Anda di halaman 1dari 33

BAB I

GAMBARAN UMUM PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : SM, Ni komang

Tanggal Lahir : 01-07-1999

Umur : 13 tahun

BB : 19 Kg

TB : 110 cm

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama bapak : I wayan langsung

Nama ibu : Ni nengah Sudi

Pendidikan : SD Klas 5

Agama : Hindu

Suku/Bangsa : Bali

Tgl MRS : 10 juli 2012

Tempat dirawa/kelas : Ruang IRNA Kesehatan Anak PP3,K.VI,B2

Tgl Pengamatan : 12 juli 2012

No.CM : 01568767

Diagnosa : KAD,(DM tipe 1) + Suspek infeksi saluran kemih.

Diit : Diabetes

2. Keadaan Umum Pasien

Pasien datang ke RSUP Sanglah dengan keluhan utama yaitu, panas

naik turun kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu.

1
BAB II
PENGKAJIAN GIZI

I. Skrining Gizi
FORMULIR NUTRITIONAL RISK SCREENING
Skrining Awal
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Status Gizi menurut Waterlow <90 % -
2 Apakah pasien mengalami penurunan BB dalam 3 bulan
terakhir
3 Apakah asupan makan pasien menurun dalam 1 mingu -
terakhir
4 Apakah pasien menderita penyakit berat

II. Data subyektif


a. Riwayat Penyakit Dahulu
Dari hasil wawancara dengan pasien, diketahui bahwa pasien mempunyai
riwayat penyakit TBC sejak 6 tahun yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari hasil diagnosa diketahui pasien menderita KAD (ketoasidosis
diabetikum) Merupakan DM tipe 1 yang sudah berat.serta Suspek infeksi
saluran kemih.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien diketahui bahwa dalam
anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien.
d. Keadaan sosial ekonomi
Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien bahwa pasien masih
sekolah kelas 5 SD anak ketiga dari 5 bersaudara dan orang tua pasien
bekerja sebagai Petani, dan penghasilannya tidak menentu.

2
III. Data Obyektif
Hasil Pemeriksaan Antropometri
Data antropometri yang dikumpulkan meliputi data BB, TB

dan LILA yang diukur secara langsung. Data berat badan pasien

diukur dengan menggunakan timbangan berat badan dengan posisi

berdiri tegak Tinggi badan pasien diukur dengan menggunakan

medline dengan posisi tidur terlentang sedangkan lingkar lengan atas

(LILA) menggunakan pita lila. Perhitungan status gizi pasien

menggunakan BBI, BB/U, TB/U Dan BB/TB. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

1. Antropometri
Data Assesment
BBA = 19 kg
TB = 110 cm (5Th,5 Bln)
BBI = 19 kg
= 100% (Waterlow,1972)
= 90 110% (Normal)
Status Gizi Normal
Lila Aktual = 16 cm
Lila pesentil = 16,7 cm (95,80 %)
= 85% (Normal)

BB/U = Persentil < 5 berdasarkan Kurus


CDC) Yang artinya severe
underwight malnutrisi
tingkat berat.
TB/U = Pesentil < 5 (berdasarkan Pendek
CDC) yang artinya severe
stantight (pendek)
malnutrisi tingkat berat.
BB/TB = P : 50 (status gizi normal) Status Gizi normal

3
2. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan terhadap

seseorang khususnya pasien dengan menggunakan alat alat

laboratorium dan zat zat kimia. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah

untuk mengetahui perkembangan diagnose hasil laboratorium

berdasarkan hasil rekam medic sebagai berikut :

1 Hari Sesudah Masuk Rumah Sakit


Tanggal Data Hasil Batas nilai Assesment
normal
11-07-2012 PH 7,00 5-8 Normal
Protein 25,0 mg/dl Negative Normal
Glukosa 1000,0 mg/dl < 145 mg/dl Tinggi
Ketone 5,00 mg/dl Negative Normal
Bilirubin 5,00 mg/dl Negative Normal
RBC 7,0(x106/ul 4,00 - 5,20 Tinggi
HGB 19,20 g/dl 12,00 16,00 Tinggi
HCT 59,40 % 36,00-46,00 % Tinggi
Sendimen
urine :
- Lekosit Banyak/lp <6/lp -
- Eritrosit 4-6 / Lp <3/Lp Rendah

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan

kepada penderita dengan mengamati secara langsung keadaan

fisik penderita dan mencocokan dengan hasil rekam medis Hasil

pemeriksaan fisik tersebut yaitu badan lemah, keadaan umum

lemah dan kesadaran composmentis. Hasil pemeriksaan fisik

dapat dilihat pada tabel berikut:

4
3 Hari Sesudah Masuk Rumah Sakit
Tanggal Pemeriksaan

12 juli 2012 Badan lemas, Ku : lemah, kesadaran cm

13 juli 2012 Badan lemas, Ku : lemah, kesadaran cm

14 juli 2012 Badan lemas, Ku : lemah, kesadaran cm

4. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang dilakukan

kepada penderita yang dilakukan dengan cara mengukur dan

menghitung keadaan klinis penderita. Hasil pemeriksaan klinis tersebut

yaitu tensi, nadi, respirasi dan suhu. Hasil pemeriksaan klinis dapat

dilihat pada tabel berikut.

Hasil pemeriksaan klinis selama 3 hari terapi.


Tanggal Data Hasil Batas nilai Assesment
normal
14 juli 2012 TD 110/60 mmHg 120/80 mmHg Normal
RR 20x/menit 20-24 x / menit Normal
NADI 90x/menit 80-100 x / menit Normal
SUHU 36,80C 36 37 c Normal
15 juli 2012 TD - 120/80 mmHg Normal
RR 28x/menit 20-24 x / menit Tinggi
NADI 96x/menit 80-100 x / menit Normal
0
37 C
SUHU 36 37 c Normal
16 juli 2012 TD - 120/80 mmHg Normal
RR 28x/menit 20-24 x / menit Tinggi
NADI 96x/menit 80-100 x / menit Normal
SUHU 36,90C 36 37 c Normal

5
5. Diatery
Riwayat makan dirumah
Kebiasaan makan Pasien 3X sehari, dengan susunan
makan pagi, siang, malam. Hasil pola makan sebelum masuk
rumah sakit didapatkan persentase antara asupan dan kebutuhan
pasien selama di rumah. Persentase tersebut dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini.

Variabel E P L KH
(Kkal) (g) (g) (g)
Asupan 1690 49,9 44,8 255,6
Kebutuhan 1710 53,43 47,5 267,2
Tk. Konsumsi (%) 98,83 93,39 94,31 95.65
Kategori Baik Baik Baik Baik

Keterangan: Tingkat konsumsi makanan di rumah untuk


Energi protein lemak dan Karbohidrat tergolong normal dimana
persentase 80% : Baik. Menurut supariasa ( Menkes 2002)
bahwa tingkat konsumsi diklasifikasikan sebagai berikut :
80% : Baik
< 80 % : Kurang
Tingkat Asupan sehari Sebelum Terapi
Selama pasien di rawat di rumah sakit, pasien diberikan Diit DM
1710 kkl. sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Hasil recall
makan sehari terapi didapatkan persentase antara asupan dan
kebutuhan pasien.

Variabel E P L KH
(Kkal) (g) (g) (g)
Asupan
1374,2 57,4 37,4 206,7
Kebutuhan saat
1710 53,43 47,5 267,2
di RS
Tk. Konsumsi (%)
80,36 107,4 78,73 77,60
Kategori Baik Baik Kurang Kurang

6
Keterangan : Tingkat konsumsi makanan di rumah sakit
kurang, karena kategori Tk konsumsi <80%
Menurut supariasa ( Menkes 2002) bahwa
tingkat konsumsi diklasifikasikan sebagai
berikut
80% : Baik
< 80 % : Kurang

6. Obat- obatan yang diberikan oleh Rumah sakit


No. Nama Obat Dosis Fungsi
1. Cefixime 10 mg Sebagai Antibiotik untuk
pengobatan infeksi-infeksi
yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang rentan
antara lain:

Infeksi saluran kemih


tanpa komplikasi yang
disebabkan oleh
Escherichia coli dan
Proteus mirabilis.
Otitis media
disebabkan oleh
Haemophilus
influenzae (strain ?-
laktamase positif) dan
Streptococcus
pyogenes.

2. NoVomix Pagi : 12 IU Insulin yang


Sore : 10 IU Disuntikkan setiap kali
sebelum makan utama
dan berguna untuk
menurunkan gula darah
setelah makan (prandial
glucose). Dan mengatur
glukosa menjadi energy.

Berdasarkan tabel diatas pasien mendapatkan dua jenis obat yaitu

Cefixime berfungsi sebagai antibiotic pada infeksi saluran kemih dengan

7
dosis 10 mg serta Novomix berupa injeksi insulin diberikan pada pagi hari

dan sore hari untuk mengatur kadar gula dalam darah setelah makan.

7. Kadar gula dalam darah selama 3 hari terapi setelah makan.


Hasil pemeriksaan glukosa
Tgl Parameter Hasil Normal Kategori
pemeriksaan
14 juli 2012 Glukosa : Pagi 126 mg/dl < 145 mg/dl Normal
: Sore - -
15 juli 2012 Glukosa : Pagi 318 mg/dl < 145 mg/dl Tinggi
: sore 460 mg/dl < 145 mg/dl Tinggi
16 juli 2012 Glukosa : pagi - -
: sore 426 mg/dl < 145 mg/dl Tinggi

Dari tabel diatas diketahui bahwa kadar glukosa darah selama tiga

hari pemeriksaan terjadi peningkatan yang cukup signifikan terutama

terjadi pada sore hari.

8
BAB III
DIAGNOSA GIZI

A. Identifikasi Masalah
o Fisik klinis : RR (Respirasi) Diatas normal.
o Perubahan nilai lab : Nilai RBC, HGB Dan HCT di atas normal (
Tinggi) dan kadar glukosa darah puasa diatas batas normal.
o Dietary : Asupan makan saat di RS yaitu protein,
lemak,dan KH tergolong kurang.

B. Diagnosa Gizi
Domain Problem Etiologi Syintom
NI. 2.1 Asupan Berkaitan Ditandai dengan
makanan melalui dengan pasien di Tingkat konsumsi di
oral tidak diagnosis KAD, RS, lemak (78,73% )
adekuat (RBC meningkat) dan KH (77,60%)
tergolong deficit.
NC.2.2 Perubahan nilai Berkaitan Ditandai dengan
lab terkait dengan penyakit pemeriksaan nilai
dengan gizi. Katoasidosis lab tinggi yaitu RBC
diabetikum(KAD). (7,00u/L),
HCT(59,40%) Dan
Kadar glukosa saat
terapi
meningkat.(>145
mg/dl)

9
BAB IV
RENCANA INTERVENSI GIZI

A. Rencana Terapi Diit


1. Diit : DM 1710 kalori
2. Bentuk : Makanan Biasa
3. Cara Pemberian : Oral
4. Tujuan
o Menurunkan kadar gula darah mencapai normal.
o mempertahankan status gizi optiimal
o mengurangi komplikasi

5. Prinsip
o Energi diberikan cukup
o Protein sesuai kebutuhan
o lemak cukup
o KH cukup

6. Syarat
o Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 1710 kkl.
o Protein diberikan sebesar 53,43 gr .digunakan untuk membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan serta mengganti
jaringan yang rusak.
o Lemak 25% dari kebutuhan energi total, untuk cadangan
energinya dan sebagai pelarut vitamin K,A,D,E
o Karbohidrat sisa energi lemak dan protein Yaitu 60 % - 70 %.
o Serat diberikan sebesar 25g/hari dengan mengutamakan serat
larut dalam air yang terdapat dalam sayur dan buah.
o Cairan diberikan sebesar 1740 CC digunakan sebagai membantu
proses metabolism dalam tubuh serta mencegah terjadinya
dehidrasi.
o Vitamin C diberikan sebesar 40 mg yang digunakan sebagai
antioksidan serta menjaga daya tahan tubuh.

10
7. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
TB : 110 cm ( 5 tahun,5 bulan)
BB : 19 kg
BBI : 19 kg
: 100% status Gizi Normal
Energi : RDA kal x BB ideal
: 90 kkl x 19 kkl
: 1710 Kkal
Protein : (Total kalori/200) x 6,25
: (1710 kkl / 200) x 6,25
: 53,43 gr x 4kkl/gr = 213,72 kal
Lemak : 25 % x 1710 kal
,
: = ,

Karbohidrat : 1710 ( 166.4 + 392 ) ( KH diberikan 67%)


: 1710 558.4
,
: =

Cairan = 1000 ml + 50 ml x 9 kg
= 20 % + 1450
= 290 + 1450
= 1740 cc
Densitas = energi (kkl) / Cairan (cc)
= 1710 kkl / 1740 cc
= 0,98.
a. Kebutuhan vitamin dan mineral berdasarkan AKG (Angka Kecukupan
Gizi) rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) untuk golongan
umur 1-5 tahun, yaitu:
- Vitamin A = 350 RE - Asam folat = 40 gram
- Vitamin D = 10 gram - Piridoksin = 1,0 gram
- Vitamin E = 6 mg - Vitamin C = 40 mg
- Vitamin K = 15 gr - Kalsium = 500 mg
- Vitamin B1 = 0,5 mg - Fosfor = 250 mg
- Riboflafin = 0,6 mg - Besi = 8 mg

11
8. Persentase Pembagian makan berdasarkan waktu makan.

a. Makan Pagi (20%)


Energi : 20 % x Energi (kkl) Snack Pagi (10%)
: 20 % x 1710 kkl Energi : 10 % x Energi ( kkl)
: 342 kkl : 10 % x 1710 kkl
Protein : 20 % x protein (gr) : 171 kkl
: 20 % x 53,43 kkl Protein : 10 % x protein (gr)
: 10,68 gr : 10 % x 53,43 kkl
Lemak : 20 % x Lemak (gr) : 5,34 gr
: 20 % x 47,5 gr Lemak : 10 % x Lemak (gr)
: 9,5 gr : 10 % x 47,5 gr
KH : 20 % x KH (gr) : 4,75 gr
: 20 % x 267,2 g: KH : 10 % x KH (gr)
53,44 gr : 10 % x 267,2 gr
: 26,72 gr

b. Makan Siang (25%) Snack Siang (10%)


Energi : 25 % x Energi ( kkl) Energi : 10 % x Energi ( kkl)
: 25 % x 1710 kkl : 10 % x 1710 kkl
: 427,5 kkl : 171 kkl
Protein : 25 % x protein (gr) Protein : 10 % x protein (gr)
: 25 % x 53,43 kkl : 10 % x 53,43 kkl
: 13,35 gr : 5,34 gr
Lemak : 25 % x Lemak (gr) Lemak : 10 % x Lemak (gr)
: 25 % x 47,5 gr : 10 % x 47,5 gr
: 11,87 gr : 4,75 gr
KH : 25 % x KH (gr) KH : 10 % x KH (gr)
: 25 % x 267,2 gr : 10 % x 267,2 gr
: 66,8 gr : 26,72 gr

12
Snack Malam(10%)
c. Makan Malam (25%) Energi : 10 % x Energi( kkl)
Energi : 25 % x Energi ( kkl) : 10 % x 1710 kkl
: 25 % x 1710 kkl : 171 kkl
: 427,5 kkl Protein : 10 % x protein (gr)
Protein : 25 % x protein(gr) : 10 % x 53,43 kkl
: 25 % x 53,43 kkl : 5,34 gr
: 13,35 gr Lemak : 10 % x Lemak (gr)
Lemak : 25 % x Lemak(gr) : 10 % x 47,5 gr
: 25 % x 47,5 gr : 4,75 gr
: 11,87 gr KH : 10 % x KH (gr)
KH : 25 % x KH (gr) : 10 % x 267,2 gr
: 25 % x 267,2 gr : 26,72 gr
: 66,8 gr

d. Penyuluhan / Konsultasi Gizi


o Topik : Diit DM tipe 1
o Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
o Waktu :-
o Tempat : Ruang Pudak Kamar VI / Bad 2
o Media : Leaflet dan bahan makanan.
o Tujuan
1) Memberikan pengertian DM tpe 1 dan penyebab terjadinya.

2) Memberikan informasi tentang jenis makanan yang sesuai

dengan keadaan penyakit pasien.

3) Memberikan Edukasi pola makan serta pola hidup yang bersih

dan sehat.

1
o Materi

1. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat
disebabkan berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya
hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan
kerja dari insulin, atau keduanya. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1
lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat
kerusakan sel -pankreas yang didasari proses autoimun.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu
diabetes yang berarti sypon menunjukan pembentukan urine
yang berlebihan, dan mellitus berasal dari kata meli yang berarti
madu.

2. Etiologi
Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta
pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun,
virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan
susu sapi).
3. Makanan yang boleh dikonsumsi.
a. Sumber karbohidrat kompleks , seperti nasi, roti, mi, kentang,
singkong,ubi,dan Sagu.
b. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa
kulit,susu skim, tempe,tahu, dan kacang-kacangan.
c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan
yang mudah dicerna.,makanan terutama diolah dengan cara
dipanggang,dikukus,disetup,direbus dan dibakar.

4. Makanan yang tidak dianjurkan.

2
a. Bahan makanan yang mengandung gula sederhana seperti
gula pasir, gula jawa, madu, selai, manisan buah, susu kental
manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake, tarcis
b. Makanan yang tinggi lemak seperti keju, susu full cream,
abon, lemak hewan, santan kental
c. Bumbu terasi, penyedap, saus tomat dan kecap manis
d. Buah golongan A seperti duku, durian, rambutan, nanas,
sawo, sirsak, pisang tanduk, pisang susu, pisang raja, nangka,
anggur

5. Pola makan serta pola hidup yang bersih dan sehat.

Pengaturan makan harus diperhatikan, mengingat anak

merupakan individu yang sedang dalam tahap tumbuh dan

berkembangsuatu tahapan penting yang memerlukan

sumber energi yang baik tentunya dari makanan yang bergizi

lengkap dan seimbang. Sedangkan olahraga penting dilakukan

untuk menjaga kebugaran tubuh anak, di samping juga dapat

menurunkan kebutuhan insulin serta meningkatkan sensitivitas

tubuh terhadap insulin

6. Penanganan DM dengan 3 J.

3 J yang harus Di perhatikan oleh para penderita diabetes dalam


mengatur pola makan sehari-hari:

1. Jadwal

3
Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6
kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kai selingan. Adapun jadwal
waktunya adalah sebagai berikut;
a. Makan Pagi (jam 07.00)
b. Snack I (jam 10.00)
c. Makan siang (13.00)
d. Snack II (jam 16.00)
e. Makan malam (jam 19.00)
f. Snack III (jam 21.00)
Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat
makan, akan terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah)
dengan gejala seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini
terjadi segera minum air gula.
2. Jumlah
Perhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi.
Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes
adalah porsi kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit
tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan
dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut ;
a. Makan Pagi (20%) - maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori
sehari
b. Snack I (10%)
c. Makan siang (25%)
d. Snack II (10%)
e. Makan malam (25%)
f. Snack III (10%)
3. Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naiknya kadar gula

darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula

darah disebut juga indeks glikemik. Semakin cepat menaikkan

kadar gula darah sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka

semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut. Jadi, hindari

4
makanan yang berindeks glikemik tinggi seperti sumber karbohidrat

sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan lain-lain. Makanan yang

berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya

dengan serat. Contohnya sayuran dan buah-buahan

BAB V

5
MONITORING DAN EVALUASI

1. Monitoring selama terapi


a. Antropometri
Monitoring antopometri yang dilakukan adalah pengukuran BB.
PENGUKURAN SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI
BB 19 kg 19 kg
TB 110 110
BBI 19 kg 19 kg

b. Biokimia
Selama terapi terdapat pemeriksaan ulang untuk pemeriksaan
Biokimia.
Parameter Sebelum terapi Sesudah terapi
11 juli 2012 16 juli 2012
PH 7,00 7,00
Protein 25,0 mg/dl 25,0 mg/dl
Glukosa 1000,0 mg/dl 426 mg/dl
Ketone 5,00 mg/dl Negative
Bilirubin 5,00 mg/dl 5,00 mg/dl
RBC 7,0(x106/ul -
HGB 19,20 g/dl -
HCT 59,40 % -
Sendimen
urine :
- Lekosit Banyak/lp Banyak/lp
- Eritrosit 4-6 / Lp -

c. Fisik

6
Sebelum terapi Setelah terapi
Tanggal Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
11 07 2012 Badan lemas, 14 07 Badan lemas,
Ku : lemah, 2012 Ku : lemah,
kesadaran cm kesadaran cm
12 07 2012 Badan lemas, 15 07 Badan lemas,
Ku : lemah, 2012 Ku : lemah,
kesadaran cm kesadaran cm
13 07 2012 Badan lemas, 16 07 Badan lemas,
Ku : lemah, 2012 Ku : Sedikit baik,
kesadaran cm kesadaran cm

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, kondisi fisik pasien

pada saat terapi dan sebelum terapi tidak ada perubahan yaitu

Badan lemas, Ku : lemah, kesadaran copomentis.

d. Klinis
SEBELUM TERAPI SETELAH TERAPI
11/07/2012 TD - 16/07/2012 TD -
RR 26 x/menit RR 28 x/menit
NADI 95 x/menit NADI 96 x/menit
SUHU 360C SUHU 36.0C

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, kondisi klinis pasien

mengalami perubahan terutama pada Respirasi (RR) pasien yang

kini sudah terapi mengalami peningkatan yaitu 28x/menit. Demikian

juga dengan suhu pasien tetapi nadi pasien mengalami peningkatan.

e. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

7
Tgl pemeriksaan Parameter Hasil Kategori
11 juli 2012 Glukosa 1000,0 mg/dl Tinggi

14 juli 2012 Glukosa : Pagi 126 mg/dl Normal


: Sore - -
15 juli 2012 Glukosa : Pagi 318 mg/dl Tinggi
: sore 460 mg/dl Tinggi
16 juli 2012 Glukosa : pagi - -
: sore 426 mg/dl Tinggi

Dari hasil pantauan kadar glukosa darah tidak mengalami

perubahan yang berarti dimana pasien masih memiliki kadar

glukosa yang cukup tinggi atau diatas batas normal, dengan

pemberian injeksi insulin dengan dosis yang berbeda yaitu pagi 12

IU dan sore yaitu 10 IU.

8
f. Diatery
1. Dietary / Makanan

a. Intake Makanan dan Memperhatikan Sisa Makanan.

Tingkat Konsumsi Zat Gizi Selama Terapi

Energi Protein Lemak KH


Tanggal
(kkl) (gr) (gr) (gr)

14 Juli 2012 1714 55.4 48.5 266.2

15 Juli 2012 1715 52,4 46.5 268,5

16 Juli 2012 1708 51.4 47.9 269.6

Jumlah 5137 159.2 142.9 804.3

Rata-rata 1712 53.06 47.63 268.1

Kebutuhan 1710 53.43 47.5 267.2

Persentase
100.1 99.30 100,2 100.3
asupan (%)

Tingkat
Baik Baik Baik Baik
kategori

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan terapi

makanan selama 3 hari kepada pasien yang telah dirata-

ratakan, maka tingkat konsumsi pasien :

Pada hari I terapi: Pasien mampu menghabiskan

makanan yang diberikan karena pasien tidak mengalami

gangguan pencernaan sehingga asupan energi dan zat gizi

yaitu 1714 kkal, protein 55.4 gram, lemak 48,5 karbohidrat

266.2 kkl.

9
Pada hari II terapi: pasien masih mampu menghabiskan

makanannya dengan baik yaitu untuk zat gizi yaitu energi 1715

kkal, protein 52,4 gram, lemak 46.5 gram, dan karbohidrat 268,5

gram.

Pada hari III terapi: asupan pasien terus membaik dan

mampu menghabiskan makanan dengan jumlah tingkat konsumsi

yaitu dengan asupan energi 1708 kkal, protein 51.4 gram, lemak

47.9 gram, karbohidrat 269.6 gram.

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan terapi makanan

selama tiga hari kepada pasein di rumah sakit yang telah dirata

ratakan bahwa tingkat konsumsi pasien tergolong baik bila,

dibandingkan dengan tingkat penerimaan pasien sebelum terapi,

rata rata asupan selama intervensi terjadi peningkatan. Hal ini

disebabkan karena selama terapi pasien mendapat konsultasi serta

edukasi tentang bahan makanan yang boleh dikonsumsi sehingga

pasien tidak takut untuk mengkonsumsi makanan. .persentase

diatas diklasifikasi sebagai berikut:

baik : > 80%

kurang : 80%

10
2. Evaluasi
a. Antropometri
Tidak ada perubahan status gizi pada pasien

b. Biokimia
Biokim Terdapat pemeriksaan ulang, sehingga untuk
pemeriksaan biokimia bisa dievaluasi

Parameter Sebelum terapi Saat terapi


11 juli 2012 16 juli 2012
PH 7,00 7,00
Protein 25,0 mg/dl 25,0 mg/dl
Glukosa 1000,0 mg/dl 426 mg/dl
Ketone 5,00 mg/dl Negative
Bilirubin 5,00 mg/dl 5,00 mg/dl
RBC 7,0(x106/ul -
HGB 19,20 g/dl -
HCT 59,40 % -
Sendimen
urine :
- Lekosit Banyak/lp Banyak/lp
- Eritrosit 4-6 / Lp -

Dari data diatas perbandingan pemeriksaan biokimia


sebelum terapi dengan sesudah terapi terdapat perubahan yang
cukup signifikan terutama pemeriksaan kadar glukosa darah yaitu
sebelum Terapi 1000,0 mg/dl dan setelah menjalani terapi terjadi
penurunan yaitu 426 Mg/dl, Hal ini disebabkan karena selama
terapi pasien mendapatkan diit sesuai dengan kebutuhan serta
penyuluhan tentang bahan makanan yang boleh serta yang harus
dibatasi untuk dikonsumsi sehingga pasien tidak takut untuk
mengkonsumsi bahan makanan.

11
c. Fisik
PEMERIKSAAN
SEBELUM TERAPI SESUDAH TERAPI
12 JULI 2012 17 JULI 2012

Badan lemas, Ku : Badan lemas, Ku :


lemah, kesadaran sedikit membaik,
compomentis kesadaran
compomentis

Hasil evaluasi pasien selama terapi tidak terdapat perubahan


yaitu Badan lemas, Ku : lemah, serta kesadaran compomentis

d. Klinis
Sebelum Terapi Saat Terapi
Pemeriksaan
11 juli 2012 16 juli 2012
TD - -
RR 26 x/menit 28x/menit
NADI 95x/menit 96x/menit
SUHU 360C 36,90C

Hal ini disebabkan Karena Sel lemak dipecah dan


menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun
yang bisa menyebabkan darah menjadi asam
(ketoasidosis).Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah
rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah
dan nyeri perut. Respirasi atau Pernafasan menjadi dalam dan
cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman
darah

e. Diatery
Dari hasil evaluasi terhadap pasien, didapat Tingkat
Penerimaan makan Pasien untuk energy protein, lemak dan
karbohidrat sudah baik karena sudah mencapai > 80%

12
BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat

disebabkan berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya

hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan

kerja dari insulin, atau keduanya. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1

lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat

kerusakan sel -pankreas yang didasari proses autoimun. Istilah

diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang

berarti sypon menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan

mellitus berasal dari kata meli yang berarti madu.

Diabetes mellitus yang paling sering terjadi pada anak adalah

DM tipe 1, di mana terjadi kekurangan insulin absolut dalam tubuh

akibat rusaknya sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun (suatu

keadaan di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan

sehingga menggangap sel tubuh/ pankreas sebagai benda asing dan

menghancurkannya). Kerusakan pankreas yang terjadi pada umumnya

baru menimbulkan gejala setelah kerusakan sel-sel pancreas

mencapai 90% atau lebih. (Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K)

2. Penyebab

Secara garis besar, ada dua faktor yang dapat menyebabkan DM

tipe 1 pada anak, yaitu faktor genetik (kerusakan gen dalam tubuh

anak tersebut) dan faktor lingkungan.Kerentanan seorang anak untuk

mengalami DM tipe 1 berhubungan dengan kerusakan gen. Penelitian

13
menunjukkan ada lebih dari 40 lokus gen yang memiliki hubungan

dengan terjadinya DM tipe 1. Faktor lingkungan berperan sebagai

pencetus dimulainya kerusakan atau penghancuran sel pankreas.

Faktor ini dapat berupa zat kimia atau infeksi virus, walaupun hingga

saat ini belum diketahui dengan pasti. Proses ini biasanya terjadi

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala. ( Dr.

Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K)

3. Gejala KAD

Gejala umum seorang anak mengalami diabetes tipe 1 adalah

sama dengan gejala DM pada orang dewasa. Anak menjadi sering

buang air kecil (terutama malam hari) atau mengompol, sering haus,

sering lapar, dan berat badannya turun. Gejala lainnya dapat pula

berupa kesemutan, sering merasa lemas, luka yang sukar sembuh,

atau pandangan kabur. Tidak jarang pula anak baru diketahui

menyandang DM tipe 1 pada kondisi yang sudah berat, yang dikenal

dengan ketoasidosis diabetikum.

Hal ini terjadi akibat ingginya kadar gula darah disertai

kurangnya jumlah insulin tubuh, sehingga terbentuk zat keton (bersifat

asam) yang kemudian meracuni darah anak. Gejala-gejala yang harus

diwaspadai bahwa anak mengalami ketoasidosis adalah sesak napas,

mual, muntah, sakit perut, atau pun pingsan. Seringkali gejala-gejala

ini disalahartikan oleh orangtua maupun tenaga kesehatan (dokter)

sebagai penyakit usus buntu, infeksi, dan lain sebagainya. Kelalaian ini

bahkan dapat menyebabkan kematian. ( Dr. Aman Bhakti Pulungan,

Sp.A (K)

14
4. Cara Penanganan

Ada empat pilar dalam penanganan DM tipe 1 pada anak, yaitu

penyuntikan insulin, pemantauan gula darah, pengaturan makan dan

olahraga, serta edukasi. Oleh sebab itu, penanganan DM tipe 1 pada

anak memerlukan pendekatan yang menyeluruh (holistik) dari tim

tenaga kesehatan yang terdiri atas ahli endokrin anak, ahli gizi,

psikiater/psikolog, dan edukator. Penyuntikan insulin mutlak dilakukan

karena dasar penyebab DM tipe 1 adalah tidak adanya insulin yang

dihasilkan dalam tubuh. Satu-satunya cara pemberian insulin yang

terbukti efektif hingga saat ini adalah melalui suntikan di bawah kulit.

Pemantauan gula darah harus dilakukan setiap hari untuk

mengetahui cukup tidaknya dosis insulin yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan tubuh anak. Pengaturan makan harus diperhatikan,

mengingat anak merupakan individu yang sedang dalam tahap tumbuh

dan berkembangsuatu tahapan penting yang memerlukan sumber

energi yang baiktentunya dari makanan yang bergizi lengkap dan

seimbang. Sedangkan olahraga penting dilakukan untuk menjaga

kebugaran tubuh anak, di samping juga dapat menurunkan kebutuhan

insulin serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.

Edukasi sangat besar pengaruhnya bagi tercapainya kontrol penyakit

yang baik. Dengan meningkatnya pengetahuan orangtua (dan anak)

mengenai penyakitnya, diharapkan kepatuhan dalam melaksanakan

pilar-pilar penanganan DM tipe 1 pada anak dapat ditingkatkan. ( Dr.

Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K)

15
5. Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis

Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki


keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi

Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi,


dll, stabilisasi penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan
penyuluhan kepada penyandang DM/keluarga mengenai pentignya
pemantauan penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa
darah, urin, pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan
diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan

Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan


status metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya
komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai
dalam penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya,
yaitu diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

2. Mengalami perkembangan emosional yang normal

3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah


serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia

4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi


dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada

5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga,


maupun oleh lingkungan

16
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1 dalam
keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat
berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta
mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang
DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :
1. Pemberian insulin
2. Penatalaksanaan dietetik
3. Latihan jasmani
4. Edukasi
5. Home monitoring (pemantauan mandiri )

17
BAB VII
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara, pasien datang keruang Pudak


(anak) Kamar VI bed 2 pada tanggal 10 juli 2012 dikarenakan
berdasarkan hasil pemeriksaan Klinis : Tekanan Darah 110/60 mmHg,
Respirasi 26 x/menit, Nadi 90 x/menit, Suhu 360C dan dari diagnosa
medis pasien menderita KAD dengan suspek infeksi saluran kemih,
dengan kadar Glukosa tinggi 1000 mg/dl, RBC tinggi yaitu 7,02 u/l dan
HCT tinggi yaitu 59,40 %.
Berdasarkan hasil skrining gizi yang telah dilakukan diketahui
bahwa pasien pernah mengalami masalah penurunan berat badan 2
minggu terakhir , pasien tidak mengalami ganguan pencernaan (mual,
muntah dan diare ).Pengkajian status gizi pasien dilakukan dengan
menggunakan CDC yang menujukan pasien memiliki status gizi Baik
(normal). Selama di rumah pasien tidak memiliki pantangan makan.
Selama proses terapi kadar glukosa pasien tidak mengalami
perubahan yang signifikan hal ini sesuai dengan teori (Dr. Aman Bhakti
Pulungan, Sp.A (K) bahwa penyebab DM tipe I ada 2 faktor yaitu faktor
kerusakan gen dan paktor lingkungan yaitu kimia dan infeksi oleh
virus.pasien mengalami suspek infeksi saluran kemih, sehingga
mempengaruhi fungsi dari pancreas sebagai penghasil hormon insulin.
Kebutuhan zat gizi pasien selama di Rumah Sakit yaitu Energi
1710 kkal, Protein 53,43 gr, Lemak 47,5 gr, KH 267,2 gr. Pemberian
terapi diet ini berdasarkan penyakit dan kebutuhan pasien, diharapkan
dengan pemberian diet/terapi ini pasien dapat mempertahan kan status
gizi baik (normal).
Tingkat konsumsi zat gizi pasien saat berada dirumah yaitu
Energi 98,83%, Protein 93,39%, lemak 94,31% dan Karbohidrat 84,81%
dan dikategorikan Baik.
Dari hasil analisis terhadap konsumsi pasien dirumah sakit yang
dinilai dengan metode Comstock diketahui bahwa tingkat penerimaan
pasien berdasarkan standar rumah sakit tergolong Baik yaitu energi
100.1 %, Protein 99.30 %, Lemak 100,2%, dan karbohidrat 100.3 %.
18
Selain diberikan terapi diet, pelayanan gizi ruangan rawat inap

juga memberikan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk menanamkan

dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku positif baik dari

pasien maupun dari keluarga pasien. Pada kasus ini konsltasi yang

diberikan mengenai DM tipe satu ,Makanan yang diberikan beragam,

berimbang, dan bergizi dan pemberian terapi diet 1710 kkal, untuk

menyeimbangkan kadar gula darah dan memperbaiki jaringan tubuh

yang rusak sekaligus memulihkan sistim imun pasien.

19
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pasien terdiagnosis KAD + suspek Saluran kemih.
2. Status gizi pasien pada awal dan akhir terapi adalah 100% (waterlow,
2009) status Gizi Normal (Baik)
3. Anamnesa zat gizi pasien sebelum masuk rumah sakit tergolong baik.
4. Kadar glukosa darah pasien saat masuk rumah sakit 1000 mg/dl dan
sesudah terapi 426 mg/dl.
5. Diet yang diberikan selama intervensi adalah diet DM tipe I, sesuai
dengan kebutuhan 1710 kkal, diberikan secara oral dalam bentuk
makanan biasa (nasi) selama intervensi awal dan akhir .
6. Persentase tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan KH selama di
rumah sakit termasuk baik.

B. Saran
1. Pasien diharapkan dapat melanjutkan pengaturan makan dirumah
sesuai dengan diet yang diberikan selama di rumah sakit.
2. Dukungan penuh dari keluarga sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan dari pasien dan motivasi untuk sembuh.
3. Kerja sama antar tim kesehatan sangat dibutuhkan Karena

Penanganan Dm Tipe 1 Pada Anak Memerlukan Pendekatan Yang

Menyeluruh (Holistik) Dari Tim Tenaga Kesehatan Yang Terdiri Atas Ahli

Endokrin Anak, Ahli Gizi,/Psikolog, Dan Edukator Agar penyembuhan

pasien semua proses kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan


baik sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.

Daftar pustaka

20
1. Almatsier Sunita. 1999. Penuntun diit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2. Julistio TB Djais. 2001. Buku Dietary and Clinical Assesment : Krauses Food,
Nutrition & Diet Therapy.
3. Soeparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Edisi II. Penerbit Balai FK UI.
Jakarta.
4. Hakim Zain.L. 2000. Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus.
5. Joan Brookhyser, Eating a Vegetarian Diet While Living with Kidney Disease.
Vegetarian Journal 2004.
6. Nutrition and Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation, 1998-
2006. www.kidney.org

21

Anda mungkin juga menyukai