Anda di halaman 1dari 1

Pemerintah Kembali Perpanjang Kontrak Freeport Hingga 2031

Lagi-lagi media Indonesia serentak memberitakan tentang telah disepakatinya


perpanjangan kontrak Freeport hingga 2031 yang seharusnya berakhir pada tahun 2021.
Sebelumnya, Freeport mengajukan perpanjangan IUPK (Izin Pertambangan Khusus) hingga
tahun 2041 mendatang. Empat isu utama yang dibahas dalam kontrak Freeport ialah
Perpanjangan Kontrak, Pembangunan Smelter, Divestasi Saham, dan Stabilisasi Investasi.
Saat ini hal yang sudah mencapai titik temu adalah masalah perpanjangan kontrak dan
pembangunan pabrik pemurnian atau smelter. Sedangkan untuk masalah pajak dan
divestasi saham belum mencapai kata mufakat.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Teguh Pamudji mengatakan bahwa perpanjangan antara pemerintah dengan PT Freeport
selama 10 tahun tersebut sudah sesuai dengan aturan yang berlaku
Menurut saya perpanjangan kontrak freeport menuai banyak pro dan kontra.
Pro: Keberadaan PT Freeport di Indonesia akan menguntungkan Indonesia terutama dalam
bidang perekonomian Negara karena perusahaan asing di Indonesia juga berkontribusi
terhadap bertambahnya devisa Negara. Selain itu PT Freeport juga berkontribusi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan
pembangunan untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu. Apalagi
dengan ekspor-ekspor yang dilakukan, Indonesia sudah mendapat banyak keuntungan.

Kontra: Seperti yang dikatakan bapak proklamator kita Ir. Soekarno Biarkan kekayaan
alam kita, hingga nanti insinyur insinyur Indonesia mampu mengolahnya sendiri.
Seharusnya kitalah (Bangsa Indonesia) yang mengelola perusahaan tambang tersebut
bukan orang asing yang mengelola. Karena pada UUD 1945, Pasal 33 ayat 3 yang isinya
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tapi dapat kita lihat sekarang,
Papua yang dimiliki oleh negara Indonesia yang kaya akan tambang emasnya diambil oleh
PT Freeport yang notabene pemegang kekuasaannya orang asing. Indonesia hanya
memiliki saham sebesar 9,36% saja. Hal ini tidak sesuai dengan yang tercantum di UUD
1945 pasal 33 Ayat 3. Memang benar bahwa saat ini Pemerintah sedang memperjuangkan
divestasi saham sebesar 51% atas freeport. Jika Freeport berhasil memperpanjang
kontraknya, bisa dipastikan Pemerintah gagal memperjuangkannya.

Kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu seharusnya Pemerintah memperhatikan Pro dan
Kontra yang terjadi pada saat ini, Karna yang diinginkan Warga Indonesia yaitu keadilan dan
kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai