahan yang ada, yaitu
rata-rata jam keja 720 jam dan rata-rata Overall Equipment Effectiveness (OEE),
downtime sebesar 130 jam. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Salah satu pendekatan yang digunakan Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean
untuk menanggulangi permasalahan yang Time to Repair (MTTR). Setelah dilakukan
terjadi pada stasiun gilingan adalah Overall pengolahan data, maka dilakukan analisis dan
equipment effectiveness (OEE). OEE mengukur pembahasan mengenai hasil dan pengolahan
efektivitas secara total (complete, inclusive, data serta dilakukan penarikan kesimpulan dan
whole) dari kinerja suatu peralatan dalam saran atas analisis dan pembahasan yang
melakukan suatu pekerjaan yang sudah dilakukan. Diagram Alir Penelitian ditunjukan
direncanakan, diukur dari data aktual terkait dalam Gambar 1 berikut.
dengan availability rate, peformance efficiency,
danquality of product (Williamson, 2006). Mulai
Tahap Pendahuluan
Mode and Effect Analysis (FMEA). Gazperz 3.Data produksi mesin-mesin di Stasiun Gilingan
4.Data downtime mesin-mesin di Stasiun Gilingan
5. Data Frekuensi dan waktu perawatan mesin-mesin di Stasiun Gilingan
b. Data Primer
mesin mana saja yang menjadi penyebab utama Tahap Analisis dan Pembahasan
486
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.1.1 Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin selesai diperbaiki sampai mesin tersebut
OEE merupakan suatu metrik/ukuran yang mengalami kerusakan kembali. MTBF dapat
menghitung tingkat kefektifan dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
suatumesin/peralatan secara menyeluruh. OEE
merupakan cara dalam Total Productive MTBF = (Pers.3)
maintenance untuk mengukur kefektifan
peralatan/ mesin yang digunakan dalam proses 2.1.4 Mean Time To Repair (MTTR)
produksi. Dengan adanya OEE maka dapat
diketahui losses yang paling signifikan dalam Mean Time to Repair (MTTR) merupakan
waktu rata-rata dari interval waktu untuk
suatu mesin, sehingga losses tersebut dapat
melakukan perbaikan yang dibutuhkan oleh
dikurangi dan dapat meningkatkan tingkat
suatu komponen atau sistem. Menurut Kostas
kefektifan suatu mesin/peralatan yang
digunakan. Perhitungan OEE dihitung dengan (1981:73), MTTR diperoleh dengan rumus
sebagai berikut.
rumus (Stephens, 2004):
OEE = Availability rate x Performance rate x Rate
of quality product x 100% (Pers.1) MTBF = (Pers.4)
487
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Availability Rate , Performance Rate, dan Rate maka planned downtime berupa preventif
of Quality. maintenance perlu dioptimalkan.
1. Perhitungan Availability Rate (AR) 2. Perhitungan Performance Rate (PR)
Availability rate merupakan rasio yang Performance rate adalah rasio yang
menggambarkan pemanfaatan waktu yang menggambarkan kemampuan suatu mesin/
tersedia untuk kegiatan operasi mesin. (Hegde., peralatan dalam menghasilkan suatu produk/
dkk, 2009). Data yang dibutuhkan untuk barang (Hegde., dkk, 2009). Data yang
menghitung availability rate antara lain data dibutuhkan dalam perhitungan ini adalah
waktu kerja dan data waktu henti mesin jumlah produk, ideal produk yang dihasilkan
(downtime) pada dua periode giling, periode per jamnya dan waktu operasi pada dua periode
giling I adalah Juni hingga Desember 2013 dan giling, periode giling I adalah Juni hingga
periode giling II adalah Juni hingga Desember Desember 2013 dan oeriode giling II adalah
2014. Juni hingga Desember 2014. Berikut ini adalah
contoh perhitungan dari PR.
AR = (Pers.5)
PR = (Pers.6)
= x 100 % =77,50%
= x 100 % = 77,92%
Hasil dari perhitungan Availability Rate
pada dua periode giling ditunjukan pada Hasil dari perhitungan Performance Rate
Gambar 2 dan Gambar 3. pada dua periode giling ditunjukan pada
Gambar 4 dan Gambar 5.
2008). Hal tersebut dapat disebabkan oleh efektivitas secara total dari kinerja suatu
rendahnya keahlian operator, atau perancangan peralatan dalam melakukan suatu pekerjaan
sistem manufaktur yang buruk. Dengan yang sudah direncanakan, diukur dari data
merancang sistem manufaktur yang baik maka aktual terkait dengan availability rate,
nilai performance rate juga akan tinggi. Hal ini performance rate, dan rate of quality. Berikut
dapat dilakukan dengan perancangan layout ini adalah contoh perhitungan OEE.
yang baik, yaitu dengan membuat mesin-mesin
yang dipakai mempunyai kecepatan ideal OEE = AR x PR x RQ
produksi yang sama atau hampir sama. Dengan = 75,65 % x 79,15 % x 100 % = 59,88 %
kecepatan ideal suatu mesin yang sama atau
hampir sama maka idling antar peralatan Hasil dari perhitungan Performance Rate
menjadi tidak ada atau sangat rendah sehingga pada dua periode giling ditunjukan pada
mesin dapat menghasilkan jumlah produk yang Gambar 6 dan Gambar 7
sesuai dengan waktu operasi yang ditentukan.
3. Perhitungan Rate of Quality (RQ)
Rate of Quality adalah rasio mesin dalam
menghasilkan suatu produk sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (Hegde., dkk,
2009). Data yang dibutuhkan dalam
perhitungan ini adalah data produksi dan data . Gambar 6 Rata-Rata OEE pada periode Juni
produk cacat pada dua periode giling, periode Desember 2013
giling I adalah Juni hingga Desember 2013 dan
periode giling II adalah Juni hingga
Desember 2014. Berikut ini adalah contoh
perhitungan dari RQ.
489
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
tiap bentuk kegagalan. Data ini diperoleh 140 pada permasalahan cane knife tumpul dan
melalui observasi langsung serta wawancara mata pisau patah.
dengan kepala bagian instalasi. Berikut ini 2. Mesin Unigrator
adalah analisis dan perhitungan Risk Priority Beikut ini adalah perhitungan nilai RPN
Number (RPN) dari FMEA untuk masing- dari mesin unigrator . Daftar failure, failure
masing jenis mesin di stasiun gilingan. mode dan failure effect terdapat pada Tabel 2.
1. Mesin Cane Cutter
Beikut ini adalah perhitungan nilai RPN Tabel 2 Nilai RPN Mesin Unigrator
Failure
dari mesin cane cutter. Daftar failure, failure No. Failure Failure Mode
Effect
S O D RPN
Mesin Rol
mode dan failure effect terdapat pada Tabel 1. 1.
Scrapper
plate aus
Gigi putus karena
kemasukan ampas
gilingan
berhenti
4 4 5 80
Grace yang
5.
Bearing kering karena Bearing pecah
5 2 6 60
Nilai Kritis RPN = = = 79,8
panas kurang dan terbakar
pelumas
490
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1 Disc pecah 12 51
491
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
waktu perawatan yang berdekatan untuk 1. Kegiatan pelumasan untuk mesin cane cutter
mempermudah operator maintenance dalam dan unigrator dilkukan secara rutin setiap
melaksanakan proses perawatan yang terjadwal. minggu untuk menjaga kestabilan mesin
Pertimbangan pengelompokan juga didasarkan selama proses produksi.
pada jumlah operator maintenance yang ada 2. Kegiatan perawatan untuk masing-masing
pada Pabrik Gula Lestari. Untuk mempermudah mesin, yaitu cane cutter, unigrator dan
melakukan perawatan, maka dibuat jadwal rol gilingan dilakukan dengan
perawatan pada periode giling mulai bulan Juni mempertimbangkan jumlah operator yang
hingga Desember. Jadwal perawatan dibuat tersedia untuk melakukan kegiatan
dalam bentuk kalender sesuai dengan daftar maintenance pada tiap-tiap mesin.
pengelompokan komponen dari masing-masing 3. Kegiatan perawatan untuk masing-masing
jenis mesin, waktu perawatan dan banyaknya mesin juga dapat dilakukan berdasarkan
operator maintenance yang tersedia. Dari Tabel jumlah Risk Priority Number (RPN), jadi
6 dapat diketahui komposisi perawatan untuk apabila dalam sehari melakukan lebih dari
masing-masing mesin yaitu mesin cane cutter, satu perawatan maka perawatan atau proses
mesin unigrator dan mesin rol gilingan. maintenance dapat dilakukan berdasarkan
ranking Risk Priority Number (RPN) pada
Tabel 6 Komposisi Waktu Fokus Perawatan masing-masing komponen mesin.
Jumlah Jumlah Total Waktu
No. Bulan Jenis Mesin
Perawatan hari perawatan (%) Komponen mesin yang memiliki nilai Risk
1. Cane Cutter 8 26,67
2. Juni Unigrator 6 30 20 Priority Number (RPN) lebih tinggi dapat
3. Rol Gilingan 3 10 didahulukan untuk dilakukan proses
4. Cane Cutter 10 32,59
5. Juli Unigrator 7 31 22,59
perawatan dibanding komponen yang
6. Rol Gilingan 3 9,68 memiliki nilai Risk Priority Number (RPN)
7. Cane Cutter 10 32,59
yang lebih rendah.
8. Agustus Unigrator 8 31 25,8
9. Rol Gilingan 3 9,68
4. Kegiatan perawatan untuk mesin cane cutter
10. Cane Cutter 10 33,33 dilakukan antara lain dengan :
11.
12.
September Unigrator
Rol Gilingan
7
3
30 23,33
10
a. Kontrol pada bagian disc sebagai
13. Cane Cutter 9 29,03 komponen pelindung knife secara rutin.
14. Oktober Unigrator 9 31 29,03 Pengecekan pada disc dilakukan dengan
15. Rol Gilingan 3 9,68
16. Cane Cutter 10 33,33
memastikan apakah keadaan disc benar-
17. November Unigrator 5 30 16,67 benar rapat dan terkunci untuk
18. Rol Gilingan 3 10
menghindari masuknya batu dan besi
19. Cane Cutter 8 25,8
20. Desember Unigrator 7 31 22,58 pada disc.
21. Rol Gilingan 3 9,68 b. Pengecekan pada mur dan baut untuk
menghindari kondisi mur dan baut yang
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada kendor. Mur dan baut yang kendor
setiap bulan yaitu Juni hingga Desember dikencangkan dengan ukuran sesuai
prioritas kegiatan maintenance terbesar adalah spesifikasi mesin.
untuk mesin cane cutter, lalu mesin unigrator c. Melakukan pergantian pada knife yang
dan yang terakhir adalah mesin rol gilingan. patah dan melakukan pengasahan pada
Sehingga Departemen Instalasi pada Pabrik knife yang tumpul agar dapat berfungsi
Gula Lestari bisa memberikan allowance lagi secara optimal selama proses
maintenance terbesar dalam ketersediaan produksi
operator, ketersediaan peralatan maintenance d. Pengecekan rutin pada bagian Rotor
dan ketersediaan komponen mesin sesuai dengan cara memastikan mur dan baut
dengan komposisi alokasi fokus perawatan pada rotor tidak kendor.
mesin-mesin di stasiun gilingan. e. Kontrol pada bagian bearing untuk
menghindari akibat fatal yaitu bearing
3.2 Rekomendasi Pelaksanaan Kegiatan yang pecah dan terbakar.
Perawatan 5. Kegiatan perawatan untuk mesin unigrator
Dari jadwal perawatan yang dibuat selama dilakuakn antara lain dengan :
periode giling yaitu pada bulan Juni hingga a. Melakukan pengasahan pada hammer
Desember, maka perawatan dapat dibuat yang tumpul agar hammer dapat
sebagai berikut. menjalankan fungsinya untuk
492
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Daftar Pustaka
494