Diterima (received): 1 Juli 2015; Direvisi (revised): 20 Oktober 2015; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 25 November 2015
ABSTRAK
Perkembangan kota dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dengan melihat
perkembangan fisiknya. Perkembangan fisik kota dapat diidentifikasi salah satunya melalui fenomena ekspansi
lahan terbangun. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan model Cellular Automata sangat perlu
untuk mengkaji fenomena ekspansi lahan terbangun, baik untuk kajian ilmiah maupun perencanaan tata ruang
terutama di kota yang besar dan berkembang seperti Yogyakarta. Penelitian ini mencoba mengintegrasikan
model SIG Cellular Automata dengan model lain berbasis statistik, yaitu Regresi Logistik Biner untuk memonitor
serta memprediksi perkembangan fisik perkotaan Yogyakarta melalui pendekatan terhadap fenomena ekspansi
lahan terbangun. Penggunaan data primer pada penelitian berupa peta penutup lahan tahun 2003 dan 2009
hasil klasifikasi multispektral dari Citra Landsat. Faktor yang digunakan untuk memprediksi perkembangan
lahan terbangun pada penelitian ini adalah faktor perkembangan kota yang bersifat fisik, yaitu faktor jarak
terhadap aksesibilitas dari jalan utama dan jalan non-utama serta jarak terhadap pusat kegiatan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun di Kota Yogyakarta pada tahun 2003-
2013 memiliki laju 329 ha/tahun dengan pusat perkembangan ke arah timur laut Kota Yogyakarta, yaitu daerah
sekitar Kecamatan Gondomanan dan Kecamatan Depok. Model Cellular Automata yang diintegrasikan dengan
model Regresi Logistik Biner memprediksi Kota Yogyakarta pada tahun 2013-2023 memiliki laju perkembangan
539 ha/tahun dengan pusat perkembangan ke arah barat daya Kota Yogyakarta, yaitu daerah sekitar
Kecamatan Kasihan dan Mantrijeron.
Kata Kunci : SIG, pemodelan, cellular automata, regresi logistik biner, Yogyakarta
ABSTRACT
Urban development can be viewed from some different points, the one is from its physical development or
in the term of urban sprawl. Physical development of the city can be identified by the phenomenon of built-up
area expansion. Utilization of Geographic Information System (GIS) with Cellular Automata modelling is very
necessary in the study of the phenomenon of built-up area expansion, both of scientific study or applied study
for spatial and regional planning, especially in a big-growing city like Yogyakarta City. This research try to
integrate Cellular Automata GIS modelling with statistic-based model, the Binary Logistic Regression, for
monitoring and predicting the physical development of Yogyakarta City through the phenomenon of built-up
area expansion approach. Primary data used in this research are land cover maps in the year of 2003 and 2009
generated from multispectral classification of Landsat Image. In this research, the factors used for predicting the
built-up area development (urban sprawl) are physical factors, they are the accessibility from main roads and
secondary roads, and the distance to the activity centre like central business district. The result of this research
shows that the development of built-up area in Yogyakarta City in 2003-2013 had the development rate of 329
ha/year with the central direction of its development to north-eastern part of Yogyakarta City, around the
Gondomanan and Depok Sub-districts. Other result, Cellular Automata model which is integrated with Binary
Logistic Regression model predicting that Yogyakarta City will have the development rate for 539 ha/year in
2013-2023 with the central direction of its development to south-western part of Yogyakarta City, around the
Kasihan and Mantrijeron Sub-districts.
165
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 165-172
166
Pemodelan Spasial Perkembangn Fisik Perkotaan .........................(Wijaya & Umam)
167
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 165-172
Gambar 4. Hasil analisis jarak terhadap jalan Gambar 6. Hasil analisis jarak terhadap pusat
utama. kegiatan.
168
Pemodelan Spasial Perkembangn Fisik Perkotaan .........................(Wijaya & Umam)
Logit pi pada dasarnya merupakan natural Hal ini dapat diartikan bahwa pada kurun waktu 10
logaritma (ln) dari odd perubahan. Odd merupakan tahun tersebut Kota Yogyakarta kehilangan lahan
suatu indeks yang menyatakan peluang terjadinya non-terbangun seluas 3.292 ha dengan rata-rata
suatu peristiwa dan peluang tidak terjadinya laju ekspansi lahan terbangun di Kota Yogyakarta
peristiwa. Dalam hal ini, peristiwa yang dimaksud 329,2 ha/tahun.
adalah perubahan penutup lahan non-terbangun Berdasarkan analisis menggunakan interpolasi
menjadi lahan terbangun. Berdasarkan persamaan spasial polynomial orde 3 terhadap lokasi ekspansi
di atas, peluang atau probabilitas dari peristiwa lahan terbangun pada tahun 2003-2013 di Kota
tersebut dapat diketahui dengan mengunakan Yogyakarta, menunjukkan pusat perkembangan
exponensial dari odd, yang secara matematis dapat lahan terbangun berada di daerah timur laut kota
dituliskan sebagai berikut (Susilo, 2005). dan terletak di sekitar Kecamatan Depok dan
Gondokusuman (Gambar 7). Berdasarkan
pengamatan lapangan, lahan nonterbangun
menjadi lahan terbangun di daerah timur laut Kota
.................................................................... (4) Yogyakarta didominasi oleh lahan pertanian.
Konversi lahan pertanian menjadi lahan
...... (5) terbangun di Kecamatan Depok secara tidak
langsung terjadi karena terdapat perguruan tinggi,
........................ (6) seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas
Negeri Yogyakarta, Universitas Atmajaya, dan
Cellular Automata Universitas Pembangunan Nasional di kecamatan
tersebut. Keberadaan banyak perguruan tinggi
Cellular Automata (CA) adalah model yang tersebut mengakibatkan peningkatan aktifitas
awalnya dipahami oleh Ulam dan Von Neumann penduduk yang juga berdampak pada pesatnya
pada tahun 1940 untuk membuat kerangka kerja perkembangan berbagaifasilitas pendukung seperti
formal untuk menyelidiki suatu perilaku kompleks pusat pertokoaan, rumah makan serta fasilitas
(Paramitha, 2011). Akan tetapi, dalam aplikasi SIG penyedia layanan jasa lainya.
(Sistem Informasi Geografi), CA diadaptasi menjadi
sebuah model dinamis serta digunakan untuk Analisis Faktor Pendorong Perkembangan
simulasi spasial (geosimulation). Pendapat lain juga Lahan Terbangun Kota Yogyakarta
menyatakan bahwa pemodelan CA dalam SIG
digunakan untuk mengetahui kedinamisan suatu Analisis menggunakan regresi logistik biner
objek/fenomena, dimana kedinamisan banyak antara perubahan tutupan lahan nonterbangun
diartikan sebagai suatu wujud perubahan menjadi lahan terbangun tahun 2003-2013 dengan
(Paramitha, 2011; Liu, 2009; Deliar, 2010 dalam variabel jarak menghasilkan persamaan regresi
Wijaya, 2012). sebagai berikut:
Suatu automaton (A) diwujudkan dalam Y = 6,9430 - 3,121600*X1 - 3,592608*X2
kumpulan state yang terbatas S = (S1, S2, S3, , 4,318929*X3 ............................................... (8)
Sn) dan sekumpulan transisi (T). Dengan demikian,
A secara geometrik dipengaruhi oleh kondisi S dan Dimana :
Y : logit perubahan lahan non terbangun menjadi
T. Faktor yang terakhir adalah N (Neighborhood),
lahan terbangun
dalam fenomena spasial faktor N ini akan X1 : jarak terhadap jalan non-utama
menstimulus Automaton dengan membentuk relasi X2 : jarak terhadap jalan utama
spasial. Adapun secara teoritis CA dapat X3 : jarak terhadap pusat kegiatan
direpresentasikan dalam bentuk rumusan di bawah
ini. Persamaan 8 di atas dapat menjelaskan
A = ( S . N . T ) ............................................ (7) banyak hal, salah satunya mengenai koefisien
Dimana : regresi. Besarnya koefisien regresi menunjukkan
A : automaton besarnya pengaruh variabel independen (faktor
S : state (kelas) jarak) dengan variabel dependen (perubahan
T : transition rules (aturan transisi) tutupan lahan nonterbangun menjadi terbangun)
N : neighborhood (ketetanggaan) dengan catatan rentang nilai variabelnya sudah
dilakukan normalisasi pada rentang yang sama
HASIL DAN PEMBAHASAN sebelum dilakukan analisis. Persamaan di atas
menunjukkan koefisien regresi paling besar
Perubahan Tutupan Lahan Terbangun Kota terdapat pada variabel jarak terhadap pusat
Yogyakarta kegiatan. Hal tersebut menunjukkan di antara
ketiga variabel tersebut, variabel jarak terhadap
Hasil analisis perubahan penutup lahan tahun pusat kegiatan memiliki pengaruh yang paling
2003 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa lahan signifikan terhadap perubahan lahan non-terbangun
terbangun pada kurun waktu tersebut bertambah menjadi terbangun.
sebesar 3.292 ha menjadi 14.353 ha yang
sebelumnya sebesar 11.061 ha pada tahun 2003.
169
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 165-172
170
Pemodelan Spasial Perkembangn Fisik Perkotaan .........................(Wijaya & Umam)
171
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 165-172
172