Jika dibandingkan dengan Kota Solo, penataan PKL di Kota Bandung terlihat lebih jelas
secara spasial / keruangan walau tentunya pendekatan sosial dan ekonomi juga
mempunyai peranan yang sama pentingnya. Selain melakukan pembinaan, Kota
Bandung membagi ruangnya menjadi tiga zonasi, yaitu zona merah, kuning, dan hijau.
pendahuluan
Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya
lapangan pekerjaan formal mengakibatkan bertambah besarnya angka
pengangguran. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang kemudian bekerja
atau berusaha pada sector informal seperti menjadi Pedagang Kaki Lima di kota-
kota besar di Indonesia. Pedagang Kaki Lima timbul sebagai akibat dari tidak
tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan
dalam berproduksi, bisa juga sebagai akibat dari kebijakan ekonomi liberal yang
mengutamakan pertumbuhan ekonomi makro dan mengabaikan ekonomi mikro.
PKL lebih dipandang sebagai aktivitas non-profit, karena tidak berkontribusi pada
ekonomi lokal atau nasional melalui pajak.
PENGERTIAN PKL
Dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pasal 1 nomor 1 dijelaskan bahwa
Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
umum, lahan, dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat
sementara/tidak menetap.
Tarik menarik kepentingan ini bisa disimak dari penolakan sekira 3.000 pedagang
yang tergabung dalam Koperasi Pedagang Kaki Lima Busana Bandung Mandiri
(KbbM) untuk pindah ke Gedebage sesuai waktu yang disepakati semula, yakni 24
Juli 2004. Menurut para pedagang, Pemkot Bandung dalam mengambil
keputusan tidak pernah mengajak bermusyawarah. Selain itu, keputusan pemkot
melalui nota dinas Sekretaris Daerah Kota Bandung, tidak sesuai kesepakatan
terdahulu yang menyatakan pedagang akan di tempatkan di Ciroyom (PR,
27/06/04).
1. kurang sosialisasi
2. tempat yang disediakan terlalu jauh dari tempat tinggal pedagang yang
mayoritas tinggal di sekitaran daerah kepatihan dan pasar
3. takut pendapatan bturun
4. transportasi
5. belum ada listrik, fasilitas kurang
DALAM bukunya berjudul The Microfinance Revolution: Sustainable Finance for the
Poor (2001), Robinson mengatakan bahwa munculnya pedagang kecil informal
merupakan konsekuensi dari disfungsi kebijakan ekonomi. Mengacu pada pendapat
ini, maka permasalahan PKL akan hilang dengan sendirinya jika program
pembangunan ekonomi pemerintah mampu menghidupkan dinamika usaha kecil
dan menengah, sekaligus menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Jadi jelaslah
bahwa yang semestinya paling bertanggung jawab atas hal ini adalah pemerintah,
sehingga mengejar-ngejar, menutup dengan paksa, dan kadang disertai dengan
penyitaan dan aksi kekerasan terhadap PKL, nyata-nyata bukan kebijakan yang
manusiawi.
Lebih lanjut Robinson mengatakan pula bahwa pola penanganan sektor informal
bersifat tidak konkrit (invisible) dalam pengertian tidak terintegrasi kedalam (atau
tidak tersentuh oleh) perencanaan dan penganggaran pemerintah, model para
ekonom, porto folio perbankan, maupun kebijakan makro nasional. Sebaliknya,
langkah represif-lah yang dipakai seperti memindahkan dari jalanan, mengirim
kembali para pedagang ke desa asalnya, atau memaksa mereka untuk berpindah
profesi. Akibatnya, akar permasalahan PKL semakin tidak tersentuh (more
invisible).
Dengan upaya-upaya yang positif, diharapkan PKL tidak dipandang lagi sebagai
musuh yang selalu menjadi duri bagi pemerintah, melainkan sebagai mitra yang
bersama-sama menciptakan solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi
bersama. Dengan kata lain, program penataan kota yang baik akan menjadi key
factor yang menentukan apakah PKL akan tetap menjadi masalah perkotaan, atau
justru menjadi solusi bagi keberlangsungan hidup rakyat miskin di perkotaan.
http://rujak.org/wp-content/uploads/2013/07/Clip_27.jpg
Salah satunya PKL yang berjualan
Casing Hand Phone
, Topi, dan Aksesoris yang sudah direlokasi kurang lebih 6 bulan yanglalu mengeluhkan terjadinya
penurunan omzet penjualan yang cukup drastic pasca relokasiyang diberlakukan oleh Pemkot Bandung
dengan Manajemen dari pihak BIP. Samahalnyadengan para PKL yang berjualan Hewan, mereka belum
dapat direlokasi karena belum adatempat yang dapat memberikan solusi bagi mereka untuk berjualan.
Para PKL ini padaumumnya mengeluhkan bahwa pemerintah masih memiliki banyak kekurangan
dalammengimplementasikan Perda Kota Bandung ini. Mereka berpendapat bahwa masih
minimnyasosialisasi dan publikasi keberadaan PKL di jalan Merdeka ini, sehingga pelanggan
yang biasa membeli barang dagangan dari PKL di jalan Merdeka atau sekitaran BIP ini tidakmengetahui
keberadaan PKL.Berdasarkan penuturan para responden , kami mendapkan informasi bahwa para PKL
di jalan Merdeka ini telah mengajukan beberapa saran dan kritik terhadap kebijakan pemerintahyang
digagas oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil. Mereka menyampaikan aspirasinyadibantu oleh beberapa
Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat
[SOSIOLOGI HUKUM]
Oktober 2, 2014
(LSM) yang ingin memberikan bantuan hukum dalam memperjuangkan hak
hak dari paraPKL di kawasan Zona Merah khususnya PKL di jalan Merdeka.Setelah selesai
berwawancara dengan beberapa Responden PKL, kelompok kamimendaptkan kesimpulan pada dasarnya
para PKL yang berada di Jalan Merdeka iniMendukung atau Pro terhadap kebijakan Pemerintah Kota
Bandung dalam upayamewujudkan Perda mengenai K3 (Kebersihan, Kenyamanan,Ketertiban) di Kota
Bandungini, namun mereka masih menuntut hak
hak mereka untuk dapat menjalankan kegiatanusaha mereka sebagai PKL dikarenakan banyaknya
kebutuhan hidup, dan semakinmeningkatnya kebutuhan hidup seiring dengan pertumbuhan kota dan
kompleksitasmasyarakat di Kota Bandu
Pasal 11 UU nomor 39/1999 mengenai Hak Asasi Manusia: setiap orang berhak atas pemenuhan
kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak
http://bandung.go.id/images/download/PERDA_No.04_Th.2011.pdf
Pasal 24
(1) Masyarakat dilarang membeli dari PKL yang berada di zona merah dan zona