Anda di halaman 1dari 90

DEPARTEMEN

PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL DASAR
04
Konsultan dan Pemda

Pemberdayaan
Masyarakat

PNPM Mandiri Perkotaan


Modul 1 Pemberdayaan Sejati 1

Kegiatan 1 Diskusi Keberdayaan Hewani 2

Kegiatan 2 Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia 3

Kegiatan 3 Diskusi Kelompok: Kualitas Manusia Sejati 4

Modul 2 Pemberdayaan Perempuan dan Laki-laki 25

Kegiatan 1 Diskusi Pemberdayaan Laki-Laki dan Perempuan 26

Modul 3 Kepemimpinan Masyarakat Manusia 36

Kegiatan 1 Diskusi Pemimpin versus Pemimpin 37

Kegiatan 2 Menggambar Bersama Pemimpin Masyarakat Manusia 39

Kegiatan 3 Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya 40


terhadap pemberdayaan masyarakat

Modul 4 Pengorganisasian Masyarakat 58

Kegiatan 1 Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat 59

Kegiatan 2 Diskusi Alasan Masyarakat Berorganisasi 60

Kegiatan 3 Diskusi Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi 60

Kegiatan 4 Ceramah Dan Diskusi Organisasi Masyarakat Warga 61


Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
memulihkan atau meningkatkan keberdayaan suatu komunitas agar
mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam
melaksanakan hak hak dan tanggung jawab mereka sebagai komunitas
manusia dan warga negara. Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat
adalah pulihnya nilai nilai manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagai pribadi yang unik, merdeka dan mandiri. (1) unik dalam konteks
kemajemukan manusia;(2)merdeka dari segala belenggu internal maupun
eksternal termasuk belenggu keduniawian dan kemiskinan (3) mandiri
untuk mampu menjadi programer bagi dirinya dan bertangung jawab
terhadap diri sendiri dan sesama.
Manusia yang berdaya adalah manusia yang mampu menjalankan harkat
martabatnya sebagai manusia, merdeka dalam bertindak sebagai
manusia dengan didasari akal sehat serta hati nurani. Artinya manusia
tidak harus terbelenggu oleh lingkungan, akan tetapi semata mata
menjadikan nilai nilai luhur kemanusiaan sebagai kontrol terhadap sikap
perilakunya. Manusia dikaruniai hati nurani, sehingga mempunyai sifat
sifat baik dalam dirinya sesuai dengan fitrahnya.
Wujud dari keberdayaan sejati adalah kepedulian, kejujuran, bertindak adil,
tidak mementingkan diri sendiri dan sifat sifat baik lainnya. Manusia
manusia berdaya tidak akan merusak dan merugikan orang lain tetapi
memberikan cinta kasih yang ada dalam dirinya kepada orang lain dengan
tulus sehingga hidupnya bermakna bagi dirinya dan memberikan manfaat
bagi lingkungan. Terciptanya komunitas yang berdaya seperti inilah yang
akan bisa menanggulangi kemiskinan yang diakibatkan oleh lunturnya nilai
nilai kemanusiaan.
Pemberdayaan komunitas, dipengaruhi oleh tauladan tauladan dari
tindakan (perilaku) pemimpinnya. Karakter pemimpin yang mencerminkan
sifat sifat kebaikan akan mempercepat proses perubahan di masyarakat.
Pemimpin pemimpin seperti ini akan menjamin warganya untuk
mendapatkan keadilan, tidak mementingkan diri sendiri tetapi bekerja untuk
sesama, semata mata sebagai wujud dari tanggung jawabnya sebagai
manusia.
Sebagai langkah awal proses penyadaran kritis untuk pemberdayaan
komunitas di atas, dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat supaya
masyarakat sadar akan kondisi dan potensinya dan pada akhirnya dapat
maju bersama sehingga tercipta masyarakat berorganisasi dengan
landasan nilai nilai kemanusiaan.

i
Modul 1
Topik: Pemberdayaan Sejati

Peserta memahami dan menyadari:


1. Makna hakiki pemberdayaan sejati
2. Mampu merumuskan makna pemberdayaan sejati

Kegiatan 1: Diskusi keberdayaan hewani


Kegiatan 2: Diskusi menemukan makna hakiki pemberdayaan manusia
Kegiatan 3: Diskusi kualitas manusia sejati

4 Jpl (180 )

Bahan Bacaan:
Kumpulan Berbagai Bahan
Pembangunan Manusia

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

1
Diskusi Keberdayaan Hewani
1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul:
Pemberdayaan Sejati yang terdiri dari 2 Kegiatan Belajar yaitu:
Kegiatan 1: Diskusi Keberdayaan Hewani
Kegiatan 2: Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia, dan yang ingin dicapai
melalui Modul ini yaitu:
Peserta memahami makna hakiki pemberdayaan sejati (manusiawi)
Peserta mampu merumuskan konsep pemberdayaan sejati (manusiawi)
Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai Modul ini dengan Kegiatan 1:
Diskusi Keberdayaan Hewani.
2) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang, kemudian mintalah
kelompok mengerjakan tugas tersebut di bawah ini setelah membacanya dengan cermat
Gunakan LK-Pemberdayaan Sejati-1

2
Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan
Manusia
1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Kegiatan 2:
Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia dan uraikan juga tujuan yang akan
dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu:
Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri:
Makna hakiki pemberdayaan manusia.
Konsep pemberdayaan sejati.
2) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang,
kemudian mintalah tiap kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan panduan dalam
LK 2 -Pemberdayaan Sejati
3) Setelah diskusi selesai kemudian bahaslah dalam pleno kelas, berikan pencerahan (bisa dengan
menggunakan media bantu tabel di bawah ini).

Binatang bertindak digerakkan oleh insting, mereka tidak bisa memilih dengan bebas apa
tindakan yang akan diambil. Tidak seperti binatang, manusia mempunyai akal sehat, hati
nurani, dan pilihan bebas. Oleh karena itu manusia mempunyai pilihan bebas untuk
melakukan tindakan, mau menjadi baik atau buruk perilaku manusia adalah merupakan
pilihan. Akan tetapi karena manusia mempunyai akal sehat dan hati nurani, maka manusia
dalam bertindak seharusnya dikendalikan oleh akal sehat dan hati nuraninya. Manusia yang
menggunakan hati nurani dan akal sehatnya, tentu dipenuhi oleh sifat-sifat kebaikan, sesuai
dengan harkat martabatnya sebagai manusia yang merdeka.
Pemberdayaan sejati berhubungan dengan kemerdekaan, manusia yang merdeka adalah
manusia yang mampu mengejawantahan hati nuraninya dalam sikap perilaku sehari - hari.
Manusia yang berdaya adalah manusia pemberi, yaitu manusia yang mampu dengan ikhlas
memberikan apa yang dipunyai oleh dia untuk orang lain. Apa yang diberikan bukan hanya
harta benda tetapi bisa dalam bentuk perhatian (kepedulian), waktu, pemikiran dan
sebagainya. Jiwa dan semangat ini sebenarnya dipunyai oleh setiap manusia, karena
manusia dianugrahi hati nurani yang di dalamnya ada cinta, sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Bukankah setiap manusia mempunyai kemampuan untuk
mencintai? Mencintai artinya ikhlas untuk memberikan apa yang kita miliki tanpa pamrih
apapun.
Bukankah dengan memberikan cinta kasih pada sesama inilah, kita berguna dan
menemukan makna hakiki dari hidup kita. Untuk menjalani hidup kita bisa memilih:
Menjadi manusia yang terus menerus mengambil dari lingkungan kita, sehingga
keberadaan kita merusak lingkungan (biasanya ini manusia yang serakah) atau
Menjadi manusia yang memberi dan mengambil dari lingkungannya karena tidak mau rugi,
padahal keberadaannya jadi tidak berarti apa-apa bagi lingkungan.
Menjadi manusia yang mampu memberi kepada lingkungan dengan tidak memikirkan
apakah akan mendapatkan keuntungan dari lingkungannya, sehingga hidupnya bermakna
bagi orang lain. Manusia yang dalam berperilaku tidak dikontrol oleh lingkungan akan
tetapi sikap dan perilakunya adalah merupakan pillihan bebas yang hanya dikontrol oleh
akal sehat dan hati nurani. Oleh karena itu manusia yang berdaya hanya akan

3
menggunakan semua waktu, tenaga, kecerdasan dan apa yang dia miliki sebagai wujud
cinta kasih kepada Sang Pencipta.

Diskusi Kelompok: Kualitas Manusia Sejati


1) Ajaklah peserta untuk mempulai kegiatan 3 dalam modul ini, yaitu membahas manusia yang
berdaya sejati.
2) Ingatkan kembali kepada peserta, berdasarkan kepada hasil pembahasan dalam kegiatan 1 dan
2: Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memberi dan peduli kepada manusia
lainnya. Artinya manusia berperan sebagai manusia apabila dia mempunyai manfaat bagi
kesejahteran lingkungannya. Manusia akan memberikan lebih banyak manfaat kepada
lingkungan apabila dia juga mempunyai kapasitas (ilmu, keahlian, kekayaan materi, tenaga ,
dsb) yang bisa diberikan kepada lingkungannya.
3) Gambarlah diagram di bawah ini untuk memberikan penjelasan kepada peserta:

Perilaku Baik
Manusia yang mempunyai sifat Manusia yang mempunyai sifat
sifat baik, dan mempunyai sifat baik, dan kapasitas tinggi
kapasitas rendah, kebaikannya akan menggunakan seluruh
hanya akan berguna bagi kemampuannya untuk
dirinya. Kalaupun bermanfaat kepentingan sesama.
bagi lingkungan tidak akan Manusia ini yang paling
terlalu besar bermanfaat bagi sesama

Kapasitas Rendah Kapasitas Tinggi

Manusia yang mempunyai sifat Manusia yang mempunyai


sifat buruk dan kapasitas rendah, kapasitas tinggi, akan tetapi
tidak akan berguna bagi berperilaku buruk, akan menjadi
lingkungannya bahkan licik dan merusak bagi
mungkin untuk dirinya. lingkungan. Manusia seperti ini
sangat berbahaya
Perilaku Buruk

Manusia yang paling berdaya adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang tinggi
dan menggunakan kapasitasnya untuk kepentingan umat manusia. (perilaku baik, dan
kapasitas tinggi). Manusia seperti inilah yang disebut dengan manusia berkualitas
(mempunyai kualitas manusia sejati)

4
4) Bantulah peserta untuk memetakan kembali posisi Si A, B, C, D dan E dalam garis keberdayaan
yang sudah mereka diskusikan. Bantu dengan pertanyaan: siapa sebetulnya yang paling
memberikan manfaat bagi masyarakat di Make-Muke?

Jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut:

F&A E B

(-) 5 (-) 0 C&D (+) 5

5) Mintalah peserta untuk merenungkan akan menjadi manusia seperti apakah kita? Dan apa yang
harus kita lakukan dalam mendorong pemberdayaan di masyarakat?

Memberdayakan masyarakat artinya mendorong peningkatan kualitas kemanusiaan


masyarakat yaitu menggunakan sifat-sifat kemanusiaannya dan meningkatkan kapasitas
mereka.
Mendorong masyarakat untuk menggunakan sifat kemanusiaannya dengan cara:
mendorong kepedulian untuk saling menolong di antara warga masyarakat; mendorong
masyarakat untuk menyumbangkan tenaga waktu dan pikirannya bagi penangggulangan
kemiskinan dan sebagainya. Meningkatkan kapasitas masyarakat dengan cara:
meningkatkan pendidikan masyarakat melalui pendidikan formal, pelatihan, memberikan
akses informasi, melibatkan masyarakat dalam diskusi-diskusi; meningkatkan
keterampilan warga masyarakat; memberikan santunan kepada warga yang benar-benar
tidak mampu; meningkatkan kesehatan masyarakat , mengurangi pengangguran dan
sebagainya.
Melibatkan masyarakat dalam proses penanggulangan kemiskinan mulai dari refleksi
kemiskinan, pemetaan swadaya, pemilihan BKM/LKM, penyusunan PJM pronangkis,
terlibat di KSM, monitoring evaluasi kegiatan.

5
LK-Pemberdayaan Sejati-1
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan diskusi
Keberdayaan Hewani

1) Peserta terbagi dalam kelompok kecil 5 s/d 7 orang dan tiap kelompok mengerjakan tugas
seperti tersebut di bawah ini setelah membacanya dengan seksama

Bacaan 1
Di sebuah kota, dalam kegiatan penggerebekan rumah-rumah yang memelihara
binatang yang hampir punah, ditemukan seekor orangutan yang tak berdaya dengan
tatapan matanya yang layu. Melihat hal itu seorang petugas pemerintah yang sangat
peduli segera mengirimkan orangutan itu ke tempat rehabilitasi orangutan di
Tanjungputing, Kalimantan.
Di dalam pusat rehabiltasi orangutan inilah orangutan yang tak berdaya itu
diberdayakan. Di sana orangutan akan mendapat latihan untuk mempertahankan
hidup seperti, mencari makan, menjaga, dan melindungi hak-hak hidupnya, dsb.
Oleh pedulinya yang mendalam terhadap pelestarian binatang langka, enam bulan
kemudian petugas pemerintah yang mengirim si orangutan, memutuskan untuk melihat
nasib binatang yang malang dan tak berdaya itu... Sesampainya di tanjungputing, dia
menemukan kandang sudah kosong. Pegawai di sana mengatakan bahwa si orangutan
sudah dilepas dalam hutan karena memang sudah menjadi orangutan yang berdaya
(orangutan sejati).
Demikianlah, bersama pegawai pusat rehabilitasi, mereka masuk ke hutan dan memang
benar-benar menemukan seekor orangutan yang sungguh sangat berdaya.

Tugas
Diskusikan dalam kelompok jawaban pertanyaan tersebut di bawah ini:
a) Kondisi orang utan seperti apakah yang dia lihat setelah dia kembali
enam bulan kemudian?
b) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu mendapatkan dan
mempertahankan hak-haknya?
c) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu secara
mandiri mencari makan?
d) Apakah motivasi utama orang utan yang berdaya untuk berpindah dari satu
wilayah ke wilayah yang lain?
e) Dalam sebuah musim kemarau hanya ada satu pohon yang berbuah dan lainnya tak
berbuah. Sedangkan ada 10 orang hutan disana? Apakah saja yang dapat dilakukan
orang utan yang berdaya ini? Apa saja pilihannya?
f) Musim kemarau panjang telah menyebabkan sebagian hutan mulai gundul. Apa yang
secara sadar dan kritis dapat dilakukan oleh sang orang utan yang sangat berdaya ini
dalam memperbaiki lingkungannya?

6
g) Jadi apa saja yang dapat dilakukan oleh orang utan yang berdaya
sepanjang hidupnya? Coba rinci!!!
h) Kalau demikian apakah tujuan utama pemberdayaan orang utan?
i) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan orang utan (keberdayaan hewani)?
2) Peserta tetap dalam kelompok masing-masing dan tiap kelompok mengerjakan
tugas seperti tersebut di bawah ini setelah membacanya dengan seksama

Bacaan 2
Di sebuah desa yang bernama Make-Muke (Maju Kena Mundur Kena), yang berpenduduk
500 orang, terletak berdekatan dengan wilayah hutan, hiduplah suatu masyarakat manusia
yang sedang mengalami kemarau panjang juga. Mengingat jumlah beras yang terbatas
maka si A seorang cendekiawan dan pengusaha kaya segera saja membeli separuh
persediaan beras yang ada karena dia tidak ingin dirinya dan anggota keluarganya
kelaparan. Malah si A melihat paceklik ini peluang sehingga kemudian dia membeli lagi beras
dlm jumlah besar untuk dijual kembali dengan harga yang menguntungkan.
Si B yang tidak sekaya si A, berpendidikan tinggi dan sangat peduli dengan kaum miskin,
secara sadar memutuskan membeli juga beras dalam jumlah besar untuk dibagi-bagikannya
ke keluarga miskin di desanya dan sisanya sedikit disimpan untuk keluarganya. Disamping
itu si B juga mengorganisasikan berbagai unsur masyarakat desa untuk bersama-sama
membangun saluran air dari sumber air yg memang tak jauh dari desa tersebut sehingga
kemarau panjang ini dapat diatasi dgn sistem irigasi sederhana gagasannya.
Si C dan istri tercintanya si D adalah warga yang kurang mampu dan hanya sanggup
membeli kg per hari. Pada saat sedang masak mereka mendengar anak tetangganya
(keluarga E) menangis karena lapar. Keluarga E ini memang memiliki banyak anak dan
sangat miskin. Hatinya tergerak oleh suara tangisan tersebut maka mereka putuskan untuk
memberikan separuh nasi mereka yang hanya sedikit tersebut tiap hari kepada tetangganya
meskipun mereka harus menahan lapar karena menolong keluarga E.
Sementara itu si F, yang tinggal tak jauh dari si C dan D, adalah ahli kunci yang handal.
Sayangnya keahliannya tersebut dia gunakan untuk membongkar toko si A, dan mencuri
beras.
Kemudian datang berita ada P2KP. Seorang fasiltator (beneran) bersama pak Lurah
mengundang masyarakat dalam suatu pertemuan awal. Si A, B, C dan D diundang dalam
pertemuan ini. A yang sehat, si B yang sehat dan banyak ide dan si C & D yang lemah. Di
ujung lain duduk Bapak E.
Mendengar cerita dari warga masyarakat dalam menyikapi musim kemarau panjang, sang
fasiltator termenung di malam hari: siapakah sesungguh manusia yang paling berdaya disini
A, B, C, D, E atau malah F? Siapakah yang tak berdaya? Kalau diurut dari yang paling
berdaya ke yang paling tidak berdaya bagaimanakah urutannya? Dia teringat seluruh teori
pemberdayaan yang dipelajari dalam training baru-baru ini (menurut versi Prof ini dan itu,
Dr. ini dan itu, Mr ini dan itu, Bapak ini dan Ibu itu, Lembaga ini dan itu, filsuf ini dan itu).
Sungguh sulit menemukan jawabannya karena urutannya jadi beda-beda?

Tugas:
Coba diskusikan dalam kelompok. Gunakah semua kejernihan akal dan nurani Anda.
a) Bantulah sang fasilitator menemukan jawaban atas pertanyaan yang
membingungkan tersebut?

7
b) Bantulah dia menentukan urutannya, bila nilai 1 s/d 5 adalah untuk yg merugikan
masyarakat dan dunia sedangkan nilai 0 untuk yang tak berbuat apa-apa dan nilai +1 s/d
+5 untuk bermanfaat bagi masyarakat, dunia dan diri sendiri
c) Apa beda berdayanya si A tersebut dengan orang utan yang berdaya?
d) Jadi apakah ciri-ciri manusia yang berdaya?
e) Apakah ciri-ciri manusia yang berdaya tersebut dipunyai oleh laki-laki atau perempuan?
f) Kalau demikian apa saja yang dapat dilakukan oleh manusia yang berdaya sepanjang
hidupnya? Coba rinci!!!
g) Jadi apakah tujuan utama pemberdayaan manusia?
h) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan manusia (keberdayaan manusiawi)?

8
LK-Pemberdayaan Sejati-2
Pertanyaan dan tugas yang terkait dgn diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia
1) Peserta terbagi dalam kelompok kecil 5 s/d 7 orang dan tiap kelompok mengerjakan tugas
seperti tersebut di bawah ini setelah membacanya dengan seksama
Tugas 1
a) Isilah daftar tersebut di bawah, siapakah dari daftar tersebut yang masuk dalam kategori
berikut di bawah ini dari sangat berdaya (+5) sampai dengan sangat tidak berdaya (-5)
menurut pendapat Anda sendiri, dalam konteks pembangunan masyarakat berkelanjutan
(sustainable community development)?
Sangat berdaya: +5
Berdaya: 1
Sangat tidak berdaya: -5
Yang lain berada pada skala +5 s/d 5, Angka 0 diberikan untuk mereka yang kurang
berdaya dan tidak berbuat apa-apa.

No Pernyataan Derajat Alasan Anggapan


Keberdayaan yang Berlaku

1. Bapak B berpendidikan tinggi dan


mencapai kedudukan tinggi dalam
karier serta kaya. Dia tidak mau
membantu pengentasan kemikisnan
karena dia anggap tidak ada gunanya
dari sisi pengembangan karier serta
kurang menguntungkan dari sisi
ekonomi. Yang penting baginya adalah
semua anaknya bisa berpendidikan
tinggi, kaya, serta istrinya bahagia.

2. Bapak B1 berpendidikan tinggi dan


mencapai kedudukan tinggi dalam
karier serta kaya dan mau membantu
pengentasan kemikisnan walaupun hal
itu tidak ada gunanya dari sisi
pengembangan karier serta kurang
menguntungkan dari sisi ekonomi. Istri
dan anaknya juga bahagia.

9
No Pernyataan Derajat Alasan Anggapan
Keberdayaan yang Berlaku

3. Ibu A terampil mempengaruhi semua


pihak melalui cara dan sikap bicaranya
yang lembut, memikat dan sangat
cerdas, untuk menuruti kemauannya
yang sangat kuat dalam menjalankan
misinya mendorong terpilihnya seorang
calon Kepala Desa yang suka KKN.

4. Ibu A1 Seorang yang kurang dapat


mempengaruhi semua pihak karena
keterbatasan bergaul. Dia hanya
mampu mempengaruhi keluarga dan
tetangganya untuk memastikan bahwa
tetangganya ikut mendukung program
penanggulangan kemiskinan yang
sedang berjalan agar tidak terjadi KKN.

5. Ibu A2 seorang yang dapat


mempengaruhi semua pihak melalui
cara dan sikap bicaranya yang memikat
untuk menuruti kemauannya yang
sangat kuat dalam menjalankan misinya
untuk memastikan bahwa semua orang
mendukung program kemiskinan yang
sedang berjalan agar tidak terjadi KKN.

6. Sdr. C sangat ahli didalam ilmu


adminsitrasi negara dan bisa
mempertahankan semua haknya
dengan baik sehingga selalu berhasil
mematahkan segala upaya serangan
terhadapnya. Namun dia tak peduli
terhadap ketidakadilan yang sedang
terjadi di desanya.

7. Sdr. D telah berhasil dalam usahanya


sehingga hampir seluruh toko-toko kecil
dalam kota tidak bisa lagi beroperasi
untuk bersaing dengan toko serba ada
yang telah dibangunnya. Setiap toko
yang bangkrut membuatnya tersenyum.
Katanya hilang lagi satu saingan!!!

8. Sdr. E Saat ini telah lulus dengan nilai


tertinggi dan berkepribadian hangat.
Dia segera ditawari untuk membantu
sebuah perusahaan yang terkenal
dengan KKNnya dengan gaji yang
tinggi, dan dia segera menerimanya.

10
No Pernyataan Derajat Alasan Anggapan
Keberdayaan yang Berlaku

9. Sdr. F seorang yang sangat cerdas dan


terkenal, sebagai pegawai negeri yang
dikenal bededikasi dalam pengabdian
masyarakat, dan hidup cukupan saja.

10. Sdri. G, aktris yg sangat cantik, terkenal


dan berpendidikan serta sering bermain
film yang mencontohkan perilaku-
perilaku tidak manusiawi dan kejam.

11. Bapak H, petani miskin yang selalu


berupaya menutup air yang mengalir ke
sawah orang lain supaya sawahnya
subur terus. Dengan tubuhnya yang
tegap dan tombak di tangan dia
menakuti yang lainnya.

12. Sdr. I seorang petani miskin berbadan


ringkih yang sering gagal panen namun
selalu berupaya menjamin agar semua
sawah mendapat pembagian air yang
adil, meskipun seringkali sawah sendiri
kekurangan air hingga menyebabkan
panen kurang berhasil.

13. Sdr. J seorang petani miskin berbadan


ringkih yang sukses panen dan selalu
berusaha menjamin agar semua sawah
di wilayahnya mendapat pembagian air
yang adil, memang sering sawah dia
tidak mendapat cukup air tetapi dia
berhasil mengefisienkan penggunaan
air, hasil pelatihan yang diikutinya.

14. Sdri. K seorang dosen perguruan tinggi


bidang kesehatan yang bekerja siang
malam untuk menambah jumlah
pendapatannya untuk membeli rumah
di tempat lain karena dia tahu bahwa di
kampungnya ada persoalan kesehatan
akibat air limbah.

15. Sdr. L seorang Sopir Taksi yang bekerja


siang malam untuk menambah jumlah
pendapatannya, meluangkan waktunya
untuk mengatasi persoalan bersama di
kampungnya yaitu persoalan kesehatan
akibat air limbah, sehingga berhasil
membaik.

11
No Pernyataan Derajat Alasan Anggapan
Keberdayaan yang Berlaku

16. Sdri. M seorang dosen perguruan tinggi


bidang kesehatan yang bekerja siang
malam untuk menambah jumlah
pendapatannya untuk beli rumah
ditempat lain, namun meluangkan
waktunya untuk mengatasi persoalan
kesehatan di kampungnya akibat air
limbah sehingga berhasil membaik

17. N, seorang anak yang cerdas di kelas,


dan wajar saja dia tak mau membagi
catatannya kepada yang lain, karena ini
adalah hasil jerih payahnya untuk
mendapatkan nilai yang baik. Tidak adil
bila yang lain tidak mencatat
mendapatkan manfaat dari bukunya
dan jadi pandai dan juga mendapatkan
nilai yang baik.

18. O, seorang anak yang biasa saja di


kelas namun mau membagi catatannya
kepada yang lain. Dia tak peduli apakah
yang lain dapat nilai lebih baik darinya
karena dia senang catatannya jadi
berguna untuk teman-temannya belajar
dan dia juga dapat berlajar.

19. P, seorang anak yang cerdas sekali di


kelas namun mau membagi catatannya
kepada yang lain. Dia tak peduli apakah
yang lain dapat nilai lebih baik darinya
karena dia senang catatannya juga
berguna untuk teman-temannya
belajar.

20. Anda sendiri?

2) Setelah peserta selesai mengerjakan Tugas 1 masih dalam kelompok kecil 5 s/d 7 orang dan
maka tiap kelompok harus mengerjakan Tugas 2 sbt.
Tugas 2
Coba musyawarahkan hasil Anda untuk mencapai kesepakatan kolektif tentang:
a) Apakah ciri-ciri seorang manusia yang berdaya?
b) Jadi apakah inti pemberdayaan manusia itu yang kemudian disebut sebagai
pemberdayaan sejati?

12
Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

13
Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

14
Slide 11 Slide 12

Slide 13 Slide 14

Slide 15 Slide 16

15
Kekayaan Manusia yang Terbesar
(Dari Kebahagiaan yang Membebaskan, Gede Parma)

Bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur cukup,
segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yang terbesar
Seorang sahabat yang mulai kelelahan hidup, pagi bangun, berangkat ke kantor, pulang malam
dalam kelelahan, serta amat jarang bisa merasakan sinar matahari di kulit, kemudian bertanya,
Untuk apa hidup ini? Ada juga orang yang sudah benar-benar telah mengungsi (kecil mengungsi
di rumah orang tua, dewasa mengungsi ke lembaga pernikahan, tua mengungsi di rumah sakit),
dan juga bertanya serupa. Objek sekaligus subjek yang dikejar dalam hidup memang bermacam-
macam. Ada yang mencari kekayaan, ada yang mengejar keterkenalan, ada yang lapar dengan
kekaguman orang, ada yang demikian seriusnya di jalan-jalan spiritual sampai mengorbankan
hampir segala-galanya. Dan tentu saja sudah menjadi hak masing-masing orang untuk memilih
jalur bagi diri sendiri.
Namun yang paling banyak mendapat pengikut adalah mereka yang berjalan atau berlari memburu
kekayaan (luar maupun dalam). Pedagang, pengusaha, pegawai, pejabat, petani, tentara, supir,
penekun spiritual sampai dengan tukang sapu, tidak sedikit kepalanya yang diisi oleh gambar-
gambar hidup agar cepat kaya. Sebagian malah mengambil jalan-jalan pintas.
Yang jelas, pilihan menjadi kaya tentu menjadi sebuah pilihan yang bisa dimengerti. Terutama
dengan kaya materi manusia bisa melakukan lebih banyak hal. Dengan kekayaan di dalam,
manusia bisa berjalan lebih jauh di jalan-jalan kehidupan. Dan soal jalur menjadi kaya mana yang
akan ditempuh, pilihan yang tersedia memang amat melimpah. Dari jualan asuransi, ikut MLM,
memimpin perusahaan, jadi pengusaha sampai dengan jadi pejabat tinggi. Namun, salah seorang
bijak dari Timur pernah menganjurkan sebuah jalan: Contentment is the greatest wealth. Tentu
agak unik kedengarannya terutama di zaman yang serba penuh dengan hiruk-pikuk pencarian
keluar. Menyebut cukup, sebagai kekayaan manusia terbesar, tentu bisa dikira dan dituduh miring.
Ada yang mengira itu menganjurkan kemalasan, ada yang menuduh anti kemajuan, dan tentu saja
tidak dilarang untuk berpikir seperti ini. Cuman, bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah
mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur cukup, segera akan mengerti, memang merasa
cukuplah kekayaan manusia yang terbesar. Bukan merasa cukup kemudian berhenti berusaha dan
bekerja. Sekali lagi bukan. Terutama hidup serta alam memang berputar mellaui hukum-hukum
kerja. Sekaligus memberikan pilihan-pilihan yang mengagumkan, bekerja dan lakukan tugas masing
masing sebaik-baiknya, namun terimalah hasilnya dengan rasa cukup.
Dan ada yang berbeda jauh di dalam sini, ketika tugas dan kerja keras sudah dipeluk dengan
perasaan cukup. Tugasnya berjalan, kerja kerasnya juga berputar. Namun rasa syukurnya
mengagumkan. Sekaligus membukakan pintu bagi perjalanan kehidupan yang penuh dengan
kemesraan. Tidak saja dengan diri sendiri, keluarga, tetangga serta teman. Dengan semua
perwujudan Tuhan manusia mudah terhubung ketika rasa syukurnya mengagumkan. Tidak saja
dalam keramaian manusia menemukan banyak kawan, di hutan yang paling sepi xeklaipun
menemukan banyak teman.
Dalam terang cahaya pemahaman seperti ini, rupanya merasa cukup jauh dari lebih sekedar
memaksa diri agar lebih damai. Awalnya, apapun memang diikuti keterpaksaan. Namun begitu
merasa cukup nyaman ke sarang laba-laba kehidupan. Dimana semuanya (manusia, binatang,

16
tetumbuhan, batu, air, awan, langit, matahari, dll) serba terhubung sekaligus menyediakan rasa
aman nyaman di sebuah titik pusat.
Orang tua mengajarkan hidup berputar seperti roda. Dan setiap pencaharian kekayaan ke luar yang
tidak mengenal rasa cukup, mudah sekali membuat manusia terguncang menakutkan di pinggir
roda. Namun di titik pusat, tidak ada putaran. Yang ada hanya rasa cukup yang bersahabatkan
hening, jernih sekaligus kaya. Bagi yang belum pernah mencoba, apalagi diselimuti ketakutan,
keraguan dan iri hati, hidup di titik pusat berbekalkan rasa cukup memang tidak terbayangkan.
Hanya keberanian untuk melatih dirilah yang bisa membukakan pintu dalam hal ini.
Hidup yang ideal memang kaya di luar sekligus di dalam. Dan ini bisa ditemukan orang-orang yang
mampu mengkombinasikan antara kerja keras di satu sisi, serta rasa cukup di sisi lain. Bila orang-
orang seperti ini berjalan lebih jauh lagi di jalan yang sama, akan datang suatu waktu dimana
bahagia dengan hidup yang bodoh di luar, namun pintar mengagumkan di dalamnya. Ini bisa
terjadi, karena rasa cukup membawa manusia pelan-pelan mengurangi ketergantungan akan
penilaian orang lain. Jangankan dinilai baik dan pintar, dinilai buruk sekaligus bodoh pun tidak ada
masalah.
Salah satu manusia yang sudah sampai di sini bernama Susana Tamaro. Dalam novel indahnya
berjudul Pergi Ke Mana Hati Membawamu. Ia kurang lebih menulis: Kata-kata ibarat sapu. Ketika
dipakai menyapu, lantai lebih bersih namun debu terbang ke mana-mana. Dan hening ibarat lap
pel. Lantai bersih tanpa membuat debu terbang. Dengan kata lain , pujian, makian, kekaguman,
kebencian dan kata-kata manusia sejenis, hanya menjernihkan sebagian, sekligus memperkotor di
bagian lain (seperti sapu). Sedangkan hening di dalam bersama rasa cukup seperti lap pel, bersih,
jernih tanpa menimbulkan dampak negatif.
Manusia lain yang juga sampai di sini bernama Chogyum Trungpa, di salah satu karyanya yang
mengagumkan (Shambala, the Sacred Path of the Warrior) ia menulis:This basic wisdom of
Shambala is that in this worl, as it is, we can find a good and meaningful human life that will also
serve others. This is richness. Itulah kekayaan yang mengagumkan, bahwa dalam hidup yang
sebagaimana adanya (bukan yang seharusnya) kita bisa menemukan kehidupan berguna sekaligus
pelayanan bermakna buat pihak lain.

17
Semakin Kaya Semakin Kurang
(dari: A Book of Wisdom, Tasirun Sulaiman)

Hartamu yang sesungguhnya adalah


yang engkau berikan di jalan kebenaran .
(Hadis Nabi)

Raja Termiskin
Suatu siang seorang guru sufi mendengar keriuhan dan kegaduhan melanda desanya. Teriakan
manusia berserakan di udara, ingar bingar dicampur dengan ringkikan kuda, lenguhan sapi dan
kerbau, embikan kambing dan lainnya, orangorang desa sepertinya sedang dicekam rasa takut
dan kalut yang sangat. Sang guru sufi yang sedang asyik berzikir di gubuknya pun terusik, hingga
diapun berhenti dan ke luar ingin melihat apa yang sedang terjadi.
Dari kejauhan sang guru sufi dapat meihat beberapa tentara kerajaan sedang menjarah uang
orang-orang desa. Mereka yang tidak punya uang harus merelakan binatang ternaknya digondol.
Mereka yang menentang ditendang atau dihajar. Oleh karena itulah kemudian orang-orang desa
berlarian menyeret-nyeret hewan ternaknya agar bisa diselamatkan.
Sang guru sufi kembali masuk ke dalam gubuknya dan melanjutkan zikirnya. Siangnya orang-orang
desa mengerumuni gubuk sang guru sufi. Mereka mengeluhkan kekejaman yang dilakukan sang
raja.
Entah bagaimana, dua hari kemudian sang guru dijemput seseorang utusan dari raja zalim itu agar
datang ke istana. Kabarnya, sang raja zalim itu ingin bertemu dengannya. Kemasyuharan sang
guru sufi dalam hal kearifan dan kesalehan membuat sang raja ingin bertemu dengannya.
Sesampai di istana, sang guru sufi diantar pengawal menemui raja.
Sang raja sangat senang dengan kedatangan sang guru sufi. Sang raja pun menyilakan duduk
dengan senyum lebar. Gigi sang raja terlihat di bawah rerimbunan kumis yang lebat. Setelah
berbicara banyak, sang raja pun merasa senang dan puas dengan kearifan sang guru sufi. Lalu
sang raja menyuruh pembantunya mengambil satu kantong uang untuk diberikan pada sang guru
sufi.
Tapi, apa yang terjadi? Sang guru sufi yang penampilan luarnya sangat sederhana, sebagai
seorang darwis, pengemis, tiba-tiba menolak uluran tangan dari sang raja.
Raja sangat heran ketika sang guru sufi berkata Saya kira baginda lebih layak menerima
pemberian ini
Kenapa begitu? sergah sang raja dengan mata terbelalak keheranan.
Karena sang rajalah yang termiskin di negeri ini! jawab sang guru sufi.
Raja hanya bisa termenung. Sang guru sufi pun kemudian bergegas meninggalkan istana.

18
Dunia itu Hanya Secuil
Pernahkah kita menolak pemberian orang lain, apalagi dalam bentuk uang tunai, cash?
Jawabannya, tidak pernah. Bahkan orang-orang yang uangnya sudah berlimpah pun masih
berharap diberi uang. Buktinya soal hadiah yang ujung-ujungnya penipuan itu juga berpangkal
keinginan mendapatkan pemberian.
Dalam ungkapan kearifannya masyarakat Barat dikatakan, Golden key open every door.
Maksudnya, kalau kita datang dan membawa hadiah atau oleh-oleh, orang akan menerima kita
dengan senang hati. Tidak ada istilah penolakan atau ungkapan kebohongan seperti yang pernah
diceritakan teman saya.
Teman saya yang kebetulan adalah ketua ikatan remaja masjid, katanya benar-benar kecewa
ketika dia mendatangi seorang mubalig untuk sebuah perayaan di masjidnya. Ketika dia datanga ke
rumah mubalig itu, katanya sang mubalig sedang tidak ada di rumah, padahal kata panitia sang
mubalig ada, kenapa?.
Wallahualamu bishawwab, tapi saya percaya dengan ungkapan teman saya itu, katanya karena
mungkin bayaran yang diterima tahun lalu tidak sesuai tarif yang diinginkan sang mubalig. Cerita
seperti itu bukan hanya saya dengar dari teman saya saja, ternyata di surat kabar juga dalam
rubrik surat pembaca saya pernah membacanya.
Jadi ungkapan kearifan masyarakat Barat itu sesungguhnya berlaku juga untuk mubalig tadi. Ia
tidak bekerja secara efektif, bahkan boleh dibilang tidak berpengaruh terhadap kewaraan-keinginan
terus menjaga kesucian-sang guru sufi.
Kenapa sang guru sufi yang darwis dengan kehidupan sangat sederhana, bahkan meminjam istilah
developer (pengembang) triple s, sangat-sangat sederhana, ternyata menolak pemberian itu?
Jawabannya, tidak lain adalah kesucian hati dan jiwa. Dia tidak ingin zikir yang dilakukannya siang
malam hanya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah, Swt, sirna begitu saja karena harta yang
tidak halal itu.
Guru sufi sudah merasakan kecukupan dengan bisa hidup tenteram dan damai dalam rengkuhan
cinta ilahi. Hati dan jiwanya begitu terang dalam dekapan cahaya cinta Ilahi. Sehingga dia tidak
menginginkan yang lainnya. Maqam (tingkatan) paling tinggi, dimana hubungan seorang hamba
begitu dekat antara dirinya dan Allah, Swt. Inilah bentuk dari segala kebahagiaan yang
didambakannya.
Sekaya apa pun dan seberapa banyak harta yang dimiliki seseorang, apalagi diperoleh dengan
cara-cara yang tidak dibenarkan agama, seperti: memeras, merampok, korupasi, suap dll, adalah
bentuk kemiskinan yang sesungguhnya. Semakin bertambah hartanya, rasa kurangnya juga
bertambah.
Kenapa sang guru sufi mengatakan kalau rajalah yang layak atas uang itu?. Sang guru sufi melihat
keserakahan merasuki sang raja akan kekayaan duniawi. Padahal menurut pandangan dan
keyakinan sufi kekayaan duniawi itu hanya secuil.
Lalu yang secuil saja diambil dengan cara cara yang kotor seperti menjarah dan memeras. Lalu
berapa nilainya kalau begitu?. Tidak ada.
Tentang lemewahan, kemegahan dan kenikmatan dunia, Rasulullah Saw pernah bersabda dengan
menyatakan bahw aperumpamaannya adalah mirip air yang tersisa di jari telunjuk setelah
dicelupkan ke dalam lautan.
Jadi, kehidupan dunia itu sesungguhnya tidak ada apa-apanya.

19
Wabah Virus Ketidakjujuran
(dari: A Book of Wisdom, Tasirun Sulaiman)

Dan manusia itu ssungguhnya mencintai yang serba cepat


(QS Al-Qayimah - 75 : 20 )

Susu dan Air


Seperti biasa khalifah Umar r.a. keliling di malam hari untuk memerikas keadaan kaum Muslimin.
Ketika beliau sedang melintasi sebuah rumah seorang janda, tiba-tiba harus menghentikan
langkahnya. Sang Khalifah kemudian mengendap-endap dan mendengar sebuah percakapan dari
dalam rumah.
Nak, campuri saja susunya dengan air biar banyak, kata sang ibu.
Jangan bu, karena khalifah Umar telah mengeluarkan peraturan, dan kita tidak boleh
melanggarnya, jawab si anak.
Tidak apa nak, kan Khalifah Umar r.a tidak mengetahuinya, timpal sang ibu.
Benar bu, Khalifah Umar tidak melihatnya, tapi Allah Swt, mengetahuinya. Jawab si anak.
Percakapan mereka malam itu membuat hati Khalifah Umar benar-benar terharu. Beliau selalu
memikirkan kejadian tersebut dan penasaran ingin mengetahui lebih jauh.
Karenanya, keesokannya Khalifah Umar megutus pembantunya untuk menyelediki lebih detil lagi
keadaan penghuni rumah itu: Khalifah ingin tahu dan menegaskan siapakah mereka itu
sebenarnya?
Setelah menyelidiki dan mendapatkan gambaran keluraga itu, akhirnya diketahui kalau sang ibu itu
adalah seorang janda dan anak putrinya adalah seorang gadis.
Khalifah Umar r.a. kemudian memanggil putranya Ashim. Ketika Ashim mendekat, beliau berkata:
Pergilah putraku, temui seorang gadis. Ayah mengenalnya ketika sedang berkeliling. Nikahilah dia.
Ayah berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mau memimpin kejayaan Islam kelak.
Ashim kemudian menuju rumah gadis itu lalu melamarnya. Dari pernikahan itu lahirlah seorang
anak perempuan. Singkat cerita, anak perempuan itu kemudian dinikahi Abdul Aziz bin Marwan dan
dari pernikahan mereka lahir seorang anak laki-laki bernama Umar bin Abdul Aziz, seorang Khalifah
yang sangat harum namanya karena kejujuran dan keadilannya.
Bermain Api dengan ketidakjujuran
Masih perlukah sikap jujur, di negeri dimana moral sudah tidak lagi bersendi? Moral sudah
berserak-serak?. Korupsi dimana-mana: dari birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat
sampai ke desa, dari pejabat tinggi sampai RT. Apakah tidak merugi kita bersikap jujur?.
Kejujuran adalah bawaan lahir manusia. Manusia betapapun rusak akhlaknya, tetap mencintai
kejujuran. Seorang penjahat sungguh tidak pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat.
Seorang penipu tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga. Bahkan
seorang koruptor juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor.

20
Mereka yang tidak jujur sebenarnya memiliki rasa bersalah. Mereka lantas menyalahkan keadaan:
blaming the others. Seperti menyalahkan punya anak banyak. Punya istri banyak. Teman-temannya
juga koruptor. Keadaan memaksa kalau tidak korup tidak akan langgeng menduduki jabatan karena
jabatan itu menjadi transaksi korupsi.
Kenapa korupsi merajalela?. Karena moral dan kejujuran sudah tidak dibudayakan. Moral dan
kejujuran sebagai hiasan dan formalitas saja. Nama boleh diawali dengan Haji, KH, DR, SH, apalagi
gelar-gelar yang mencerminkan manusia berpendidikan dan mengerti apa itu etika-kaidah benar
dan salah-tapi kalau sudah berdekatan dengan masalah uang, langsung meleleh. Berubah warna
dan pudar.
Manusia juga sesungguhnya menyukai cara-cara yang instan dan cepat untuk mencapai tujuannya.
Akhirnya, demi mencapai tujuan, cara apa pun bisa ditempuh. Apakah bertentangan dengan moral
dan ajaran agama, itu tidak penting lagi. Yang penting adalah bagaimana saya mendapat
keuntungan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Masalah orang lain menderita
kerugian itu urusan lain.
Sekilas, ketidakjujuran terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidakjujuran justru awal dari
kejatuhan. Tidak saja kejatuhan moral dan integritas, tetapi kajatuhan ruhani. Bahkan, bisa
dikatakan kebangkrutan ruhani. Kalau terus menerus tidak jujur, lama-lama dia akan hancur.
Jalan kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar: jalan benar bukan berarti lurus seperti
jalan tol. Tapi bisa jadi jalan yang benar itu berkelok-kelok. Sementara itu ketidakjujuran mirip
dengan jalan pintas yang mengahantarkan seseorang tapi membahayakan. Ketidakjujuran terlihat
dari luarnya menguntungkan, tapi sesungguhnya merugikan karena mengorbankan sesuatu yang
paling berharga sebagai mansuia: concience atau hati nurani. Orang yang tidak jujur selalu
bertentangan dan bertarung dengan dirinya. Oleh karenanya, dia tidak akan pernah merasakan
kepuasan dan kebahagiaan hidup.
Sekali seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasus-
kausus lainnya. Jadi, ketidakjujuran ibarat bara api yang akan merembet dan menghabiskan
gulungan kayu, bahkan hutan. Susah dihentikan. Hati hatilah dengan perbuatan tidak jujur, meski
hanya sekali.

21
Otoritas Alamiah dan Moral
(dari: The 8th Habit, Stephen R. Covey)

Apa itu otoritas moral? Otoritas moral adalah pemanfaatan kebebasan dan kemampuan kita untuk
memilih berdasarkan suatu prinsip. Dengan kata lain, bila kita mengikuti prinsip-prinsip dalam
hubungan kita dengan sesama kita, kita seperti sedang memasuki wilayah perizinan alam. Hukum
alam (seperti gravitasi) dan prinsip-prinsip (seperti rasa hormat, kejujuran, kebaikan, hati,
integritas, pelayanan dan keadilan) mengendalikan akibat dari pilihan-pilihan kita. Sebagaimana
anda mendapatkan udara dan air yang tercemar kalau anda terus menerus bersikap tidak baik dan
tidak jujur kepada orang lain. Dengan pemnafaatan kebebasan dan kemampuan untuk memilih
secara bijaksana, dan didasari dengan prinsip-prinsip yang baik, orang yang rendah hati akan
memperolah otoritas moral terhadap orang-orang, budaya, organisasi, maupun seluruh
masyarakatnya.
Nilai adalah norma sosial, yang bersifat personal, emosional, subyektif, dan dapat diperdebatkan.
Kita semua punya nilai-nilai. Bahkan kriminal pun punya nilai-nilai. Pertanyaan yang harus anda
ajukan terhadap diri sendiri adalah, apakah nilai-nilai anda didasarkan atas prinsip?. Bila anda runut
sampai ujungnya, anda akan menemukan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah hukum alam, yang
bersifat impersonal, faktual, objektif dan jelas dari sananya. Berbagai akibat atau konsekuensi
ditentukan oleh prinsip, perilaku ditentukan oleh nilai, karena itu hargailah prinsip-prinsip itu!
Orang yang terobsesi dengan ketenaran, adalah contoh dari mereka yang nilai-nilainya mungkin
tidak mengakar kuat pada prinsip. Popularitas membentuk pusat moral mereka. Dengan kata lain,
keinginan untuk tenar dan tetap tenar menghalalkan segala cara. Mereka tidak tahu sebenarnya
siapa mereka itu, dan tidak tahu ke mana sebenarnya arah utara yang benar. Mereka tidak tahu
prinsip mana yang harus diikuti, karena kehidupan mereka didasarkan pada nilai-nilai sosial.
Mereka tercabik karena tegangan antara kesadarannya akan tuntutan sosial dan kesadaran diri
mereka di satu pihak, dan hukum alam dan prinsip di pihak lain. Bila sedang ada dalam pesawat
terbang, keadaan seperti itu disebut vertigo. Dalam keadaan itu, Anda kehilangan arah atau acuan
ke darat (yang dalam hal ini berarti prinsip) sehingga anda jadi benar-benar bingung dan tersesat.
Banyak orang yang menjalankan hidup mereka dengan semacam vertigo, atau kebingungan moral.
Anda menyaksikan mereka dalam kehidupan anda dan dalam budaya populer. Mereka tidak mau
bersusah payah untuk benar-benar memusatkan dan mendasarkan nilai-nilai mereka pada prinsip-
prinsip yang abadi.
Karena itu, tugas pokok kita adalah menentukan di mana utara yang sesungguhnya dan
kemudian mengarahkan segalanya ke situ. Kalau tidak, anda akan hidup dengan berbagai
konsekuensi negatif yang pasti akan muncul. Sekali lagi, konsekuensi negatif itu tak terelakan
karena walau nilai mengendalikan tingkah laku, prinsiplah yang mengendalikan tingkah laku itu.
Otoritas moral menuntut pengorbanan atas kepentingan egoistik berjangka pendek, dan keberanian
untuk meletakkan nilai-nilai sosial di bawah prinsip-prinsip. Dan nurani kita adalah gudang dari
prinsip-prinsip tersebut.
Nurani
Berupayalah untuk mempertahankan percikan api ilahi yang disebut nurani itu tetap menyala
(George Washington).

22
Banyak yang telah dikatakan mengenai pentingnya nurani atau suara hati. Ada banyak sekali bukti
yang menunjukkan bahwa nurani-yaitu kesadaran moral kita, cahaya batin kita-merupakan
fenomena yang bersifat universal. Kodrat rohani dan kodrat moral manusia itu terlepas dari agama,
atau pendekatan agama, budaya, geografi, nasionalitas atau ras tertentu. Kendati demikian, semua
tradisi agama besar di dunia ini bertemu di dalam prinsip atau nilai dasar tertentu.
Immanuel Kant berkata, Saya selalu dibuat kagum oleh dua hal: langit berbintang-bintang di atas
kita, dan hukum moral di dalam diri kita. Nurani adalah hukum moral di dalam diri kita. Banyak
orang yang percaya, demikina juga saya, bahwa nurani adalah suara Tuhan kepada anak-anakNya.
Orang lain mungkin saja tidak memiliki keyakinan seperti ini, tetapi tetap mengakui adanya suatu
pemahaman yang sudah mereka bawa sejak lahir mengenai kejujuran dan keadilan, mengenai
benar dan salah, mengenai apa yang baik dan buruk, mengenai apa yang mendukung dan apa
yang mengganggu, mengenai apa yang memperindah dan apa yang merusak, mengenai apa yang
benar dan salah. Tentu saja, berbagai budaya yang berbeda menerjemahkan pemahaman moral
dasar ini dalam berbagai praktik dan istilah yang berbeda pula, tetapi terjemahan yang berbeda-
beda itu tidak meniadakan pemahaman dasar mengenai baik dan buruk.
Ketika bekerja di antara bangsa-bangsa yang menganut beragam agama dan budaya, saya
menyaksikan penyingkapan nurani yang bersifat universal itu. Nurani itu sesungguhnya adalah
seperangkat nilai, suatu kesadaran mengenai keadilan, kejujuran, rasa hormat, dan sumbangan
yang mengatasi budaya-sesuatu yang abadi, yang mengatasi jaman, dan tidak memerlukan bukti
lain (self evident). Sekali lagi, hal itu sama jelasnya dengan fakta bahwa kepercayaan menuntut
sifat dapat dipercaya.
Nurani rela berkorban-mengalahkan diri sendiri dan menundukkan ego demi tujuan, alasan atau
prinsip yang lebih tinggi. Pengorbanan itu sesungguhnya berarti melepaskan sesuatu yang baik
demi sesuatu yang lebih baik lagi. Kendati demikian dalam benak orang yang melakukan
pengorbanan, sesungguhnya tidak ada kerugian, dan hanya si pengamat yang melihat hal itu
sebagai pengorbanan.
Pengorbanan itu bisa mengambil banyak bentuk, sebagaimana dia dapat menampakkan diri dalam
empat dimensi kehidupan kita: berkorban secara fisik dan ekonomis (tubuh); berupaya
mengembangkan pikiran yang terbuka, selalu ingin tahu; dan membersihkan diri dari bermacam
prasangka (pikiran); menunjukkan rasa hormat dan cinta mendalam terhadap sesama (hati);
menundukkan kehendak diri kita kepada kehendak yang lebih tinggi demi kebaikan yang lebih
besar (jiwa).
Nurani megajarkan kepada kita bahwa tujuan dan cara mencapainya tidak terpisahkan, bahwa
tujuan sesungguhnya sudah ada sebelumnya dalam cara mencapainya. Immanuel Kant
mengajarkan bahwa cara yang digunakan untuk mencapai tujuan sama pentingnya dengan tujuan
itu sendiri. Machiavelli mengajarkan sebaliknya, tujuan membenarkan, dan karen itu juga
menghalalkan segala cara.
Nurani terus menerus mengingatkan kita akan nilai-nilai dari tujuan maupun cara mencapainya,
dan bahwa keduanya tidak terpisahkan. Ego mengatakan kepada kita bahwa tujuan membenarkan
caranya, karena ego tidak sadar bahwa tujuan mulia tidak akan pernah dapat diraih dengan cara
yang tidak semestinya. Mungkin tampaknya anda bisa mencapai tujuan mulia dengan cara yang
tidak semestinya, tetapi akan ada sekian banyak konsekuensi yang tidak diharapkan, yang
sebelumnya tidak tampak atau tidak jelas, yang pada akhirnya akan menghancurkan tujuan itu
sendiri. Misalnya, anda dapat meneriaki anak anda untuk membersihkan kamarnya. Bila tujuan
anda adalah kamarnya jadi bersih, mungkin anda mencapai tujuan itu, tapi ya hanya itu. Saya
jamin, cara yang anda pakai itu tidak akan hanya berpengaruh negatif terhadap hubungan anda
dengan anak anda, tetapi kamar mereka juga tidak akan tetap bersih bila anda ke luar kota
beberapa hari saja.
Nurani secara lebih mendalam merubah visi, disiplin dan gairah kita dengan cara memperkenalkan
kita dengan berbagai bentuk hubungan. Dia mendorong kita untuk berpindah dari keadaan mandiri

23
jadi saling tergantung. Ketika hal ini terjadi segala sesuatunya jadi berubah, anda memahami
bahwa visi dan nilai harus disebarkan agar menjadi milik bersama, sebelum orang-orang bisa
menerima menjadi disiplin yang dilembagakan dalam struktur dan sistem yang mengemban nilai-
nilai bersama itu. Visi bersama itu akan menciptakan disiplin dan keteraturan tanpa menuntutnya.
Nurani sering menyediakan alasan (kenapa); visi mengidentifikasi apa yang hendak dicapai; disiplin
mewakili bagaimana anda mencapainya; dan gairah mewakili kekuatan perasaan dibalik kenapa,
apa dan bagaimana tadi.
Nurani mengubah gairah menjadi belarasa atau welas asih (compassion). Dia membangkitkan
perhatian tulus kepada orang lain, suatu kombinasi antara simpati dan empati, sehingga kita bisa
merasakan penderitaan orang lain. Belarasa adalah perwujudan gairah dalam keterkaitan kita
dengan orang lain.
Bila kita berusaha untuk hidup menurut nurani kita, nurani itu akan membangkitkan integritas dan
ketenangan pikiran. Seorang pastor projo kelahiran Jerman yang sekaligus juga pembicara dan
penulis yang membangkitkan motivasi, William J.H. Boetcker, pada awal abad kedua puluh
mengatakan, Bila anda akan mempertahankan rasa hormat anda terhadap diri sendiri, lebih baik
membuat orang lain tidak senang dengan melakukan hal-hal yang anda ketahui salah. Kehormatan
dan integritas itu pada gilirannya akan membuat orang yang memilikinya mampu menjadi baik hati
sekaligus berani. Baik hati dalam arti bahwa dia akan menunjukkan rasa hormat yang mendalam
terhadap orang lain, terhadap pandangan, perasaan, pengalaman, dan keyakinan mereka. Berani
dalam arti bahwa mereka dapat mengemukakan keyakinan mereka sendiri tanpa ancaman pribadi.
Benturan di antara berbagai pendapat yang berbeda bisa menghasilkan alternatif ketiga, yang lebih
baik daripada gagasan pertama yang muncul. Ini merupakan sinergi yang sesungguhnya, dimana
keseluruhannya lebih besar daripada jumlah total bagian-bagiannya.
Orang yang tidak hidup dari nuraninya tidak akan mengalami integritas batiniah dan ketenangan
pikiran. Ego mereka akan terus berusaha mengendalikan hubungan dengan orang lain. Kendati
barangkali mereka bisa berpura-pura baik hati dan berempati, mereka akan menggunakan
manipulasi halus, bahkan bisa lebih jauh terlibat dalam perilaku diktator, yang sepintas lalu
kelihatan baik, tetapi sesungguhnya tidak.

24
Modul 2
Topik: Pemberdayaan Perempuan dan Laki-laki

1. Peserta mampu memetakan kualitas perempuan dan kulitas laki-laki


2. Peserta memahami dan menyadari
Kesetaraan perempuan dan laki-laki sebagai manusia
Pemberdayaan yang harus dilakukan kepada perempuan dan laki-laki

Diskusi pemberdayaan laki-laki dan permepuan

2 Jpl (90 )

Bahan Bacaan:
Analisa Gender dan Ketidakadilan

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

25
Diskusi Pemberdayaan Laki-Laki dan Perempuan

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul , 2 yaitu
membahas kulaitas perempuan dan laki-laki dan apa yang akan dicapai melalui modul ini,
yaitu:
Peserta bisa memetakan kualitas perempuan dan kualitas laki-laki
Peserta menyadari kesetaraan perempuan dan laki-laki sebagai manusia
Peserta mengetahui pemberdayaan yang harus dilakukan kepada perempuan dan laki-laki
2) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 1 dalam modul ini, yaitu berdiskusi
mengenai sifat perempuan dan laki-laki.
3) Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok laki-laki dan perempuan (apabila peserta laki-laki dan
perempuan tidak berimbang, maka kelompok bisa dibagi sama jumlahnya tanpa
memperhatikan jenis kelamin). Berilah tugas kepada kelompok:
Kelompok laki-laki mendiskusikan sifat-sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh perempuan
Kelompok perempuan mendiskusikan sifat-sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh laki-laki
4) Mintalah kepada wakil kelompok untuk mendiskusikan hasil diskuinya, kemudian minta peserta
lain untuk mennanggapi.
5) Ajak peserta untuk membandingkan dengan kualitas manusia sejati yang sudah didiskusikan
dalam modul 1 , dengan membuat tabel seperti berikut: (sebaiknya tabel sudah disiapkan
sebelumnya dalam kertas plano, tabel sifat manusia diisi dengan hasil diskusi pada modul 1

Kulalitas laki-laki Kualitas manusia sejati Kualitas perempuan

Sifat-sifat

Kapasitas

26
6) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas perempuan dan kualitas manusia sejati
(baik dari sisi perilaku maupun dari sisi kapasitas), apakah sama atau ada perbedaan/
ketimpangan? Bahas dan diskusikan ketimpangan-ketimpangan bersama peserta.
7) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas laki-laki dan kualitas manusia sejati ,
apakah sama atau ada perbedaan. Bahas dan diskusikan bersama perbedaan-perbedaan
menurut mereka kemudian diskusikan sama-sama.
8) Ingatkan kepada peserta mengenai manusia yang berdaya sejati pada modul 1, yaitu manusia
yang mempunyai makna (bermanfaat) bagi kemaslahatan umat. Apakah perempuan dan laki-
laki sudah berdaya sebagai manusia sejati? Mengapa demikian?
9) Jelaskan perumpamaan kepada peserta, burung terbang dengan dua sayap, bagaimana
seandainya salah satu sayap tidak kuat. Apakah burung itu akan bisa terbang dengan
sempurna? Apabila perempuan adalah sayap kiri dan laki-laki sayap kanannya, maka kehidupan
juga akan timpang. Jadi, baik laki-laki maupun perempuan perlu diberdayakan.
10) Dari sisi kapasitas, perempuan masih banyak ketinggalan dibandingkan dengan laki-laki.
Kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya masih kurang
dibandingkan dengan laki-laki (Ingatkan kembali peserta pada hasil diskusi perempuan dan
kemiskinan pada tema Tantangan). Tanyakan kepada peserta mengapa hal ini terjadi? Ajak
peserta untuk mendiskusikan paradigma-paradigma yang berkembang selama ini mengenai
perempuan dan laki-laki yang menunjukkan adanya bias jender.

Sebagai manusia perempuan dan laki-laki mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas,
jadi tidak ada perbedaan yang hakiki antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu kedua-
duanya seharusnya dapat menjadi manusia yang berdaya dan mendapat kesempatan yang sama
untuk diberdayakan. Perbedaan perempuan yang kodrati dengan laki-laki hanyalah dalam soal
biologis, perempuan secara kodrati mempunyai kemampuan untuk menstruasi, mengandung,
melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki dikodratkan untuk menghasilkan sperma dan
menghamili.Kodrat adalah ketentuan Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan oleh manusia dan
bersifat permanen. Walaupun saat ini ada operasi jenis kelamin, laki-laki yang merubah jenis
kelaminnya menjadi perempuan tetap saja tidak bisa menstruasi, mengandung dan melahirkan.
Pembedaan-pembedaan yang selama ini terjadi antara perempuan dan laki-laki disebabkan oleh
adanya konstruksi secara sosial dan kultural. Sehingga timbul paradigma-paradigma bahwa
perempuan itu lemah lembut, emosional, keibuan. Sedangkan laki-laki kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Laki-laki lebih cerdas dibandingkan dengan perempuan, dan lain-lain. Konsep mengenai
sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial maupun
kultural inilah yang merupakan konsep jender. Konsep mengenai sifat-sifat perempuan dan laki-
laki di atas menyebabkan bias gender dan menyebabkan ketidakadilan, baik bagi kaum
perempuan maupun kaum laki-laki. Anggapan bahwa kelembutan hanya melekat pada kaum
perempuan menyebbakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan kelembutan seperti
membersihkan rumah, menari dan sebagainya dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Di lain
pihak anggapan bahwa kekuatan secara fisik, keperkasaan melekat pada kaum laki-laki,
menyebabkan laki-laki dididik untuk agresif, menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisik,
bersaing dan sebagainya yang malah menjauhkan dari sifat manusia sejati. Padahal berbicara
mengenai sifat laki-laki dan perempuan , seharusnya kita mengacu kepada sifat-sifat yang
dipunyai oleh manusia sejati, karena sebagai manusia perempuan dan laki-laki mempunyai derajat
dan martabat yang sama. Oleh karena itu dalam kaitan dengan pemberdayaan, baik perempuan
dan laki-laki mestinya diberdayakan untuk menuju kualitas manusia yang sejati, karena secara
hakiki perempuan dan laki-laki mempunyai martabat yang sama sebagai manusia.

11) Bahas bersama peserta, apa saja pemberdayaan yang harus dilakukan terhadap laki-laki dan
perempuan berdasarkan kualitas yang dipunyai masing-masing dengan fenomena yang sudah
dibahas di atas (lihat tabel kualitas yang sudah didiskusikan). Buatlah daftar pemberdayaan
dalam tabel berikut:

27
Kulitas perempuan Pemberdayaan Kualitas laki-laki Pemberdayaan
saat ini yang harus selama ini yang harus
dilakukan dilakukan
(sifat dan (sifat dan
kapasitas) kapasitas)

Beri penekanan bahwa fasilitator harus mendorong dan memfasilitasi pemberdayaan baik untuk
laki-laki maupun perempuan.

28
Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

29
Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

30
Slide 11 Slide 12

Slide 13 Slide 14

31
Analisa Gender dan Ketidakadilan
(Disarikan dari buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Dr. Mansour Fakir)

Konsep penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah
membedakan antara konsep seks (jenis kelamin-penulis), dan konsep gender. Pemahaman dan
pembedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk
memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini
disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan
ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih
luas. Dengan demikian pemahaman dan pembedaan yang jelas antara konsep seks dan gender
sangat diperlukan dalam membahas ketidakadilan sosial. Maka sesungguhnya terjadi keterkaitan
antara persoalan gender dengan persoalan ketidakadilan sosial lainnya.

Apakah Gender itu?


Sejak beberapa tahun terakhir, kata gender telah memasuki perbendaharaan di setiap diskusi dan
tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Dari pengamatan, masih terjadi
ketidakjelasan, kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya
dengan emansipasi kaum perempuan. Setidak-tidaknya ada beberapa penyebab terjadinya
ketidakjelasan tersebut. Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris. Kalau
dilihat dalam kamus tidak jelas dibedakan antara sex dan gender. Sementara itu, belum ada uraian
yang mampu menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai konsep gender dan mengapa konsep
ini penting guna memahami sistem ketidakadilan sosial. Dengan kata lain timbulnya ketidakjelasan
itu disebabkan oleh kurangnya penjelasan tentang kaitan antara konsep gender dengan masalah
ketidakadilan lainnya.
Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin).
Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia
jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti: laki-laki adalah manusia yang
mempunyai penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan
mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, meiliki
vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada mansusia
jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa
dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara
permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai
ketentuan Tuhan atau kodrat.
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-
laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan
itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat,
rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang
kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat tejadi dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih
kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat yang berbeda laki-laki yang lebih

32
kuat. Juga perubahan bisa terjadi dari suatu kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Di suku
tertentu, perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuat dibandingkan kaum laki-laki. Semua hal
yang dapat dipertukarkan antara perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu
serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas kepada kelas
lainnya, itulah yang dikenal sebagai konsep gender.
Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan
terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan
gender dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk dan disosialisasikan, diperkuat, bahkan
dikonstruksi secara sosial ataupun kultural. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut
akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan-seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah
lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap sebagai kodrat laki-laki dan perempuan.
Sebaliknya melalui dialektika, konstruksi sosial yang tersosialisasikan secara evolusional dan
perlahan-lahan mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin. Misalnya, karena konstruksi
sosial gender, kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki kemudian terlatih
dan tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau menuju ke sifat gender yang ditentukan oleh
suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, karena kaum
perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak saja berpengaruh
kepada perkembangan emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi
perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Karena proses sosialisasi dan rekonstruksi
berlangsung secara mapan dan lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat-sifat gender
itu, dikonstruksi oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan oleh Tuhan. Namun, dengan
menggunakan pedoman bahwa sifat bisanya melakat pada jensi kelamin tertentu dan sepanjang
sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat, dan
sama sekali bukanlah kodrat.
Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender ini, yang menjadi masalah adalah, terjadi
kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa ini
terjadi peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat, dimana apa yang
sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi sosial-justru dianggap sebagai kodrat yang
berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang dewasa ini sering
dianggap sebagai kodrat wanita adalah konstruksi sosial dan kultural atau gender. Misalnya saja
sering diungkapkan bahwa mnedidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan
rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai kodrat wanita. Padahal
kenyataannya, bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam mendidik anak, merawat dan
mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam masyarakat
tertentu. Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik dan merawat kebersihan rumah tangga bisa
dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan tidak bersifat
universal, apa yang sering disebut sebagai kodrat wanita atau takdir Tuhan atas wanita dalam
kasus mendidik anak dan mengurus rumah tangga, adalah gender.

Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan


Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah
melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum
perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana laki-laki dan perempuan
menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender
menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang
ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni:
marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam
keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence),
beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.

33
Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dan
berhubungan, saling mempengaruhi dialektis . tidak ada satupun manifestasi ketidakadilan gender
yang lebih penting, lebih esensial dari yang lain. Misalnya marginalisasi ekonomi kaum perempuan ,
yang akhirnya tersosialisasikan dalam keyakinan, ideologi dan visi kaum perempuan sendiri.
Dengan demikian, kita tidak bisa menyatakan bahwa marginalisasi kaum perempuan adalah
menentukan dan terpenting dari yang lain dan oleh karen itu perlu mendapatkan perhatian lebih.
Atau sebaliknya, bahwa kekerasan fisik (violence) adalah masalah yang paling mendasar yang
harus dipecahkan terlebih dahulu.

Gender dan Marginalisasi Perempuan


Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam
masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh
pelbagai kejadian, misalnya penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi. Namun ada salah
satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan disebabkan oleh
gender. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta proses marginalisasi
kaum perempuan karena perbedaan gender tersebut. Dari segi sumberdaya bisa berasal dari
kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu
pengetahuan.
Banyak studi telah dilakukan dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang
menjadi penyebab kemiskinan kaum perempuan. Misalnya, program swa sembada pangan atau
revolusi hijau secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga
memiskinkan mereka. Di Jawa misalnya, program revolusi hijau dengan memperkenalkan jenis padi
unggul yang tumbuh lebih rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang menggunakan
sabit, tidak memungkinkan lagi panenan dengan ani-ani, padahal alat tersebut melekat dan
digunakan oleh kaum perempuan. Akibatnya banyak kaum perempuan miskin di desa
termarginalisasi, yakni semakin miskin dan tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan di sawah
pada musim panen. Berarti program revolusi hijau dirancang tanpa mempertimbangkan aspek
gender.
Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, juga terjadi dalam rumah
tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah
terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dan
perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat dan keagamaan. Misalnya banyak suku-
suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan hak waris
sama sekali.

Gender dan Subordinasi


Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa
perempuan irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, beakibat
munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat
ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi , toh akhirnya akan ke dapur juga. Bahkan, pemerintah pernah memiliki
peraturan bahwa jika suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) dia bisa mengambil keputusan
sendiri. Sedangkan bagi istri yang hendak ke tugas belajar ke luar negeri harus seizin suami. Dalam
rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus
mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya maka anak laki-laki akan
menadapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender
yang tidak adil.

34
Gender dan Stereotipe
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.
Celakanya strereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe
itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis
kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang bersumber dari penandaan (stereotipe) yang
dilekatkan kepada mereka. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan
bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus
kekerasan atau pelecehan seksual selalu diakitkan dengan stereotipe ini. Bahkan jika ada
pemerkosaan yang dialami oleh perempuan, masyarakat berkecenderungan menyalahkan
korbannya. Masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani
suami. Stereotipe terhadap kaum perempuan ini terjadi di mana-mana. Banyak peraturan
pemerintah, aturan keagamaan, kultur dan kebiasaan masyarakat yang dikembangkan karena
stereotipe tersebut.

Gender dan Beban Kerja


Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat-sifat memelihara dan rajin, serta tidak
cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah
tangga menjadi tanggugnjawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan yang
harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai
dari membersihkan dan mengepel lantai,memasak, mencuci,mencari air untuk mandi hingga
memelihara anak. Di kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh
perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul
beban kerja ganda.
Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali dieprkuat dan disebabkan oleh
adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat
sebagai jenis pekerjaan perempuan, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih
rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan lelaki, serta
dikategorikan sebagai bukan produktif sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi
negara. Sementara itu kaum perempuan,karena anggapan gender ini, sejak dini telah
disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. Di lain pihak kaum lelaki tidak diwajibkan
secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik itu. Kesemuanya ini telah
memperkuat pelanggengan secara kultural beban kerja kaum perempuan.

35
Modul 3
Topik: Kepemimpinan Masyarakat Manusia

Peserta memahami dan menyadari:


1. Ciri khas pemimpin masyarakat manusia
2. Bahwa pemimpin masyarakat manusia haruslah seorang manusia sejati sesuai
dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan yang paling luhur.

Kegiatan 1: Diskusi pemimpin versus pemimpin


Kegiatan 2: Menggambar bersama pemimpin masyarakat menusia
Kegiatan 3: Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap
pemberdayaan masyarakat

4 Jpl (180)

Bahan Bacaan:
1. Golongan Pemimpin
2. Bukan Bos Tapi Pemimpin
3. Standar Tunggal Perilaku
4. Sistem Nilai: Meletakkannya Pada Garis
5. Kriteria Kepemimpinan

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

36
Diskusi Pemimpin versus Pemimpin

1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul
Kepemimpinan Masyarakat Manusia yang terdiri dari 3 Kegiatan Belajar yaitu:

Kegiatan 1: Diskusi Pemimpin versus Pemimpin 60 menit

Kegiatan 2: Menggambar Bersama Pemimpin Masyarakat Manusia 60 menit

Kegiatan 3: Diskusi Tipologi Kepemimpinan dan Pengaruhnya 60 menit


terhadap Pemberdayaan Masyarakat

Dan apa yang ingin dicapai melalui Modul ini yaitu:


Peserta memahami ciri khas seorang pemimpin masyarakat manusia
Peserta menyadari bahwa pemimpin masyarakat manusia haruslah seorang manusia sejati
sesuai dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi.
Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai dengan Kegiatan 1: Diskusi Pemimpin versus
Pemimpin. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu:
Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan yang hakiki antara
kepemimpinan masyarakat manusia dan masyarakat binatang
2) Uraikan kasus yg telah disiapkan dan mulailah dgn ucapan maaf bukan dengan maksud
merendahkan tetapi lebih dalam rangka membangun pemahaman kritis mengenai
kepemimpinan masyarakat manusia.
Peristiwa yang pertama terjadi dalam masyarakat kera yang kehilangan pemimpimnya dan
sedang berupaya memilih pemimpin. Peristiwa yang kedua terjadi pada masyarakat manusia
yang juga kehilangan pemimpinnya dan sedang berupaya memilih pemimpin juga. Gunakan LK-
Kepemimpinan-1. Kemudian bagilah peserta dalam beberapa kelompok 5-7 orang dan mintalah
tiap kelompok merumuskan bagaimana kedua masyarakat tersebut akan memilih pemimpin
dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut:
Untuk masyarakat kera
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera?
Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau
dengan kata lain memenuhi kriteria tersebut
Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih.
Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul.
Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya

37
Kemudian tanyakan hal yang sama untuk masyarakat manusia, sbb:
Untuk masyarakat manusia
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia?
Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau
dengan kata lain memenuhi kriteria tersebut
Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih
Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul
Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat manusia tsb terhadap pemimpinnya
2. Ajak peserta menyimpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan
binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul,
sikap masyarakat yang dipimpinnya)?

38
Menggambar Bersama Pemimpin Masyarakat Manusia

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita masih di Topik Kepemimpinan
Masyarakat Manusia dengan Kegiatan 2: Menggambar bersama pemimpin masyarakat. Uraikan
secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu:
Peserta mampu memadukan persepsi mengenai pemimpin masyarakat manusia, antara lain
dapat menyebutkan dgn kata-kata sendiri:
rumusan (ciri-ciri utama) seorang pemimpin masyarakat manusia
peran utama seorang pemimpin masyarakat manusia
2) Bagi kertas setengah folio seorang peserta satu dan ajukan pertanyaan: Apakah yang dimaksud
dengan pemimpin masyarakat (manusia) dan minta tiap peserta menulis jawabannya secara
singkat dan padat tanpa diskusi dgn temannya. Waktu 2 menit
3) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, mintalah tiap kelompok menggambar atau
membuat simbol yang menggambarkan pengertian kelompok mengenai seorang pemimpin
masyarakat (manusia) dan secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok mengenai peran
utama seorang pemimpin. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas flip yang telah disediakan.
Gunakan lembar kerja LK PIM-2 dengan beberapa pertanyaan pemandu. Waktu 10 menit
4) Mintalah tiap kielompok untuk menempel hasil masing-masing di dinding dan satu wakilnya
menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit.
5) Ajak diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai:
a) Pengertian umum seorang pemimpin masyarakat (ciri utama)
b) Peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin masyarakat
6) Berilah masukan tentang pengertian (ciri utama) dan peran utama seorang pemimpin
masyarakat sebagai pelopor pembaruan, apa dan mengapa begitu? (Gunakan Bahan Bacaan)

39
Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya
terhadap pemberdayaan masyarakat

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Kegiatan 3:
Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat, dan
uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu:
Peserta dapat menguraikan dgn kata-kata sendiri:
Yang bagaimanakah yang disebut pemimpin sejati
Berbagai tipe kepemimpinan yang lazim di masyarakat
Pengaruh tiap tipe kepemimpinan tersebut terhadap pemberdayaan masyarakat yang
dipimpinnya.
Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-7 orang dan bagikan kepada setiap
kelompok LK-Kepemimpinan-3 yang telah disiapkan dan mintalah tiap kelompok mengerjakan
tugas 1 dan tugas 2 tersebut di bawah ini
2). Mintalah kepada tiap kelompok untuk menyajikan atau membagikan hasil temuan kelompok
masing-masing dan simpulkan dalam diskusi kelas dengan menyempurnakan pendapat-
pendapat yang kurang tepat dan tanyakan kepada peserta mana yang pemimpinan sejati dan
mana tipe kepemimpinan yang paling cocok dengan konsep pemberdayaan yang intinya;
melayani warganya agar mampu memulihkan dirinya sebagai manusia sejati. Gunakan Matriks
Kepemimpinan yang telah diisi sebagai masukan ke peserta, yaitu kecenderungan-
kecenderungan yang lazim terjadi dari tiap tipe kepemimpinan tersebut.

40
LK-Kepemimpinan-1
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Diskusi Pemimpin versus
Pemimpin

Kasus 1
Disuatu bukit dimana ada hutan yang lebat hiduplah suatu masyarakat kera. Pada saat itu mereka
kehilangan pemimpin mereka karena tertempak oleh seorang pemburu, maka berkumpullah kera-
kera dewasa untuk memperebutkan kedudukan pemimpin tersebut. Di tempat yang terpisah di
balik bukit tersebut juga hiduplah masyarakat manusia di suatu desa yang asri, tetapi penduduknya
tampak sedang bersedih karena mereka juga kehilangan pemimpin yang sangat mereka cintai
karena sakit. Pada saat itu mereka sedang bermusyawarah menentukan siapakah kira-kira yang
pantas menggantikan pemimpin mereka
1. Nah pertanyaannya: Kira-kira apakah yang akan terjadi, coba diskusi dalam kelompok masing-
masing dengan menjawab pertanyaan pemandu di bawah ini:
Untuk masyarakat kera
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera?
Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau
dengan kata lain memenuhi kriteria tersebut
Siapa yang memenuhi kriteria tersebut kera jantan atau kera betina?
Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul
Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih
Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya
Untuk masyarakat manusia
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia?
Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau
dengan kata lain memenuhi kriteria tersebut
Siapakah yang memenuhi kriteria tersebut, laki-laki atau perempuan?
Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih
Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul
Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat manusia tsb terhadap pemimpinnya
Tulislah jawaban masing-masing kelompok di atas kertas flip yang telah disediakan panitia
2. Coba simpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang (kera)
tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap
masyarakat yang dipimpinnya)?

41
LK-Kepemimpinan-2
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Menggambar bersama
pemimpin masyarakat manusia

1. Belajar dari kegiatan belajar terdahulu, coba tuliskan diatas kertas folio yang telah
dibagikan panitia pemahaman masing-masing mengenai seorang pemimpin masyarakat
manusia (definisi) tanpa berbicara atau diskusi dengan yang lain.
2. Setelah tiap peserta menulis rumusan masing-masing, coba diskusikan bersama dalam
kelompok dan sepakati rumusan bersama dalam bentuk tulisan singkat apakah pemimpin
masyarakat manusia itu.
3. Untuk itu gunakan pendapat masing-masing yang telah ditulis di kertas folio dan
padukan dengan pendapat yang lain untuk kemudian disimpulkan sebagai pendapat
kelompok
4. Buatlah gambar bersama atau simbol-simbol yang dapat memberikan ilustrasi apa itu
seorang pemimpin masyarakat menurut kelompok.
5. Setelah rumusan bersama/kelompok mengenai pemimpin masyarakat dihasilkan, cobalah
mengilustrasikan dengan sebuah gambar atau simbol yang merefleksikan rumusan
kelompok tersebut mengenai pemimpin masyarakat. Ini adalah murni gambar/simbol dan
tidak boleh ada tulisan.
6. Rumuskan bersama apakah peran utama seorang pemimpin masyarakat.
7. Setelah rumusan kelompok mengenai pemimpin masyarakat baik berupa teks maupun
gambar dibuat, coba rumuskan bersama (masih dlm kelompok) apakah peran utama yang
harus dilakukan oleh seorang pemimpim masyarakat?

42
LK-Kepemimpinan-3
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan diskusi tipologi
kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat

Kasus 2
A adalah seorang manajer suatu perusahaan import-eksport yang kurang berkembang. Banyak
stafnya mengeluh atas perilakunya dalam memimpin perusahaan. Dia sulit menerima pendapat
orang lain, dalam rapat staf bulanan tampak sekali bagaimana dia berupaya memaksakan
kehendaknya. A beranggapan bahwa akulah yang paling berkuasa disini sudah seharusnyalah
semua menuruti kemauanku. Sementara B adalah juga seorang manajer di sebuah perusahaan
angkutan yang selalu menolak ajakan pelanggannya untuk menuliskan nilai sewa angkutan lebih
tinggi dari yang sebenarnya dibayar oleh para pelanggannya. Disamping itu dia sangat
memperhatikan kesejahteraan stafnya. Bila salah seorang stafnya menghadapi persoalan dia selalu
menghiburnya dengan mengatakan biar nanti bapak yang selesaikan dan semua merasa senang
karena hanya tinggal menunggu bapak B bertindak. Si C adalah tukang becak yang hidupnya serba
pas-pasan. Meskipun demikian dia berupaya mengorganisasi teman-temannya sesama tukang
becak untuk melakukan kegiatan simpan pinjam yang hasilnya dapat digunakan untuk saling tolong
diantara mereka. Simpan pinjam ini berjalan dengan sangat baik sehingga modal yang dipupuk
mencapai jumlah yang cukup besar. Semua ini terjadi bukan karena si C pandai mengelola
keuangan simpan pinjam tersebut melainkan karena si C menjadi teladan bagi yang lain untuk
menabung dan membayar pinjaman tepat waktu. Si C ini juga menjadi inspirator dan contoh
pekerja yang gigih dan penuh dedikasi meskipun hanya sebagai tukang becak. D adalah salah satu
staf senior A dalam ketidak puasannya terhadap kepemimpinan A berupaya selalu menjatuhkan A
dengan berbagai tipu muslihat dan provokasi. Dia berhasil meyakinkan teman-temannya bahwa
sumber penyakit di perusahaan ini justeru adalah si A, bila kita berhasil menggulingkan A maka
perusahaan akan maju. Dengan dalih itulah D berhasil mengorganisasi sebagian besar karyawan
untuk menolak kepemimpinan A dan melakukan protes ke dewan direksi sehingga kemudian dia
dikenal sebagai sang pahlawan yg suka membela yang tertindas. Padahal dia berpikir kalau saja A
jatuh maka peluang utama untuk mengganti A pasti jatuh ke dia.
Tugas 1
a) Siapakah menurut Anda diantara A, B, C dan D yang benar-benar seorang pemimpin sejati?
b) Coba uraikan alasan Anda mengapa memilih dia sebagai pemimpin?
Tugas 2
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ragam tipe kepemimpinan yang kita jumpai. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, meskipun demikian dalam konteks
pemberdayaan masyarakat maka perlu kita kenali berbagai tipe kepemimpinan yang banyak kita
jumpai di lapangan dan kecenderungan-kecenderungan mereka dalam bersikap dan bertindak.
Coba isilah Matrik Kepemimpinan tersebut di bawah ini dari tipe kepemimpinan yang paling lazim
ditemukan saat ini, yaitu kepemimpinan otoriter, paternalistik, demokratik dan manipulatif, dengan
rumusan:

43
a) Apakah mental dasar yang melandasi tiap tipe kepemimpinan tersebut? Misal: seorang
pemimpin yang otoriter akan selalu berpikir saya yang paling kuasa, saya yang berhak
menentukan, dsb.
b) Coba berikanlah contoh-contoh perilaku yang menonjol dari tiap tipe kepemimpinan tersebut
dalam kenyataan sehari-hari.
c) Apakah kira-kira sikap/tanggapan warga masyarakat terhadap tiap tipe kepemimpinan tersebut.
d) Apakah dampaknya terhadap pemberdayaan dan pertumbuhan kelompok yang dipimpinnya.

Matriks Kepemimpinan

Tipe Mental dasar yang Contoh perilaku Tanggapan Kecenderungan


kepemimpinan melandasi menonjol warga yg dlm
dipimpin pemberdayaan
kelompok

Otoriter

Paternalistik

Demokratik

Manipulatif

44
Standard Tunggal Perilaku
(dari Buku Keshavan Nair, A Higher Standard Of Leadership)

Ketika kepemimpinan memberikan contoh teladan, standar gandapun merasuki organisasi. Dalam
bisnis, karyawan baru yang ingin cepat sukses memahami benar bagaimana permainan dimainkan,
dan banyak yang meninggalkan idealismenya demi mengejar sukses. Banyak diantara kita pernah
hadir dipertemuan-pertemuan dimana kita menyaksikan seorang mendapatkan pujian dan
penghargaan untuk suatu pekerjaan yang tidak mereka lakukan. Kita telah menyaksikan orang-
orang secara sengaja menyembunyikan data dan sumber informasi untuk menghalangi peluang
sukses rekan-rekan mereka.Penerimaan standar yang rendah ini juga terdapat di luar arena
perusahaan dan arena poitik; mulai dari konsultan atau pengacara yang menambahkan jam-jam
ekstra ketika mengenakan biaya pada kliennya, sampai ke montir mobil yang mengenakan biaya
untuk pekerjaan yang tidak mereka lakukan,belum lagi orang-orang yang menyerahkan klaim
asuransi dalam jumlah yang membengkak.
Menjadi orang yang dewasa-seorang sesepuh atau orang tua, dalam banyak hal berarti menjadi
seorang yang berada digaris depan kepemimpinan. Beberapa tahun yang lalu, saya mampir
kesebuah restoran, duduk di satu meja bersama sepasang suami istri bersama putri mereka yang
masih remaja. Ketika tanda terima kartu kredit tiba, sang ayah menuliskan sesuatu dibaliknya.
Putrinya mengambilnya, memeriksanya dan berkata dengan agak keras Tetapi, dia kan tidak
makan bersama kita? Kedua orang tua sang gadis remaja tersebut saling berpandangan tanpa
berkata sepatah katapun. Di sini, standar ganda perilaku difokuskan pada tingkat paling mendasar,
yakni dalam keluarga. Siorang tua, tanpa menyadari contoh yang diberikan, telah memperagakan
bahwa berbohong dalam keadaan-keadaan tertentu adalah suatu hal yang layak dilakukan. Sang
anak pun diperkenalkan pada standar ganda. Memberikan contoh merupakan hal yang penting bagi
peran kepemimpinan.
Untuk membela standar ganda, beberapa orang menunjuk pada fakta bahwa banyak individu
dengan moralitas pribadi yang masih dipertanyakan mengerjakan tugas-tugas pelayanan publik
yang penting dan banyak individu yang perilakunya dalam masyarakat dicurigai adalah anggota-
anggota keluarga dan teman-teman yang baik. Ini memang benar, tetapi kenyataannya adalah
bahwa rasa hormat kita terhadap para pemimpin kita akan hilang jika kita sendiri tidak menyetujui
perilaku mereka (publik maupun pribadi). Pemimpin yang tidak menghormati kita akan berkurang
legitimasi kepemimpinannya dan akan kehilangan kepercayaan dari kita. Pemimpin yang tidak
dipercaya sulit untuk bersaing dengan pemimpin lainnya dalam meraih kejayaan. Hal ini bukan saja
membuat kepemimpinan mereka kurang efektif, tetapi juga dapat membawa kemunduran
menyeluruh terhadap harapan rakyat. Kita merasa putus asa dan menjadi sinis karena kita tak
dapat mempercayai para pemimpin kita sendiri. Maka terjadilah kemerosotan dalam jiwa kita
sendiri.
Untuk meningkatkan legitimasi dan rasa hormat terhadap suatu kepemimpinan dan terhadap
sistem di mana kita hidup, kita harus menerima standar tunggal; standar tunggal dalam
berperilaku, baik dalam kehidupan publik maupun dalam kehidupan pribadi. Ini bukan seruan untuk
menjadikan kita sempurna; ini merupakan sesuatu untuk mengukur tindakan kita; sesuatu untuk
kita usahakan dengan keras dan untuk menolong diri kita sendiri dalam mengontrol ketidak
sempurnaan kita.

45
Perdebatan-perdebatan tentang teori-teori ekonomi dan bisnis seperti tentang pasar bebas,
peranan pemerintah, maksimalisasi laba dan strategi bersaing tidak memberi dampak yang berarti
pada sifat kepemimpinan atau masyarakat. Tetapi kesetiaan kita pada standar tunggal, ya.
Idealisme merupakan santapan jiwa. Jika kita kehilangan idealisme, kita kehilangan kedalaman
sebagai individu, kita berarti berhenti berfikir dan berhenti berusaha untuk berubah, dan yang
paling penting adalah kita kehilangan rasa persaudaraan dengan orang lain. Kehilangan rasa
persaudaraan inilah yang menyulut tindakan kekerasan di sekeliling kita. Untuk menciptakan
masyarakat yang harmonis, kemajuan ekonomi haruslah dilingkupi oleh komitmen terhadap
idealisme. Untuk menyitir apa yang dikatakan duaribu tahun yang lalu: Apa yang akan dicapai
suatu bangsa melalui kemajuan ekonominya jika ia kehilangan jiwanya?.
Tidaklah cukup mendesak orang untuk hidup dengan standar tunggal; kita harus membuatnya lebih
praktis. Kita membutuhkan pedoman, sehingga setiap individu di semua segmen dalam masyarakat
kita, mulai dari pemimpin potensial di sekolah dan universitas sampai orangtua dan guru, mulai dari
para pemimpin di komunitas kita sampai para pemimpin di tingkat nasional dan internasional dapat
memahami dan mencoba untuk mengikuti. Kita harus meletakkan di hadapan kita serangkaian
proses bagi upaya mencapai standar tunggal dalam berperilaku. Setiap orang akan menyaksikan
jalannya sendiri dalam proses ini.
Upaya keras untuk mencapai idealisme membutuhkan komitmen. Ini tidak berbeda dari berusaha
mencapai kesempurnaan dalam bidang kegiatan apapun, dari olahraga sampai ilmu pengetahuan,
dari musik sampai matematika. Meskipun demikian, ada dua perbedaan penting. Berusaha keras
untuk sebuah idealisme yang bertalian dengan perilaku individual lebih sulit karena ia mencakup
segala sesuatu yang kita perbuat. Dipihak lain, tiap orang memiliki potensi untuk mencapai
kesempurnaan-kita semua dapat mengatakan bahwa diri kita berbakat.
Ada lima komitmen dasar yang membimbing kita
ke suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi:
Kembangkan landasan bagi standar tunggal: pegang teguh nilai-nilai absolut.
Milikilah idealisme: Teguhkan hati dalam menempuh perjalanan anda.
Kembangkan pedoman yang akan menguatkan anda dalam perjalanan itu: teguhkan hati dalam
melatih hati nurani anda.
Kurangi godaan-godaan yang membawa anda keluar jalur: teguhkan iman.
Bersiaplah untuk menghadapi pemeriksaan: teguhkan kemauan untuk mengurangi kerahasiaan.
Upaya ke arah tercapainya suatu standar moral tunggal amatlah sulit dalam konteks kepemimpinan
adalah banyaknya penerapannya harus dilakukan di depan publik. Keberanian merupakan kualitas
pribadi yang penting yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelima komitmen diatas. Ini adalah
keberanian jiwa yang dikaitkan dengan kemauan yang gigih. Kita masing-masing harus membuat
komitmen untuk hidup berdasarkan standar tunggal dalam berperilaku, karena jika kita
melakukannya, para pemimpin kita pun harus mengikutinya.

46
Semangat Pengabdian

Banyak diantara kita percaya bahwa memimpin adalah meraih kekuasaan. Tetapi, selama
kekuasaan menguasai otak kita tentang kepemimpinan, kita tidak akan dapat bergerak maju
menuju suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi. Kita harus menempatkan pengabdian
sebagai inti; karena meskipun kekuasaan akan selalu dihubungkan dengan kepemimpinan, ia hanya
memiliki satu penggunaan yang sah: pengabdian.
Pentingnya pengabdian bagi kepemimpinan mempunyai sejarah yang panjang. Raja-raja zaman
dahulu mengakui bahwa mereka mengabdi untuk negara dan rakyatnya, meskipun tindakan-
tindakan mereka tidak konsisten dengan ucapan mereka. Upacara-upacara pelantikan di zaman
modern bagi para petinggi negara semuanya melibatkan pengakuan akan pengabdian terhadap
Tuhan, negara, dan rakyat. Para politisi merumuskan peran mereka sebagai pengabdian kepada
rakyat. Dan di arena spiritual pengabdian selalu menjadi inti kepemimpinan.
Pengabdian hadir dalam konteks suatu hubungan. Dalam politik, hubungan itu adalah hubungan
antara para pejabat terpilih dengan para pemilihnya, di lingkungan akademik antara pengajar dan
siswanya, dalam kehidupan beragama antara pemuka agama dengan umatnya.
Idealnya adalah pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri, kita harus menganggap setiap
orang sebagai diri kita sendiri dan kita tidak boleh mengharapkan imbalan. Tetapi, jika anda
menunggu sampai anda dapat mengabdi tanpa motif pribadi, anda boleh menunggu sampai tua.
Kepemimpinan yang berorientasi pada pengabdian tidak harus diartikan sebagai selalu menuruti
kemauan orang lain. Pengabdian harus dilakukan dalam kerangka acuan nilai-nilai moral, ia harus
merupakan pengabdian yang jujur. Jika kita mengikatkan diri pada pengabdian yang jujur, kita
tidak harus selalu mengatakan kepada orang banyak apa yang mereka ingin dengar dari kita. Anda
justru harus mengatakan kepada mereka jika anda anggap mereka salah.
Sebagai pemimpin, kita harus membangun organisasi yang terikat pada pengabdian. Kita harus
menciptakan kesadaran akan pengabdian, membentuk kelompok inti yang akan melatih orang-
orang untuk mengabdi, mengembangkan sistem untuk memberikan pengabdian, dan mengukur
pengabdian itu untuk mengevaluasi kinerjanya. Tidak ada yang baru dalam tugas-tugas ini. Banyak
badan usaha dan organisasi sukarela melakukan semua ini dengan sangat baik.
Jika standar tunggal merupakan pondasi standar kepemimpinan yang lebih tinggi, semangat
pengabdian adalah bahan untuk mendirikan struktur bangunannya.
Lima langkah yang akan membantu pemimpin inti menjalankan pengabdiannya:
Fokus pada tanggun jawab
Menekankan pengabdian berlandaskan nilai
Membuat komitmen terhadap pengabdian pribadi
Memahami kebutuhan orang-orang yang akan anda abdi
Mendamaikan kekuasaan dengan pengabdian

Bakat khusus tidak diperlukan untuk meniti langkah-langkah ini, hanya hasrat dan
komitmen untuk mengabdi.

47
Keputusan Dan Tindakan
yang Terikat Prinsip-Prinsip Moral

Tindakan menegaskan kepemimpinan dan keputusan merupakan pendahuluan dari tindakan.


Putuskanlah arah mana yang akan anda tuju: inilah cita-cita anda, putuskanlah bagaimana anda
sampai kesana: inilah strategi anda. Lalu lakukanlah seperti yang anda katakan anda akan lakukan.
Anda harus memantau hasilnya dan menyesuaikannya dengan keadaan yang berubah. Tetapi
untuk mencapai standar kepemimpinan yang lebih tinggi, anda juga harus mempertimbangkan
dimensi moral dalam segala keputusan dan tindakan anda.
Mengikutsertakan dimensi moral memerlukan pengevaluasian keputusan dan tindakan kita
terhadap nilai absolut kebenaran dan pantang kekerasan serta norma perilaku yang universal:
memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri sendiri. Kita harus harus mengingatkan
diri kita sendiri bahwa pantang kekerasan dapat diartikan sebagai cinta positif terhadap
kemanusiaan dan tiadanya eksploitasi. Kita harus eksplisit dalam komitmen kita untuk memandang
ini sebagai kriteria pengambilan keputusan dalam berbagai arena.
Dimensi moral terlalu sering diabaikan ketika kita mengambil keputusan bisnis dan politik. Tetapi,
keputusan-keputusan ini memberikan dampak terhadap orang lain dan karena itu memiliki dimensi
moral. Kita tidak bisa melepaskan diri dari realitas ini. Kita juga tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan bahwa menyertakan dimensi moral dalam keputusan-keputusan kita bisa sulit. Tetapi
keputusan yang mempengaruhi hidup orang lain tidak harus mudah.
Sebagian besar dari kehidupan kita dihabiskan dalam pekerjaan. Jika pekerjaan kita tidak memiliki
dimensi moral, bukankah kemungkinan besar kepuasan moral dari sisa hidup kita akan merosot?
Sebagai orang tua, apakah tidak mungkin pengaruh moral terhadap anak-anak kita juga merosot?
dan apakah tidak mungkin penapis moral dalam masyarakat kita pun dalam hal ini dunia bisnis dan
politik (merupakan komponen terbesar) juga membusuk?
Menyertakan dimensi moral ke dalam keputusan dan tindakan kita juga akan mengangkat yang
terbaik dari diri kita. Hal itu akan membuat kita berpikir dan bertindak melampaui kepentingan
bisnis dan politik yang dirumuskan secara sempit, serta memberi makna dan tujuan pada
kehidupan profesional kita.
Empat langkah yang akan membantu orang lain membawa dimensi moral ke dalam peran mereka
sebagai pemimpin di masyarakat:
Tetapkan prinsip dalam mengelola
Ciptakan integritas dalam setiap proses pengambilan keputusan
Ubahlah kriteria pengambilan keputusan
Implementasikan Setiap keputusan dalam batas-batas moral.
Empat langkah tersebut tidak hanya menciptakan kerangka acuan bagi para pemimpin untuk
melanjutkan langkah di jalan menuju pencapaian standar kepemimpinan yang lebih tinggi, tetapi
juga memberikan landasan kepada organisasi untuk mendukung mereka yang telah memilih
berjalan di jalan itu.

48
Sistem Nilai: Meletakkannya pada Garis

Nilai-nilai Anda
Setelah anda memahami sistem nilai dan keyakinan anda, kemudian anda harus memperjelas nilai-
nilai dari orang sekeliling anda. Satu dari tugas yang pertama seorang pemimpin adalah
memperjelas hal-hal apa yang dapat membuat sukses (termasuk peran dari para pengikutnya).
Pemimpin harus memimpin kesepakatan diantara para pengikut potensial dan konstituennya untuk
dapat bertindak, dan mencapai sukses.
Pada sisi negatif. Tanpa ciri yang jelas dari nilai-nilai personalnya, pemimpin bisa kehilangan
harapan, merasa bersalah, kehilangan pegangan karena tidak konsisten, dan tidak mendapat
kehormatan seperti halnya ia berjuang untuk membela kunstituennya. Lebih positipnya, penciptaan
dan kepemimpinan dari sistem nilai dari suatu organisasi atau perusahaan, berada dalam
keselarasan menyeluruh dengan nilai-nilai dari konstituennya akan menjadi sangat berkekuatan.

Menyiarkan
Sejumlah pemikiran dinyatakan oleh Elliot Jaques. Ia, seperti banyak penulis, menekankan bahwa
CEO harus menyiapkan sistem nilai dan nilai-nilainya harus menyentuh segala hal yang
dikerjakannya. Tanpa sebuah pemahaman yang jelas dari seseorang yang memiliki sistem nilainya,
seseorang akan menjadi pecundang dan opportunis, dan tidak lagi akan mendapatkan pengikut
lain.
Mendiskusikan kepemimpinan CEOs dari satu konstituensi yang kritis, salah seorang karyawannya
berkata:
jika CEO dapat menetapkan nilai-nilai dan phylosophy yang utuh dari perusahaan, yang
menjaring didalam nilai-nilai dasar sosial, dan memenuhi nilai-nilai dasar masyarakat,
maka ia akan mendapatkan keseluruhan organisasinya bekerja secara efektif di dalam
arah yang sama dan luas . Nilai-nilai tersebut menggerakkan kita, mengikat kita
bersama, mendorong kita maju, dan secara umum membuat dunia terus berputar.

Nilai-nilai Buruk
John W. Gardner, dalam studinya tentang kepemimpinan, juga mennekankan aspek nilai-nilai dari
kepemimpinan, yang terkait dengan budaya dimana nilai tersebut dioperasikan, dan katanya:
Kami katakan kami perlu kepemimpinan yang efektif; tetapi Hitler (sayangnya) effective.
Dibutuhkan kriteria-kriteria dibalik keefektifan itu. Utamanya, kita menilai pemimpin-
pemimpin kita dalam kerangka nilai-nilai (meskipun demikian) kerangkanya berbeda dari
peradaban yang satu ke peradaban selanjutnya, dan dari satu zaman ke zaman lainnya.
Dengan kata lain, menjadi pemimpin yang efektif tidak menjamin hasil-hasilnya memenuhi etika
dan moral. Jadi, jika kita ingin mendapatkan macam pemimpin yang dibutuhkan sekarang, suatu
penekanan yang kuat dengan meyuarakan etika dan nilai-nilai merupakan pra-syaratnya.

49
Pemahaman
Tentu saja, pemahaman dari sistem nilai anda dan masyarakatnya yang cukup, adalah hanya
sebagian dari potongan teka-teki (Jigsaw).
Penelitian tentang budaya-budaya di dunia, Geert Hofstede menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan2 dan kesamaan2 dalam hirarki nilai. Hal ini dibangun dari latar belakan budaya
(contohnya soal; pendidikan, kelahiran di masyarakat), melalui penyempitan struktur-struktur pilar
(contohnya soal; perusahaan, kelompok-kelompok, dsb), dan secara khusus mengarah pada sistem
nilai individu-individu (contohnya; personil).
Hofstede, yang memandang budya sebagai pemrograman mental secara kolektif
memperhatikan bahwa nilai-nilai adalah inti dasar dari budaya. Dengan cara lain, tanpa
pemahaman dari nilai-nilai budaya, dan sub2-budayanya secara keseluruhan, kita hampir dapat
berharap pada negoasiasi yang efektif dengan ini, setidaknya mengacu ini.
Setiap budaya dibangun pada nilai-nilai (misalnya; Bushido, Etika Samurai Jepang) dengan ritual-
ritualnya (misalnya; Seppuku, ritual pengorbanan, upacara minum the), pahlawan-pahlawan
(Mushashi), dan simbol-simbol (seperti: keatian dari 47 Ronin, melambangkan penyerahan kepada
tuhannya).
Manakala menempatkan Keuntungan (profit) sebagai inti nilai, tanpa menerima konteks-
konteksnya, maka hal ini dapat dipertanyakan, mencoba menggantikan superioritas kinerja wall
street untuk sebuah inti nilai, laporan triwulanan untuk ritual, Jack Welch sebagai pahlawan, dan
mempunyai Mescedes sebagai simbol dari sebuah sukses, dan analogi nya lengkap sudah.
Atau, mencoba menyuburkan lingkunagn keluarga sebagai nilai, thanks giving day sebagai
ritual, Ayah sebagai pahlawan, dan anak-anak yang ber-kuliah sebagai simbol. Tetapi , bagaimana
kita menyeimbangkan superioritas wall street, nilai-nilai manajemen, dengan menyuburkan
keluarga, nilai-nilai pekerja kita, jika Ayah kehilangan pekerjaannya?.

Dimana Saja
Nilai-nilai Dasar ini diterapkan seperti halnya mempekerjakan pekerja untuk mengerjakan usaha
pemimpinnya. Setiap pekerja juga bekerja dengan lima konstituensi, dari satu tingkat ke tingkatan
lainnya.
Masyarakat menemukan nilai-nilai di banyak tempat, dalam bekerja, dalam agama, dalam berolah-
raga, dalam berkawan, dalam pelayanan umum, dalam pencapaian, dalam perjalanan. Tetapi
masyarakat hanya dapat menemukan nilai-nilainya di dalam satu tempat, yaitu dalam dirinya
sendiri. Nilai-nilai sesungguhnya bersama kita semua, setiap menit, dan nilai-nilai kita muncul
bersama lainnya, setiap menit. Jadi sesungguhnya adalah konsistensi dan ketidak konsisten-an kita.
Mungkin kesimpulannya Jika anda tidak dapat mengerti untuk apa anda berdiri, bagaimana
mungkin anda mengerti perihal lainnya?. Tentu saja, ia akan lebih suka berjalan, dan tidak untuk
berbicara, tindakan-tindakannya akan mengatakan semua yang in

50
Golongan Pemimpin1
(Jumat, 02 Agustus 2002)

a) T: Saya ingin bertanya tentang pemimpin menurut pandangan Aa. Sebetulnya, ada berapa
macam pemimpin yang ada di dunia ini? (Umarawangi, Jakarta)
J: Qolbu atau hati itu ada tiga macam, yaitu qolbun maridh (hati yang sakit), qolbun mayyit
(hati yang mati), dan qolbun saliim (hati yang selamat). Mengacu pada kategori tersebut,
maka macam pemimpin pun ada tiga, yaitu pemimpin yang 'sakit' hatinya, pemimpin yang
'mati' hatinya, dan pemimpin yang selamat hatinya.
Pemimpin yang berpenyakit hatinya selalu ingin mendapat perlakuan istimewa dari orang
lain. Dia lebih mengutamakan dan mengikuti nafsunya. Salah satu penyakit yang ada pada
pemimpin seperti itu adalah sombong. Dengan sombongnya dia sudah berani petantang-
petenteng di hadapan orang banyak dan merajalela memberikan perintah.
Sedangkan pemimpin yang mati hatinya sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Dia hanya tahu bagaimana cara memuaskan nafsunya, maka
segala cara akan dia lakukan. Dia akan memanfaatkan segala kesempatan dan kemudahan
fasilitas yang ada demi kepuasan nafsunya. Dia tidak disukai orang-orang di sekitarnya.
Seharusnya, orang semacam itu tidak boleh dijadikan pemimpin karena akan merusak
negara dan bangsa dengan akhlak buruknya.
Pemimpin seperti itu sungguh sangat jauh berbeda dengan pemimpin yang lebih
mengutamakan akhlaknya karena hatinya selamat dari segala macam penyakit egois,
merasa paling hebat, ujub, sombong, dengki, iri, serakah, suka pamer kekayaan, suka
berfoya-foya, dan berbuat sia-sia.
Pemimpin yang selamat hatinya akan selalu menjaga amanah dan selalu melaksanakan
tugas dan kewajibannya dengan baik. Sebetulnya pembahasan tentang masalah ini
sangatlah luas. Mudah-mudahan jawaban ini dapat bermanfaat.
b) T: Aa, mengapa manusia lebih cenderung punya ambisi untuk memimpin orang lain dibanding
dirinya sendiri? (Adam, Jakarta).
J: Begitulah manusia! Kita sebagai manusia lebih suka menuntut untuk disayangi,
diperhatikan, dihormati, dan selalu minta diberi. Kita senang menuntut orang lain untuk
berbuat sesuatu untuk kita, dan sebaliknya kita sendiri enggan memberikan kontribusi
untuk orang lain.
Sama halnya dengan seorang pemimpin yang lebih senang mencari kesalahan setiap orang
tapi sayangnya dia tidak memiliki keberanian untuk melihat kekurangan dan kesalahan
sendiri.
Dari sinilah akan terlihat sukses atau tidaknya seseorang. Orang sukses itu adalah orang
yang memiliki keterampilan untuk melihat kekurangan diri sendiri sebelum melihat
kekurangan orang lain.

1
Dicuplik dari rubrik tanya jawab dengan KH. Abdullah Gymnastiar

51
c) T: Seringkali terjadi perbedaan pendapat sehingga pemimpin dan orang-orang yang
dipimpinnya tidak sejalan. Bagaimanakah sikap kita terhadap pemimpin yang berbeda
pandangan dengan kita, apakah harus mengikutinya atau mengabaikannya? (Alisha,
Jakarta)
J: Memiliki pemimpin ideal itu memang tidak mudah dan tidak bisa begitu saja atau istilah
sekarang adalah instan. Kepemimpinan itu adalah sebuah keterampilan yang bisa dimiliki
oleh setiap orang sejak kecil. Tapi tidak cukup begitu saja, karena sebuah keterampilan itu
harus diasah oleh ilmu agar tidak dimanfaatkan untuk hal-hal negatif atau menjadi salah
kaprah.
Masalah menaati atau mengabaikan itu tergantung dari ajakannya. Jika ajakannya betul,
maka kita anggap itu sebagai karunia Allah SWT. Dan jika ajakannya salah, berarti itu
adalah ladang amal bagi kita untuk membantu memperbaikinya. Tidak perlu kita
mengadakan kudeta! Kita sebaiknya bijaksana memandang persoalan ini sebagai proses
perjalanan sejarah menjadi pelajaran.
Kita sebaiknya mempelajari hal yang ada, baik hal yang negatif maupun positif sebagai
bekal sebuah pembinaan. Kita harus siap melahirkan generasi mendatang yang siap
menjadi pemimpin bagi bangsa ini.
Kita harus mulai berpikir bahwa siapapun yang ingin memimpin orang lain dengan sukses
harus mampu memimpin dirinya sendiri. Jatuhnya kita sebagai suami, istri, anak, atau
pemimpin dari sisi manapun adalah akibat dari tidak adanya kesanggupan serius dari kita
untuk memimpin diri sendiri.

52
Bukan Bos Tapi Pemimpin
Oleh: Gunawan Wibisono2
(Senin, 29/07/2002, 12:21 WIB)

satunet.com. Belakangan ini sering kali kita mendengar istilah krisis kepemimpinan yang dapat
diterjemahkan, bangsa Indonesia tidak memiliki orang yang memiliki kwalitas sebagai pemimpin
nasional.
Ada orang yang memiliki kemampuan memimpin namun tidak dapat ditunjukkan karena terhalang
oleh beberapa hal atau situasi memang membuat keadaan, di mana seorang pimpinan tidak bisa
lahir.
Apapun representasi kita dalam menerjemahkan kata tersebut, adalah hal yang wajib dalam
sebuah kelompok dipilih seorang pimpinan. Namun begitu seperti kata pepatah semakin tinggi
pohon cemara, maka semakin tinggi angin yang menerjang, begitu juga perjalanan seorang
pimpinan.
Kwalitas seorang pimpinan tidak dapat kita nilai pada saat dia dilantik dengan menggunakan
pakaian kebesaran yang membuatnya tampat berwibawa atau hiruk-pikuk massa pendukung.
Kualitas pimpinan akan terlihat bagaimana pada saat dia menghadapi angin-angin tersebut.
Dalam sebuah diskusi yang bertema mencari kepemimpinan bangsa, pembicara menanyakan pada
floor mengenai apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin, dijawab oleh salah seorang
peserta sebagai Kemampuan orang itu dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
bersama, dan itu bukan jawaban yang salah. Namun apa yang membuat orang tadi dapat
mempengaruhi orang lain sehingga orang mau mengikuti apa yang dikatakannya.

Ciri khas seorang pemimpin


Apabila kita melihat pada dunia militer, hal yang wajar terjadi adalah bahwa pemimpin yang dipilih,
biasanya orang yang memiliki pengalaman tempur yang baik, dan kemampuan tersebut sering
dikenal dengan keberanian fisik. Keberanian fisik merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap
prajurit.
Namun begitu tentu anda akan berpikir, apa cukup? Ya benar tentu dengan keberanian fisik saja
tidak cukup, namun itu merupakan hal yang vital bagi dunia militer. Dan anda pasti setuju bahwa
pimpinan tidak hanya ada di militer, pimpinan juga bisa berada di bidang sipil, yang tentu saja
keberanian fisik bukan merupakan hal yang mutlak. Tentu ada kemampuan lain yang diminta
dalam kelompok tersebut.
Namun begitu ada beberapa hal lain yang biasanya dimiliki oleh orang sehingga dia bisa menjadi
pimpinan walaupun dia hanya memiliki kemampuan rata-rata dalam kelompoknya tersebut. Hal lain
tersebut berupa kwalitaskwalitas yang dituntut dan dihargai selama hidup. Kualitas yang harus
dimiliki oleh pimpinan adalah:

2
mahasiswa pasca sarjana pada Universitas Bina Nusantara, selain itu juga bekerja sebagai Dosen dan Staff
IT di perguruan tinggi yang sama.

53
1. Integritas. Didefinisikan sebagai kualitas yang membuat seseorang mempercayai anda.
Kepercayaan adalah yang terpenting, dalam membentuk hubungan pribadi. Integritas
ditunjukkan dari seluruh pribadi.
2. Antusiasme. Dapat digambarkan sebagai semangat seorang pimpinan dalam mencapai tujuan
bersama.
3. Kehangatan. Orang yang kaku tidak cocok menjadi pemimpin.
4. Ketenangan. Hal ini sangat diperlukan terutama dalam pengambilan keputusan, sejarahwan
Romawi, Tacitus, pernah mengatakan bahwa Pertimbangan nalar yang diambil dengan tenang
itulah kualitas istimewa yang dimiliki pemimpin.
5. Tegas dan adil. Kombinasi ketegasan dan keadilan telah muncul sebagai kualitas yang
dituntut oleh setiap organisasi pada pimpinannya. Kecendrungan salah satu faktor
penyebabnya adalah semakin dinamisnya perubahan dan untuk itu diperlukan pemimpin yang
konsisten.
Komponen-komponen tersebut seperti senyawa kimia yang apabila anda gunakan dengan tepat
ukurannya ditambah dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan organisasi akan menghasilkan
sebuah zat yang bermamfaat dan dapat diterima oleh banyak pihak.

Jenis pemimpin
Dalam kenyataannya pun memang pemimpin dari asalnya dapat kita katagorikan dalam 2 (dua)
macam, yaitu pemimpin yang dilahirkan dan pemimpin yang dibentuk oleh situasi. Pemimpin yang
dilahirkan, kita bisa ambil contoh dari negara yang menganut sistem kerajaan, dimana seorang
putra mahkota dilahirkan untuk menjadi seorang pimpinan.
Sedangkan bagi para penganut kelompok situasional, mereka menganggap bahwa tidak ada istilah
dilahirkan sebagai pimpinan, semuanya tergantung dari situasi. Mereka mengatakan bahwa
tempatkanlah seseorang dalam suatu kondisi maka mungkin dia akan menjadi seorang pimpinan.
Tempatkanlah dia dalam situasi lain dan mungkin dia tidak akan menjadi pimpinan.
Churchill tak diragukan adalah pemimpin besar pada masa perang, namun apakah demikian juga
dalam masa damai? Pada awal pemerintahan Churcill tahun 1940, W.O. Jenkins, profesor dari
Amerika memuat studi tentang kepemimpinan dan dia mengatakan Kepemimpinan bersifat spesifik
menurut situasi tertenu yang diamati. Satu-satunya faktor paling umum tampaknya bahwa
pemimpin dalam bidang khusus perlu cenderung memiliki kemampuan di atas rata-rata atau
kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya.
Dalam perkataan profesor tadi kemampuan diatas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan
teknis dalam bidangnya, maka mungkin dapat kita bayangkan ada tiga macam otoritas dalam
kepemimpinan, yaitu otoritas berdasarkan kedudukan atau pangkat, otoritas berdasarkan
pengetahuan dan otoritas berdasarkan kepribadian. Nampaknya memang pendekatan situasional
menekankan pada otoritas yang kedua. Dan memang pengalaman menunjukkan bahwa kecuali
berada dalam lingkungan kerajaan, pemimpin yang baik adalah orang yang lahir dari kelompok dan
diakui eksistensinya oleh kelompok tersebut. Kondisi tersebutlah yang membuat dia memiliki
otoritas.

Mengendalikan Tim
Adalah suatu hal yang pasti seorang pemimpin bekerja dalam sebuah tim dimana tim memiliki
tujuan bersama. Untuk menyelesaikan tugas dan mempertahankan kebersamaan kelompok secara
bersama, fungsi-fungsi pokok tertentu harus dijalankan. Beberapa fungsi pokok tersebut adalah:

54
1. Menentukan Tujuan. Menentukan batasan atau mengidentifikasikan maksud, tujuan dan
sasaran organisasi atau kelompok.
2. Merencanakan. Memastikan bahwa ada rencana yang disetujui semua pihak, bila mungkin
untuk mencapai sasaran. Pemimpin tahu apa yang akan dicapainya, bagaimana memulainya
dan bagaimana berhentinya.
3. Memberi brifing. Menjelaskan tujuan dan rencana dengan gamblang. Pepmimpin harus
mampu menjawab bertanyaan yang kerap diucapkan yaitu: Mengapa kita melaksanakan
dengan cara ini bukan dengan cara itu.
4. Mengontrol. Mengontrol, mengawasi dan memantau semua hal yang mengacu pada
pekerjaan yang sedang berlangsung.
5. Mengevaluasi. Evaluasi ini digunakan sebagai bahan yang bermanfaat untuk memberikan
feedback bagi kelompok dengan harapan memperbaiki kekurangan dan menghasilkan sesuatu
yang lebih baik.
Mungkin pernah juga ada pertanyaan apa perbedaan dari bos dengan pemimpin. Satu pertanyaan
yang mendasar, ada sebuah analogi mengatakan bos adalah orang yang memiliki kedudukan,
berhak mengatur sumber daya baik alam maupun orang, namun belum tentu dapat diterima oleh
tim yang dipimpinya, sedangkan pimpinan adalah orang yang diakui keberadaannya, memiliki
otoritas karena orang secara suka rela memberikan padanya dan dia diberi tempat spesial karena
kemampuannya itu.
Anda bisa saja ditunjuk untuk menjadi seorang bos, tetapi anda bukan seorang pemimpin sampai
kepribadian dan karakter anda, pengetahuan dan kecakapan anda dalam melaksanakan fungsi-
fungsi kepemimpinan diakui dan diterima oleh semua orang lain yang bekerja bersama anda. Inilah
perbedaan yang sangat fundamental.

Pemimpin dan perubahan


Kepemimpinan dan perubahan berlangsung seiring. Pemimpin menyukai perubahan, itulah unsur
pilihan mereka. Mereka menyenanginya karena mereka memiliki banyak ide cermelang yang dapat
digunakan untuk peningkatan kinerja tim dan usaha pencapaian organisasi. Sebaliknya bos
menyukai menjalankan organisasinya bagaikan mesin. Mereka merasa paling bahagia dalam
keadaan yang mapan, tanpa suatu apapun yang mengancam kemapanan itu.
Meskipun pemimpin tulen secara insting berusaha mengubah dan meningkatkan segala keadaan,
usahanya tidak akan cukup berhasil kecuali jika perubahan eksternal dan internal mempengaruhi
organisasinya juga. Selain perubahan yang diciptakan oleh ide-ide yang dimilikinya seorang
pimpinan yang baik juga harus siap menghadapi perubahan yang tidak diprediksikan, misalnya
bencana alam, demo karyawan atau perubahan susunan managerial yang mendadak, dan ada
wajib memiliki toleransi tinggi terhadap hal tersebut.
Untuk menghadapi latar belakang perubahan itu dan terus menerus berupaya agar tetap berhasil
dalam proses perubahan itu, diperlukan konsep yang dapat digunakan yaitu:
1. Keterarahan. Seorang pemimpin selalu akan menemukan jalan untuk maju. Pemimpin akan
mengidentifikasi sasaran baru, produk atau bentuk pelayanan baru dan pasar baru.
2. Inspirasi/motivasi. Kepemimpinan berkait erat dengan inspirasi.
3. Pendekatan seorang pemimpin dan sikap yang diperlihatkannya mengobarkan motivasi
yang ada dalam diri organisasi, tim dan individu.
4. Membangun tim. Seorang pemimpin dengan sendirinya akan berpikir dalam kerangka tim.

55
5. Teladan. Kepemimpinan pada dirinya sendiri adalah teladan. Seorang pemimpin harus
memiliki sumbangsih langsung kepada tugas umum, sehingga membuatnya memimpin dari
depan.
6. Penerimaan. Anda bisa menjadi bos, namun belum menjadi pemimpin sampai penunjukan itu
diterima hati dan pikiran orang yang bekerja bersama anda.

Dari berbagai jenis pendekatan dan pemahaman kepemimpinan yang ada selalu memiliki tujuan
akhir yaitu bagaimana menciptakan sebuah tim dengan kinerja yang tinggi, karena memang itulah
hasil dari pemimpin yang baik. Tim yang memiliki kinerja tinggi itu memiliki ciriciri sebagai berikut:
1. sasaran yang realistis
2. rasa tanggung jawab bersama terhadap tujuan
3. penggunaan sumber daya sebaik mungkin
4. suasana keterbukaan
5. mengkaji kembali kemajuan yang telah dicapai
6. membangun pengalaman
7. bertahan dalam krisis
Tim dengan ciriciri seperti hal diatas, dapat dibangun dengan peran aktif seorang pemimpin
didalamnya. Keberhasilan dari sebuah tim lima puluh persen tergantung dari pemimpin dan lima
puluh persen sisanya tergantung dari kualitas, pelatihan dan moral mereka yang bekerja bersama
anda sebagai pimpinan.
Satu hal yang perlu diperhatikan pimpinan sebagai usaha mawas diri adalah Prisip Peter di mana
dikatakan, Keberhasil seorang pimpinan dalam satu tingkat, tidak selalu bahwa pemimpin tersebut
memimpin dengan baik pada tingkat berikutnya, karena para karyawan dalam hirarki cenderung
akan naik samapai dimana kompetensi (kemampuan) mereka mentok. Hal ini sangat perlu
diperhatikan seorang bos supaya dapat menjadi pimpinan, karena kepemimpinan merupakan peran
kunci dalam setiap organisasi.

56
Kriteria Kepemimpinan
Oleh: EMHA Ainun Nadjib
(Minggu, 17 Juni 2001)

Dalam terminologi yang sederhana, wacana utama kriteria kepemimpinan sekurang-kurangnya


harus melingkupi tiga dimensi: kebersihan hati, kecerdasan pikiran, serta keberanian mental.
Jika pemimpin hanya memiliki kebersihan hati saja, misalnya, tanpa didukung kecerdasan
intelektual dan keberanian, maka kepemimpinannya bisa gampang stagnan. Begitu pula sebaliknya.
Jika pemimpin hanya memiliki kecerdasan belaka tanpa didukung kebersihan hati dan keberanian,
maka jadinya seperti di 'menara gading' alias monumen yang bukan hanya tanpa makna, tapi juga
nggangguin kehidupan rakyatnya. Apalagi, jika pemimpin hanya memiliki keberanian saja tanpa
kebersihan hati dan kecerdasan, maka akan menjadikan keadaan semakin kacau dan buruk.
Sebenarnya, kriteria kepemimpinan sama persis dengan kriteria manusia biasa atau orang
kebanyakan, Kalau omong tentang pemimpin, sebaiknya jangan muluk-muluk. Berpikir sederhana
saja. Misalnya. syarat menjadi suami. Pertama, harus manusia. Kedua, harus laki-laki. Baru yang
ketiga, keempat, dan seterusnya.
Syarat suami harus manusia itu banyak tak diperhatikan orang, padahal jelas banyak suami berlaku
seperti ia bukan manusia. Bertindak hewaniah kepada istrinya, juga kepada orang lain. Bukankah
menjadi manusia itu sendiri saja sudah sedemikian sukarnya? Kenapa kita punya spontanitas untuk
mentertawakan dan meremehkan bahwa syarat menjadi suami itu harus manusia?
Jadi, syarat menjadi Presiden atau Lurah itu ya sederhana saja: harus manusia. Sebab ratusan juta
rakyat di muka bumi sengsara dalam berbagai era sejarahnya, gara-gara pemimpin negaranya
berlaku tidak sebagaimana manusia, padahal semua orang sudah menyepakati bahwa ia manusia.
Bukankah perilaku kebinatangan itu sebenarnya peristiwa jamak dan 'rutin' dalam konstelasi
perpolitikan dan kekuasaan? Juga persaingan ekonomi?
Dulu saya bangga hanya ada istilah political animal dan economic animal, tidak ada cultural animal.
Saya bersombong yang punya kecenderungan kebinatangan hanya pelaku politik dan ekonomi,
kebudayaan tidak. Tapi ternyata itu salah. Cultural animal juga bukan main banyaknya. Termasuk
di bidang kesenian, hiburan, informatika dll. Mungkin sekali termasuk saya sendiri.
Kemudian syarat menjadi suami yang kedua adalah harus laki-laki. Ternyata banyak suami berlaku
tidak laki-laki. Ia jantan ketika di ranjang, tapi tidak dalam mekanisme politik rumah tangga, tidak
di dalam pergaulan. Betapa banyaknya lelaki yang ternyata betina, yang berlaku tidak fair, curang,
culas, suka mengincar, menyuruh bikin kerusuhan supaya nanti dia yang jadi pahlawan, merancang
membakar gedung parlemen supaya bisa bikin dekrit, dan lain sebagainya.
Meskipun, dari sudut ideologi pembelaan kaum perempuan, saya tidak mantap dengan etimologi
dan filosofi kebahasaan kita. Kenapa orang yang jujur kita sebut jantan, yang pengecut kita sebut
betina atau perempuan. Bukankah kejantanan yang dimaksud di situ bisa juga dilakukan oleh
wanita? Bisa saja ada lelaki betina dan perempuan jantan. Jadi yang dimaksud pemimpin harus
laki-laki bukan dalam pengertian fisik, melainkan dalam pengertian kepribadian. Tolonglah ada
gugatan kepada Pusat Bahasa.

57
Modul 4
Topik: Pengorganisasian Masyarakat

Peserta memahami dan menyadari:


1. Konsep pengorganisasian masyarakat
2. Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat
3. Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat
4. Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis

Kegiatan 1: Permainan dan diskusi makna pengorganisasian masyarakat


Kegiatan 2: Diskusi alasan masyarakat berirganisasi
Kegiatan 3: Diskusi prinsip dan cara masyarakat berorganisasi
Kegiatan 4: Ceramah dan diskusi organisasi masyarakat warga

4 Jpl (180)

Bahan Bacaan:
1. Pengorganisasian Masyarakat
2. Pengorganisasaian Maysarakat (Beberapa Pengertian)
3. Organisasi Masyarakat Warga

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

58
Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Topik 3 dari
Tema Pemberdayaan Masyarakat, yaitu Pengorganisasian Masyarakat dan apa yang ingin
dicapai dari modul ini, yaitu :
Peserta memahami dan menyadari:
Konsep pengorganisasian masyarakat
Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat
Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat
Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis
2) Jelaskan bahwa kita akan memulai Kegiatan 1 : Permainan dan diskusi makna
pengorganisasian masyarakat.
3) Mintalah beberapa peserta yang berbadan besar dan kuat untuk maju kedepan dan berdiri
berjajar sebagai tembok dan mintalah beberapa peserta yang berbadan kecil atau lemah, dapat
juga perempuan untuk maju ke depan dan berperan sebagai bulldozer untuk merobohkan
tembok sedangkan sisanya menjadi pengamat untuk mencatat apa yang sebenarnya terjadi.
Tentu saja bulldozer tersebut tidak dapat merobohkan tembok yang sangat kokoh.
4) Kemudian mintalah kepada pemain bulldozer untuk mencari tambahan beberapa teman dan
kemudian mereka harus bekerja tanpa komunikasi sehingga bekerja secara acak atau tidak
terorganisasi misalnya satu mendorong dari depan yang lain dari belakang, yang lain dari kiri
dan yang lain lagi dari kanan sehingga tetap tidak mampu merobohkan tembok atau masing-
masing mendorong tanpa aba-aba sehingga tidak terjadi sinergi.
5) Kemudian mintalah mereka untuk bekerja secara terorganisasi dengan aba-aba, sudut
dorongan terarah, dsb, sehingga tembok roboh.
6) Belajar dari peristiwa tersebut mintalah para pengamat berunding untuk merumuskan apa
sebenarnya makna pengorganisasian masyarakat
7) Kemudian setelah kelompok pengamat sepakat dengan makna pengorganisasian masyarakat
ajaklah peserta untuk melakukan diskusi kelas dan menyimpulkan bahwa pengorganisasian
masyarakat berarti:
membangun masyarakat yang berorganisasi,
masyarakat yang mampu melakukan sesuatu secara terorganisasi,
masyarakat yang mampu menggalang potensi bersama,
masyarakat yang mampu bersinergi untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dapat
dilakukan oleh masing-masing anggota

59
Diskusi Alasan Masyarakat Berorganisasi
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan melanjutkan Topik 3:
Pengorganisasian Masyarakat dengan Kegiatan 2: Diskusi alasan masyarakat berorganisasi, dan
uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu menguraikan
dgn kata-kata sendiri alasan masyarakat berorganisasi
2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri 5-7 orang dan mintalah tiap kelompok
mendiskusikan ; Mengapa masyarakat berorganisasi atau perlu berorganisasi?
3) Kemudian mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dalam
suatu diskusi kelas dan simpulkan bahwa pengorganisasian masyarakat selalu dilakukan bila
ada unsur kesamaan visi dan tujuan.

Diskusi Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan melanjutkan Topik 3:
Pengorganisasian Masyarakat dengan Kegiatan 3: Prinsip dan cara masyarakat berorganisasi,
dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu
menguraikan dengan kata-kata sendiri tentang prinsip dan cara masyarakat membangun
organisasi
2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri 5-7 orang dan mintalah beberapa kelompok
mendiskusikan; Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat dan beberapa kelompok lain
mendiskusikan; Bagaimana cara masyarakat membangun organisasi?
3) Kemudian mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dalam
suatu diskusi kelas dan refleksikan bersama.

Prinsip pengorganisasian masyarakat adalah:


Prinsip partisipasi dimana pelaku utamanya justeru masyarakat sendiri sehingga melalui prinsip
partisipasi terjadi proses learning by doing
Prinsip kesetaraan antar semua pelaku, termasuk yang selama ini tertinggal oleh sebab jender,
pendidikan, penghasilan, etnik, dsb
Prinsip inklusif sehingga terbangun rasa bersama one for all, all for one
Prinsip mulai dari yang ada dan dipahami masyarakat

60
Hakekat pengorganisasian masyarakat adalah:
Membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi dan persoalan yang harus
ditanggulangi bersama sehingga membangkitkan kebutuhan untuk berorganisasi menggalang
potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan sosial yang lebih dinamik dan
tanggap menghadapi berbagai perubahan.
Membangun komunitas yang bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi
lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan
atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat.
Membangun potensi dan kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka
mampu secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan
mampu melakukan manajemen komunitas (community management) terhadap
lingkungan.hidupnya

Cara masyarakat membangun organisasi, adalah:


Menyepakati kebutuhan bersama
Menyepakati pola-pola pengambilan keputusan
Menyepakati pola-pola kepemimpinan yang representatif
Memilih pemimpin
Melakukan perencanaan partisipatif sebagai bagian integral pengorganisasian masyarakat
untuk menyepakati apa-apa yang akan dilakukan bersama
Melaksanakan hasil perencanaan partisipatif
Kaji ulang langkah-langkah yang sudah dilakukan sebagai proses pengendapan (mengubah
pengalaman nyata menjadi pengalaman mental)

Ceramah Dan Diskusi Organisasi Masyarakat Warga

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan melanjutkan Topik 3:
Pengorganisasian Masyarakat dengan Kegiatan 4: Ceramah dan diskusi organisasi masyarakat
warga dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu
menguraikan dgn kata-kata sendiri pengertian dan ciri-ciri utama organisasi masyarakat warga
2) Uraikan kepada peserta tentang organisasi masyarakat warga dengan menggunakan LTP yang
telah disediakan (MB PM3 Organisasi Masyarakat Warga)
3) Kemudian tawarkan kepada peserta yang masih belum jelas untuk bertanya.
4) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok dan ajukan pertanyaan tersebut di bawah ini sebagai
bahan diskusi kelompok;
Apakah organisasi masyarakat warga (omw)?

61
Apakah sifat dasar dari organisasi masyarakat warga (omw)?
Bolehkah saya didalam organisasi masyarakat warga membawa jabatan saya?
Apakah arti posisi omw di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan
keluarga?
5) Mintalah tiap kelompok kemudian menyajikan hasil diskusi masing-masing dan luruskan bila
ada yg kurang tepat.

62
LK-Pengorganisasian Masyarakat-1
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan
Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat

Lima peserta yang berbadan besar dan kuat maju ke depan kelas serta berdiri berjajar.
Kelima peserta ini kemudian harus berperan sebagai tembok yang kokoh yang tidak mudah
roboh oleh bulldozer. Lima peserta yang kecil dan lemah dapat juga perempuan maju ke
depan kelas dan berperan sebagai bulldozer untuk merobotkan tembok tersebut tanpa
komunikasi sebelumnya diantara mereka.
Tembok tidak robot dan tiga orang tambahan maju membantu bulldozer mendorong
tembok secara tidak terorganisasi (misalnya ada yang dari kiri dan ada yang dari kanan,
dsb) dan tembok tetap tidak roboh.
Berundinglah untuk merobohkan tembok secara sistematik dan terorganisasi, misalnya
sebagian demi sebagian dirobohkan dan ada yang mendorong dan ada yang memberi-aba-
aba sehingga terjadi sinergi tenaga dan tembok roboh

63
LK-Pengorganisasian Masyarakat-2
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan
Diskusi Alasan Masyarakat Berorganisasi

Peserta membagi diri menjadi beberapa kelompok terdiri 5 s/d 7 orang, kemudian tiap
kelompok mencoba mendiskusi pertanyaan di bawah ini:
Setelah melihat permainan terdahulu, mengapa masyarakat berorganisasi atau perlu
berorganisasi?

LK-Pengorganisasian Masyarakat-3
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan
Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi

Kelompok A
Coba diskusikan dalam kelompok masing-masing apakah prinsip-prinsip pengorganisasian
masyarakat dan kemudian tuliskan jawaban kelompok di atas kertas plano yang telah disiapkan.
Kelompok B
Coba diskusikan dalam kelompok masing-masing bagaimana caranya masyarakat membangun
organisasi dan kemudian tuliskan jawaban kelompok di atas kertas plano yang telah disediakan.

64
LK-Pengorganisasian Masyarakat-4
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan
Ceramah dan Diskusi Organisasi Masyarakat Warga
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang dan kemudian tiap
kelompok harus mendiskusikan hal tersebut di bawah ini, Bila telah sepakat maka tulislah
jawaban kelompok ke atas kertas plano yang telah disiapkan.
Setelah mendengarkan ceramah sebelumnya sekarang coba uraikan dgn kata-kata sendiri
mengenai hal-hal yang ditanyakan di bawah ini.
Apakah organisasi masyarakat warga (omw)?
Apakah sifat dasar dari organisasi masyarakat warga (omw)?
Bolehkah saya didalam organisasi masyarakat warga membawa jabatan saya?
Apakah arti posisi omw di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan
keluarga?

65
Slide 3 Slide 4

66
Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

67
Slide 11 Slide 12

Slide 13 Slide 14

Slide 15 Slide 16

68
Slide 17 Slide 18

Slide 19 Slide 20

Slide 21 Slide 22

69
Slide 23 Slide 24

Slide 25 Slide 26

Slide 27 Slide 28

70
Slide 29 Slide 30

Slide 31 Slide 32

Slide 33

71
Pengorganisasian Masyarakat
Oleh: Parwoto, 2000

Mengapa Pengorganisasian Masyarakat


Ada berbagai pandangan atau aliran dikaitkan dengan pengorganisasian masyarakat yang nantinya
akan sangat berpengaruh dalam pemahaman pengorganisasian masyarakat itu sendiri.
Sekurang-kurangnya ada tiga pandangan sebagai berikut ini:
a) Kelompok pertama melihat pengorganisasian masyarakat sebagai alat untuk mensukseskan
program-program pemerintah. Agar program-program secara efektif diterima oleh masyarakat.
Oleh sebab itu masyarakat perlu diorganisasikan karena masyarakat yang terorganisasi dapat
menjadi wadah yang efektif untuk proses internalisasi untuk memahami keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan pemerintah dan mudah digerakkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kelompok ini berasumsi bahwa pemerintah adalah representasi masyarakat dan selalu tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat dan selalu bekerja keras hanya untuk kebaikan masyarakat.
Kelompok ini percaya bahwa sistem yang ada cukup layak dan melihat bahwa struktur
masyarakat yang ada adalah didasarkan atas konsensus.
b) Kelompok kedua melihat pengorganisasian masyarakat sebagai tujuan akhir yang perlu
dilakukan karena kelompok ini meskipun percaya bahwa sistem yang ada adalah layak dan
berfungsi tetapi ada penyimpangan-penyimpangan yang perlu diperbaiki dan masyarakat terdiri
dari berbagai unsur yang bersifat majemuk sehingga perlu wadah organisasi dimana berbagai
kepentingan dapat dipertemukan. Penekanan disini adalah organisasi masyarakat terbentuk
dan bukan masyarakat yang berorganisasi.
c) Kelompok ketiga melihat pengorganisasian masyarakat sebagai upaya terstruktur untuk
menyadarkan masyarakat akan kondisi mereka dan perlunya menggalang potensi untuk
melangkah menuju perbaikan dalam konteks tatanan sosial politik yang lebih luas. Kelompok ini
melihat bahwa sistem yang ada tidak berfungsi dengan baik, struktur sosial yang ada juga
konflik dan pemerintah tidak sepenuhnya tanggap dengan kebutuhan masyarakat. Bagi
kelompok ini pengorganisasian masyarakat lebih merupakan langkah awal menuju
masyarakat berorganisasi untuk mengembangkan tatanan sosial yang lebih peka dan tanggap
terhadap kondisi yang dialami menuju pembangunan yang lebih menyeluruh (comprehensive).

Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari makin jelas bahwa pengertian pengorganisasian masyarakat
(community organization) telah banyak disalah-artikan dan dimanipulasikan serta seringkali juga
dikecilkan artinya sehingga hanya terbatas pada membentuk organisasi atau badan hukum, jadi
lebih ditekankan pada fisik organisasi sebagai bentuk akhir dari upaya pengorganisasian
masyarakat.
Dalam makalah ini pengorganisasian masyarakat mencakup hal-hal yang lebih luas dan bersifat
langkah-langkah penyadaran masyarakat terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi dan
kebutuhan menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan kemasyarakatan
dalam rangka membangun komunitas yang ada agar lebih peka dan tanggap serta mampu

72
menjawab perubahan yang terjadi. Ini berarti komunitas yang terbentuk melalui proses
pengorganisasian masyarakat ini akan merupakan komunitas yang dinamik dan mampu
menjawab berbagai perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar.
Dengan demikian suatu komunitas bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi
lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau
kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat.
Pengorganisasian masyarakat ini juga merupakan bagian dari proses membangun potensi dan
kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka mampu secara aktif
berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan manajemen
komunitas (community management) terhadap lingkungan.hidupnya.

Siapa Saja yang Harus Berorganisasi


Organisasi masyarakat pada dasarnya adalah organisasi dimana kepentingan bersama menjadi
utama dan hanya karena itulah organisasi masyarakat menjadi penting dan mencapai esensinya.
Oleh sebab itu organisasi ini harus mewakili berbagai kepentingan dari unsur-unsur masyarakat dan
merupakan rekonsilisasi berbagai kepentingan yang berbeda. Jadi pada dasarnya pengorganisasian
harus mencakup seluruh unsur masyarakat dari berbagai strata ekonomi dan sosial, lintas
kemajemukan dan heterogenitas masyarakat. Bila hal ini tidak dilakukan maka yang terjadi
hanyalah suatu organisasi masyarakat yang ekslusif yang hanya akan menimbulkan purba
wasangka/kecurigaan.
Oleh sebab itu perlu dilakukan terlebih dahulu analisis pelaku petaruh (stakeholder) yang akan
sangat berpengaruh dalam pembangunan, yaitu semua pihak yang sangat peduli terhadap
lingkungan mereka, tidak tergantung tingkat pendidikan, kedudukan di masyarakat, kekayaan, dsb.
Yang penting dalam hal ini adalah kepedulian mereka dan dedikasi mereka dalam memperjuangkan
perbaikan kehidupan dan penghidupan bersama yang akan terefleksi dalam sikap melayani dan
dapat dipercaya sehingga merupakan representasi dari berbagai pihak dan kepentingan. Secara
nyata harus dapat mewakili masyarakat dari berbagai segi seperti antara lain usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, organisasi (kelompok arisan, kelompok doa, pkk, dll) dsb.
Dari analisis pelaku petaruh (stake holder) tersebut akan diperoleh klasifikasi sebagai berikut ini
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Tinggi
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Tinggi
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Rendah
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Rendah (lihat Diagram 1)

73
Diagram 1: Peta Pelaku Petaruh

KEPEDULIAN
TINGGI RENDAH

T
I
N Kepedulian Tinggi Kepedulian Rendah
P G Pengaruh Tinggi Pengaruh Tinggi
E G
N I
G
A
R R
U E
H N Kepedulian Tinggi Kepedulian Rendah
D Pengaruh Rendah Pengaruh Rendah
A
H

Siapakah Organisator Masyarakat


Organisator masyarakat (community organiser) dapat siapa saja baik merupakan unsur dari dalam
masyarakat (komunitas) sendiri atau dari luar. Yang penting seorang organisator masyarakat
(community organiser) harus memiliki beberapa kwalitas dasar sebagai berikut:
1. Mencintai Masyarakat dengan tulus
Mencintai disini diartikan suatu komitmen untuk memberikan hidupnya kepada masyarakat
khususnya yang tertinggal. Mencintai disini juga bukan pemanjaan artinya harus memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan yang dibutuhkan untuk tumbuh
dengan wajar.
2. Tekun
Sifat ini sangat dibutuhkan karena mengorganisasi masyarakat bukan hanya kerja satu
gebrakan (one-shot operation) tetapi lebih merupakan proses berlanjut yang penuh tantangan
dan kesulitan
3. Memiliki Rasa Humor
Agar tidak mudah putus asa dan frustrasi dalam mengorganisasi masyarakat seorang
organisator masyarakat harus memiliki tingkat humor yang cukup. Artinya dia harus mampu
mendudukkan segala sesuatu secara proporsional tidak terlalu menyalahkan diri sendiri atau
menyalahkan orang lain dan mampu menerima segala kesulitan dengan tetap gembira.
4. Kreatif
Kreativitas juga sangat dibutuhkan dalam kerja mengorganisasi masyarakat karena pada
dasarnya mengorganisasi masyarakat tidak ada resep baku, jadi kreativitas seorang organisator
sangat dibutuhkan.

74
5. Fleksibel
Disamping kreatif seorang organisator masyarakat juga dituntut fleksibel. Artinya seorang
organisator harus mampu menyesuaikan diri dan rencananya dengan situasi nyata di lapangan.
Perlu dibedakan antara fleksibel dan oportunis. Fleksibel adalah penyesuaian (adaptasi) ke
suatu situasi agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan oportunis tidak punya
tujuan.

Beberapa Konsep Dalam Pengorganisasian Masyarakat


PARTISIPASI
Pengertian
Pengertian partisipasi ini juga telah mengalami berbagai penyimpangan sehingga lebih mendekati
apa yang sering disebut sebagai mobilisasi atau malah sering kali diartikan sebagai rekayasa
sosial dimana masyarakat tetap saja didudukkan sebagai obyek pembangunan.
Beberapa pengertian partisipasi yang dapat dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut:
Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama (Hasan Poerbo)
a) Voluntary involvement of people in making & implementing decisions directly affecting their
lives, .(UNCHS, 1991)
Pelibatan secara suka rela oleh masyarakat dalam pengambilan dan pelaksanaan
keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka
b) A voluntary process by which people including the disadvantaged (income, gender,ethnicity,
education) influence or control the decisions that affect them (Deepa Narayan, 1995)
Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang beruntung
(penghasilan, gender, suku, pendidikan) mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan
keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka

Ciri-ciri partisipasi
Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini:
a) Bersifat proaktif dan bukan reaktif artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak.
b) Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat
c) Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut
d) Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara

Jenjang partisipasi
Ibu Sherry Arntein, seorang sosiolog mencoba membuat jenjang partisipasi dalam delapan jenjang,
dimana tingkat terendah adalah manipulasi atau rekayasa sosial dan yang tertinggi adalah bila
terjadi kontrol sosial atau pengendalian oleh masyarakat.
Kemudian delapan jenjang tersebut dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut ini
Kelompok yang paling rendah adalah: Non Partisipasi
Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah:

75
a) Manipulasi/rekayasa sosial, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai obyek
pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan
oleh pengambil keputusan (pemerintah)
b) Terapi, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pihak yang tidak tahu apa-
apa (orang sakit) dan harus percaya terhadap apa yang diputuskan oleh pemerintah (dokter)
Kelompok menengah adalah yang memiliki Kadar Hadiah (tokenism)
Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah:
c) Informasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan pemberian informasi akan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah seperti pemasyarakatan program, dll
d) Konsultasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berkonsultansi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi
yang bersangkutan
e) Penenteraman, yaitu pendekatan pembangunan dengan misalnya merekrut tokoh-tokoh
masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menenteramkan
masyarakat tetapi keputusan tetap ditangan pemerintah.
Ketiga pendekatan ini tetap mendudukkan masyarakat sebagai obyek dimana kewenangan
pengambilan keputusan tetap berada di tangan pemerintah.
Kelompok tertinggi adalah yang memiliki Kadar Kedaulatan Rakyat
Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah:
f) Kerjasama, yaitu pendekatan pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai mitra
pembangunan yang setara sehingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama
g) Pendelegasian, yaitu pendekatan pembangunan yang memberikan kewenangan penuh kepada
masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka.
h) Kontrol sosial, yaitu pendekatan pembangunan dimana keputusan tertinggi dan pengendalian
ada di tangan masyarakat.
Kesimpulannya partisipasi baru benar-benar terjadi bila memiliki kadar kedaulatan rakyat yang
cukup dan kadar kedaulatan rakyat tertinggi adalah terjadinya kontrol sosial (social control/citizen
control) dimana keputusan penting dan pengendalian pembangunan ada di tangan rakyat.
Diagram 2: Jenjang Partisipasi (Ladder of Participation) oleh Sherry Arntein

Kontrol sosial
Kadar
Pendelegasian
Kedaulatan Rakyat
Kerjasama

Penentraman (placation)
Kadar
Konsultasi
Hadiah
Informasi

Terapi Non
Partisipasi
Manipulasi/rekayasa sosial

76
SINERGI
Pengertian
Secara umum sinergi diratikan bila hasil kerjasama lebih banyak dibanding dengan penjumlahan
hasil masing-masing
Sinergi juga merupakan suatu proses, jadi bukan sekedar kerja sesaat, untuk mewujudkan
alternatif ketiga sehingga akan terjadi budaya kerjasama yang kreatif.

Ciri-ciri sinergi
Sinergi selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berorientasi pada hasil bersama
b) Punya tujuan bersama
c) Mengembangkan berbagai alternatif ketiga
d) Kerjasama secara kreatif,
e) Merupakan proses
Untuk memperjelas pengertian sinergi dapat dilihat juga apa yang bukan sinergi sebagai berikut ini
a) Bukan sekedar sumbang saran
b) Bukan teknik berunding
c) Bukan menyerah terhadap pendapat pihak lain
d) Bukan persaingan/teknik bersaing

Perbedaan antara Sinergi dan Kompromi


Untuk makin memperjelas pengertian sinergi maka sinergi dibandingkan dengan kompromi:
Sinergi : 1 plus 1 > dari 2
Kompromi : 1 plus 1 < dari 2, oleh sebab ada bagian yang dikorbankan.

Persyaratan Terjadi Sinergi


a) Ada perbedaan atau keragaman
b) Ada sikap menang-menang
c) Ada upaya untuk mengerti terlebih dahulu
d) Hargai perbedaan
e) Jakin bersama akan menemukan alternatif ketiga.

77
KEMANDIRIAN
Pengertian
Meskipun sudah berkali-kali digunakan tetapi ternyata pengertian kemandirian masih sulit
dijelaskan. Sering kali kemandirian diartikan situasi dimana seseorang/suatu komunitas mampu
mengurus dirinya/mereka sendiri.
Dengan kata lain suatu komunitas disebut mandiri bila dapat menjadi programer bagi diri mereka
sendiri, artinya sadar akan berbagai ; persoalan yang dihadapi, kelemahan, kekuatan dan peluang
yang dimiliki serta mampu menyusun program untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapi, mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan kekuatan dan
peluang yang dimiliki.

Jenjang Kemandirian
Jenjang kemandirian ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan sebagai berikut:
a) Tahap: Tergantung (dependent)
Suatu kondisi masyarakat yang belum mandiri;
merasa tergantung pihak lain
sangat reaktif,
tidak mengenal diri/komunitasnya
selalu menyalahkan pihak lain,
tidak bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
b) Tahap: Mandiri
Suatu kondisi masyarakat yang sudah mandiri
tidak tergantung pihak lain,
proaktif,
mengenal diri/komunitasnya dengan baik
mampu mengambil inisiatif/prakarsa,
bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
mampu mengelola organisasi dan program-program mereka
c) Tahap: Kesaling-bergantungan
Suatu kondisi masyarakat yang tidak saja mampu mengurus komunitasnya tetapi juga mampu
mendudukkan komunitasnya sebagai bagian integral dari komunitas-komunitas lain yang harus
saling melayani untuk kemajuan bersama. Kegagalan komunitas yang lain merupakan
kegagalan seluruh sistem dimana komunitasnya hidup (konsep hadir di tengah masyarakat).
Komunitas pada tingkat ini akan memiliki kemampuan untuk mengelola jaringan/jaring kerja
(networking) dan menciptakan sinergi untuk kemajuan bersama

78
PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
Sebagai Bagian Integral Dari Pengorganisasian Masyarakat
Pengertian
Dalam upaya membangun kesadaran suatu komunitas/masyarakat dan sekaligus menata kembali
tatanan sosial yang ada maka metoda yang sangat efefktif adalah pembangunan pertisipatif, yaitu
pembangunan yang secara langsung melibatkan semua pihak yang terkait dalam proses
pengambilan dan pelaksanaan keputusan dengan tetap mendudukkan komunitas/masyarakat
pemanfaat sebagai pelaku utama, artinya keptusan-keputusan penting yang langsung menyangkut
hidup mereka sepenuhnya ada di tangan komunitas/masyarakat.
Pembangunan partisipatoris ini merupakan model pembangunan yang melibatkan komunitas
pemanfaat sebagai pelaku utama untuk secara aktif mengambil langkah langkah penting yang
dibutuhkan untuk memperbaiki hidup mereka.
Pembangunan partisipatoris ini juga merupakan koreksi dan sekaligus model pembangunan yang
memadukan dua ancangan yaitu ancangan dari atas, dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari
atas dan ancangan dari bawah, yang menekankan keputusan di tangan masyarakat yang kedua-
duanya memiliki kelemahan masing-masing. Dengan kata lain pembangunan partisipatoris tidak
berarti meniadakan peran pelaku luar; ahli, pemerintah, dll tetapi mendudukkan merepa sebagai
fasilitator dan katalis dalam suatu proses yang sepenuhnya dikendalikan oleh
komunitas/masyarakat pemanfaat
Pembangunan partisipatoris ini mengembangkan ancangan ketiga dengan cara menggabungkan
keuntungan dan membuang kerugian masing-masing ancangan ; top down dan bottom up
sehingga diperoleh ancangan ketiga yang disebut ancangan partisipatoris yang mempertemukan
gagasan makro yang bersifat "top down" dengan gagasan mikro yang kontektual dan bersifat
"bottom up". Ancangan ini memungkinkan dilakukannya perencanaan program yang dikembangkan
dari bawah dengan masukan dari atas. Pola pembangunan dengan "ancangan partisipatoris"
disebut pembangunan partisipatoris, yang akan menghasilkan pembangunan "mikro" yang tidak
terlepas dari konteks "makro".
Yang perlu diperhatikan dalam pola pembangunan partisipatoris ini peran pelaku eksternal bukan
untuk mengambil alih pengambilan keputusan melainkan untuk menunjukkan konsekuensi dari tiap
keputusan yang diambil masyarakat, dengan kata lain menjadi "fasilitator" dalam proses
pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil akan rasional.
Dalam pembangunan partisipatoris, tiap tahapan pembangunan, mulai dari pengenalan persoalan
dan perumusan kebutuhan, perencanaan dan pemrograman, pelaksanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan merupakan kesepakatan bersama antar pelaku pembangunan yang terlibat
(pemerintah, swasta dan masyarakat), dimana seluruh proses pembangunan sekaligus merupakan
proses belajar bagi tiap pihak yang terlibat.
Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai "katalis pembangunan" dan masyarakat sebagai "klien"
yang diberdayakan dan difasilitasi agar mampu berperan sebagai "pelaku utama" untuk
memecahkan persoalan mereka melalui hasil kerja mereka sendiri.

Ciri-ciri ancangan partisipatif


Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat merumuskan
persoalan yang dihadapi
Masyarakat aktif mengambil sikap dan tindakan untuk mengatasi persoalan tersebut
serta menentukan cara menangani persoalan tersebut

79
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat menetapkan sumber-daya
yang dapat dialokasikan untuk memecahkan persoalan tersebut
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat memutuskan rencana dan
program pelaksanaan untuk mencapai tujuan pemecahan persoalan tersebut di atas.
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) lebih menekankan pada upaya untuk mendorong
masyarakat mengembangkan diri sendiri untuk mampu mengambil keputusan yang rasional,
dan merencanakan perbaikan masa depan mereka melalui tata organisasi yang berakar dalam
masyarakat.
Kelebihan
Pembangunan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya secara terpadu baik
dari masyarakat maupun pemerintah atau pihak lain yang terlibat, sehingga dengan alokasi
yang relatif sama dapat menjangkau lebih luas
Pembangunan lebih menyentuh masyarakat tetapi sesuai dengan rencana makro oleh sebab
adanya masukan dari pelaku eksternal (pemerintah atau profesional)
Masyarakat sadar akan persoalan yang mereka hadapi dan potensi yang mereka miliki
Masyarakat lebih bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan, dan
pemanfaatan hasil pembangunan.
Masyarakat saling belajar dalam proses pembangunan dengan rekan-rekan
seperjuangan/senasib dan dengan para profesional
Tumbuhnya solidaritas antar anggota masyarakat dan antara anggota masyarakat
dengan pihak lain
Tumbuhnya masyarakat mandiri, yang mampu mengambil keputusan-keputusan untuk
menentukan masa depan mereka.
Tumbuhnya organisasi yang berakar pada masyarakat sebagai wadah yang mampu
menjamin keberlanjutan pertumbuhan yang organik
Kekurangan
Diperlukan perubahan sikap dari pihak pemerintah dan para profesional
dari provider menjadi enabler yang sering kali membutuhkan waktu lama.
Tata administrasi proyek pemerintah sering tidak mendukung
Diperlukan unsur pendamping yang profesional untuk mengisi kelemahan
kaum awam sebagai penyandang proyek

80
Pengorganisasian Masyarakat
(Beberapa Pengertian)
Marnia Nes

Pembangunan yang dilaksanakan dalam jaman orde baru hanya berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi. Bila dilihat dari angka-angka pertumbuhan ekonomi, memang hasilnya akan sangat
memuaskan. Namun bila dilihat dari aspek pemerataan maka pertumbuhan ekonomi sebenarnya
hanya dinikmati oleh segelintir atau sekelompok orang. Salah satu dampak dari pembangunan yang
diutamakan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi adalah srmakin terpinggirkannya peran
masyarakat dalam berbagai aspek seperti sosial budaya, ekonomi dan politik. Peran negara dalam
hal ini diwakili oleh berbagai lembaga negara sangat dominan dengan alasan untuk menjaga
ketertiban politik. Pemilik modaldengan dukungan dari penguasa-diberi keleluasaan untuk
melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya yang ada.
Ketimpangan, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penguasa dan
pengusaha terhadap masyarakat mendorong berbagai elemen yang memiliki keberpihakan pada
masyarakat lapisan bawah untuk melakukan berbagai aktifitas dengan tujuan untuk
memberdayakan masyarakat masyarakat dalam berhubungan dengan para penguasa maupun
pengusaha.
Definisi Pengorganisasian Masyarakat
Menurut Dave Beckwith dan Cristina Lopes pengorganisasian masyarakat merupakan proses
pembangunan kekuatan dengan melibatkan konstituen sebanyak mungkin melalui proses
menemukenali ancaman yang ada secara bersama-sama, menemukenali penyelesaian-penyelesaian
yang diinginkan terhadap ancaman-ancaman yang ada; menemukenali orang dan struktur,
birokrasi, perangkat yang ada agar proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan,
menyusun sasaran yang harus dicapai, dan membangun sebuah institusi yang secara demokratis
diawasi oleh seluruh konstituen sehingga mampu mengembangkan kapasitas untuk menangani
ancaman dan menampung semua keinginan dan kekuatan konstituen yang ada.
Jadi pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan pengerahan masyarakat untuk
mencapai sesuatu kepentingan semata, namun suatu proses pembangunan organisasi masyarakat
yang dilaksanakan dengan jalan mencari penyelesaian secara bersama pula yang didasarkan pada
potensi yang ada dalam masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat: Pengembangan masyarakat atau pengorganisasian
masyarakat?
Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai pihak secara garis besar dapat dibagi
dalam dua kelompok besar. Yaitu menggunakan konsep CO (Community Organizing) dan konsep
CD (Community Development).
Pengorganisasian masyarakat atau CO adalah program pengembangan masyarakat yang
mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian potensi pengetahuan lokal
masyarakat. Pengorganisasian masyarakat mengutamakan pengembangan masyarakat berdasarkan
dialog atau musyawarah yang demokratis.

81
Usulan komunitas merupakan sumber utama gagasan yang harus ditindaklanjuti secara kritis,
sehingga partisipasi masyarakat dalam merencanakan, membuat keputusan dan melaksanakan
program merupakan tonggak yang sangat penting.
Pengorganisasian masyarakat bergerak dengan cara menggalang masyarakat kedalam suatu
organisasi yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Suara dan kepentingan
masyarakat lebih utama daripada kepentingan kaum elit.
Pengorganisasian masyarakat juga memaklumi arti penting pembangunan sarana-sarana fisik yang
dapat menunjang kemajuan masyarakat, namun titik tekan pembangunan itu ialah pengembangan
kesadaran masyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumberdaya mereka.
Secara umum, metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah
penumbuhan kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan berkelanjutan, pembentukan dan
penguatan pengorganisasian masyarakat. Semua itu bertujuan untuk melakukan transformasi
sistem sosial yang dipandang menghisap masyarakat dan menindas (represif). Tujuan pokok
pengorganisasian masyarakat adalah membentuk suatu tatanan masyarakat yang beradab dan
berperikemanusiaan (civil society) yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, adil, terbuka,
berkesejahteraan ekonomis, politik dan budaya.
Pengembangan masyarakat atau CD adalah pengembangan yang lebih mengutamakan sifat fisik
masyarakat. CD mengutamakan pembangunan dan perbaikan atau pembuatan sarana-sarana sosial
ekonomi masyarakat. Misalnya; pelatihan mengenai gizi, penyuluhan KB, bantuan hibah, bantuan
sekolah dan sebagainya.
Dengan demikian, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan penggalian potensi-potensi sosial
ekonomi yang ada lebih diutamakan untuk mensukseskan target yang telah ditetapkan pihak luar.
Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat
Berangkat dari definisi dan pengertian pengorganisasian masyarakat, agar tujuannya dapat
terwujud dan tidak keluar dari kerangka kerja pengorganisasian masyarakat maka ada prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
Keberpihakan. Pengorganisasian masyarakat harus menitikberatkan pada lapisan bawah yang
selama ini selalu dipinggirkan, sehingga yang menjadi basis pengorganisasian adalah masyarakat
kelas bawah, tanpa mempunyai prioritas keberpihakan terhadap masyarakat kelas bawah seringkali
pengorganisasian yang dilakukan terjebak pada kepentingan kelas menengah dan elit dalam
masyarakat.
Pendekatan holistik. Pengorganisasian masyarakat harus melihat permasalahan yang ada dalam
masyarakat secara utuh dan tidak sepotong-sepotong, misalnya; hanya melihat aspek ekonomi
saja, tetapi harusdilihat dari berbagai aspek sehingga pengorganisasian yang dilaksanakan untuk
mengatasi berbagai aspek dalam masyarakat.
Pemberdayaan. Muara dari pengorganisasian masyarakat adalah agar masyarakat berdaya dalam
menghadapi pihak-pihak di luar komunitas (pelaku pembangunan lain; pemerintah, swasta atau
lingkungan lain pasar, politik, dsb), yang pada akhirnya posisi tawar masyarakat meningkat dalam
ber hubungan dengan pemerintah dan swasta.
HAM. Kerja-kerja pengorganisasian masyarakat tidak boleh bertentangan dengan HAM.
Kemandirian. Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat harus ditumpukan pada potensi yang
ada dalam masyarakat, sehingga penggalian keswadayaan masyarakat mutlak diperlukan. Dengan
demikian apabila ada faktor luar yang akan terlibat lebih merupakan stimulan yang akan
mempercepat proses perubahan yang dikehendaki. Apabila hal kemandirian tidak bisa diwujudkan,
makaketergantungan terhadap faktor luar dalam proses pengorganisasian masyarakat menjadi
signifikan. Kemandirian menjadi sangat penting karena perubahan dalam masyarakat hanya bisa
terjadi dari masyarakat itu sendiri.

82
Berkelanjutan. Pengorganisasian masyarakat harus dilaksanakan secara sistematis dan masif,
apabila tujuannya adalah untuk meningkatkan posisi tawar masyarakat, oleh sebab itulah dalam
melaksanakan pengorganisasian masyarakat harus mampu memunculkan kader-kader masyarakat
dan pengorganisasi lokal, karena merekalah yang akan terus mengembangkan pengorganisasian
yang sudah jalan sehingga kegiatan ini terjamin keberlanjutannya.
Partisipatif. Salah satu budaya yang dilahirkan oleh Orde Baru adalah budaya bisu dimana
masyarakat hanya dijadikan alat untuk legitimasi dari kepentingan kelompok dan elit. Kondisi
semacam ini tercermin dari kegiatan pengerahan masyarakat untuk mencapai kepentingan-
kepentingan sesaat, oleh sebab itulah dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan
keterlibatan semua pihak terutama masyarakat kelas bawah. Partisipasi yang diharapkan adalah
partisipasi aktif dari anggota sehingga akan melahirkan perasaan memiliki dari organisasi yang
akan dibangun.
Keterbukaan. Sejak awal dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan keterbukaan dari
semua pihak, sehingga bisa dihindari intrik dan provokasi yang akan merusak tatanan yang telah
dibangun. Pengalaman yang ada justru persoalan keterbukaan inilah yang banyak menyebabkan
perpecahan dan pembusukan dalam organisasi masyarakat yang telah dibangun.
Tanpa kekerasan. Kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan kekerasan yang lain dan pada
akhirnya menjurus pada anarkhisme, sehingga diupayakan dalam berbagai hal dalam
pengorganisasian masyarakat harus mampu menghindari bentuk-bentuk kekerasan baik fisik
maupun psikologi dengan demikian proses yang dilakukan bisa menarik simpati dan dukungan dari
berbagai kalangan dalam melakukan perubahan yang akan dilaksanakan.
Praxis. Proses pengorganisasian masyarakat harus dilakukan dalam lingkaran Aksi-Refleksi-Aksi
secara terus menerus, sehingga semakin lama kegiatan yang dilaksanakan akan mengalami
peningkatan baik secara kuantitas dan terutama kualitas, karena proses yang dijalankan akan
belajar dari pengalaman yang telah dilakukan dan berupaya untuk selalu memperbaikinya.
Kesetaraan. Budaya yang sangat menghambat perubahan masyarakat adalah tinggalan budaya
feodal. Oleh sebab itu pembongkaran budaya semacam ini bisa dimulai dengan kesetaraan semua
pihak, sehingga tidak ada yang merasa lebih tinggi (superior) dan merasa lebih rendah (inferior),
dengan demikian juga merupakan pendidikan bagi kalangan kelas bawah untuk bisa memandang
secara sama kepada kelompok-kelompok lain yang ada dalam masyarakat, terutama dalam
berhubungan dengan pemerintah dan swasta.

83
Organisasi Masyarakat Warga

Masyarakat Warga
Beragam definisi tentang masyarakat warga (civil society) banyak ditemui dalam buku-buku dan
literatur yang membahasnya. Menurut Alexis de Tocqueville masyarakat warga merupakan wilayah
kehidupan sosial yang terorganisasikan dan bercirikan antara lain: kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self-generating), dan keswadayaan (self-supporting), dan punya kemandirian
yang tinggi bila berhadapan dengan negara, serta punya ketertarikan dengan norma-norma atau
nilai-nilai hukum yang diikuti.
Sebagai sebuah ruang politik, masyarakat warga merupakan suatu tempat yang menjamin
berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, serta tidak terkungkung oleh kondisi
kehidupan material, dan yang paling penting ia tidak didalam jaringan kelembagaan politik resmi
(negara). Didalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas, tempat dimana transaksi
komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh masyarakat (Hikam, 1996).
Sejalan dengan itu, masyarakat warga merupakan bagian kunci dalam menentukan terwujudnya
masyarakat demokratis yang efektif. Dengan demikian, masyarakat warga mungkin ada tanpa
demokrasi, tetapi demokrasi tidak bisa ada tanpa masyarakat warga yang kuat.
Ciri utama masyarakat warga
Ciri utama dari masyarakat warga adalah:
Adanya kesetaraan, dimana masyarakat terbentuk sebagai himpunan warga yang setara.
Tiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai
aspek sebelum bertindak, karena adanya ikatan kesamaan (common bond) seperti persamaan
kepentingan, persoalan, tujuan dan sebagainya.
Tiap anggota atau warga berhimpun secara sukarela dan
bukan karena terpaksa atau adanya paksaan.
Membangun semangat saling percaya
Bekerjasama dalam kemitraan
Secara damai memperjuangkan bebrgaia hal termasuk dalam hal ini mennaggulangi kemiskinan
Selalu bersikap menghargai keragaman dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun
sinergi
Menjunjung nilai-nilai demokrasi dalam setiap keputusan yang diambil
Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari berbagai pengaruh kepentingan
Mampu bekerja secara mandiri

84
Posisi Masyarakat Warga
Secara tegas dapat dikatakan bahwa masyarakat warga ini adalah himpunan warga yang posisinya:
Diluar institusi pemerintah
Diluar institusi militer
Diluar institusi agama
Diluar institusi pekerjaan atau usaha
Diluar institusi keluarga
Jadi tidak ada yang diwakili, semua warga mewakili diri sendiri semua ada dalam posisi kesetaraan,
meskipun mungkin saja dalam kedudukan sehari-hari seseorang adalah kepala sekolah yang lain
tukang sapu dinas kebersihan, tukang pos, tentara dan lain sebagainya. Oleh karena itu
masyarakat warga baik secara keseluruhan maupun dalam arti himpunan atau paguyuban warga
setempat selalu memiliki kemerdekaan sendiri.

Pengertian Organisasi Masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan


Organisasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah organisasi dan lembaga yang
dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang didorong oleh kebutuhan untuk
menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang salah satunya difasilitasi oleh PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah mereka
misalnya BKM/LKM, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum BKM/LKM dan lain-lain.
Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam
PNPM Mandiri Perkotaan tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan
yang dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta
pemahaman akan makna organisasi masyarakat warga.
Pada dasarnya pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan menganut paham
bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis
masyarakat akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya,
sehingga kalau kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat
masyarakat yang berorganisasi sehingga muncul kebutuhan wadah organisasi.
Persoalannya wadah organisasi yang bagaimana yang paling cocok dengan tujuan PNPM mandiri
Perkotaan dan kebutuhan warga untuk menanggulangi kemiskinan?. Organisasi dalam PNPM
Mandiri Perkotaan adalah organisasi masyarakat warga. Organisasi masyarakat warga ini dibangun
dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga penduduk kelurahan yang bersangkutan sehingga
mampu mempertahankan kemerdekaan dan otonominya terhadap berbagai lembaga yang ada. Hal
ini penting karena merupakan sifat dasar suatu organisasi masyarakat warga, oleh sebab itu benar-
benar dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan dimiliki sekelompok unsur/ perwakilan atau pihak-
pihak diluar masyarakat.
Proses pembangunan organisasi termasuk didalamnya berbagai lembaga masyarakat yang harus
dibangun diharapkan dapat memenuhi kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip sebagai berikut:
Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat Warga sebelum organisasi
tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan pembangunan lembaga
baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan organisasi
masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan
fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan pembangunan organisasi masyarakat
warga, termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut

85
ditetapkan, telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara intensif mengenai makna subtansif
Organisasi Masyarakat Warga.
Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas dasar penilaian
warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada sekelompok orang
atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama penggalian dan
penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin dan
perempuan.
Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya
pembahasan aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ART, harus
dibahas terlebih dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan
kebutuhan seluruh warga sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat
dibicarakan atau disepakati oleh hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur
dengan mengatasnamakan seluruh masyarakat.
Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin,
dalam keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap
penilaian lembaga yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain.

86
DEPARTEMEN
Perkotaan PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

Anda mungkin juga menyukai