Abstrak
Pneumonia merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab kematian pada anak usia di bawah lima tahun. Penyebab
pneumonia pada anak sulit diketahui karena pemeriksaan jaringan paru sulit dilakukan dan invasif. Pemeriksaan leukosit, laju
endap darah, C-reactive protein dan prokalsitonin digunakan sebagai penanda adanya infeksi bakteri sehingga dapat segera
diberikan antibiotik. Prokalsitonin merupakan penanda infeksi dengan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik
dibandingkan pemeriksaan lainnya.
Kata kunci : pneumonia; anak; penanda; prokalsitonin
Abstract
Pneumonia is the main health problem and the major causes of childrens death, particularly in children under five years old.
Etiology of pneumonia are varried but it is very difficult to identify the etiology of pneumonia in children. The examination of
lungs secretory is very difficult to be performed in children. The examination of leucocyte, erythrocyte sedimentation rate, C-
reactive protein and procalcitonin level can be used as bacterial infections marker to be treated with antibiotics. In addition,
procalcitonin clinically proven more sensitive and spesific to identifying the infection caused by bacteria, compare to another
marker.
Keywords : pneumonia; children; marker; procalcitonin
penyebab reaksi ini dikenali sebagai protein maka dinamakan dikenal dengan calc-1 yang terdapat pada kromosom 11.7,8,29
C-reactive protein.19,20 Prokalsitonin yang dikeluarkan sebagai respon inflamasi
C-reactive protein merupakan protein fase akut yang terjadi melalui dua cara yaitu akibat toksin dari mikroba dan
dibentuk di hati (oleh sel hepatosit) akibat adanya proses respon yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi.6,33 Prokalsitonin
peradangan atau infeksi.19 yang berada dalam sirkulasi darah serum manusia normal
Setelah terjadi peradangan, pembentukan CRP akan sangat sedikit (kurang dari 0.1 g/L atau 0.1 ng/mL). Kadar
meningkat dalam 4 jam sampai 6 jam setelah rangsangan dan prokalsitonin meningkat dalam 4 jam setelah infeksi dengan
meningkat setiap 8 jam dengan puncak pada 36 jam sampai puncak antara 8 sampai 24 jam. Masa paruh prokalsitonin
50 jam. Apabila terjadi penyembuhan akan terjadi penurunan berkisar 22 sampai 35 jam. Prokalsitonin meningkat pada
kadar CRP secara cepat. Setelah rangsangan menghilang, proses infeksi, namun dapat meningkat pada keadaan bukan
CRP menurun cepat dengan waktu paruh 19 jam.19,20 infeksi seperti trauma berat, pembedahan, luka bakar, atau
Pengukuran CRP secara berturut-turut dalam minggu penolakan reaksi tranplantasi.7,30,31
pertama pengobatan pneumonia berhubungan dengan Meluasnya penggunaan antibiotik untuk infeksi non
prognosis penyakit, dimana kadar CRP yang masih tinggi bakterial telah menyebabkan resistensi antibiotik. Untuk
setelah pemberian antibiotik menunjukkan pronosis yang mengurangi fenomena ini, penggunaan antibiotik harus dibatasi
lebih buruk.21 untuk infeksi akibat bakteri.
C-reactive protein juga digunakan sebagai penentu derajat Kadar prokalsitonin 0.25 sampai 0.5 ng/mL menunjukkan
berat dan prognosis pneumonia. Semakin tinggi kadar CRP kemungkinan infeksi bakteri dan disarankan untuk memulai
semakin berat infeksi yang terjadi.22 Kadar CRP dapat dipakai terapi antibiotik, kadar proklasitonin lebih dari 0.5 ng/mL dapat
untuk memperkirakan terjadinya kematian dalam 30 hari diduga suatu infeksi bakteri dan pemberian antibiotik sangat
pertama, keperluan memakai ventilator dan obat inotropik, kuat direkomendasikan (gambar.1).30
serta terjadinya komplikasi pneumonia.23 Penilaian prokalsitonin dapat digunakan untuk mengetahui
Hasil CRP yang meningkat menunjukkan infeksi bakteri. beratnya penyakit dan prognosis pada pasien pneumonia. Nilai
Kadar CRP lebih dari 85 mg/dL dapat membedakan antara yang tinggi berkaitan dengan gejala klinis yang lebih berat,
pneumonia pneumokokkus dengan pneumonia akibat virus kemungkinan timbulnya komplikasi dan kematian.32 Kadar
dan mikoplasma.7 prokalsitonin dan CRP berkorelasi dengan lama rawatan namun
Penelitian pada dewasa menunjukkan bahwa kadar tidak berkaitan dengan resiko kematian selama perawatan
CRP tinggi pada pneumonia akibat S. pneumoniae dan ataupun pada pemantauan.33
Legionella pneumoniae.22,24 Nilai prokalsitonin pada batas 1 ng/mL lebih sensitif dan
Nilai konsentrasi serum CRP pada manusia normal rata- spesifik dalam membedakan infeksi bakteri dan virus
rata 0.8 mg/dL.18 Suatu metaanalisis mencari titik potong CRP dibandingkan pemeriksaan CRP, interleukin(IL)-6 atau
untuk menentukan pneumonia akibat bakteri. Kadar CRP 40 hitung lekosit.34
mg/L sampai 60 mg/L lebih menunjukkan pneumonia akibat Penilaian prokalsitonin bermanfaat pada penilaian awal
bakteri.25 infeksi bakteri pada anak sehingga membantu penatalaksanaan
Penelitian lain menunjukkan kadar CRP lebih dari 40 lebih awal.35
mg/L sebagai penanda infeksi bakteri dengan sensitivitas Algoritme penilaian prokalsitonin sebagai standar pemberian atntibiotil
72% dan spesifisitas 52%.26 pada pasien dengan infeksi saluran nafas bawah
C-reactive protein sering digunakan bersama penanda <0.1 g/L 0.1 - 0.25 g/L >0.1 - 0.5 g/L 0, >0.5 g/L
akurat dibandingkan CRP pada pasien yang dirawat untuk 5. Lakhanpaul M, Atkinson M, Stephenson T. Community
kecurigaan infeksi bakterial.36 aqcuired pneumonia in children: a clinical update. Arch
Jumlah leukosit, LED, CRP dan prokalsitonin digunakan Dis Child. 2004;89:29-34.
secara sekaligus untuk membedakan pneumonia akibat 6. Sinaniotis CA, Sinaniotis AC. Community acquired pneu-
pneumokokus daan pneumonia akibat virus. Kadar CRP lebih 80 monia in children. Curr Opin Pulm Med. 2005;12:218-25.
mg/L, prokalsitonin lebih dari 0.84 g/L, LED lebih 63 mm/jam dan 7. Summah H, Jie MQ. Biomarkers: a definite plus in pneu-
leukosit lebih dari 17,000/mm3 menunjukkan sensitivitas 61%, monia. Mediators of inflammation. 2009;1-9.
spesifisitas 65%, rasio kemungkinan positif 79% dan rasio 8. Maruna P, Nedelnikova K, Gurlich. Physiology and
kemungkinan negatif 42%. Keempat kombinasi ini menghasilkan genetics of procalcitonin. Physiol Res. 2000;49:57-61.
sensitivitas yang lebih rendah dan spesifisitas yang lebih tinggi bila 9. Ranganathan SC, Sonnappa S. Pneumonia and other
digabung dengan pemeriksaan radiologis.37 respiratory infection. Pediatr Clin N Am. 2009;59:135-56.
Penelitian di Korea menunjukkan kadar lekosit, CRP, LED 10. McIntosh K. Community aqcuired pneumonia in children.
dan prokalsitonin lebih tinggi pada anak dengan pneumonia di N Eng J Med. 2002;346:429-37.
bandingkan dengan kontrol anak sehat. Nilai keempat 11. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B,
parameter lebih tinggi pada pneumonia lobaris dibandingkan Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak.
dengan bronkopneumonia. Nilai prokalsitonin lebih memiliki nilai Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. p. 350-65.
diagnostik dibandingkan penilaian leukosit, LED dan CRP. 12. Murdoch DR, OBrian KL, Driscoll AJ, Karron RA, Bhat
Penilaian serum prokalsitonin merupakan penanda infeksi yang N. Laboratory methods for determining pneumonia
lebih baik dibandingkan LED dan CRP untuk diagnosis etiology in children. CID. 2012;54:146-52.
pnemonia pada anak.38 13. Ostapchuck M, Roberts DM, Haddy R. Community-acquired
Kadar CRP, prokalsitonin dan IL-6 pada anak tidak menun- pneumonia in infants and children. Am Fam Phys. 2004;70:
jukkan perbedaan antara pneumonia bakteri dan viral namun 899-908.
dapat diperkirakan pneumonia bakteri jika terdapat peningkatan 14. Frizell JP. Handbook of pathophysiology. Housespring
kadar CRP, prokalsitonin dan IL-6. Corp; 2001. p. 286-304.
Nilai peningkatan prokalsitonin lebih dari 2 ng/mL, CRP 15. Sacher DA, McPherson RA, editors. Tinjauan klinis hasil
lebih dari 150 mg/L dan IL-6 lebih dari 40 pg/mL memiliki pemeriksaan laboratorium. 11th ed. Jakarta: EGC; 2002.
sensitivitas 80% untuk menentukan infeksi bakteri.39 p. 53-63.
16. Furer V, Rqaveh D, Picard E, Goldbderg S, Izbicki G.
RINGKASAN Absence of leukocytosis in bacteraemic pneumococcal
Pneumonia merupakan masalah utama pada anak dan pneumonia. Prim Care Respir J. 2011;20:276-81.
penyebab kematian utama pada anak di negara berkembang. 17. Brigden ML. Clinical utility of the erythrocyte sedimentation
Penyebab pneumonia berupa infeksi bakteri atau virus dan rate. Am Fam Phys. 1999;60:1443-50.
aspirasi. 18. Korppi M, Heiskanen-Kosma T, Leinonen T, White blood
Menentukan penyebab pasti pneumonia sulit dilakukan cells, C-reactive protein and erythrocyte sedimentation
karena sulitnya pengambilan sampel sekret paru. Pemeriksaan rate in pneumococcal pneumonia in children. Eur Respir
leukosit, laju endap darah, CRP dan prokalsitonin dapat J. 1997;10:11259.
digunakan sebagai penanda awal adanya infeksi bakteri. 19. Povoa P. C-reactive protein: a valuable marker of sepsis.
Penilaian prokalsitonin memiliki sensitivitas dan Intensive Care Med. 2002;28:235-43.
spesifisitas yang lebih baik di bandingkan pemeriksaan 20. Lipman J. An update on c-reactive protein for intensivist.
lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan bersamaan Anaesth Intensive Care. 2009;37:234-41.
menunjukkan hasil yang lebih baik. 21. Bruns AH, Oosterheert JJ, Hak E, Hoepelman AI.
Usefulness of concecutive C-reactive protein measurement
DAFTAR PUSTAKA in follow up of severe community-acquired pneumonia. Eur
1. Rudan I, Baschi PC, Bilogiav Z, Mulholland K, Campbell Respir J. 2008;32:726-32.
H. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. 22. Almiral J, Bolibar I, Toran P, Pera G, Boquet X, Balanzo X,
Bull World Health Organ. 2008;86:408-16. et al. Contribution of C-reactive protein to the diagnosis an
2. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. In: Behrman RE, assessment of severity of community acquired pneu-
Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pe- monia. Chest. 2004;125:1335-42.
diatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunder; 2004. p. 1795-9. 23. Chalmers JD, Singanayagam A, Hill AT. C-reactive protein
3. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, is an independent predictor of severity in community-
Bassani DG, et al. Global, regional, and national causes aacquired pneumonia. Am J Med. 2008;122:219-25.
of child mortality in 2008: a systematic analysis. 2012;1- 24. Vazquez EG, Martinez JA. Mensa J, Sanchez F, Marcos
19. MA, De Roux A, et al. C-reactive protein level in community
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil acquired pneumonia. Eur Respir J. 2003;21:702-5.
kesehatan Indonesia tahun 2009. Kementrian Kesehatan 25. Flood RG, Badik J, Aranoff SC. The utility of serum C-
RI: Jakarta; 2010. p. 40-93. reactive protein in differentianting bacterial from nonbacterial
pneumonia in children. A meta-analysis of 1230 children. 34. Moulin F, Raymond J, Lorrot M, Marc E, Coste J, Iniguez
Pediatr Infect J. 2008;27:95-9. JL, et al. Procalcitonin in children admitted to hospital
26. Virkki R, Juven T, Rikahailen H, Sveddtrom E, Metrsola with community acquired pneumonia. Arch Dis Child.
J, Ruuskanen O. Differentiation of bacterial and viral 2001;84: 332-6.
pneumonia in children. Thorax. 2002;57:438-41. 35. Korrpi M, Remes S, Heiskanen KT. Serum procalcitonin
27. Don M, Valent F, Korppi M, Canciani M. Differentiation of concentration in children: a negative result in primary
bacterial and viral community-acquired pneumonia in healthcare settings. Pediatr Pulmonol. 2003;35:56-61.
children. Pediatr Int. 2009;51:91-6. 36. Simon L, Geuvin F, Amre DK, Louis PS, Lacroix J. Serum
28. Kin SW, Yhu CH, Shen HL, Cheng HC, Tzou YL. Compa- procalcitonin and C-reactive protein levels as markers of
rative clinical and laboratory features of children with bacterial infection: a systematic review and metaanalysis.
pneumococcal vs mycoplasmal pneumonia. J Pediatr Res CID. 2004;39:206-17.
Dis. 2011;7:47-51. 37. Korppi M. Non spesific host response markers in the
29. Chris CM, Muller B. Biomarker in respiratory tract infection: differentiation between pneumococcal and viral
diagnostic guides to antibiotic prescription, prognostic pneumonia: what the most accurate combination? Pediatr
markers and mediators. Eur Respir J. 2007;30:556-73. Int. 2004; 46:545-50.
30. Chris CM, Opal SM. Clinical review: the role of biomarkers 38. Jin YL, Su JH, Jae WS, Hye LJ, Moon SP, Hee YW, et
in the diagnosis and management of community acquired al. Clinical significance of serum procalcitonin in patients
pneumonia. Critical Care. 2010;14:203-14. with community acquired pneumonia. Korea J Lab Med.
31. Shehabi Y, Seppelt I. Pro/con debate: is procalcitonin 2010; 30:406-13.
useful for guiding antibiotic decision making in critically ill 39. Toikka P, Irjala K, Juven T, Virkki R, Mertsola J, Leinonen
patients?. Critical Care. 2002;12:1-5. M, et al. Serum procalcitonin, C-reactive protein and
32. Niederman MS. Biological markers to determine interleukin-6 for distinguishing bacterial and viral pneumonia
eligibility in trial for community acquired pneumonia: a in children. Pediatr Infect Dis J. 2000;1999:598-602.
focus on procalcitonin. CID. 2002;47:127-32.
33. Hedlund J, Hansson LO. Procalcitonin and c-reactive protein
levels in community-acquired pneumonia: correlation with
etiology and prognosis. Infection. 2000;28:68-73.