Qadha dan qadar akan berpengaruh terhadap sikap hidup manusia itu sendiri.
Masalah qadha dan
qadar dapat disatukan menjadi masalah taqdir. Pola pikir orang Muslim yang benar benar mempelajari islam dapat meletakkan konsep takdir yang menuntu perannya dalam menentukan masa depan hidupnya. Qadha artinya ketetapan, sedangkan qadar artinya batasan, ukuran. Kata ukuran ditujukan untuk ciptaan-Nya yang relative terbatas yang mana menjadi perbedaan terpenting antara Allah yang mutlak tak terbatas. Demi kebesaran Allah, kita patut bersyukur dengan diciptakannya makhluk sesuai keterbatasannya masing masing yang bermanfaat bagi manusia sendiri, menjadi selaras dan seimbang maka semua berjalan dengan sempurna Qs Al ala [87] :1-3 Qs Al-Qamar [54]: 49 Takdir adalah hukum ketetapan. Perpaduan antara qadha dan qadar melahirkan takdir yang mana setiap kejadiannya sudah ada ketetapan atau takdirnya. Tidak ada manusia yang dapat mengubah takdir tersebut. Takdir bisa diubah, namun sebenarnya bukan takdir yang diubah malah posisi manusianya. Inilah yang dimaksud perubahan nasib. Kita ikhtiar dan berbuat sesuatu, demikian itu takdirnya ikhtiar kita yang tidak dapat dipertentangkan. QS An Nur[24]: 38 Manusia diberi kemampuan untuk memilih takdir. Kemampuan memilih itu sendiri sudah taqdir Allah. Takdir yang kita pilih akan sesuai dengan jalan menuju takdir tersebut. Kemudian jika takdir itu sudah jelas nyata menimpa kepada diri kita, maka itulah yang disebut nasib kita. Dari jalan takdir yang lain, kita akan memperoleh nasib yang lain pula QS Al Nur[24]: 46 QS Al Ankabut[29] : 69 Allah telah menunjukkan dua jalan, yaitu ada jalan baik dan buruk. Manusia mempunyai akal yang mana berbeda beda dalam mengasah akalnya. Allah hanya akan membalas sesuai dengan apa yang dikerjakan manusia dengan sebaik baiknya QS An Nahl[16]: 97 Sebab, jika Allah berkehandak semuanya baik, bisa saja tetapi itu tidak mungkin, dan tidak akan bermakna apa apa yang disebut surga dan neraka. QS AL Araf[7]: 147 Maka dari kita penting untuk memaknai qadha dan qadar secara benar dan tepat. Tidak ada sebenarnya pembagian takdir menjadi takdir mualaq dan mubram. Itu hanya untuk mereka yang tidak bisa membedakan antara takdir dan nasib