Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Pustaka

Penanda infeksi bakteri pada pneumonia anak

Wardah1, Nurjannah1, Bakhtiar2, Rini Savitri Daulay2


Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unibersitas Syiah Kuala/
Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, Banda Aceh1
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FakultasKedokteran Universitas SumateraUtara/
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan2

Abstrak
Pneumonia merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab kematian pada anak usia di bawah lima tahun. Penyebab
pneumonia pada anak sulit diketahui karena pemeriksaan jaringan paru sulit dilakukan dan invasif. Pemeriksaan leukosit, laju
endap darah, C-reactive protein dan prokalsitonin digunakan sebagai penanda adanya infeksi bakteri sehingga dapat segera
diberikan antibiotik. Prokalsitonin merupakan penanda infeksi dengan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik
dibandingkan pemeriksaan lainnya.
Kata kunci : pneumonia; anak; penanda; prokalsitonin

Abstract
Pneumonia is the main health problem and the major causes of childrens death, particularly in children under five years old.
Etiology of pneumonia are varried but it is very difficult to identify the etiology of pneumonia in children. The examination of
lungs secretory is very difficult to be performed in children. The examination of leucocyte, erythrocyte sedimentation rate, C-
reactive protein and procalcitonin level can be used as bacterial infections marker to be treated with antibiotics. In addition,
procalcitonin clinically proven more sensitive and spesific to identifying the infection caused by bacteria, compare to another
marker.
Keywords : pneumonia; children; marker; procalcitonin

PENDAHULUAN atau radiologis. Pemeriksaan leukosit, laju endap darah (LED)


Pneumonia pada anak merupakan masalah kesehatan dan C-reactive protein (CRP) umum dilakukan pada penderita
utama dan penyebab kematian utama pada anak dibawah lima pneumonia.5,6 Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan infeksi
tahun (balita). Insiden pneumonia pada anak dibawah lima bakteri dan virus secara nyata.
tahun lebih besar di negara berkembang dibandingkan negara Peningkatan leukosit, LED, CRP serta prokalsitonin
maju dengan insiden pneumonia sebesar 0.29 episode per dapat diduga sebagai penanda adanya infeksi bakterial dan
tahun pada anak pada negara maju dan 0.55 episode per memerlukan pemberian antibiotik segera.6
tahun pada anak di negara berkembang.1 Prokalsitonin adalah protein yang terdiri dari 116 asam
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan amino dengan berat molekul 13-kDa yang dikode dengan
selama tahun 2008 terdapat 8795 juta kematian anak balita gen Calc-I yang terletak pada kromosom 11 dan diproduksi
di seluruh dunia. Sebanyak 68% kematian disebabkan pada sel C kelenjar tiroid sebagai prohormon dari kalsitonin.
penyakit infeksi terutama pneumonia, diare dan malaria.2 Selama infeksi bakteri, terjadi peningkatan ekspresi dari
Riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2007 menunjukkan gene Calc-1 yang melepaskan prokalsitonin, sehingga
bahwa proporsi kematian bayi karena pneumonia sebesar terjadi peningkatan kadar prokalsitonin yang digunakan
23.8% dan anak balita sebesar 15.5% dari seluruh angka sebagai penanda infeksi.7,8
kematian. Cakupan penemuan pneumonia pada balita di Indo-
nesia selama tahun 2009 sebesar 22.18% dengan jumlah ka- Etiologi pneumonia
sus yang ditemukan sebanyak 390,319 kasus.3,4 Pneumonia sering disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim dapat disebabkan oleh faktor lain selain infeksi seperti aspirasi
paru, sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme makanan, benda asing, hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi
(virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi.2
lain seperti aspirasi, radiasi dan lain-lain.2 Penyebab tersering adalah bakteri, namun seringkali diawali
Penyebab pneumonia tidak dapat dibedakan secara klinis oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi
E-mail: farhatmd_ent@yahoo.co.id

107 | Majalah Kedokteran Nusantara Volume 46 No. 2 Agustus 2013


bakteri.9 tujuan klinis karena dapat mengakibatkan infeksi dan
Pneumonia virus disebabkan oleh Respiratory Sincytial Virus merupakan tindakan yang dapat mengancam nyawa.13
(RSV), parainfluenza virus, influenza virus dan adenovirus, Biakan darah dilakukan pada pasien dengan dugaan
sedangkan bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia pneumonia bakteri atau pasien yang dirawat di rumah sakit,
adalah Streptococcus pneumoniae (S. pneumoniae), untuk menentukan penyebab pneumonia. Biakan darah
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, streptokokus merupakan alat diagnostik penting untuk pneumonia namun
grup B dan kuman atipik (klamidia dan mikoplasma).11,12 hanya sebagian kecil pasien pneumonia mengalami infeksi
dalam aliran darah.12 Hasil biakan darah hanya akan positif
Patofisiologi pneumonia pada 10% sampai 30% kasus terutama pada anak kecil.13
Pneumonia biasanya diawali sebagai kolonisasi mukosa Pemeriksaan aspirasi nasofaring dilakukan untuk peme-
nasofaring diikuti dengan penyebaran ke saluran riksaan immunofluorescence virus dan deteksi antigen virus
pernapasan bagian bawah. Infeksi dapat diperoleh namun sedikit manfaat dalam penanganan awal pasien. 12
masyarakat atau nosokomial.9,10 Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan
Mikroorganisme penyebab masuk ke paru bagian perifer sebagai penanda infeksi bakteri. Pemeriksaan laboratorium
melalui saluran pernafasan, terjadi inflamasi dan kongesti tersebut sebagai berikut:12
pembuluh darah yang mempermudah proliferasi dan penye-
baran ke jaringan sekitarnya. 1. Jumlah leukosit dan granulosit
Bagian paru yang terkena akan mengalami konsolidasi Sel darah putih atau leukosit, melindungi tubuh terhadap
yaitu terjadi sebukan sel polimorfonuklear (PMN), fibrin, bakteri dan infeksi. Leukosit diklasifikasikan sebagai leukosit
eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Stadium ini granular (basofil, neutrofil dan eosinofil) atau leukosit non-
disebut stadium hepatisasi merah. granular (limfosit, monosit dan sel plasma). Jumlah leukosit
Selanjutnya deposisi fibrin dan leukosit PMN di alveoli normal berkisar antara 5000 sampai 10,000/mm3.14
makin bertambah dan terjadi proses fagositosis yang cepat, Granulositosis merupakan peningkatan jumlah granulosit
stadium ini disebut hepatisasi kelabu. Jumlah makrofag akan matang dan dewasa dalam sirkulasi, merupakan bagian
meningkat di alveoli, sel mengalami degenerasi, fibrin antisipasi dari respon normal terhadap infeksi apapun.14,15
menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini dikenal Pada pneumonia bakteri didapatkan jumlah leukosit
sebagai stadium resolusi.11 yang berkisar 15,000 sampai 40,000/mm3 dengan
predominan sel polimorfonuklear, sedangkan anak dengan
Gejala klinis pneumonia pneumonia viral jumlah leukosit biasanya tidak lebih dari
Gejala pneumonia pada anak dapat berupa gejala 20,000/mm3 dengan sel limfosit lebih dominan.2,11
infeksi umum dan gejala gangguan pernafasan. Gejala Jumlah leukosit lebih dari 30,000/mm3 menunjukkan
infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremia
penurunan nafsu makan, mual, muntah atau diare. dan risiko terjadi komplikasi lebih tinggi.11
Gejala gangguan pernafasani seperti batuk, sesak Suatu penelitian menunjukkan bahwa 71.4% pasien
nafas, retraksi dada, takipnu, nafas cuping hidung, merintih
pneumonia pneumokokus mempunyai jumlah leukosit lebih
dan sianosis.2,11
dari 15,000/mm3 dan hanya 16.7% dengan jumlah leukosit
Gambaran klinis pneumonia akibat virus dan bakteri sulit kurang dari 10,000/mm.10,16
dibedakan, biasanya diawali oleh infeksi saluran pernafasan
bagian atas. Pada pemeriksaan ditemukan demam, batuk 2. Laju endap darah (LED)
dan takipnu. Laju endap darah merupakan pengukuran seberapa cepat
Pneumonia bakterial dapat dipertimbangkan bila demam sel-sel darah merah (eritrosit) mengendap dalam tabung reaksi
tinggi (>38.5oC) yang timbul mendadak, batuk produktif dan dalam satu jam. Semakin banyak sel darah merah yang jatuh ke
sesak nafas yang cepat memburuk. bagian bawah tabung dalam satu jam, semakin tinggi nilai
Pneumonia akibat virus biasanya timbul perlahan, LED.17
demam tidak tinggi, pasien tidak tampak sakit berat, batuk Penilaian LED dilakukan bersama dengan parameter
dan sesak bertambah bertahap.2,5 laboratorium lainnya sebagai penanda infeksi. Kadar LED,
leukosit dan CRP lebih meningkat pada pneumonia akibat
Penanda infeksi bakteri pada pneumonia pneumokokkus daripada pneumonia akibat non pneumo-
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui kokkus.18
penyebab pneumonia. Pemeriksaan yang dilakukan berupa
pemeriksaan mikroskopis dan kultur spesimen saluran nafas, 3. C-reactive protein (CRP)
kultur darah, pemeriksaan antigen dalam urin serta C-reactive protein pertama kali ditemukan pada tahun 1930
pemeriksaan antibodi dalam darah (serologi).12 oleh Tilled dan Francis. Serum pasien dengan pneumonia dapat
Baku emas untuk diagnosis penyebab pneumonia adalah berikatan dengan fraksi polisakarida yang dikenali sebagai fraksi
dengan aspirasi jaringan paru atau melakukan bronchoalveolar C dari S. pneumonia. Namun hal ini segera menghilang dan
lavage. Pemeriksaan tersebut tidak dilakukan hanya untuk tidak dikenali pada orang yang sehat. Karena

The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara | 108


Wardah, dkk

penyebab reaksi ini dikenali sebagai protein maka dinamakan dikenal dengan calc-1 yang terdapat pada kromosom 11.7,8,29
C-reactive protein.19,20 Prokalsitonin yang dikeluarkan sebagai respon inflamasi
C-reactive protein merupakan protein fase akut yang terjadi melalui dua cara yaitu akibat toksin dari mikroba dan
dibentuk di hati (oleh sel hepatosit) akibat adanya proses respon yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi.6,33 Prokalsitonin
peradangan atau infeksi.19 yang berada dalam sirkulasi darah serum manusia normal
Setelah terjadi peradangan, pembentukan CRP akan sangat sedikit (kurang dari 0.1 g/L atau 0.1 ng/mL). Kadar
meningkat dalam 4 jam sampai 6 jam setelah rangsangan dan prokalsitonin meningkat dalam 4 jam setelah infeksi dengan
meningkat setiap 8 jam dengan puncak pada 36 jam sampai puncak antara 8 sampai 24 jam. Masa paruh prokalsitonin
50 jam. Apabila terjadi penyembuhan akan terjadi penurunan berkisar 22 sampai 35 jam. Prokalsitonin meningkat pada
kadar CRP secara cepat. Setelah rangsangan menghilang, proses infeksi, namun dapat meningkat pada keadaan bukan
CRP menurun cepat dengan waktu paruh 19 jam.19,20 infeksi seperti trauma berat, pembedahan, luka bakar, atau
Pengukuran CRP secara berturut-turut dalam minggu penolakan reaksi tranplantasi.7,30,31
pertama pengobatan pneumonia berhubungan dengan Meluasnya penggunaan antibiotik untuk infeksi non
prognosis penyakit, dimana kadar CRP yang masih tinggi bakterial telah menyebabkan resistensi antibiotik. Untuk
setelah pemberian antibiotik menunjukkan pronosis yang mengurangi fenomena ini, penggunaan antibiotik harus dibatasi
lebih buruk.21 untuk infeksi akibat bakteri.
C-reactive protein juga digunakan sebagai penentu derajat Kadar prokalsitonin 0.25 sampai 0.5 ng/mL menunjukkan
berat dan prognosis pneumonia. Semakin tinggi kadar CRP kemungkinan infeksi bakteri dan disarankan untuk memulai
semakin berat infeksi yang terjadi.22 Kadar CRP dapat dipakai terapi antibiotik, kadar proklasitonin lebih dari 0.5 ng/mL dapat
untuk memperkirakan terjadinya kematian dalam 30 hari diduga suatu infeksi bakteri dan pemberian antibiotik sangat
pertama, keperluan memakai ventilator dan obat inotropik, kuat direkomendasikan (gambar.1).30
serta terjadinya komplikasi pneumonia.23 Penilaian prokalsitonin dapat digunakan untuk mengetahui
Hasil CRP yang meningkat menunjukkan infeksi bakteri. beratnya penyakit dan prognosis pada pasien pneumonia. Nilai
Kadar CRP lebih dari 85 mg/dL dapat membedakan antara yang tinggi berkaitan dengan gejala klinis yang lebih berat,
pneumonia pneumokokkus dengan pneumonia akibat virus kemungkinan timbulnya komplikasi dan kematian.32 Kadar
dan mikoplasma.7 prokalsitonin dan CRP berkorelasi dengan lama rawatan namun
Penelitian pada dewasa menunjukkan bahwa kadar tidak berkaitan dengan resiko kematian selama perawatan
CRP tinggi pada pneumonia akibat S. pneumoniae dan ataupun pada pemantauan.33
Legionella pneumoniae.22,24 Nilai prokalsitonin pada batas 1 ng/mL lebih sensitif dan
Nilai konsentrasi serum CRP pada manusia normal rata- spesifik dalam membedakan infeksi bakteri dan virus
rata 0.8 mg/dL.18 Suatu metaanalisis mencari titik potong CRP dibandingkan pemeriksaan CRP, interleukin(IL)-6 atau
untuk menentukan pneumonia akibat bakteri. Kadar CRP 40 hitung lekosit.34
mg/L sampai 60 mg/L lebih menunjukkan pneumonia akibat Penilaian prokalsitonin bermanfaat pada penilaian awal
bakteri.25 infeksi bakteri pada anak sehingga membantu penatalaksanaan
Penelitian lain menunjukkan kadar CRP lebih dari 40 lebih awal.35
mg/L sebagai penanda infeksi bakteri dengan sensitivitas Algoritme penilaian prokalsitonin sebagai standar pemberian atntibiotil
72% dan spesifisitas 52%.26 pada pasien dengan infeksi saluran nafas bawah

C-reactive protein sering digunakan bersama penanda <0.1 g/L 0.1 - 0.25 g/L >0.1 - 0.5 g/L 0, >0.5 g/L

infeksi lainnya seperti jumlah leukosit dan LED serta gambaran i i i i


radiologis untuk membedakan pneumonia akibat bakteri dan Penyebab
bakteri sangat
Penyebab
bakteri
Penyebab
bakteri
Penyebab
bakteri sangat
virus. Batasan yang dipakai adalah kadar leukosit lebih dari tidak mungkin tidak mungkin mungkin mungkin
i i i
15,000/mm3, LED lebih dari 65 mm/jam dan CRP lebih dari
Tidak perlu Tidak perlu antibiotik
100 mg/L. Namun, kombinasi ini tidak dapat membedakan a n t i b i o t ik a n t i b i o t ik
pneumonia akibat bakteri dan virus.27 i i
Pada anak dengan pneumonia akibat S. pneumoniae Penilaian ulang prokalsitinin
setelah6- 24 jam
Pertimbangan Penilaian
prokalsitonin
mempunyai kadar leukosit dan CRP yang lebih tinggi
dibanding pneumonia akibat Mycoplasma pneumonia dengan Gambar 1. Algoritma pemberian antibiotik pada
neutrofil yang bergeser ke kiri.28 infeksi saluran nafas bawah.30

4. Prokalsitonin Suatu metaanalisis membandingkan pemakaian CRP


Prokalsitonin merupakan protein yang terdiri dari 116 dengan prokalsitonin sebagai penanda infeksi bakterial.
asam amino dengan berat molekul 13 kDa yang ditemukan Prokalsitonin lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan
tahun 1962. Protein ini dihasilkan oleh sel C kelenjar tiroid CRP sebagai penanda infeksi.
sebagai prohormon kalsitonin. Pemeriksaan prokalsitonin memiliki sensitivitas 92% dan
Sejak tahun 1993 diketahui kegunaan lain protein ini spesifisitas 73% sedangkan CRP dengan sensitivitas 86% dan
sebagai penanda proses infeksi. Gen untuk prekursor kalsitonin spesifisitas 70%. Prokalsitonin merupakan penanda yang lebih

109 | Majalah Kedokteran Nusantara Volume 46 No. 2 Agustus 2013


Penanda infeksi bakteri pada pneumonia anak

akurat dibandingkan CRP pada pasien yang dirawat untuk 5. Lakhanpaul M, Atkinson M, Stephenson T. Community
kecurigaan infeksi bakterial.36 aqcuired pneumonia in children: a clinical update. Arch
Jumlah leukosit, LED, CRP dan prokalsitonin digunakan Dis Child. 2004;89:29-34.
secara sekaligus untuk membedakan pneumonia akibat 6. Sinaniotis CA, Sinaniotis AC. Community acquired pneu-
pneumokokus daan pneumonia akibat virus. Kadar CRP lebih 80 monia in children. Curr Opin Pulm Med. 2005;12:218-25.
mg/L, prokalsitonin lebih dari 0.84 g/L, LED lebih 63 mm/jam dan 7. Summah H, Jie MQ. Biomarkers: a definite plus in pneu-
leukosit lebih dari 17,000/mm3 menunjukkan sensitivitas 61%, monia. Mediators of inflammation. 2009;1-9.
spesifisitas 65%, rasio kemungkinan positif 79% dan rasio 8. Maruna P, Nedelnikova K, Gurlich. Physiology and
kemungkinan negatif 42%. Keempat kombinasi ini menghasilkan genetics of procalcitonin. Physiol Res. 2000;49:57-61.
sensitivitas yang lebih rendah dan spesifisitas yang lebih tinggi bila 9. Ranganathan SC, Sonnappa S. Pneumonia and other
digabung dengan pemeriksaan radiologis.37 respiratory infection. Pediatr Clin N Am. 2009;59:135-56.
Penelitian di Korea menunjukkan kadar lekosit, CRP, LED 10. McIntosh K. Community aqcuired pneumonia in children.
dan prokalsitonin lebih tinggi pada anak dengan pneumonia di N Eng J Med. 2002;346:429-37.
bandingkan dengan kontrol anak sehat. Nilai keempat 11. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B,
parameter lebih tinggi pada pneumonia lobaris dibandingkan Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak.
dengan bronkopneumonia. Nilai prokalsitonin lebih memiliki nilai Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. p. 350-65.
diagnostik dibandingkan penilaian leukosit, LED dan CRP. 12. Murdoch DR, OBrian KL, Driscoll AJ, Karron RA, Bhat
Penilaian serum prokalsitonin merupakan penanda infeksi yang N. Laboratory methods for determining pneumonia
lebih baik dibandingkan LED dan CRP untuk diagnosis etiology in children. CID. 2012;54:146-52.
pnemonia pada anak.38 13. Ostapchuck M, Roberts DM, Haddy R. Community-acquired
Kadar CRP, prokalsitonin dan IL-6 pada anak tidak menun- pneumonia in infants and children. Am Fam Phys. 2004;70:
jukkan perbedaan antara pneumonia bakteri dan viral namun 899-908.
dapat diperkirakan pneumonia bakteri jika terdapat peningkatan 14. Frizell JP. Handbook of pathophysiology. Housespring
kadar CRP, prokalsitonin dan IL-6. Corp; 2001. p. 286-304.
Nilai peningkatan prokalsitonin lebih dari 2 ng/mL, CRP 15. Sacher DA, McPherson RA, editors. Tinjauan klinis hasil
lebih dari 150 mg/L dan IL-6 lebih dari 40 pg/mL memiliki pemeriksaan laboratorium. 11th ed. Jakarta: EGC; 2002.
sensitivitas 80% untuk menentukan infeksi bakteri.39 p. 53-63.
16. Furer V, Rqaveh D, Picard E, Goldbderg S, Izbicki G.
RINGKASAN Absence of leukocytosis in bacteraemic pneumococcal
Pneumonia merupakan masalah utama pada anak dan pneumonia. Prim Care Respir J. 2011;20:276-81.
penyebab kematian utama pada anak di negara berkembang. 17. Brigden ML. Clinical utility of the erythrocyte sedimentation
Penyebab pneumonia berupa infeksi bakteri atau virus dan rate. Am Fam Phys. 1999;60:1443-50.
aspirasi. 18. Korppi M, Heiskanen-Kosma T, Leinonen T, White blood
Menentukan penyebab pasti pneumonia sulit dilakukan cells, C-reactive protein and erythrocyte sedimentation
karena sulitnya pengambilan sampel sekret paru. Pemeriksaan rate in pneumococcal pneumonia in children. Eur Respir
leukosit, laju endap darah, CRP dan prokalsitonin dapat J. 1997;10:11259.
digunakan sebagai penanda awal adanya infeksi bakteri. 19. Povoa P. C-reactive protein: a valuable marker of sepsis.
Penilaian prokalsitonin memiliki sensitivitas dan Intensive Care Med. 2002;28:235-43.
spesifisitas yang lebih baik di bandingkan pemeriksaan 20. Lipman J. An update on c-reactive protein for intensivist.
lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan bersamaan Anaesth Intensive Care. 2009;37:234-41.
menunjukkan hasil yang lebih baik. 21. Bruns AH, Oosterheert JJ, Hak E, Hoepelman AI.
Usefulness of concecutive C-reactive protein measurement
DAFTAR PUSTAKA in follow up of severe community-acquired pneumonia. Eur
1. Rudan I, Baschi PC, Bilogiav Z, Mulholland K, Campbell Respir J. 2008;32:726-32.
H. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. 22. Almiral J, Bolibar I, Toran P, Pera G, Boquet X, Balanzo X,
Bull World Health Organ. 2008;86:408-16. et al. Contribution of C-reactive protein to the diagnosis an
2. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. In: Behrman RE, assessment of severity of community acquired pneu-
Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pe- monia. Chest. 2004;125:1335-42.
diatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunder; 2004. p. 1795-9. 23. Chalmers JD, Singanayagam A, Hill AT. C-reactive protein
3. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, is an independent predictor of severity in community-
Bassani DG, et al. Global, regional, and national causes aacquired pneumonia. Am J Med. 2008;122:219-25.
of child mortality in 2008: a systematic analysis. 2012;1- 24. Vazquez EG, Martinez JA. Mensa J, Sanchez F, Marcos
19. MA, De Roux A, et al. C-reactive protein level in community
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil acquired pneumonia. Eur Respir J. 2003;21:702-5.
kesehatan Indonesia tahun 2009. Kementrian Kesehatan 25. Flood RG, Badik J, Aranoff SC. The utility of serum C-
RI: Jakarta; 2010. p. 40-93. reactive protein in differentianting bacterial from nonbacterial

The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara | 110


Wardah, dkk Penanda infeksi bakteri pada pneumonia anak

pneumonia in children. A meta-analysis of 1230 children. 34. Moulin F, Raymond J, Lorrot M, Marc E, Coste J, Iniguez
Pediatr Infect J. 2008;27:95-9. JL, et al. Procalcitonin in children admitted to hospital
26. Virkki R, Juven T, Rikahailen H, Sveddtrom E, Metrsola with community acquired pneumonia. Arch Dis Child.
J, Ruuskanen O. Differentiation of bacterial and viral 2001;84: 332-6.
pneumonia in children. Thorax. 2002;57:438-41. 35. Korrpi M, Remes S, Heiskanen KT. Serum procalcitonin
27. Don M, Valent F, Korppi M, Canciani M. Differentiation of concentration in children: a negative result in primary
bacterial and viral community-acquired pneumonia in healthcare settings. Pediatr Pulmonol. 2003;35:56-61.
children. Pediatr Int. 2009;51:91-6. 36. Simon L, Geuvin F, Amre DK, Louis PS, Lacroix J. Serum
28. Kin SW, Yhu CH, Shen HL, Cheng HC, Tzou YL. Compa- procalcitonin and C-reactive protein levels as markers of
rative clinical and laboratory features of children with bacterial infection: a systematic review and metaanalysis.
pneumococcal vs mycoplasmal pneumonia. J Pediatr Res CID. 2004;39:206-17.
Dis. 2011;7:47-51. 37. Korppi M. Non spesific host response markers in the
29. Chris CM, Muller B. Biomarker in respiratory tract infection: differentiation between pneumococcal and viral
diagnostic guides to antibiotic prescription, prognostic pneumonia: what the most accurate combination? Pediatr
markers and mediators. Eur Respir J. 2007;30:556-73. Int. 2004; 46:545-50.
30. Chris CM, Opal SM. Clinical review: the role of biomarkers 38. Jin YL, Su JH, Jae WS, Hye LJ, Moon SP, Hee YW, et
in the diagnosis and management of community acquired al. Clinical significance of serum procalcitonin in patients
pneumonia. Critical Care. 2010;14:203-14. with community acquired pneumonia. Korea J Lab Med.
31. Shehabi Y, Seppelt I. Pro/con debate: is procalcitonin 2010; 30:406-13.
useful for guiding antibiotic decision making in critically ill 39. Toikka P, Irjala K, Juven T, Virkki R, Mertsola J, Leinonen
patients?. Critical Care. 2002;12:1-5. M, et al. Serum procalcitonin, C-reactive protein and
32. Niederman MS. Biological markers to determine interleukin-6 for distinguishing bacterial and viral pneumonia
eligibility in trial for community acquired pneumonia: a in children. Pediatr Infect Dis J. 2000;1999:598-602.
focus on procalcitonin. CID. 2002;47:127-32.
33. Hedlund J, Hansson LO. Procalcitonin and c-reactive protein
levels in community-acquired pneumonia: correlation with
etiology and prognosis. Infection. 2000;28:68-73.

111 | Majalah Kedokteran Nusantara Volume 46 No. 2 Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai