Refrat Atelektasis
Refrat Atelektasis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atelektasis didefinisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di
dalam ruang intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian paru. Keadaan ini sering
menjadi komplikasi paru pasca operasi dengan bukti pemeriksaan radiografi mencapai
70% pada pasien yang sedang menjalani thorakotomy dan celiotomy.
Komplikasi pada paru relatif sering terjadi pasca operasi dan dapat dikaitkan
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, yang paling umum terjadi adalah setelah
operasi thorakoabdominal, dan operasi jantung. Kejadian ini dilaporkan bahwa
komplikasi paru pascaoperasi berkisar 5 hingga 80%, diantaranya adalah: atelektasis,
bronkospasme, pneumonia, dan penyakit paru eksarserbasi kronis. Komplikasi pada paru
merupakan resiko pasca operasi,dimana keadaan ini tergantung oleh faktor anastesia,
faktor bedah, dan pasiennya sendiri.
Penyebab atelektasis bervariasi, diantaranya adalah sumbatan mukus
padabronkus, kompresi ekstrinsik dari hemopneumothoraks dan hipoventilasi alveolus.
Keadaan ini timbul karena penurunan volume tidal pernapasan yangsering dicetuskan
oleh nyeri insisi selama beberapa hari pertama setelah operasi.Terdapat tiga faktor utama
yang merupakan faktor pencetus pada perkembangan terjadinya atelektasis pada pasien
pascabedah, yaitu posisi terlentang untuk waktu yang lama, ventilasi dengan gas tinggi
dalam konsentrasi oksigen yangtinggi, dan pengurangan surfaktan paru setelah operasi
.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis dan tingkat keparahan
pada kasus atelektasis.
2. Untuk mengetahui hasil interpretasi radiologi X-ray pada kasus atelektasis.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer kedalam
sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbondioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan
berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan
pengaturan hormonal tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan
dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga
hidung - faring laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).
Adapun alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :
1. Alat Pernafasan Atas
a. Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.
Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring
partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan
udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun
terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun
juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan
nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra
pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat
terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang
mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga
hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian
belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (plica vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi
bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Gambar:
DEPARTEMEN RADIOLOGI
c. Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat
tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi
( misalnya infeksi dan tumor).
Gambar. Laring
yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang
terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Gambar.paru-paru
DEPARTEMEN RADIOLOGI
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
B. Atelektasis
1. Definisi
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama
sekali tidak berisi udara.
2. Etiologi
Atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan:
1. Bronkus tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus (tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif) dan penyumbatan
bronkus akibat penekanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus,
kelenjar membesar).
2. Tekanan ekstrapulmoner
Biasa diakibatkan oleh pneumotoraks, cairan pleura, peninggian diafragma,
herniasi alat perut ke dalam rongga toraks, dan tumor infratoraks tapi
ekstrapulmoner (tumor mediastinum).
3. Paralisis atau paresis gerak pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru
tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologic
lainnya. Gerak nafas yang terganggu akan mempengaruhi kelancaran
pengeluaran sekret bronkus dan ini akan memyebabkan penyumbatan bronkus
yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
4. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma toraks yang
menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret
bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.
C. Macam-Macam Atelektasis
Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan
1. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak
matur dan gerakan pernapasan masih terbatas.Faktor pencetus termasuk komplikasi
persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant,
lembek dan alastis.Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air.Secara
histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam,
DEPARTEMEN RADIOLOGI
dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem
melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur
dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi neonatorum pada sistem, gawat
napas, telah di bahas disebelumnya.
D. Patofisiologi
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah
perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini
tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam
tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan
hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat
berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel
merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru
yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun
juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami peninggian, dinding dada nyeri
dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
E. Gejala Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan.Gejalanya bisa berupa :
Gangguan pernafasan
Bunyi nafas berkurang
Nyeri dada
Batuk
Pucat
Cemas
Sianosis
Gelisah
Takikardia
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah) (Sharma, 2003).
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik :
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
G. Pemeriksaan Radiologi :
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume
bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi
sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum
DEPARTEMEN RADIOLOGI
kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit. Dengan
adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu enfisema kompensasi
yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang sehat
kearah hemethorak yang atelektasis (Rasad, 2000)
Beberapa atelektasis di kenal sebagai:
Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hanya
memperlihatkan diafragma letak tinggi.
Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan
peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi
dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka
perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure
interlobularis.
Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada
bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan
dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya
tidak ada keluhan.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian
anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura
minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto
lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga
mengalamai pergeseran ke arah superior. Berikut ini beberapa tanda klasik yang
sering timbul S Sign of Golden, tanda ini berupa gambaran huruf S terbalik
yang merupakan bentuk dari fisura minor yang mengalami pergesaran (Rasad,
2000).
H. Diagnosis
DEPARTEMEN RADIOLOGI
1. Normal
I. DIAGNOSIS BANDING
1. Efusi pleura masif dapat menyebabkan dyspneau, sianosis, kelemahan, pekak pada
perkusi hemitorak, dan tidak adanya bunyi nafas. Gambaran radiologisnya pun mirip
dengan atelektasis. Namun, pada efusi pleura jantung dan mediastinum biasanya
DEPARTEMEN RADIOLOGI
terdorong ke sisi kontralateral, sedangkan pada atelektasis biasanya tertarik ke sisi yang
sakit (ipsilateral) (Eisenberg, 2003).
Gambar 2.5. Efusi pleura. Tampak opasitas homogen pada hemithorax dextra dengan
jantung dan mediastinum yang terdorong ke sisi kontralateral (Eisenberg,
2003).
2. Adanya konsolidasi pada lobus paru juga dapat menunjukkan tampilan radiologi yang
mirip dengan atelektasis. Pemeriksaan foto thorax lateral dan adanya volume paru yang
berkurang dapat digunakan sebagai diagnostik untuk membedakannya (Eisenberg, 2003;
Andrew dan Rakesh, 2007).
Gambar 2.6. Konsolidasi homogen dari lobus kanan atas dan segmen medial dan
posterior dari lobus kanan bawah akibat pneumococcal pneumonia.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
3. Adanya massa juga dapat menunjukkan tampilan radiologi yang mirip dengan atelektasis.
Tampak opasitas inhomogen padahemithorax yang letaknya dapat berada dimana sja dan
tidak membentuk suatu pola atau pattern dari segmen maupun lobus paru. Sedangkan
pada atelektasis biasanya menunjukkan suatu pola atau pattern dari segmen maupun
lobus paru (Eisenberg, 2003).
Kiri : Massa paru pada parahiler dextra akibat suatu lipoid pneumonia yang berbatas
tegas dan dibatasi oleh suatu massa lipoid granulomatosa.
Kanan : Massa paru pada parahiler dextra akibat suatu karsinoma sel alveolar. Tampak
air bronchogram atau bronchiologram pada massa dan pleural tail sign
(garis linier yang memanjang dari lesi ke arah pleura). Tumor
cenderung tumbuh sangat lambat (Eisenberg, 2003).
J. Terapi Atelektasis
DEPARTEMEN RADIOLOGI
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
Postural drainase
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut atau pun kerusakan
lainnya.
Terapi Simptomatik:
a. Bronkodilator
Bronkodilator berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini melawan edema
mukosa maupun spasme muskular dan membantu mengurangi obstruksi jalan nafas serta
memperbaiki pertukaran gas. Medikasi ini mencakup antagonis -adrenergik (metoproterenol,
DEPARTEMEN RADIOLOGI
b. Pengobatan Infeksi
Pasien dengan atelektasis rentan dengan infeksi paru dan harus diobati pada saat awal
timbulnya tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan demam.Organisme
yang paling sering adalah S. pneumonia, H. influenzae, dan Branhamella catarrhalis. Terapi
antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin atau trimetoprim-sulfametoxazol
(Bactrim) mungkin diresepkan.
c. Oksigenasi
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan emfisema
berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah untuk meningkatkan tekanan
oksigen hingga antara 65 dan 80 mmHg.
K. PROGNOSIS
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuali jika
ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya penyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah
atelektasis, letak atelektasis. Pada daerah atelektasis umumnya mudah terjadi infeksi, karena
gerakan mukosilier pada bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak
bekerja. Jika infeksi ini berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau
abses paru.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
Etiologi atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan bronkus
yang tersumbat, tekanan ekstra pulmonary, paralisis, hambatan gerak pernafasan oleh kelainan
pleura atau trauma toraks. Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi
dispnea dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis,
temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran.
B. Saran
Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat karena
sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola nafas adalah penyakit atelektasis.
Penanganan yang baik dan pendiagnosaan yang tepat akan memberiakan ketepatan dalam
pencegahan penyakit ini.
DEPARTEMEN RADIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, ethel. 1994. Anatomi dan fisiologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta.
Sidhartani M. Peran Edukasi Pada Penatalaksanaan Asma Pada Anak. Badan Penerbit
Leonhardt, helmut. 1988. Atlas dan buku teks anatomi manusia. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta.
http://www.spesialis.info/?atelektasis-%28atelectasis%29,988
http://learningradiology.com