Anda di halaman 1dari 128

PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK

BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR


(STUDI KASUS: PERUMAHAN PINGGIRAN KOTA PEMATANGSIANTAR)

TESIS

Oleh

MUHAMMAD EFRIZAL LUBIS

057016013/TS

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK
BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR
(STUDI KASUS: PERUMAHAN PINGGIRAN KOTA PEMATANGSIANTAR)

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Teknik


dalam Program Studi Magister Teknik Sipil
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD EFRIZAL LUBIS

057016013/TS

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Judul Tesis : PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN
UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA
PEMATANGSIANTAR (STUDI KASUS: PERUMAHAN
PINGGIRAN KOTA PEMATANGSIANTAR)
Nama Mahasiswa : Muhammad Efrizal Lubis
Nomor Pokok : 057016013
Program Studi : Teknik Sipil

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus : 28 Juni 2008

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Telah diuji pada
Tanggal 28 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Ir. Roesyanto, MSCE
Anggota : 1. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
2. Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc
3. Ir. Syahrizal, MT
4. Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc
5. Ir. Rudi Iskandar, MT

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRAK

Pertambahan penduduk meningkatkan kebutuhan akan perumahan, sarana kota


dan transportasi. Perluasan kota yang tidak diikuti dengan pengembangan infrastruktur
dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan-permasalahan, salah satunya adalah
masalah transportasi.
Penelitian ini bertujuan memodelkan bangkitan pergerakan yang dilakukan oleh
komunitas beberapa tipe perumahan di Kota Pematangsiantar. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dan mengestimasi besarnya pergerakan yang keluar dari perumahan
tersebut sehingga nantinya dapat dilakukan forecasting untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Survei primer dilakukan melalui pengisian kuesioner pada 86 keluarga yang
bermukim di tiga kawasan tipe perumahan yaitu: mewah, menengah dan sederhana.
Hasil dari kuesioner ditabulasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat,
kemudian dianalisis melalui program SPSS-12. Persamaan regresi digunakan untuk
memodelkan bangkitan pergerakan komunitas beberapa tipe perumahan di Kota
Pematangsiantar.
Dari hasil uji model, diperoleh bahwa bangkitan pergerakan di tiga kawasan
tipe perumahan yaitu: tipe perumahan bangunan mewah (Y1), tipe perumahan
bangunan menengah (Y2) dan tipe perumahan bangunan sederhana (Y3) sangat
dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan mobil (X3),
jumlah kepemilikan sepeda motor (X4) dan jumlah anggota keluarga yang bersekolah
(X6), dengan persamaan model regresi : tipe perumahan mewah (Y1) = -0,728 +
1,885 X1 + 0,649 X3 + 0,772 X6, tipe perumahan menengah (Y2) = 0,600 + 1,300 X1
+ 0,900 X3, tipe perumahan sederhana (Y3) = 0,271 + 1,518 X1 + 0,905 X4.

Kata kunci : Model bangkitan pergerakan, Tipe Perumahan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRACT

Population growth will increase the demand of housing, city facilities and
transportation. Town expansion not followed by infrastructure development can result
many problems and one of them is related to transportation.
This research aims to model Trip generation conducted by some community of
housing types in Pematangsiantar town. And the research of this is done to know and
estimate the level of out movement from the housing that will be used for forecasting in
order to overcome all problems at the future period.
The primary survey is done by filling the questionnaire by 86 members of
families which are living in three housing types area that is luxurious, middle and
simple. The result of the questionnaires will be tabulated to become dependent variable
and independent variable. Moreover, it will be analyzed by SPSS-12 program. The
equation regression of it will be used to model and awaken the trip of community in
some housing types in Pematangsiantar town.
From the final result model test, it was gotten that the trip generation in three
housing type area that is luxurious housing type (Y1), middle housing type (Y2), and
type housing of simple building (Y3) had been very influenced by amount of family
member (X1), amount of the ownership of car (X3), amount of the ownership of
motorcycle (X4) and amount of family go to school (X6). The regression model
equations are included by luxurious housing type (Y1) = -0,728 + 1,885 X1 + 0,649 X3
+ 0,772 X6, middle housing type (Y2) = 0,600 + 1,300 X1 + 0,900 X3, simple housing
type (Y3) = 0,271 + 1,518 X1 + 0,905 X4.

Keywords : Trip generation model, Housing typologies.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini untuk memenuhi salah satu persyaratan pada Program Studi Magister Teknik

Sipil, Bidang Manajemen Prasarana Publik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya Tesis ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk, bimbingan dan

pengarahan dari semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ucapan

terimakasih penulis secara pribadi dan khusus kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku Ketua Program Studi Magister

Teknik Sipil, juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan motivasi yang berguna

dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Ir. Kumpul Sembiring, M.Eng dan Bapak Ir. Medis Sejahtera

Surbakti, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan

dan arahan pada penilisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, Bapak Ir. Zulkarnain A.

Muis, M.Eng, Sc dan Bapak Ir. Syahrizal. MT selaku dosen pembanding

yang telah memberikan masukan guna penyempurnaan tulisan ini.

4. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister

Teknik Sipil.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
5. Para Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama masa perkuliahan.

6. Pemerintah Kabupaten Simalungun yang telah memberikan kesempatan

untuk mengikuti Program Magister Teknik Sipil di Universitas Sumatera

Utara.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Bidang

Manajemen Prasarana Publik khususnya Angkatan 2005.

8. Kedua orang tuaku, istriku, dan anakku tercinta atas doa, dorongan,

pengertian dan pengorbanannya selama menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan,

sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang

membutuhkannya.

Medan, Juni 2008

Muhammad Efrizal Lubis

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK......................................................................................................... i
ABSTRACT....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii
DAFTAR NOTASI........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
I.1 Latar Belakang............................................................................. 1
I.2 Perumusan Masalah..................................................................... 3
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................... 4
I.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 4
I.5 Hipotesis...................................................................................... 4
I.6 Pembatasan Masalah.................................................................... 5
I.7 Sistematika Penulisan.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
II.1 Bangkitan Pergerakan.............................................................. 7
II.2 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan.............................. 10
II.2.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda.... 11
II.2.2 Konsep Metode Analisis Kategori...................... 14
II.3 Karakteristik Pelaku Perjalanan............................................... 15
II.3.1 Faktor Sosial Ekonomi.................................................... 16
II.4 Hubungan Transportasi dan penggunaan lahan ...................... 17
II.4.1 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan.... 18
II.4.2 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan......... 21

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perumahan
Dan Permukiman...................................................................... 23
II.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Pengadaan Perumahan
Di Indonesia.............................................................................. 24
II.7 Keterkaitan Kawasan Perumahan Dengan Infrastuktur Kota.. 27
II.8 Kawasan Perumahan Untuk Real Estate.................................. 27
II.9 Aksesibilitas............................................................................. 29
II.10 Migrasi..................................................................................... 30
II.11 Aspek Transportasi................................................................... 31
II.11.1 Pusat-Pusat Kegiatan..................................................... 32
II.11.2 Perkembangan Transportasi.......................................... 33
II.12 Parameter Jaringan dan Ruas Jalan......................................... 34
II.12.1 Berdasarkan Fungsi Jalan.............................................. 34
II.12.2 Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan............................... 35
II.13 Analisis Model Bangkitan Pergerakan Berbasis Rumah
Tangga Yang Pernah Dilakukan............................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 40
III.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian............................... 40
III.2 Bagan Alir Penelitian ............................................................. 40
III.3 Metode Pengambilan Data...................................................... 42
III.4 Jenis dan Sumber Data............................................................ 43
III.5 Metode Pengambilan Sampel.................................................. 44
III.6 Daftar Kuesioner..................................................................... 47
III.7 Model Penelitian..................................................................... 48
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA....................... 51
IV.1 Geografis Kota Pematangsiantar............................................ 51
IV.2 Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................. 52
IV.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 54
IV.4 Zona Lokasi Berdasarkan Tujuan........................................... 57
IV.4.1 Generator Aktifitas Pada Zona I.................................... 65

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
IV.4.2 Generator Aktifitas Pada Zona II................................... 66
IV.4.3 Generator Aktifitas Pada Zona III................................. 67
IV.4.4 Generator Aktifitas Pada Zona IV................................. 68
IV.5 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden.............................. 69
IV.5.1 Jumlah Anggota Keluarga............................................. 69
IV.5.2 Jenis Pekerjaan dan Penghasilan Rata-rata Keluarga.... 73
IV.5.3 Jumlah Kepemilikan Kendaraan.................................... 77
IV.5.4 Umur dan Pendidikan Kepala Keluarga........................ 80
IV.5.5 Luas Bangunan.............................................................. 84
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................ 86
V.1 Analisis Model Perhitungan Bangkitan Pergerakan................ 86
V.2 Analisis Bivariat dan Multivariat............................................. 87
V.2.1 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan
Bangunan Mewah (Y1) .................................................. 89
V.2.2 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan
Bangunan Menengah (Y2) ............................................. 94
V.2.3 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan
Bangunan Sederhana (Y3) ............................................. 99
V.3 Hasil Diskusi Perbandingan Beberapa Analisis
Model Bangkitan Pergerakan Yang Pernah Dilakukan........... 104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 107
VI.1 Kesimpulan............................................................................. 107
VI.2 Saran....................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 110

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

II.1 Perkiraan Jumlah Rumah Yang Disediakan Oleh Perumnas dan


REI Sampai Tahun 2010....................................................................... 27
IV.1 Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data............................................. 55
IV.2 Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data............... 55
IV.3 Zona Tujuan Bekerja............................................................................. 60
IV.4 Zona Tujuan Sekolah............................................................................ 62
IV.5 Zona Tujuan Berbelanja........................................................................ 63
IV.6 Jumlah Anggota Keluarga..................................................................... 69
IV.7 Jumlah Anggota KeluargaYang Bekerja.............................................. 70
IV.8 Jumlah Anggota KeluargaYang Bersekolah......................................... 72
IV.9 Jenis Pekerjaan Keluarga...................................................................... 74
IV.10 Penghasilan Rata-rata Keluarga............................................................ 75
IV.11 Jumlah Kepemilikan Mobil................................................................... 77
IV.12 Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor...................................................... 79
IV.13 Umur Kepala Keluarga......................................................................... 81
IV.14 Pendidikan Kepala Keluarga................................................................. 82
IV.15 Luas Bangunan...................................................................................... 84
V.1 Intepretasi Nilai Koefisien Korelasi...................................................... 88
V.2 Matriks Hubungan Antara Variabel Pada
Perumahan Tipe Bangunan Mewah...................................................... 90
V.3 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi
Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Mewah.................................... 93
V.4 Matriks Hubungan Antara Variabel Pada
Perumahan Tipe Bangunan Menengah................................................. 95

V.5 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi


Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Menengah............................... 98

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
V.6 Matriks Hubungan Antara Variabel Pada
Perumahan Tipe Bangunan Sederhana................................................. 100

V.7 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi


Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Sederhana............................... 103

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

II.1 Trip Production dan Trip Attraction..................................................... 8


II.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan....................................................... 8
II.3 Skema Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan....................... 18
II.4 Tahapan Model Konvensional Transportasi......................................... 19
III.1 Bagan Alir Metode Penelitian............................................................... 41
III.2 Tahapan Pengumpulan Data Primer..................................................... 42
IV.1 Peta Administrasi Kota Pematangsiantar.............................................. 51
IV.2 Perumnas BTN Tojai............................................................................ 52
IV.3 Perumahan Sibatu-batu Indah............................................................... 53
IV.4 Perumahan Taman Puri Melia.............................................................. 54
IV.5 Peta Pembagian Zona............................................................................ 59
IV.6 Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Mewah.................................... 60
IV.7 Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Menengah............................... 61
IV.8 Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Sederhana................................ 61
IV.9 Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Mewah.................................... 62
IV.10 Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Menengah............................... 62
IV.11 Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Sederhana............................... 63
IV.12 Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Mewah............................... 64
IV.13 Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Menengah.......................... 64
IV.14 Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Sederhana........................... 64
IV.15 Jumlah Anggota Keluarga Tipe Perumahan Mewah............................ 69
IV.16 Jumlah Anggota Keluarga Tipe Perumahan Menengah....................... 70
IV.17 Jumlah Anggota Keluarga Tipe Perumahan Sederhana........................ 70
IV.18 Jumlah Anggota Keluarga Bekerja Tipe Perumahan Mewah............... 71
IV.19 Jumlah Anggota Keluarga Bekerja Tipe Perumahan Menengah.......... 71

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
IV.20 Jumlah Anggota Keluarga Bekerja Tipe Perumahan Sederhana.......... 71
IV.21 Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Tipe Perumahan Mewah .... 72
IV.22 Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Tipe Perumahan Menengah 73
IV.23 Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Tipe Perumahan Sederhana 73
IV.24 Jenis Pekerjaan Keluarga Tipe Perumahan Mewah.............................. 74
IV.25 Jenis Pekerjaan Keluarga Tipe Perumahan Menengah......................... 74
IV.26 Jenis Pekerjaan Keluarga Tipe Perumahan Sederhana......................... 75
IV.27 Penghasilan Rata-rata Keluarga Tipe Perumahan Mewah.................... 76
IV.28 Penghasilan Rata-rata Keluarga Tipe Perumahan Menengah............... 76
IV.29 Penghasilan Rata-rata Keluarga Tipe Perumahan Sederhana............... 76
IV.30 Jumlah Kepemilikan Mobil Tipe Perumahan Mewah.......................... 78
IV.31 Jumlah Kepemilikan Mobil Tipe Perumahan Menengah..................... 78
IV.32 Jumlah Kepemilikan Mobil Tipe Perumahan Sederhana...................... 78
IV.33 Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Tipe Perumahan Mewah............. 79
IV.34 Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Tipe Perumahan Menengah......... 80
IV.35 Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Tipe Perumahan Sederhana......... 80
IV.36 Umur Kepala Keluarga Tipe Perumahan Mewah................................. 81
IV.37 Umur Kepala Keluarga Tipe Perumahan Menengah............................ 81
IV.38 Umur Kepala Keluarga Tipe Perumahan Sederhana............................. 82
IV.39 Pendidikan Kepala Keluarga Tipe Perumahan Mewah........................ 83
IV.40 Pendidikan Kepala Keluarga Tipe Perumahan Menengah................... 83
IV.41 Pendidikan Kepala Keluarga Tipe Perumahan Sederhana.................... 83
IV.42 Luas Bangunan Tipe Perumahan Mewah............................................. 84
IV.43 Luas Bangunan Tipe Perumahan Menengah ....................................... 85
IV.44 Luas Bangunan Tipe Perumahan Sederhana......................................... 85

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Output Pengolahan Data SPSS...................................................... 113


2 Formulir Kuesioner....................................................................... 122
3 Peta Kota Pematangsiantar............................................................ 124

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR NOTASI

a = Konstanta
ai (h) = Jumlah rumah tangga dengan jenis h di zona i
b1,b2.bn = Koefisien regresi
F = Hasil uji signifikan kelinearan
Hn (h) = Rumah tangga dengan jenis h yang berisikan orang berjenis n
n = Jumlah sampel data terbatas
n = Jumlah sampel data tidak terbatas
N = Jumlah populasi
R = Koefisien korelasi
R2 = Koefisien determinan
s = Standar deviasi
s2 = Varian
Se = Sampling error
Se(x) = Standar error dari rata-rata sampel
SEE = Standar error dari perhitungan
Sig. = Signifikan
t = Hasil uji signifikan beda rata-rata
t p(h) = Perbandingan rata-rata nilai
X1, X2 Xn = Variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)
Y = Variabel terikat (jumlah produksi perjalanan)
z = Tingkat kepercayaan
Zi = Zona asal i
Zj = Zona tujuan j

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang

dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana

angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan. Tujuan transportasi untuk

mewujudkan penyelenggaraan pelayanan transportasi yang selamat, aman, cepat,

lancar, tertib dan nyaman serta menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas,

sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat

hubungan antar bangsa (Warpani, 1990).

Dengan adanya perkembangan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin baik

akan mempengaruhi besarnya volume lalu lintas sehingga pada akhirnya

mempengaruhi dan mengakibatkan makin besarnya tuntutan akan kebutuhan sarana

transportasi yang mudah, aman dan cepat (Morlok, 1991).

Perkembangan kawasan dengan kawasan lain disekitarnya yang tidak merata

akan menimbulkan ketidakserasian tingkat pertumbuhan dan kemajuan.

Ketidakserasian ini akan menimbulkan kesenjangan daerah atau antar kawasan

tersebut. Kesenjangan yang terjadi diperburuk lagi dengan krisis ekonomi yang

mempengaruhi berbagai bidang kehidupan masyarakat baik bidang ekonomi, sosial

maupun budaya.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan, maka jumlah

perjalanan pun juga semakin meningkat. Munculnya banyak permukiman akan

menambah jumlah pergerakan yang dapat mengganggu arus lalu lintas menerus yang

kemudian dapat menurunkan tingkat pelayanan jalan. Penurunan tingkat pelayanan

tersebut berlangsung pada macetnya lalu lintas jalan, terutama pada saat jam puncak

pagi maupun sore.

Kota Pematangsiantar sebagai lokasi yang dipilih dalam penelitian ini, memiliki

luas 79,971 Km2 terletak 400 meter di atas permukaan laut dengan jumlah penduduk

246.277 jiwa (BPS Kota Pematangsiantar, 2007). Kota Pematangsiantar saat ini terus

mengalami perkembangan, akibat dari perkembangan tersebut adalah dengan

munculnya permukiman baru di wilayah ini yang dibangun oleh para pengembang

permukiman yang juga berdampak pada permasalahan upaya pengembangan

transportasi. Maka karena itu sangat menarik untuk meninjau keberadaan kawasan

permukiman di wilayah Kota Pematangsiantar, khususnya dari sisi bangkitan

pergerakan (Trip Generation).

Adanya bangkitan pergerakan dari penghuni permukiman di Kota

Pematangsiantar dapat mempengaruhi tingkat pelayanan jalan utama di Kota

Pematangsiantar. Untuk mengantisipasi kebutuhan dan memperhitungkan beban,

diperlukan studi tentang bangkitan pergerakan dari penghuni permukiman tersebut

sehingga nantinya untuk pembangunan kawasan permukiman yang baru atau yang akan

datang dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kapasitas jaringan jalan di

Kota Pematangsiantar.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Studi ini hanya difokuskan untuk menghasilkan model bangkitan pergerakan

yang ditimbulkan oleh beberapa tipe perumahan di kota Pematangsiantar, adapun hal-

hal yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Karakteristik penduduk dikaitkan dengan produksi perjalanan.

2. Model bangkitan pergerakan.

3. Faktor-faktor yang menentukan produksi perjalanan.

4. Tujuan-tujuan utama perjalanan.

I.2 Perumusan Masalah

Kota Pematangsiantar saat ini terus mengalami perkembangan, hal ini akan

mempengaruhi bangkitan pergerakan (Trip Generation) dan mempengaruhi kapasitas

jaringan jalan dan juga berdampak kepada permasalahan upaya pengembangan

transportasi.

Jalan utama di Kota Pematangsiantar banyak yang telah mengubah lahan di

sepanjang jalan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun diantaranya permukiman.

Munculnya permukiman di sepanjang jalan utama ini akan menambah jumlah

pergerakan, dimana pergerakan ini dapat mengganggu lalu lintas menerus, yang

kemudian dapat menurunkan tingkat pelayanan jalan. Maka perlu adanya acuan untuk

menghitung jumlah pergerakan yang akan dihasilkan oleh suatu kawasan permukiman.

Penanggulangan permasalahan transportasi ini sangat penting mengingat

besarnya peran dan keterkaitan transportasi dengan aktifitas atau kegiatan

pembangunan lainnya.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh model bangkitan pergerakan

untuk beberapa tipe perumahan di Kota Pematangsiantar. Tujuan penelitian adalah

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bangkitan pergerakan

dari beberapa tipe perumahan di Kota Pematangsiantar sehingga nantinya untuk

pembangunan kawasan permukiman yang baru atau yang akan datang dapat diketahui

seberapa besar pengaruhnya terhadap kapasitas jaringan jalan di Kota Pematangsiantar.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada

pemerintah Kota Pematangsiantar dalam merumuskan kebijakannya di dalam

pengembangan wilayah permukiman dan sebagai bahan informasi untuk meningkatkan

kapasitas dan peran kawasan permukiman dalam memicu perkembangan kawasan

tersebut serta kawasan sekitarnya.

I.5 Hipotesis

Ha: Jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan keluarga, kepemilikan

kendaraan, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anggota keluarga yang

bersekolah, jenis pekerjaan, umur kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga dan luas

bangunan secara simultan berpengaruh terhadap bangkitan pergerakan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
I.6 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penelitian terlalu luas dan terbatasnya waktu, maka

pembatasan masalah dalam penelitian akan menitik beratkan pada beberapa hal yaitu:

1. Perjalanan yang dilakukan oleh penghuni perumahan yang hanya dianalisis

berdasarkan home base trip, yaitu semua perjalanan yang berasal dari rumah

dan diakhiri dengan pulang kerumah.

2. Prasarana yang berada di kawasan perumahan yang menuju pusat Kota

Pematangsiantar atau daerah lain yang menjadi tujuan potensial.

3. Parameter yang dipakai dalam pembuatan model bangkitan pergerakan

adalah metode analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression

Analysis), dan data diambil berdasarkan kecenderungan penghuni

perumahan untuk melakukan perjalanan yang terjabarkan dalam beberapa

variable, seperti: tipe rumah, jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan

keluarga, kepemilikan kendaraan, jumlah anggota keluarga yang bekerja,

jumlah anggota keluarga yang sekolah, jenis pekerjaan, umur kepala

keluarga, pendidikan kepala keluarga dan luas bangunan.

I.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari enam bab, adapun sistematika dalam

penulisannya, yaitu berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini dikemukakan tentang informasi secara

keseluruhan dari penulisan ini, yang meliputi latar belakang, pokok permasalahan,

maksud dan tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori

yang dijadikan dasar dalam pembahasan dan penganalisaan masalah serta beberapa

definisi dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, dalam bab ini dikemukakan mengenai

pendekatan dari metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data, kompilasi data

dan pengambilan sampel serta metode untuk menentukan ukuran sampel.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, dalam bab ini

dikemukakan mengenai teknik dan metode pengumpulan data baik primer maupun

sekunder kemudian data diolah menjadi sebuah informasi dengan menggunakan

metode tertentu dan selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis yang akan dijelaskan

pada bab selanjutnya.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN, dalam bab ini berisi analisis dan

pembahasan serta pemecahan masalah terhadap hasil pengolahan data dengan

menggunakan metode yang dijelaskan pada bab 3.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN, dalam bab ini dikemukakan tentang

kesimpulan hasil penelitian, saran-saran berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta

rekomendasi yang mungkin dapat dilaksanakan oleh pengambil kebijaksanaan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bangkitan Pergerakan

Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang

memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona (Tamin, 1997).

Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan

oleh suatu zona atau tata guna lahan persatuan waktu (Wells, 1975). Bangkitan

Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan

waktu pada suatu zona tata guna lahan (Hobbs, 1995).

Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab perjalanan

adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut barang

kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan,

dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan, sedangkan

tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan kegiatan. Jadi terdapat dua

pembangkit pergerakan, yaitu :

1. Trip Production adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona

2. Trip Attraction adalah jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Trip production dan trip attraction dapat dilihat pada Gambar II.1 berikut ini:

Zi Zj

Trip Production Trip Attraction

Gambar II.1. Trip Production Dan Trip Attraction

Trip production digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah

yang mempunyai asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan

oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Trip attraction digunakan untuk menyatakan

suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan

rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Tamin,

1997), seperti terlihat pada Gambar II.2 berikut ini:

Bangkitan Tarikan

Tempat
Rumah Bangkitan Tarikan Kerja

Bangkitan Tarikan

Tempat Tempat
Kerja Tarikan Bangkitan Belanja

Gambar II.2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Bangkitan dan tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan bangkitan

pergerakan pada masa sekarang, yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan

pada masa mendatang. Bangkitan pergerakan ini berhubungan dengan penentuan

jumlah keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan.

Parameter tujuan perjalanan yang berpengaruh di dalam produksi perjalanan

(Levinson, 1976), adalah:

1. Tempat bekerja

2. Kawasan perbelanjaan

3. Kawasan pendidikan

4. Kawasan usaha (bisnis)

5. Kawasan hiburan (rekreasi)

Dalam model konvensional dari bangkitan perjalanan yang berasal dari

kawasan perumahan terdapat asumsi bahwa kecenderungan masyarakat dari kawasan

tersebut untuk melakukan perjalanan berkaitan dengan karakteristik status sosial

ekonomi dari masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya yang terjabarkan dalam

beberapa variabel, seperti: kepemilikan kendaraan, jumlah anggota keluarga, jumlah

penduduk dewasa dan tipe dari struktur rumah.

Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang saling

terkait satu dengan yang lain (Tamin, 1997), yaitu:

1. Bangkitan pergerakan (Trip generation)

2. Distribusi perjalanan (Trip distribution)

3. Pemilihan moda (Modal split)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
4. Pembebanan jaringan (Trip assignment)

Untuk lingkup penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya pada

lingkup bangkitan pergerakan (trip generation).

II.2 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan

Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat digunakan

untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara

terukur (Tamin, 1997), termasuk diantaranya:

1. Model fisik

2. Peta dan diagram (grafis)

3. Model statistika dan matematika (persamaan)

Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu,

seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan. Pemodelan transportasi

hanya merupakan salah satu unsur dalam perencanaan transportasi. Lembaga,

pengambil keputusan, masyarakat, administrator, peraturan dan penegak hukum adalah

beberapa unsur lainnya.

Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan model dapat

memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi. Karakteristik sistem transportasi

untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD sering dianalisis dengan model. Model

memungkinkan untuk mendapatkan penilaian yang cepat terhadap alternatif-alternatif

transportasi dalam suatu daerah (Morlok, 1991).

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Model dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna

lahan dengan sistem prasarana transportasi dengan menggunakan beberapa seri fungsi

atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat menerangkan cara kerja

sistem dan hubungan keterkaitan antar sistem secara terukur. Salah satu alasan

penggunaan model matematik untuk mencerminkan sistem tersebut adalah karena

matematik adalah bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa verbal.

Ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan

penjelasan yang jauh lebih baik dari pada penjelasan dengan bahasa verbal (Black,

1981).

Tahapan pemodelan bangkitan pergerakan bertujuan meramalkan jumlah

pergerakan pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat

bangkitan pergerakan, atribut sosial-ekonomi, serta tata guna lahan.

II.2.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisis regresi linear

berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang paling sering digunakan baik

dengan data zona (agregat) dan data rumah tangga atau individu (tidak agregat).

Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghasilkan hubungan

dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait.

Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam menggunakan

metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X).

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat.

3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.

4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai

semua variabel terikat.

5. Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati normal.

Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan (trip generation) yang

berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting yang berkaitan

dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat kerja, sekolah dan

perdagangan (Tamin, 1997), yaitu:

1. Pendapatan rumah tangga

2. Kepemilikan kendaraan

3. Struktur rumah tangga

4. Ukuran rumah tangga

5. Aksesibilitas

Secara khusus penelitian ini mengkaji faktor-faktor tersebut, termasuk

menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh di obyek penelitian.

Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis regresi linear

berganda (Algifari, 2000), adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat

hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel

bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama

variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar

utuk mewakili.

b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan

model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa

variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi

linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yaitu

suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai

korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.

2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling

berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka

untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara

sesama variabel bebas.

3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke

dalam persamaan model regresi linear berganda:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 .. + bn Xn

Dimana:

Y = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari:


a = konstanta (angka yang akan dicari)
b1,b2.bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari)
X1, X2 Xn = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
II.2.2 Konsep Metode Analisis Kategori

Metode analisis kategori dikembangkan pertama sekali pada The Puget Sound

Transportation Study pada tahun 1964. Metode analisis kategori ini didasarkan pada

adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga. Asumsi

dasarnya adalah tingkat bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu

untuk setiap stratifikasi rumah tangga tertentu (Tamin, 1997).

Analisis kategori merupakan metode yang digunakan untuk

mengidentifikasikan hubungan antar berbagai variabel yang berpengaruh terhadap

aspek penentuan tujuan (destination). Konsep dasarnya sederhana, dan variabel yang

umum digunakan dalam analisis kategori adalah:

1. Ukuran rumah tangga (jumlah orang)

2. Kepemilikan kendaraan

3. Pendapatan rumah tangga

Kategori ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata tingkat bangkitan

pergerakan (dari data empiris) dibebankan untuk setiap kategori. Kategori ini kemudian

digunakan untuk menentukan sifat ketergantungan antar variabel.

Persamaan analisis kategori yang digunakan untuk bangkitan pergerakan

dengan tujuan p yang dilakukan oleh orang berjenis n di zona i adalah berikut ini

(Tamin 1997):

( Oinp ) = ai (h) t p(h)


hHn (h)

Dimana:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
i = zona asal
p = zona tujuan
n = jenis orang (dengan atau tanpa kendaraan)
ai (h) = jumlah rumah tangga dengan jenis h di zona i
Hn (h) = rumah tangga dengan jenis h yang berisikan orang berjenis n
t p(h) = perbandingan rata-rata nilai

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi

linear berganda dengan alasan, yaitu:

1. Analisis kategori mempunyai lebih sedikit batasan dibandingkan dengan

analisis regresi linear, misalnya analisis kategori tidak mengasumsikan adanya

hubungan linear.

2. Pada analisis kategori tidak ada uji statistik untuk menguji keabsahan model,

sedangkan analisis regresi linear dilakukan uji statistik.

II.3 Karakteristik Pelaku Perjalanan

Faktor penting yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan dengan

ciri sosial-ekonomi pelaku perjalanan, termasuk tingkat penghasilan, kepemilikan

kendaraan, struktur dan besarnya keluarga, kerapatan pemukiman, macam pekerjaan

dan lokasi tempat pekerjaan (Bruton, 1985).

II.3.1 Faktor Sosial Ekonomi

Yang termasuk faktor sosial ekonomi dari penduduk yang berpengaruh dalam

pengadaan terjadinya perjalanan adalah faktor-faktor yang merupakan kondisi

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
kehidupan ekonomi penduduk, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga yang

bekerja. Penduduk dari suatu kawasan pemukiman akan menghasilkan perjalanan yang

berbeda dengan kawasan lain.

Jumlah anggota keluarga yang banyak misalnya akan menghasilkan frekuensi

perjalanan yang jumlahnya lebih banyak daripada keluarga yang jumlah anggotanya

lebih sedikit. Sementara bagi pedagang semakin besar uang yang dikeluarkan untuk

sewa rumah atau modal usaha, maka akan semakin besar pula sumber-sumber yang

harus diusahakan untuk pengeluaran biaya perjalanan, yang mengakibatkan jumlah

perjalanan semakin besar.

Kemampuan untuk membayar suatu perjalanan akan mempengaruhi jumlah

perjalanan yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga. Begitu pula dengan keluarga yang

memiliki pendapatan yang tinggi umumnya dapat memenuhi kebutuhan biaya

perjalanannya dari pada keluarga yang berpendapatan rendah. Pekerjaan dari kepala

keluarga dapat dijadikan sebagai indikator yang mencerminkan tingkat pendapatan

keluarga tersebut.

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dipengaruhi oleh

tersedianya alat angkut dan sistem jalan yang baik. Kepemilikan kendaraan bermotor,

atau jumlah kendaraan yang tersedia untuk dipakai setiap anggota keluarga

memberikan pengaruh yang penting terhadap terjadinya perjalanan, dimana keluarga

yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung memberikan lebih banyak

perjalanan dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
bermotor atau tidak memiliki. Namun keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan

bermotor akan menggunakan cara yang lebih efektif.

Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga akan semakin besar

pula produksi perjalanan yang dilakukannya. Demikian pula pendapatan keluarga ini

cenderung berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan bermotor.

Besarnya keluarga, jenis kelamin, usia, proporsi angkatan kerja perempuan

yang kawin, jenis kekayaan dan jenis pekerjaan kepala keluarga adalah faktor yang

mempengaruhi perjalanan. Penelitian di Milwauke, Wiscounsin menunjukkan korelasi

negative antara status sosial dengan penggunaan angkutan umum penumpang (Bruton,

1985). Penelitian ini dilakukan pada tahun 1974, namun gejalanya kurang lebih sama

dengan yang berlaku di Indonesia sekarang, yaitu para pemilik kendaraan cenderung

menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan angkutan umum penumpang.

II.4 Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan

Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan atau

perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan antara distribusi spasial perjalanan

dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat dalam suatu wilayah, yaitu

bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang

dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kawasan tersebut.

Bangkitan perjalanan (trip generation) berhubungan dengan penentuan jumlah

perjalanan keseluruhan yang dibangkitkan oleh suatu kawasan. Dalam kaitan antara

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
aktifitas manusia dan antar wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan

perjalanan.

II.4.1 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan

Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah mubazir

karena perencanaan transportasi pada dasarnya adalah usaha untuk mengantisipasi

kebutuhan akan pergerakan di masa mendatang dan faktor aktifitas yang direncanakan

merupakan dasar analisisnya. Skema interaksi hubungan transportasi dan penggunaan

lahan dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut ini:

Transportasi

Pola Kegiatan Aksessibilitas

Guna Lahan

Gambar II.3. Skema Interaksi Hubungan Transportasi dan


Penggunaan Lahan

Model interaksi guna lahan dan transportasi yang ada saat ini dapat

dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu model transportasi dan model

guna lahan.

Keseluruhan model interaksi guna lahan dan transportasi dapat dikelompokkan

menjadi 4 (empat) model yaitu: model Konvensional (model 4 tahap), model

Behavioural, model Linked, model Integrasi.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Model Konvensional (model 4 tahap) terdiri dari sub model bangkitan

perjalanan (trip generation) yang merupakan fungsi dari faktor tata guna lahan dan

faktor sosial ekonomi, distribusi perjalanan (trip distribution), pemilihan moda (modal

split), pemilihan rute (trip/traffic assignment). Tahapan model konvensional dalam

perencanaan transportasi, dapat dilihat pada Gambar II.4 berikut ini:

Trip Generation
- Land Use Data
- Travel Generation
Trip Distribution Factors
Feed Back

- Friction of Space
Factors
Modal Split - Calibration Factors
- Transportation
Network
Traffic Assignment

Gambar II.4. Tahapan Model Konvensional Transportasi

Model Behavioural didasarkan bahwa pelaku perjalanan akan terus melakukan

pilihan (individual or person based) atau bukan berbasis zona. Pelaku perjalanan akan

melakukan pilihan didasarkan pada utilitas yang merupakan fungsi dari aksesibilitas

dan daya tarik tujuan perjalanan. Model behavioural yang dikenal adalah Multinominal

Logit Models yang didasarkan pada teori Random Utility.

Model Linked melakukan analisis sistem transportasi serta analisis terhadap

alokasi penduduk dan pusat aktifitas tetapi guna lahan merupakan exogenous variable.

Model linked yang dikenal adalah Selnec Model. Pada Selnec model out put dari model

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
guna lahan menjadi input untuk model transportasi. Jadi pada model ini aksesibilitas

digunakan untuk analisis distribusi perjalanan pada model transportasi dan untuk model

guna lahan. Kelemahan model linked ini adalah analisis trip generation masih bersifat

in elastic terhadap biaya perjalanan (generalized cost). Pada model linked ini terdapat

time lag antara model guna lahan dan model transportasi sehingga model guna lahan

dianggap sebagai variable exogenous.

Model integrasi merupakan model yang melakukan analisis guna lahan (alokasi

penduduk dan pusat aktifitas) dan sistem transportasi secara terintegrasi. Pada model

integrasi analisis guna lahan yang dilakukan selain mempertimbangkan faktor

aksesibilitas yang merupakan out put dari model transportasi juga mempertimbangkan

daya tarik lahan dan faktor kebijakan.

Model integrasi dibedakan berdasarkan model guna lahannya yaitu model guna

lahan yang hanya menganalisis alokasi dari pemukiman penduduk dan model guna

lahan yang menganalisis keduanya yaitu alokasi pemukiman penduduk dan alokasi

komersil (bisnis). Masing-masing model integrasi tersebut juga dibedakan atas model

guna lahan yang mempertimbangkan harga lahan dalam analisisnya dan model yang

tidak mempertimbangkan harga lahan tersebut dalam analisisnya. Masing-masing

model tersebut juga dibedakan berdasarkan mode response.

Maksud perjalanan dan biaya perjalanan yang merupakan fungsi dari alokasi

penduduk dan alokasi pusat aktifitas pada sebagian model tidak mempengaruhi moda

angkutan yang digunakan, model yang demikian tersebut merupakan model yang mode

unresponse. Sebagian dari model tersebut juga melakukan analisis terhadap

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
lingkungan, tetapi aspek lingkungan tidak terbahas karena pada saat ini masalah

lingkungan belum menjadi masalah yang crucial pada kota-kota di Indonesia.

Sebagaimana diketahui bahwa model guna lahan yang pertama adalah Model

Lowry (1964). Model Lowrey banyak digunakan atau dikembangkan oleh model-model

guna lahan selanjutnya. Prisip model Lowrey adalah:

1. Perubahan guna lahan ditentukan oleh Basic Employment, Residential (tempat

tinggal) dan Service Employment.

2. Basic Employment sebagai input awal, kemudian dialokasikan tempat tinggal

berdasarkan lokasi Basic Employment tersebut. Alokasi dari Service

Employment didasarkan pada alokasi tempat tinggal.

3. Menggunakan 2 (dua) persamaan yaitu persamaan untuk alokasi tempat tinggal

dan persamaan untuk alokasi aktifitas.

II.4.2 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan secara komprehensif dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk

memahami pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga dan firma-firma yang

mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan didalam wilayah. Perorangan ataupun

kelompok masyarakat selalu mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap penggunaan

setiap lahan (Hadi Yunus, 2005).

Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun

dimusnahkan menurut administrasi yang jelas luasannya dan batasan geografisnya,

bersifat lokasional dimana lokasi pada suatu lahan memiliki ciri dan suasana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
lingkungan tertentu yang berbeda satu dengan lainnya, memiliki tingkat kerawanan

yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat kepentingan yang berbeda dapat

menimbulkan konflik diantaranya.

Suatu kegiatan yang berlangsung pada suatu lahan atau tanah pada dasarnya

dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal (Johara Jayadinata, 1986), yaitu:

1. Perilaku masyarakat (Social Behaviour)

Masih terdapat nilai nilai sosial dalam hubungan dengan lahan, misalnya:

kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah, peninggalan

kebudayaan, pola tradisional dan sebagainya.

2. Berhubungan dengan kegiatan ekonomi

Dalam sistem perekonomian tanah merupakan salah satu faktor modal produksi.

Dalam hal ini alokasi tanah dalam kaitannya dengan biaya dan tingkat efisiensi

produksi merupakan salah satu penentu jenis kegiatan perekonomian pada suatu

wilayah.

3. Kepentingan umum yang berinteraksi satu dengan lainnya

Kepentingan umum yang menjadi penentu dalam tata guna tanah antara lain

kesehatan, keamanan, moral dan kesejahteraan umum yang meliputi

kemudahan, kenyamanan dan sebagainya. Misalnya orang-orang akan ingin

tinggal sedekat mungkin dengan tempat kerja, tempat rekreasi dan sebagainya.

Kegiatan industri memilih pilihan lokasi yang dekat dengan tempat pemasaran,

sumber bahan, pelabuhan dan sebagainya.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Pembangunan perumahan secara langsung menyangkut berbagai aspek

kehidupan dan harkat manusia, hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat menunjang pembangunan itu sendiri yang bersifat lintas sektoral serta saling

keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan perumahan dan

permukiman yaitu:

1. Faktor Kependudukan

Perkembangan penduduk yang cukup tinggi merupakan masalah yang dapat

memberikan pengaruh yang sangat besar khususnya penduduk yang berada

atau berdiam di pusat-pusat kota, sedangkan jumlah rumah yang tersedia

yang memenuhi persyaratan sebagai rumah yang layak huni tidak dapat

memenuhi perkembangan jumlah anggota keluarga yang membutuhkan

rumah. Pertumbuhan penduduk terutama di kota-kota besar disebabkan

adanya arus urbanisasi dari luar daerah ke daerah perkotaan, baik sebagai

pendatang menetap maupun sebagai pendatang yang tidak menetap seperti

mereka pergi bekerja ke kota dan sore hari pulang kembali ke tempat

asalnya.

2. Faktor Pertanahan

Dengan adanya arus urbanisasi sebagai fenomena pada saat ini terutama di

kota-kota yang sedang berkembang seperti Indonesia memberi dampak

yang akan mempengaruhi pembangunan perumahan dan permukiman

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
sehingga terjadi masalah penyediaan tanah untuk pembangunan tersebut

khususnya di daerah perkotaan dan kalaupun ada harus dengan harga yang

sangat tinggi. Akibat keterbatasan tanah-tanah di daerah perkotaan maka

para developer atau pengembang mengalihkan pembangunan perumahan

dan permukiman ke daerah pinggiran kota.

3. Faktor Kelembagaan

Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman faktor

kelembagaan sangat berpengaruh karena dengan adanya perangkat

kelembagaan yang berfungsi akan dapat diambil suatu kebijakan,

pembinaan serta pelaksanaan dari pembangunan tersebut baik oleh

perangkat pemerintah pusat serta pihak swasta yang semuanya merupakan

suatu sistem yang terpadu sedangkan bagi pemerintah daerah memegang

peranan penting dalam strategi pelaksanaan pembangunan khususnya

perumahan dan permukiman.

II.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Pengadaan Rumah di Indonesia

Untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di Indonesia berbagai

kebijaksanaan pemerintah dalam pengadaan rumah di Indonesia dilakukan melalui:

1. Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilakukan oleh Perum

Perumnas.

2. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung

dalam persatuan pengusaha Real Estate Indonesia (REI).

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
3. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi

swasta yang dibiayai melalui Kredit Kepemilikan Rumah Bank Tabungan

Negara (KPR-BTN).

4. Pembangunan perumahan yang dilakukan melalui dana suatu lembaga yang

diperuntukkan bagi pegawainya.

5. Pembangunan perumahan dan pemukiman transmigrasi yang dilakukan

melalui dana dari Departemen Transmigrasi.

6. Pembangunan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat terasing melalui

dana Departemen Sosial.

7. Pembangunan perumahan dan pemukiman pedesaan melalui koordinasi

antara Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Departemen Dalam

Negeri.

8. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang lainnya.

Secara umum maksud dan tujuan pembangunan perumahan dan permukiman

tersebut adalah untuk:

1. Memperbaiki keadaan perumahan dan lingkungannya untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana dan fasilitas

lingkungan baik perkotaan maupun perdesaan.

3. Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan dengan

lebih mengutamakan tata guna lahan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Secara lebih khusus pengadaan sekaligus pengawasan terhadap perumahan dan

pemukiman melalui kebijakan-kebijakan sebagaimana disebutkan diatas diatur menurut

Undang-Undang No.4 Tahun 1992, tentang perumahan dan permukiman tersebut

dijelaskan bahwa penataan perumahan dan pemukiman bertujuan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,

dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan

yang sehat, aman, serasi dan teratur.

3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang

rasional.

4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-

bidang lain.

Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pengadaan

perumahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta harus benar-benar

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel II.1 berikut ini menyajikan perkiraan jumlah rumah yang harus

disediakan oleh pemerintah (Perumnas) dan swasta (REI) sampai tahun 2010.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel II.1. Perkiraan Jumlah Rumah Yang Harus Disediakan oleh
Perumnas dan REI Sampai Tahun 2010

JUMLAH UNIT RUMAH YANG


DEVELOPER HARUS DISEDIAKAN
2001 - 2010
PERUMNAS 35.000

REI 29.000

JUMLAH 64.000
Sumber: (Real Estate Sumatera Utara Direktori, 2000)

II.7 Keterkaitan Kawasan Perumahan dengan Infrastruktur Perkotaan

Kawasan perumahan sebagai tempat hunian penduduk merupakan salah satu

masalah pokok yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan para developer.

Sebagai tempat tinggal penduduk, lokasi kawasan perumahan harus mudah

menjangkau setiap tempat aktivitas perkotaan, seperti lokasi pekerjaan, kantor instansi

pemerintah dan swasta, pasar, pendidikan, dan lain-lain. Kecenderungan penduduk

untuk memilih tempat bermukim sangat dipengaruhi oleh kemudahan untuk

menjangkau lokasi-lokasi. Akibat yang ditimbulkan oleh ketidaktepatan lokasi

pemukiman adalah terhambatnya perkembangan kota baik dari segi fisik kota maupun

dari segi ekonominya.

II.8 Kawasan Perumahan Untuk Real Estate

Real estate memiliki pengertian yang cukup luas dan ditafsirkan secara

berbeda-beda oleh masing-masing orang sesuai dengan sudut pandangnya. Real estate

memiliki beberapa karakteristik (Komarudin, 1997), yakni :

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
1. The value of house. Dari segi harga, rumah real estate memiliki harga yang

beraneka ragam di berbagai Negara, namun kesemuanya relative lebih

mahal dari harga rumah biasa. Harga rumah merupakan harga pelayanan

pada orang yang tinggal didalamnya, dan harga pelayanan tersebut sangat

ditentukan antara lain oleh timbulnya rasa kepuasan, privasi dan lain-lain.

2. The value of other real estate. Selain harga rumah yang sudah termasuk

didalamnya adanya pelayanan-pelayanan istimewa karena ia berbeda dari

rumah biasa sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka tingginya harga

rumah tersebut juga disebabkan karena rumah di real estate sekaligus

merupakan modal yang memiliki nilai cukup tinggi.

3. The value of service flow. Pelayanan dari suatu rumah, bangunan komersil

maupun bentuk-bentuk lain dari real estate merupakan penjumlahan dari

keseluruhan komponen individual yang memberi manfaat.

Jika mengacu kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri,

Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 648-384

tahun 1992, 739/KPTS/1992 tanggal 16 November 1992 tentang pedoman

pembangunan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang,

dalam Bab I Pasal I ayat 4 Surat Keputusan Bersama tersebut menyebutkan kriteria

rumah-rumah yang dibangun developer (pengembang) dalam suatu kawasan

perumahan tertata terdiri dari :

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
1. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 54 M2 sampai 200 M2 dan atau biaya pembangunan per M2

tidak melebihi harga satuan per M2 tertinggi untuk pembangunan

perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.

2. Rumah Menengah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 200 M2 sampai 600 M2 dan atau biaya pembangunan per M2

antara harga satuan per M2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas

pemerintah kelas C sampai kelas A yang berlaku.

3. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 600 M2 sampai dengan 2000 M2 dan atau biaya

pembangunan per M2 diatas harga satuan per M2 tertinggi untuk

pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.

4. Dalam hal luas kaveling atau harga satuan pembangunan per M2 masing-

masing memenuhi kriteria yang berlainan, sebagaimana dimaksud dalam

butir a, b dan c maka kualitas ditentukan sesuai kriteria yang tinggi.

II.9 Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna

lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut

dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black, 1981). Pernyataan mudah dan sulit

merupakan hal yang sangat subyektif dan kualitatif, mudah bagi seseorang belum tentu

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
mudah bagi orang lain, begitu pula dengan pernyataan sulit, oleh karena itu diperlukan

kinerja kualitatif yang dapat menyatakan aksesibilitas.

Metode pengukuran sikap diukur dalam mempersepsi suatu obyek. Sikap

tersebut adalah respon psikologis seseorang atas faktor yang berasal dari suatu obyek,

respon tersebut menunjukkan kecenderungan mudah atau sulit. Pengukuran sikap

seseorang atas suatu obyek dipengaruhi oleh stimuli, sebagai stimuli adalah peubah-

peubah bebasnya. Dengan demikian maka pengukuran aksesibilitas transportasi dari

seseorang merupakan pengukuran sikap orang tersebut terhadap kondisi aksesibilitas

transportasinya.

Banyak orang di daerah permukiman mempunyai akses yang baik dengan mobil

atau sepeda motor atau kendaraan pribadi, tetapi banyak pula yang bergantung pada

angkutan umum atau berjalan kaki. Jadi aksesibilitas zona asal dipengaruhi oleh

proporsi orang yang menggunakan moda tertentu dan harga ini dijumlahkan untuk

semua moda transportasi yang ada untuk mendapatkan aksesibilitas zona (Tamin,

1997).

II.10 Migrasi

Pertumbuhan penduduk umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

pertumbuhan alamiah dan migrasi. Pertumbuhan alamiah adalah pertumbuhan akibat

kelahiran dikurangi kematian, sedangkan migrasi adalah perpindahan penduduk dari

suatu daerah ke daerah lain dengan tujuan (motivasi) tertentu, seperti: faktor sosial,

ekonomi maupun politik.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Migrasi terdiri dari dua jenis, yaitu: migrasi permanen dan migrasi sementara.

Migrasi permanen adalah perpindahan penduduk yang berakhir pada menetapnya

migrasi pada tujuannya, sedangkan migrasi sementara adalah perpindahan penduduk

yang tidak menetap pada tujuan migrasi, tetapi kembali ke tempat semula atau pindah

ke tempat lain.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa migrasi pada hakekatnya merupakan

implikasi dari perbedaan ketersediaan fasilitas antara suatu daerah dengan daerah lain.

Penduduk dari daerah yang berfasilitas kurang pada umumnya daerah pedesaan, akan

memiliki potensi untuk pindah ke daerah yang berfasilitas lebih lengkap, yaitu daerah

perkotaan. Migrasi yang seperti ini dinamakan migrasi dari desa ke kota.

II.11 Aspek Transportasi

Perkembangan kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan penduduk,

dan ekonomi. Sementara itu, kegiatan ekonomi tersebut diduga merupakan daya tarik

masuknya sejumlah penduduk sehingga pertumbuhan penduduk kota relative lebih

tinggi. Peningkatan jumlah penduduk di atas pada akhirnya memerlukan lahan yang

lebih luas untuk areal pemukiman dan aktivitas kehidupan masyarakat.

Kebutuhan transportasi suatu kota banyak ditentukan oleh besar kecilnya

jumlah penghuni kota tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota akan

cenderung semakin banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang

diperlukan. Apabila transportasi diartikan sebagai sarana jasa angkutan penumpang dan

barang dari tempat asal tertentu menuju ke daerah tujuan, dengan demikian perlu

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
kiranya memperhitungkan besarnya cost yang dikeluarkan oleh para pengguna jasa

transport tersebut. Para perencana ekonomi regional cenderung mengusulkan faktor

keseluruhan ini dalam suatu hubungan antara lokasi ekonomi dengan jarak ke pasar.

Cost yang dimaksud adalah kompensasi yang harus dibayar.

Dalam studi transportasi, kompensasi ini biasa diungkapkan dalam bentuk

komponen jarak, biaya dan waktu. Ada dua masalah pokok yang berkaitan dengan

aspek transportasi: pertama adalah kebutuhan angkutan umum ke tempat kerja atau

tempat kegiatan sehari-hari, dan kedua adalah angkutan umum yang berkenaan dengan

tujuan aktivitas lain, seperti ke sekolah, dan tempat rekreasi.

Beberapa studi tentang perkotaan dan transportasi di Indonesia terutama

transportasi darat, mengulas secara jelas bahwa akses transportasi merupakan aspek

yang cukup penting dalam pembangunan. Sebagai hipotesis dasar dinyatakan bahwa

semakin dekat jarak lokasi permukiman dengan lokasi kegiatan kota diduga akan

semakin tinggi tingkat aksesibilitasnya. Mobilitas penduduk pengguna transportasi

merupakan aspek yang perlu diperhatikan, demikian pula klasifikasi pengguna jasa

transportasi seperti tenaga kerja, pelajar dan ibu rumah tangga.

II.11.1 Pusat-Pusat Kegiatan

Pusat-pusat kegiatan ekonomi kota biasanya dimulai dengan pusat perdagangan,

yang kemudian menyebar kedaerah sekitarnya. Dengan penyediaan sarana dan

prasarana transportasi yang memungkinkan, membuat ekspansi wilayah kegiatan kota

menjadi semakin meluas dengan tumbuhnya berbagai pusat kegiatan, hal ini mengacu

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
pada Teori Nuclei Ganda atau Multiple Nuclei theory. Pusat perdagangan, pusat

manufakturing dan permukiman penduduk dari berbagai lapisan memerlukan sarana

angkutan sebagai bagian dari jaringan komunikasi (Hadi Yunus, 2005).

II.11.2 Perkembangan Transportasi

Perkembangan industri, manufakturing dan perdagangan bisa menjadi penarik

migrasi penduduk dari luar daerah semakin besar. Pertumbuhan migran yang cepat

akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk. Dengan demikian, pembangunan

perkotaan memerlukan perencanaan yang cermat dalam kaitannya dengan

pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sebab menurut pengamat sosial, dan

lingkungan, faktor peningkatan penduduk merupakan faktor utama terhadap masalah

kerusakan kualitas lingkungan (Alik, 2005).

Pertumbuhan penduduk yang pesat mengundang peningkatan sarana

transportasi. Sementara itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi akan

mengundang atau menjadi daya tarik bagi tumbuhnnya permukiman. Transportasi

merupakan salah satu faktor kunci pemberi pelayanan/jasa dalam kebutuhan penduduk

kota, terutama bagi mereka yang bekerja.

Masalah transportasi yang dihadapi oleh beberapa kota besar di Indonesia

diduga disebabkan oleh terbatasnya laju pembangunan jalan, sementara kenaikan

kendaraan mengikuti pola eksponensial (Alik, 2005).

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
II.12 Parameter Jaringan dan Ruas Jalan

Belakangan ini jaringan jalan di kota-kota besar di Indonesia telah ditandai

dengan kemacetan-kemacetan lalu lintas. Selain akibat pertumbuhan lalu lintas yang

pesat, kemacetan tersebut disebabkan oleh terbaurnya peranan jalan arteri, kolektor dan

lokal pada jalan yang seharusnya berperan sebagai jalan arteri dan sebaliknya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah merasa perlu melakukan

pemantapan fungsi jaringan jalan kota dengan mengacu pada Undang-Undang No.38

Tahun 2004 tentang jalan, ruas-ruas jalan yang ditetapkan harus sesuai dengan

fungsinya dapat dipakai sebagai pegangan dan petunjuk seperti untuk koordinasi

dengan manajemen sistem transportasi dan tata guna lahan.

Berdasarkan analisis kapasitas ruas jalan, jenis jalan dapat dibedakan

berdasarkan jumlah jalur (carriage way), jumlah lajur (line) dan jumlah arah. Suatu

jalan memiliki 1 jalur bila tidak bermedian (tidak berbagi/undivided/UD) dan dikatakan

memiliki 2 jalur bila bermedian tunggal (terbagi/devided/D).

Adapun faktorfaktor yang berhubungan dengan ruas jalan yang mempengaruhi

kapasitas dan kinerja jalan akan diuraikan berikut ini:

II.12.1 Berdasarkan Fungsi Jalan

Fungsi jalan yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian jalan dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan terbagi atas empat

kelas yaitu:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
1. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah

jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah

jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata

rendah.

II.12.2 Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan

menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda, macam

sistem jaringan jalan (menurut peranan pelayanan jasa distribusi) dapat dibagi atas:

1. Sistem jaringan jalan primer.

2. Sistem jaringan jalan sekunder.

Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-

pusat kegiatan.

Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

II.13 Analisis Model Bangkitan Pergerakan Berbasis Rumah Tangga Yang

Pernah Dilakukan

1. Penentuan Model Bangkitan Pergerakan Pada Kawasan Perumahan Di Kota

Medan, Studi Kasus: Kawasan Sunggal Medan, Tesis Magister Manajemen

Pembangunan Kota, USU, (Evi Amelia, 2004). Menurut hasil analisis di dapat

bentuk model sebagai berikut:

1. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

mewah (Yl) : Yl = -2,629 + 3,201 X l + 1,413 X3

2. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

menengah (Y2) : Y2 = -5,550 + 3,950 Xl + 2,750 X3

3. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

sederhana (Y3) : Y3 = -1,531 + 2,159 X l + 4,192 X3

dimana:

Y = Produksi perjalanan (perjalanan/keluarga/hari)

X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X3 = Kepemilikan kendaraan mobil (unit)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
2. Pola Produksi Perjalanan Di Kawasan Permukiman Pinggiran Kota Semarang,

Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998, (Hadi Wahyono dan Imam Buchori,

1998). Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut:

1. Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

mewah (Yl) : Yl = 1,71 + 0,50 X l + 4,25.10-8 X2 + 0,50 X3

2. Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

menengah (Y2) : Y2 = 1,20 + 0,56 Xl + 1,51.10-6 X2 + 0,52 X3

3. Pola produksi perjalanan yang dihasilkan dari bangunan perumahan tipe

sederhana (Y3) : Y3 = 2,43 + 0,32 X l + 3,05.10-5 X2 + 0,69 X3

dimana:

Y = Produksi perjalanan (perjalanan/keluarga/hari)

X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X2 = Pendapatan rata-rata keluarga (rupiah)

X3 = Kepemilikan kendaraan mobil (unit)

3. Analisa Karakteristik Bangkitan dan Pola Perjalanan Penduduk Perumahan

Pinggiran Kota (Studi Kasus: Perumahan Bumi Pucang Gading Demak), Tesis

Program Magister Teknik Sipil UNDIP, Semarang, (Denny Kumara, 2005).

Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut:

Y = -0,113 + 0,998 X1 + 1,611 X2 + 0,998 X3 + 1,908 X4 + 1,370 X6

dimana:

Y = Produksi perjalanan (perjalanan/keluarga/hari)

X1 = Jumlah KK dalam satu rumah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
X2 = Jumlah anggota keluarga usia > 7 tahun (orang)

X3 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja (orang)

X4 = Jumlah anggota keluarga yang sekolah (orang)

X6 = Kepemilikan kendaraan sepeda motor (unit)

4. Model Bangkitan Pergerakan Keluarga Dari Zona Perumahan (Studi Kasus

Perumahan Kajhu Aceh Besar), Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998, (Isya

M, 1998). Menurut hasil analisis di dapat bentuk model sebagai berikut:

Y = -2,19463 + 1,909887 X1 + 1,139548 X2

dimana:

Y = Produksi perjalanan (perjalanan/keluarga/hari)

X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X2 = Kepemilikan kendaraan mobil (unit)

5. Model Bangkitan Pergerakan Pada Perumahan Antapani Kota Bandung, Jurnal

Simposium I FSTPT, Desember 1998, (M. Sigit, 1998). Menurut hasil analisis di

dapat bentuk model sebagai berikut:

T = -1,2696 + 1,6256 P + 0,2026 M + 0,0376 A

dimana:

T = Produksi perjalanan (perjalanan/keluarga/hari)

P = Jumlah anggota keluarga (orang)

M = Kepemilikan kendaraan mobil (unit)

A = Usia (tahun)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Berdasarkan hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga

yang pernah dilakukan di beberapa kota yang berbeda, bahwa variabel bebas yang tetap

muncul pada model yaitu: jumlah anggota keluarga dan kepemilikan kendaraan. Hal ini

menunjukkan kedua variabel bebas ini merupakan faktor paling berpengaruh pada

model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga, disamping itu ada juga faktor lain

yang mempengaruhi bangkitan pergerakan dan faktor itu berbeda disetiap kota.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Tujuan utama dari defenisi variabel operasional adalah untuk menghindari

penafsiran ganda (double defenition) terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam

suatu penelitian. Oleh karena itu variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan

sebagai berikut :

1. Produksi perjalanan (Y) adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan oleh

perumahan tipe mewah, menengah dan sederhana.

2. Variabel yang berhubungan dengan produksi perjalanan (X) yaitu: jumlah

anggota keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah),

jumlah kepemilikan kendaraan (unit), jumlah anggota keluarga bekerja (orang),

jumlah anggota keluarga yang sekolah (orang), jenis pekerjaan, umur kepala

keluarga (tahun), pendidikan kepala keluarga dan luas bangunan (m2).

III.2 Bagan Alir Penelitian

Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara jelas

langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, karena dengan adanya

kerangka tersebut maka dapat diketahui arah penelitian dan parameter-parameter apa

yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Bagan alir metode

penelitian dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
MULAI

Identifikasi Masalah:
Munculnya perumahan menambah jumlah pergerakan
Tujuan Penelitian:
Membuat model bangkitan pergerakan untuk beberapa
tipe perumahan di Kota Pematangsiantar dan memberikan
alternatif peningkatan efektifitas manajemen transportasi
di Kota Pematangsiantar.

Studi Kepustakaan

Penentuan Variabel Penelitian

Pengumpulan Data

DATA PRIMER: DATA SEKUNDER:


1. Data pendapatan rumah tangga 1. Data kependudukan
2. Data kepemilikan kendaraan 2. Data sosial ekonomi
3. Data struktur rumah tangga 3. Literatur penunjang
4. Data ukuran rumah tangga
5. Data aksesibilitas

Pengolahan Data Uji Statistik

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar III.1. Bagan Alir Metode Penelitian

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
III.3 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data bagi suatu studi transportasi pada dasarnya bukan merupakan

prosedur yang sembarangan, tetapi merupakan sekumpulan langkah-langkah yang

saling terkait satu sama lain dengan hasil final untuk memperoleh data yang diinginkan

(LPMITB, 1997). Proses pengumpulan data untuk studi transportasi dapat dilihat pada

Gambar III.2 berikut ini :

Desain Kuesioner Desain Sampel


Tidak

Survei Pendahuluan Pelaksanaan Survei

Tidak Kompilasi Data Analisa Data

Gambar III.2. Tahapan Pengumpulan Data Primer

Pengambilan data pada suatu penelitian dapat dilakukan dengan survei maupun

dengan mengutip langsung dari laporan/penelitian yang sudah pernah dilakukan. Untuk

mendapatkan data dengan cara survey harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Jadwal pelaksanaan survei dan jumlah surveyor

2. Struktur organisasi tim survei

3. Estimasi biaya yang diperlukan

4. Mekanisme pengumpulan data

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang

dianggap perlu. Pelaksanaannya secara garis besar dapat diberikan sebagai berikut:

1. Tahapan pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh

teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian penelitian ini.

2. Tahap kedua adalah menentukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai

pada daerah penelitian.

3. Tahap ketiga adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode

pengumpulan data dan penyajian data yang diperoleh dari survei.

4. Tahap keempat adalah melakukan home interview yaitu wawancara yang

dilakukan ke masing-masing responden yang dipilih secara acak.

5. Tahap kelima adalah mengedit data yang telah dikumpulkan dan membuat

tabulasi.

6. Tahap akhir adalah melakukan analisis data hasil survei dengan

menggunakan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan

menggunakan analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear

Regression Analysis) untuk mengambil kesimpulan dari tujuan penelitian

ini.

III.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek

yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Dalam penulisan ini data primer yang dimaksud adalah data yang sumbernya

diperoleh langsung dari responden/penghuni perumahan, yaitu data jumlah anggota

keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah kepemilikan

kendaraan (unit), jumlah keluarga yang bekerja (orang), jumlah keluarga yang sekolah

(orang), jenis pekerjaan, umur kepala keluarga (tahun), pendidikan kepala keluarga,

dan luas bangunan (m2).

Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang

dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli.

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan perpustakaan. Di

dalam penelitian ini data sekunder sumbernya lebih banyak diperoleh dari pihak

developer perumahan.

III.5 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel adalah mendapatkan sampel dengan jumlah relatif kecil

dibandingkan dengan jumlah populasi tetapi mampu mempresentasikan seluruh

populasi tersebut. Untuk itu sangat penting menentukan cara yang tepat dalam menarik

sample yang dimaksud agar benar-benar mampu mempresentasikan kondisi seluruh

populasi.

Mengingat karakteristik sosial ekonomi penduduk di kawasan perumahan

tertata umumnya heterogen, maka teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah

Stratified Random Sampling yaitu sampel acak berstrata.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Untuk memudahkan dan menentukan besarnya ukuran sampel dalam suatu

penelitian maka dapat digunakan data dari survai pendahuluan, biasanya data awal

yang diambil akan diolah sebanyak 30 data sampel. Dari 30 data sampel yang diambil

tersebut selanjutnya diolah sehingga akan dapat diketahui berapa besar ukuran sampel

dan selanjutnya hanya tinggal menambah kekurangannya (Teknik Sampling, 2001).

Secara matematis, besarnya sampel dari populasi dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Menghitung standar error dari rata-rata sampel:

Se(x) = Se ,standar error dari rata-rata sampel


z

Dimana :

Se(x) = Standar error dari rata-rata sampel

Se = Sampling error

z = Tingkat kepercayaan

Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 5% maka jumlah data

yang dibutuhkan adalah :

n = s2 S2 , untuk populasi yang tidak terbatas


[ Se(x) ]2

n = n n n , untuk populasi yang terbatas


1 + n
N

Dimana :

n = Jumlah sampel data tidak terbatas

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
n = Jumlah sampel data terbatas

N = Jumlah populasi

s = Standar deviasi dari variabel yang digunakan sebagai acuan

dalam menentukan jumlah sampel, misalnya: produksi

perjalanan.

s2 = Varian

Dalam penelitian ini, kriteria pengambilan sampel dengan pembagian strata

berdasarkan beberapa tipe perumahan.

Sesuai dengan kriteria rumah-rumah yang dibangun developer (pengembang)

dalam satu kawasan perumahan tertata, maka pembagian strata tipe bangunan pada

penelitian ini terdiri atas :

a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 54 M2 sampai 200 M2 dan atau biaya pembangunan per M2

tidak melebihi harga satuan per M2 tertinggi untuk pembangunan

perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.

b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 200 M2 sampai 600 M2 dan atau biaya pembangunan per M2

antara harga satuan per M2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas

pemerintah kelas C sampai kelas A yang berlaku.

c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas

kaveling antara 600 M2 sampai dengan 2000 M2 dan atau biaya

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
pembangunan per M2 diatas harga satuan per M2 tertinggi untuk

pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.

III.6 Daftar Kuesioner

Daftar kuisioner yang digunakan dalam melakukan home interview dibuat

sedemikian rupa sehingga mempermudah pewawancara dalam melakukan pendataan

dan mempermudah tiap anggota keluarga dalam mengisinya dan juga memudahkan

pengisian tabel data perjalanan dan informasi keluarga yang dibuat.

Daftar yang dibuat terdiri dari :

a. Daftar data keluarga yang berisikan informasi keluarga, terdiri dari :

1. Jumlah anggota keluarga

2. Jumlah anggota keluarga yang bekerja dan bersekolah

3. Penghasilan rata-rata keluarga per bulan

4. Jumlah kepemilikan kendaraan

5. Pekerjaan

6. Umur

7. Pendidikan

8. Tipe rumah

9. Luas bangunan

b. Daftar yang berhubungan dengan informasi perjalanan yang terdiri atas :

1. Asal, maksud dan tujuan perjalanan

2. Moda transportasi yang digunakan

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
3. Waktu dan jarak perjalanan.

III.7 Model Penelitian

Untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu berapa besar

pengaruh variabel mengenai bangkitan pergerakan (X) seperti : jumlah anggota

keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah kepemilikan

kendaraan (unit), jumlah keluarga yang bekerja (orang), jumlah keluarga yang sekolah

(orang), jenis pekerjaan, umur kepala keluarga (tahun), pendidikan kepala keluarga,

dan luas bangunan (m2), terhadap produksi perjalanan (Y), perlu dilakukan beberapa

tahapan penting untuk menganalisis data yang diperoleh melalui survei kuesioner.

Uji korelasi dan proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan

Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) yaitu suatu program statistik

yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat serta menyajikannya

dalam berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan (Cornelius

Trihendradi, 2005). Ada pun beberapa tahapan yang perlu dilakukan, adalah :

a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat

hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel

bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama

variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara

variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar

untuk mewakili.

b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan

model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi

linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yaitu

suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai

korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.

2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling

berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka

untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara

sesama variabel bebas.

3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke

dalam persamaan model regresi linear berganda (Gasperz, 1990), yaitu :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 .. + bn Xn
Dimana:
Y = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari:
a = konstanta (angka yang akan dicari)
b1,b2.bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari)
X1, X2 Xn = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)

Faktor-faktor berpengaruh:

X1 = jumlah anggota keluarga rata-rata (orang)

X2 = jumlah penghasilan keluarga (rupiah)

X3 = jumlah kepemilikan mobil (unit)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
X4 = jumlah kepemilikan sepeda motor (unit)

X5 = jumlah keluarga yang bekerja (orang)

X6 = jumlah keluarga yang sekolah (orang)

X7 = jenis pekerjaan

X8 = umur kepala keluarga (tahun)

X9 = pendidikan kepala keluarga

X10 = luas bangunan (m2).

Setelah melakukan tahapan diatas dan memperoleh nilai persamaan, maka

untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang diperkirakan dihasilkan oleh

perumahan tipe bangunan mewah (Y1) adalah :

Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 . + bn Xn. (1)

Untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh

perumahan tipe bangunan menengah (Y2) adalah :

Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 . + bn Xn. (2)

Untuk mengetahui besaran bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh

perumahan tipe bangunan sederhana (Y3) adalah :

Y3 = a + b1 X1 + b2 X2 .+ bn Xn.. (3)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IV.1 Geografis Kota Pematangsiantar

Lokasi penelitian terletak di Kota Pematangsiantar yang secara geografis

terletak pada garis antara 030 01 09 020 54 40 LU dan 990 6 22 990 01 10

BT, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dengan ketinggian 400

meter di atas permukaan laut. Memiliki luas 79,971 Km2 dengan pembagian wilayah

terdiri dari 6 kecamatan dan 43 kelurahan. Lahan untuk pemukiman direncanakan

seluas 3.767,61 Ha atau 47,12%. Peta administrasi Kota Pematangsiantar dan lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini:

Pusat Sekunder:
-Pendidikan
-Perkantoran
-Permukiman

Lokasi Penelitian
Pusat Primer:
- Perdagangan dan
jasa modern
- Pemerintahan

Gambar IV.1. Peta Administrasi Kota Pematangsiantar

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
IV.2 Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kawasan perumahan yang menjadi objek penelitian merupakan bagian dari

penggunaan lahan pada wilayah Kota Pematangsiantar. Ada 3 (tiga) perumahan yang

dijadikan objek penelitian yaitu :

1. Perumnas BTN Tojai

Perumnas BTN Tojai diambil untuk tipe perumahan sederhana yang terletak di

Kecamatan terletak di Kecamatan Siantar Martoba, Kelurahan Setia Negara

dengan luas areal perumahan 14 Ha, rata rata rumah dibangun diatas tanah

dengan luas kaveling 100 M2, yang dihuni 312 KK. Perumnas BTN Tojai dapat

dilihat pada Gambar IV.2 berikut ini:

Gambar IV.2. Perumnas BTN Tojai

2. Perumahan SibatuBatu Indah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Perumahan Sibatu Batu Indah diambil untuk tipe perumahan menengah yang

terletak di Kecamatan terletak di Kecamatan Siantar Martoba, Kelurahan Bah

Kapul dengan luas areal perumahan 5 Ha, rata rata rumah dibangun diatas

tanah dengan luas kaveling 200 M2, yang dihuni 73 KK. Perumahan Sibatu-batu

Indah dapat dilihat pada Gambar IV.3 berikut ini:

Gambar IV.3. Perumahan Sibatu-batu Indah

3. Perumahan Taman Puri Melia

Perumahan Taman Puri Melia diambil untuk tipe perumahan mewah yang

terletak di Kecamatan terletak di Kecamatan Siantar Martoba, Kelurahan Naga

Pita dengan luas areal perumahan 9 Ha, rata rata rumah dibangun diatas

tanah dengan luas kaveling 240 M2, yang dihuni 81 KK. Perumahan Taman Puri

Melia dapat dilihat pada Gambar IV.4 berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Gambar IV.4. Perumahan Taman Puri Melia

IV.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk mempelajari populasi diperlukan sampel yang diambil dari populasi yang

bersangkutan, oleh karena itu dibutuhkan penarikan sampel. Teknik penarikan sampel

yang dipergunakan adalah Stratified Random Sampling yaitu sampel acak berstrata

mengingat karakteristik sosial ekonomi penduduk di kawasan perumahan tertata

umumnya heterogen. Dari data diperoleh :

1. Jumlah kepala keluarga untuk Perumnas BTN Tojai yang termasuk kategori

tipe perumahan sederhana 312 KK.

2. Jumlah kepala keluarga untuk Perumahan Sibatubatu Indah yang termasuk

kategori tipe perumahan menengah 73 KK.

3. Jumlah kepala keluarga untuk Perumahan yang termasuk kategori tipe

perumahan mewah 81 KK.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Maka jumlah total populasi kepala keluarga yang ada di 3 perumahan adalah

466 KK.

Jumlah data yang diambil untuk data pendahuluan adalah 30 data karena secara

statistik disyaratkan bagaimanapun model populasi yang disampel asal variantnya

terhingga, maka rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal. Untuk N 30

pendekatan ini sudah berlaku. Data produksi perjalanan yang diperoleh akan digunakan

sebagai dasar untuk menentukan jumlah sampel, dapat dilihat pada Tabel IV.1 berikut

ini:

Tabel IV.1. Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data


No Produksi Perjalanan No Produksi Perjalanan No Produksi Perjalanan
Sampel (Perj/Kel./Hari) Sampel (Perj/Kel./Hari) Sampel (Per/Kel./Hari)
1 4 11 4 21 3
2 3 12 6 22 5
3 6 13 5 23 3
4 5 14 6 24 8
5 5 15 8 25 4
6 4 16 4 26 5
7 4 17 5 27 5
8 7 18 5 28 4
9 5 19 4 29 5
10 4 20 5 30 4
Jumlah 47 Jumlah 52 Jumlah 46
Jumlah Total 145

Tabel IV.2. Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data
Produksi Perjalanan (Perjalanan/Keluarga/Hari)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
30 3 8 4.8333 1.2617

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Uji kecukupan data dimaksud untuk memastikan bahwa data yang diambil

adalah data yang akurat dan jumlah sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang

ada.

Spesifikasi tingkat kepercayaan 95% kemungkinan sampling error tidak lebih

dari 5% dari sampel mean. Untuk conviden level (z) 95% dari tabel statistik diperoleh

angka 1,96 dari standar error. Agar error yang diterima tidak lebih dari 5% maka

jumlah sampel data harus dicari dengan perhitungan sebagai berikut:

Sampling error (Se) yang dapat diterima = 0,05 x rata-rata produksi perjalanan

= 0,05 x 4,833 Perjalanan/kel./hari

= 0,24 Perjalanan/kel./hari

Maka: Se(x) = Se / z

= 0,24 / 1,96

= 0,122

Besarnya jumlah sampel :

n = s2 S2 , untuk data yang tidak terbatas


[ Se(x) ]2

n = n n n , untuk data yang terbatas


1 + n
N

Maka: n = s2 / [ Se(x) ] 2

n = ( 1,262 )2 / [ 0,122 ] 2

n = 106 (untuk data yang tidak terbatas)

n = 106 / (1+106/466)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
n = 86 (untuk data yang terbatas)

Dari hasil perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah data

sampel yang harus dipenuhi adalah 86 sampel. Jumlah sampel untuk setiap tipe

perumahan adalah sebagai berikut:

a.Untuk tipe perumahan sederhana (Perumnas BTN Tojai) diambil 58 sampel.

b.Untuk tipe perumahan menengah (Perumahan Sibatu-batu Indah) diambil 13 sampel.

c. Untuk tipe perumahan mewah (Perumahan Taman Puri Melia) diambil 15 sampel.

IV.4 Zona Lokasi Berdasarkan Tujuan

Zona lokasi pada penelitian ini dibatasi menjadi 4 (empat) zona yang

merupakan zona potensial untuk melakukan beberapa aktifitas seperti bekerja,

bersekolah dan berbelanja.

Pemilihan zona yang dipilih sebagai kawasan potensial pada penelitian ini adalah :

a. Untuk tujuan bekerja

Pada survey awal sebelum membagikan kuesioner kepada para responden,

peneliti telah mendapatkan informasi dari pihak pengelola perumahan melalui

wawancara, bahwa jenis pekerjaan penghuni perumahan tersebut paling banyak adalah

berwiraswasta. Oleh karena itu peneliti memilih beberapa kawasan niaga yang cukup

potensial, seperti pada beberapa zona yang telah ditentukan.

b. Untuk tujuan bersekolah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Bagi keluarga yang tergolong ekonomi menengah keatas, akan selalu berusaha

memberikan pendidikan yang berkualitas terbaik bagi anggota keluarganya. Sekolah-

sekolah yang berkualitas baik di Kota Pematangsiantar umumnya berada di pusat kota.

Oleh karena itu peneliti memilih beberapa kawasan pendidikan dengan kualitas baik

yang sangat potensial pada beberapa zona seperti yang telah ditentukan.

c. Untuk tujuan berbelanja

Pemilihan zona tempat berbelanja yang telah ditentukan oleh peneliti,

merupakan lokasi potensial yang dapat dikunjungi oleh penghuni perumahan.

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa zona

tujuan bekerja yang paling dominan adalah zona II dan zona III, yang mana pada zona

II ditempati paling banyak oleh tipe perumahan bangunan menengah sebesar 46%,

dapat dilihat pada Tabel IV.3 berikut ini:

Tabel IV.3. Zona Tujuan Bekerja


Tipe Zona Tujuan Bekerja
Zona I Zona II Zona III Zona IV
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 4 27 2 13 7 47 2 13
Menengah 3 23 6 46 3 23 1 8
Sederhana 10 17 21 36 21 36 6 10
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pada zona III ditempati paling banyak oleh tipe perumahan

bangunan mewah, yaitu sebesar 47%.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Mewah

13%
27%
Zona I
Zona II
Zona III
13% Zona IV
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.6. Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Mewah

Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Menengah

8% 23%
23% Zona I
Zona II
Zona III
Zona IV
46%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.7. Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Menengah

Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Sederhana

10% 17%
Zona I
Zona II
Zona III
36%
36% Zona IV

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.8. Zona Tujuan Bekerja Tipe Perumahan Sederhana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa zona

tujuan sekolah yang paling dominan adalah zona I dan zona II, yang mana pada zona I

ditempati paling banyak oleh tipe perumahan bangunan mewah sebesar 33%, dapat

dilihat pada Tabel IV.4 berikut ini:

Tabel IV.4. Zona Tujuan Sekolah


Tipe Zona Tujuan Sekolah
Zona I Zona II Zona III Zona IV
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 8 33 6 40 3 20 1 7
Menengah 2 15 6 46 4 31 1 8
Sederhana 14 24 27 47 14 24 3 5
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pada zona II ditempati paling banyak oleh tipe perumahan bangunan

sederhana, yaitu sebesar 47%.

Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Mewah

7%
20% 33% Zona I
Zona II
Zona III
Zona IV
40%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.9. Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Mewah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Menengah

8% 15%
Zona I
31%
Zona II
Zona III
Zona IV
46%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.10. Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Menengah

Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Sederhana

5% 24%
24% Zona I
Zona II
Zona III
Zona IV
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.11. Zona Tujuan Sekolah Tipe Perumahan Sederhana

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa zona

tujuan berbelanja yang paling dominan adalah zona I dan zona III, yang mana pada

zona I ditempati paling banyak oleh tipe perumahan bangunan menengah sebesar 38%,

dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel IV.5. Zona Tujuan Berbelanja
Tipe Zona Tujuan Berbelanja
Zona I Zona II Zona III Zona IV
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 5 33 1 7 9 60 0 0
Menengah 10 38 1 8 7 54 0 0
Sederhana 20 34 6 10 32 55 0 0
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pada zona III ditempati paling banyak oleh tipe perumahan

bangunan mewah, yaitu sebesar 60%.

Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Mewah

0%
33% Zona I
Zona II
Zona III
60%
Zona IV
7%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.12. Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Mewah

Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Menengah

0%
38% Zona I
Zona II
Zona III
54%
Zona IV
8%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.13. Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Menengah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Sederhana

0%
34% Zona I
Zona II
Zona III
55%
Zona IV
10%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.14. Zona Tujuan Berbelanja Tipe Perumahan Sederhana

IV.4.1 Generator Aktifitas Pada Zona I

Pada kawasan ini (Zona I) adalah zona asal pergerakan yang merupakan

kawasan objek penelitian. Pada umumnya di kawasan ini generator aktifitas seperti

tujuan bekerja, bersekolah dan berbelanja, memang sudah ada. Tetapi yang menjadi

masalah belum memenuhi keinginan sebagian besar masyarakat penghuni beberapa

perumahan tipe menengah atas yang ada. Sehingga dengan kondisi ini generator

aktifitas tersebut belum maksimal digunakan oleh sebagian besar masyarakat penghuni

beberapa perumahan tipe menengah atas yang ada, yang berakibat pada ketergantungan

terhadap kawasan potensial di pusat kota. Yang menjadi generator aktifitas pada

kawasan ini adalah :

1. Tujuan Bekerja

Kantor instansi pemerintah, BUMN dan swasta, yaitu: Kantor Dinas Sosial

Pemko, Kantor Bawasda Pemko, Kantor Camat/Lurah, Kantor Polresta, Kantor Dinas

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Kehutanan Pemkab, Kantor Perpajakan, Kantor Bea Cukai, Kantor PT.Taspen, Kantor

Penyedia jasa, Puskesmas, Rindam, Rumah Sakit Imanuela, dan lain-lain.

2. Tujuan Sekolah

Sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang

dikelola negeri maupun swasta, yaitu: TK Yayasan Pendidikan Keluarga, TK Al

Wasliyah, beberapa SD Negeri, SMP Negeri 7, SMP Negeri 10, SMP Y.P GKPS,

Madrasah Ibtidaiyah Negeri, SMA Negeri 2, SMK Negeri 1, Madrasah Aliyah Negeri,

Yayasan Pendidikan Teladan (SD hingga SMA), SMA dan SMK Y.P Melati, Yayasan

Pendidikan Trisakti (TK hingga SMA), Y.P Sultan Iskandar Muda (tingkat TK hingga

SLTA), Akper Florensia, Universitas Simalungun, dan lain-lain.

3. Tujuan Berbelanja

Tujuan berbelanja pada kawasan ini, yaitu : Pasar tradisional parluasan,

beberapa warung / kedai sampah di kawasan ini, dan lain-lain.

IV.4.2 Generator Aktifitas Pada Zona II

Generator aktifitas yang ada di kawasan Zona II adalah :

1. Tujuan Bekerja

Kantor instansi pemerintah, BUMN dan swasta, yaitu: Kantor Walikota, Kantor

DPRD, Kantor Polres Simalungun, Kantor Imigrasi, Kantor Dinas Pendapatan Pemko,

Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemko, Kantor Dinas Tenaga Kerja, Kantor

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Badan Pertanahan Negara, Kantor

Pelayanan PBB, Kantor Dinas Pertanian Pemkab, Kantor Depag, KPKN, Kantor

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Camat/Lurah, Kantor PT.Askes, Kantor PT.Jamsostek, Kantor PT.PLN, Kantor

Pelayanan Jasa, Puskesmas, Rumah Sakit Tiara, Rumah Sakit Kesdam, dan lain-lain.

2. Tujuan Sekolah

Sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang

dikelola negeri maupun swasta, yaitu: Beberapa SD Negeri, SMP Negeri 2, SMP

Negeri 4, MTs Al Wasliyah, Yayasan Pendidikan Taman Asuhan (TK hingga

SMP),Yayasan Pendidikan Keluarga (TK hingga SMA), Yayasan Pendidikan Sultan

Agung (TK hingga Perguruan Tinggi), Yayasan Pendidikan Kalam Kudus (TK hingga

SMA),Yayasan Pendidikan Islam (SD hingga SMA), Yayasan Pendidikan Kartika (SD

hingga SMA), Yayasan Pendidikan Taman Siswa (SD hingga SMA), dan lain-lain.

3. Tujuan Berbelanja

Tujuan berbelanja pada kawasan ini, yaitu : Pasar tradisional, beberapa warung

/ kedai sampah di kawasan ini, Siantar Swalayan, Supermarket Kartini, Siantar Plaza,

Suzuya, dan lain-lain.

IV.4.3 Generator Aktifitas Pada Zona III

Generator aktifitas yang ada di kawasan Zona III adalah :

1. Tujuan Bekerja

Kantor instansi pemerintah, BUMN dan swasta, yaitu: Kantor Dinas Kesehatan,

Kantor Camat/Lurah, Kompleks Kantor Pemkab Simalungun, Puskesmas, Brimob,

Kantor Pegadaian, Kantor Pengacara/Notaris, Kantor Penyedia Jasa, Kompleks Ruko

Mega Land, Pabrik rokok STTC, dan lain-lain.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
2. Tujuan Sekolah

Sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang

dikelola negeri maupun swasta, yaitu: Beberapa SD Negeri, SMP Negeri 1, SMP

Negeri 8, SMA Negeri 3, SMA Negeri 4, SMK Y.P HKBP, Yayasan Pendidikan

Methodist (TK hingga SMA), Yayasan Pendidikan Nomensen (SMA hingga Perguruan

Tinggi), Akbid Politeknik Medan, Akbid Handerson, Amik Multikom, dan lain-lain.

3. Tujuan Berbelanja

Tujuan berbelanja pada kawasan ini, yaitu : Pasar tradisional horas, beberapa

warung / kedai sampah di kawasan ini, ramayana, dan lain-lain.

IV.4.4 Generator Aktifitas Pada Zona IV

Generator aktifitas yang ada di kawasan Zona IV adalah :

1. Tujuan Bekerja

Kantor instansi pemerintah, BUMN dan swasta, yaitu: Kantor Dinas Pertanian

Pemko, Kantor Dinas Catatan Sipil, Kantor PU Pemko, Kantor Camat/Lurah,

Puskesmas, Kantor PDAM Tirta Uli, Kantor penyedia jasa, Rumah Sakit Harapan, dan

lain-lain.

2. Tujuan Sekolah

Sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga SMA yang dikelola

negeri maupun swasta, yaitu: Beberapa SD Negeri, SMP Negeri 3, SMP Negeri 5, SMP

Negeri 12, SMA Negeri 1, SMK Persiapan, SMA dan SMK Y.P Mariagoreti, Yayasan

Pendidikan Cinta Rakyat (TK hingga SMA), Yayasan Pendidikan Hotma Guna (SD

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
hingga SMA), Yayasan Pendidikan Surya Murni (SD hingga SMA), Yayasan

Pendidikan Budi Mulia (SD hingga SMA), Yayasan Pendidikan HKBP (SD hingga

SMA), dan lain-lain.

3. Tujuan Berbelanja

Tujuan berbelanja pada kawasan ini, yaitu : Pasar tradisional, beberapa warung

/ kedai sampah di kawasan ini, dan lain-lain.

IV.5 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

IV.5.1. Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

jumlah anggota keluarga antara 1 - 4 orang paling banyak dihuni pada tipe perumahan

bangunan mewah dan sederhana, sebesar 60% dan 52%. Untuk tipe perumahan

bangunan menengah, mendominasi jumlah anggota keluarga 5 - 7 orang adalah sebesar

47%, dapat dilihat pada Tabel IV.6 berikut ini:

Tabel IV.6. Jumlah Anggota Keluarga


Tipe Jumlah Anggota Keluarga
1 - 4 org 5 - 7 org > 7 org
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 9 60 5 33 1 7
Menengah 5 38 6 47 2 15
Sederhana 30 52 18 31 10 17
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pada jumlah anggota keluarga yang berjumlah > 7 orang didominasi

oleh tipe perumahan bangunan sederhana, yaitu sebesar 17%.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Jum lah Anggota Keluarga
Tipe Perum ahan Mew ah

7%
1 - 4 Orang
33%
5 - 7 Orang
60% > 7 Orang

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.15. Jumlah Anggota Keluarga
Tipe Perumahan Mewah

Jumlah Anggota Keluarga


Tipe Perumahan Menengah

15%
38% 1 - 4 Orang
5 - 7 Orang
> 7 Orang
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.16. Jumlah Anggota Keluarga
Tipe Perumahan Menengah
Jumlah Anggota Keluarga
Tipe Perumahan Sederhana

17%
1 - 4 Orang
5 - 7 Orang
52%
31% > 7 Orang

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.17. Jumlah Anggota Keluarga
Tipe Perumahan Sederhana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Dari data jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada tipe perumahan

bangunan menengah dan sederhana adalah jumlah yang paling banyak untuk 1 orang

anggota keluarga bekerja, yaitu sebesar 47% dan 46%, dapat dilihat pada Tabel IV.7

berikut ini:

Tabel IV.7. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja


Tipe Jumlah Anggota Keluarga Bekerja
1 org 2 org > 2 org
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 6 40 7 47 2 13
Menengah 6 47 5 38 2 15
Sederhana 27 46 22 38 9 16
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan untuk jumlah anggota keluarga yang bekerja 2 orang paling banyak

pada tipe perumahan bangunan mewah, yaitu sebesar 47%.

Jumlah Anggota Keluarga Bekerja


Tipe Perumahan Mewah

13%
40% 1 Orang
2 Orang
> 2 Orang
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.18. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja Pada
Tipe Perumahan Mewah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Jumlah Anggota Keluarga Bekerja
Tipe Perumahan Menengah

15%

47% 1 Orang
2 Orang
> 2 Orang
38%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.19 Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja Pada
Tipe Perumahan Menengah

Jumlah Anggota Keluarga Bekerja


Tipe Perumahan Sederhana

16%

46% 1 Orang
2 Orang
> 2 Orang
38%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.20. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bekerja Pada
Tipe Perumahan Sederhana
Dari data jumlah anggota keluarga yang bersekolah paling banyak 2-4 orang

dari ketiga tipe perumahan yaitu pada tipe perumahan bangunan mewah dan menengah

masing-masing sebesar 53% dan 85% dan untuk jumlah anggota keluarga yang

bersekolah lebih dari 4 orang paling banyak pada tipe perumahan bangunan sederhana

yaitu sebesar 3%, dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel IV.8. Jumlah Anggota Keluarga Yang Bersekolah
Tipe Jumlah Anggota Keluarga Yang Bersekolah
1 org 2 - 4 org > 4 org
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 7 47 8 53 0 0
Menengah 2 15 11 85 0 0
Sederhana 26 45 30 52 2 3
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan untuk jumlah anggota keluarga yang bersekolah 1 orang paling

banyak pada tipe perumahan bangunan mewah yaitu sebesar 47%.

Jum lah Anggota Keluarga Yang Sekolah


Tipe Pe rum ahan Me w ah

0%
1 Orang
47%
2-4 Orang
53%
> 4 Orang

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.21. Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Pada
Tipe Perumahan Mewah

Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah


Tipe Perumahan Menengah

0% 15%
1 Orang
2-4 Orang
> 4 Orang
85%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.22. Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Pada

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tipe Perumahan Menengah

Jum lah Anggota Keluarga Yang Sekolah


Tipe Perum ahan Sederhana

3%

45% 1 Orang
2-4 Orang
52% > 4 Orang

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.23. Jumlah Anggota Keluarga Yang Sekolah Pada
Tipe Perumahan Sederhana

IV.5.2. Jenis Pekerjaan dan Penghasilan Rata-Rata Keluarga

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

pekerjaan pegawai swasta paling banyak menempati tipe perumahan bangunan mewah

dan menengah, yaitu sebesar 20% dan 21%. Untuk pekerjaan PNS dan profesi paling

banyak pada tipe perumahan bangunan sederhana dan menengah, yaitu sebesar 17%

dan 23%, dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut ini:

Tabel IV.9. Jenis Pekerjaan Keluarga


Tipe Jenis Pekerjaan
PNS Peg. Swasta Wiraswasta Profesi.
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 2 13 3 20 7 47 3 20
Menengah 2 15 2 15 6 47 3 23
Sederhana 10 17 12 21 28 48 8 14
(Sumber: Data Primer)

Mayoritas jenis pekerjaan yang paling dominan diantara ke tiga tipe perumahan

adalah pekerjaan wiraswasta.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Jenis Pekerjaan
Tipe Perum ahan Mew ah

20% 13%
PNS
20% Peg. Sw asta
Wirasw asta
Profesi
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.24. Jenis Pekerjaan Keluarga Pada
Tipe Perumahan Mewah

Jenis Pekerjaan
Tipe Perum ahan Menengah

23% 15%
PNS
15% Peg. Sw asta
Wirasw asta
Profesi
47%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.25. Jenis Pekerjaan Keluarga Pada
Tipe Perumahan Menengah

Jenis Pekerjaan
Tipe Perumahan Sederhana

14% 17%
PNS
Peg. Swasta

21% Wiraswasta
Profesi
48%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.26. Jenis Pekerjaan Keluarga Pada
Tipe Perumahan Sederhana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

penghasilan rata-rata anggota keluarga yang lebih besar dari 5 (lima) juta rupiah berada

pada tipe perumahan bangunan mewah yaitu sebesar 67%, dapat dilihat pada Tabel

IV.10 berikut ini:

Tabel IV.10. Penghasilan Rata-rata Keluarga


Tipe Penghasilan Rata-rata Keluarga (Juta Rupiah)
< 1 Juta 1-3 3-5 >5
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 0 0 0 0 5 33 10 67
Menengah 0 0 1 8 4 31 8 61
Sederhana 0 0 23 40 28 48 7 12
(Sumber: Data Primer)

Penghasilan rata-rata keluarga 13 juta rupiah dan 35 juta rupiah paling

banyak menempati pada tipe bangunan sederhana, yaitu sebesar 40% dan 48%,

sedangkan pada tipe perumahan bangunan menengah paling banyak penghasilan rata-

rata keluarga > 5 juta rupiah, yaitu sebesar 61%.

Penghasilan Rata-rata Keluarga


Tipe Perumahan Mewah
0%

0%

33% < 1 Juta


1 - 3 Juta
3 - 5 Juta
67% > 5 Juta

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.27. Penghasilan Rata-rata Keluarga Pada
Tipe Perumahan Mewah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Penghasilan Rata-rata Keluarga
Tipe Perum ahan Menengah

0% 8%
< 1 Juta
31% 1 - 3 Juta
3 - 5 Juta
61%
> 5 Juta

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.28. Penghasilan Rata-rata Keluarga Pada
Tipe Perumahan Menengah

Penghasilan Rata-rata Keluarga


Tipe Perum ahan Sederhana

12% 0%
< 1 Juta
40%
1 - 3 Juta
3 - 5 Juta

48% > 5 Juta

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.29. Penghasilan Rata-rata Keluarga Pada
Tipe Perumahan Sederhana

IV.5.3. Jumlah Kepemilikan Kendaraan

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

jumlah kepemilikan mobil l-2 unit paling banyak mendominasi dari ketiga tipe

perumahan, yaitu tipe bangunan menengah sebesar 77 %, sedangkan untuk tipe

bangunan mewah sebesar 67% dan untuk tipe bangunan sederhana 21%. Dari ketiga

tipe perumahan untuk jumlah kepemilikan mobil l-2 unit, tipe perumahan bangunan

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
menengah memiliki angka persentase tertinggi, dapat dilihat pada Tabel IV.11 berikut

ini:

Tabel IV.11. Jumlah Kepemilikan Mobil


Tipe Jumlah Kepemilikan Mobil
Tidak Ada 1 - 2 unit > 2 unit
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 0 0 10 67 5 33
Menengah 1 8 10 77 2 15
Sederhana 46 79 12 21 0 0
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pada jumlah kepemilikan mobil > 2 unit paling banyak ditempati

oleh tipe perumahan bangunan mewah yaitu sebesar 33% dan untuk tipe perumahan

bangunan menengah jumlah kepemilikan mobil > 2 unit, yaitu sebesar 15%.

Jum lah Kepem ilikan Mobil


Tipe Perum ahan Mew ah

0%
33%
Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
67%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.30. Jumlah Kepemilikan Mobil Pada
Tipe Perumahan Mewah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Jum lah Kepem ilikan Mobil
Tipe Perum ahan Menengah

15% 8%

Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
77%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.31. Jumlah Kepemilikan Mobil Pada
Tipe Perumahan Menengah

Jum lah Kepem ilikan Mobil


Tipe Perum ahan Sederhana

21% 0%

Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
79%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.32. Jumlah Kepemilikan Mobil Pada
Tipe Perumahan Sederhana
Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

jumlah kepemilikan sepeda motor l-2 unit paling banyak mendominasi dari ketiga tipe

perumahan, yaitu tipe bangunan sederhana sebesar 88 %, sedangkan untuk tipe

bangunan mewah sebesar 27% dan untuk tipe bangunan menengah 77%. Dari ketiga

tipe perumahan untuk jumlah kepemilikan sepeda motor l-2 unit, tipe perumahan

bangunan sederhana memiliki angka persentase tertinggi, dapat dilihat pada Tabel

IV.12 berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel IV.12. Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor
Tipe Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor
Tidak Ada 1 - 2 unit > 2 unit
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 11 73 4 27 0 0
Menengah 3 23 10 77 0 0
Sederhana 1 2 51 88 6 10
(Sumber: Data Primer)

Sama halnya untuk jumlah kepemilikan sepeda motor > 2 unit paling banyak

pada tipe perumahan bangunan sederhana yaitu sebesar 10%.

Jum lah Kepem ilikan Sepeda Motor


Tipe Perum ahan Mew ah

0%
27%
Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
73%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.33. Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Pada
Tipe Perumahan Mewah

Jum lah Kepem ilikan Sepeda Motor


Tipe Perum ahan Menengah

0% 23%
Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
77%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.34. Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Pada
Tipe Perumahan Menengah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Jum lah Kepem ilikan Sepeda Motor
Tipe Perum ahan Sederhana

10% 2%

Tidak Ada
1 - 2 Unit
> 2 Unit
88%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.35. Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Pada
Tipe Perumahan Sederhana

IV.5.4. Umur dan Pendidikan Kepala Keluarga

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa umur

kepala keluarga antara 30-40 tahun paling banyak dihuni pada tipe perumahan

bangunan mewah dan sederhana, sebesar 20% dan 17%. Sedangkan umur kepala

keluarga antara 51-60 tahun paling banyak dihuni pada tipe perumahan bangunan

mewah dan menengah, sebesar 27% dan 31%, dapat dilihat pada Tabel IV.13 berikut

ini:

Tabel IV.13. Umur Kepala Keluarga


Tipe Umur Kepala Keluarga (Tahun)
30 40 41 - 50 51 - 60 > 60
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 3 20 8 53 4 27 0 0
Menengah 2 15 7 54 4 31 0 0
Sederhana 10 17 31 54 15 26 2 3
(Sumber: Data Primer)

Mayoritas umur kepala keluarga yang paling dominan diantara ke tiga tipe

perumahan adalah 41-50 tahun.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Um ur Kepala Keluarga
Tipe Perum ahan Mew ah

0% 20%
27% 30 - 40 Tahun
41 - 50 Tahun
51 - 60 Tahun
> 60 Tahun
53%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.36. Umur Kepala Keluarga
Tipe Perumahan Mewah

Um ur Kepala Keluarga
Tipe Perum ahan Menengah

0% 15%
31% 30 - 40 Tahun
41 - 50 Tahun
51 - 60 Tahun
> 60 Tahun
54%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.37. Umur Kepala Keluarga
Tipe Perumahan Menengah

Um ur Kepala Keluarga
Tipe Perum ahan Sederhana

3% 17%
26% 30 - 40 Tahun
41 - 50 Tahun
51 - 60 Tahun
> 60 Tahun
54%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.38. Umur Kepala Keluarga
Tipe Perumahan Sederhana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa

pendidikan kepala keluarga yang tamat SMA paling banyak dihuni pada tipe

perumahan bangunan menengah dan sederhana, sebesar 54% dan 62%. Pendidikan

kepala keluarga yang tamat universitas paling banyak dihuni pada tipe perumahan

bangunan mewah sebesar 53%, dapat dilihat pada Tabel IV.14 berikut ini:

Tabel IV.14. Pendidikan Kepala Keluarga


Tipe Pendidikan Kepala keluarga
SD SMP SMA UNIV.
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 0 0 0 0 7 47 8 53
Menengah 0 0 0 0 7 54 6 46
Sederhana 3 5 5 9 36 62 14 24
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan pendidikan kepala keluarga yang tamat SD dan SMP hanya ada

pada tipe perumahan bangunan sederhana, yaitu sebesar 5% dan 9%.

Pendidikan Kepala Keluarga


Tipe Perum ahan Mew ah

0%

0%
SD
47% SMP

53% SMA
UNIVERSITAS

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.39. Pendidikan Kepala Keluarga Pada
Tipe Perumahan Mewah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Pendidikan Kepala Keluarga
Tipe Perum ahan Menengah

0%

0% SD
46% SMP

54% SMA
UNIVERSITAS

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.40. Pendidikan Kepala Keluarga Pada
Tipe Perumahan Menengah

Pendidikan Kepala Keluarga


Tipe Perum ahan Sederhana

5% 9%
24%
SD
SMP
SMA
UNIVERSITAS
62%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.41. Pendidikan Kepala Keluarga Pada
Tipe Perumahan Sederhana
IV.5.5. Luas Bangunan

Berdasarkan hasil dari data kuesioner yang diperoleh menunjukkan bahwa luas

bangunan < 100 M2 hanya ada pada tipe perumahan bangunan sederhana sebesar 36

%, untuk luas bangunan 100 M2 - 200 M2 paling banyak pada tipe bangunan menengah

sebesar 77%, dapat dilihat pada Tabel IV.15 berikut ini:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel IV.15. Luas Bangunan
Tipe Luas Bangunan
< 100 M2 100 200 M2 > 200 M2
Perumahan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Mewah 0 0 4 27 11 73
Menengah 0 0 10 77 3 23
Sederhana 21 36 36 62 1 2
(Sumber: Data Primer)

Sedangkan untuk luas bangunan > 200 M2 paling banyak pada tipe perumahan

bangunan mewah yaitu sebesar 73%.

Luas Bangunan
Tipe Perum ahan Mew ah

0%
27%
< 100 M2
100 - 200 M2
> 200 M2
73%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.42. Luas Bangunan Pada Tipe Perumahan Mewah

Luas Bangunan
Tipe Perum ahan Menengah

23% 0%
< 100 M2
100 - 200 M2
> 200 M2
77%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.43. Luas Bangunan Pada Tipe Perumahan Menengah

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Luas Bangunan
Tipe Perum ahan Sederhana

2%
36% < 100 M2
100 - 200 M2
> 200 M2
62%

(Sumber: Data Primer)


Gambar IV.44. Luas Bangunan Pada Tipe Perumahan Sederhana

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V.1 Analisis Model Perhitungan Bangkitan Pergerakan

Model analisis regresi linear berganda adalah suatu model dalam pemodelan

Trip Generation yang dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan hubungan linier

antara jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh zona dari ciri sosio-ekonomi rata-rata

dari rumah tangga pada setiap zona. Pendekatan yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Multiple Linear Regression

Analysis adalah teknik statistik yang sering digunakan dalam memperkirakan

Bangkitan Pergerakan pada masa yang akan datang, dimana dua atau lebih variabel

(faktor) bebas yang mempengaruhi jumlah pergerakan (Tamin, 1997).

Pemodelan bangkitan pergerakan dibagi menurut tipe perumahan, yaitu tipe

mewah, tipe menengah dan tipe sederhana, sehingga variabel terikat yang terbentuk

yaitu:

Y1 = Bangkitan pergerakan untuk tipe perumahan mewah

Y2 = Bangkitan pergerakan untuk tipe perumahan menengah

Y3 = Bangkitan pergerakan untuk tipe perumahan sederhana.

Sedangkan untuk variabel bebas yaitu:

X1 = jumlah anggota keluarga rata-rata (orang)

X2 = jumlah penghasilan keluarga (rupiah)

X3 = jumlah kepemilikan mobil (unit)

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
X4 = jumlah kepemilikan sepeda motor (unit)

X5 = jumlah keluarga yang bekerja (orang)

X6 = jumlah keluarga yang sekolah (orang)

X7 = jenis pekerjaan

X8 = umur kepala keluarga (tahun)

X9 = pendidikan kepala keluarga

X10 = luas bangunan (m2).

Hasil data yang diperoleh akan diolah menggunakan formula Multiple Linier

Regression Analysis dengan menggunakan bantuan Software Statistical Product and

Service Solution ( SPSS-12).

V.2 Analisis Bivariat dan Multivariat

Analisis untuk mengetahui variabel-variabel mana yang akan digunakan dalam

permodelan selanjutnya, dilakukan proses penyeleksian variabel dengan cara

melakukan uji korelasi antara semua variabel-variabel yang ditinjau.

1. Analisis Bivariat

Analisis korelasi bivariat mencari derajat keeratan hubungan dan arah

hubungan. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan antar

variabel. Ada tiga macam uji korelasi bivariat, yaitu: Pearson yang digunakan untuk

mengukur hubungan dengan data terdistribusi normal, sedangkan Kendall dan

Spearman mengukur hubungan berdasarkan urutan rangking dua variable skala atau

ordinal tanpa memandang distribusi variable. Untuk melihat hubungan bivariat, antara

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas (X1, X2, ., Xn) dengan variabel terikat (Y) dari beberapa tipe

perumahan, dapat dilihat dari hasil uji korelasi Pearson.

Syarat didalam metode analisis regresi linear berganda bahwa variabel bebas

harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas

tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih

salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili. Interpretasi

nilai uji korelasi (R) dapat dilihat pada Tabel V.I berikut ini:

Tabel V.I Intepretasi Nilai Koefisien Korelasi (R)

Koefisien Korelasi (R) Intepretasi

< 0,20 Tidak ada


0,21 0,40 Rendah
0,41 0,70 Cukup
0,71 0,90 Tinggi
0,91 1,00 Sangat Tinggi

Sumber:( Usman.H, 1995)

2. Analisis Multivariat

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan suatu variable

terikat (Y) berdasarkan dua atau lebih variable bebas (X1, X2, ., Xn) dalam suatu

persamaan linear. Untuk mendapatkan model yang paling sesuai menggambarkan

pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya dapat

digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai korelasi

yang besar dengan variabel terikatnya. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel

bebas yang saling berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara sesama

variabel bebas. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke

dalam persamaan model regresi linear berganda.

V.2.1 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan Bangunan Mewah (Yl)

Analisis untuk mengetahui variabel-variabel mana yang akan digunakan dalam

pemodelan selanjutnya, dilakukan proses penyeleksian variabel dengan cara melakukan

uji korelasi antara semua variabel-variabel yang ditinjau.

1. Analisis Bivariat

Analisis korelasi bivariat mencari derajat keeratan hubungan dan arah

hubungan. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan antar

variabel. Untuk melihat hubungan bivariat antara variabel dapat dilihat dari hasil uji

korelasi Pearson. Matriks hasil uji korelasi bivariat antara variabel untuk tipe

perumahan bangunan mewah dapat dilihat pada Tabel V.2 berikut:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel V.2. Matriks Hubungan Antara Variabel Pada Perumahan Tipe
Bangunan Mewah
Jlh Jlh Pendidik
Produksi Jlh Jlh Jlh Jlh Jenis Umur Luas
Kepemilik Keluarga an
Perjalana Anggota Penghasil Kepemilik Keluarga Pekerjaan Kepala bangu
an Spd Bersekola Kepala
n Kel. an Kel. an Mobil Bekerja Kel. Kel. nan
Mtr h Kel.
(Y) ( X1 ) ( X2 ) (X3) (X5) (X7) (X8) (X10)
(X4) ( X6) (X9)
Produksi
Perjalanan ( Y ) 1 .861(*) .277 .556(*) .287 .544(*) .509(*) -.181 .462(*) -.404 -.006
Jlh Anggota Kel.
( X1 ) 1 .047 .381 .033 .455(*) .274 -.132 .492(*) -.591 -.033
Jlh Penghasilan
Kel. ( X2 ) 1 .076 -.276 .021 .159 .132 -.003 .159 .276
Jlh Kepemilikan
Mobil (X3) 1 .533(*) .069 .378 -.254 -.062 -.472 .107
Jlh Kepemilikan
Spd Mtr (X4) 1 .015 .262 -.476 .169 -.040 -.318
Jlh Keluarga
Bekerja (X5) 1 .616(*) .310 .150 -.367 .207
Jlh Keluarga
Bersekolah (X6) 1 .307 -.079 -.339 .342
Jenis Pekerjaan
Kel. (X7) 1 -.366 -.125 .314
Umur Kepala Kel.
(X8) 1 .098 -.312
Pendidikan Kepala
Kel. (X9) 1 .040
Luas bangunan
(X10) 1
(Sumber: Data Primer Diolah)
* Correlation is significant at the 0.05 level

Proses penyeleksian variabel harus sesuai dengan syarat metode analisis regresi

linear berganda, bahwa variabel bebas yang akan dipakai dalam model harus

mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak

boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah

satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.

Pada Tabel V.2 diatas dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang mempunyai

hubungan signifikan atau pengaruh besar terhadap produksi perjalanan (Y1) adalah

jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan mobil (X3), jumlah anggota

keluarga bekerja (X5), jumlah anggota keluarga yang sekolah (X6), dan umur kepala

keluarga (X8).

Jumlah anggota keluarga (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan

produksi perjalanan (Y1) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,861 atau

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar

86,1%. Sama halnya pada variabel jumlah kepemilikan mobil (X3) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y1) dengan nilai R (koefisien

korelasi) yaitu sebesar 0,556 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat

dengan kuat hubungan sebesar 55,6%. Sama halnya pada variabel jumlah anggota

keluarga bekerja (X5) mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi

perjalanan (Y1) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu 0,544 atau variabel bebas

dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar 54,4%. Sama

halnya pada variabel jumlah anggota keluarga yang sekolah (X6) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y1) dengan nilai R (koefisien

korelasi) yaitu 0,509 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan

kuat hubungan sebesar 50,9%. Sama halnya pada variabel umur kepala keluarga (X8)

mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y1) dengan nilai R

(koefisien korelasi) yaitu 0,462 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel

terikat dengan kuat hubungan sebesar 46,2%.

Dalam hal ini juga terdapat beberapa variabel bebas yang saling berkorelasi,

maka hanya variabel yang mempunyai nilai korelasi tertinggi yang akan dipakai dalam

model. Variabel bebas X1 saling berkorelasi dengan variabel bebas X5 dan X8, maka

dipilih variabel jumlah anggota keluarga (X1) untuk mewakili variabel bebas yang

berkorelasi, karena variabel jumlah anggota keluarga (X1) memiliki nilai korelasi

tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi terhadap variabel terikat (Y1), yaitu

sebesar 0,861 atau 86,1%. Sama halnya variabel bebas X3 saling berkorelasi dengan

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas X4, maka dipilih variabel jumlah kepemilikan mobil (X3) untuk

mewakili variabel bebas yang berkorelasi, karena variabel jumlah kepemilikan mobil

(X3) memiliki nilai korelasi tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi terhadap

variabel terikat (Y1), yaitu sebesar 0,556 atau 55,6%.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hanya tiga variabel bebas yang

dapat dipakai dalam model, yaitu: jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan

mobil (X3), dan jumlah anggota keluarga yang sekolah (X6).

2. Analisis Multivariat

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan suatu variable

terikat (Y) berdasarkan dua atau lebih variable bebas (X1, X2, ., Xn) dalam suatu

persamaan linear. Untuk mendapatkan model yang paling sesuai menggambarkan

pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya dapat

digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Model regresi linear berganda yang ditampilkan berikut ini diolah dengan bantuan

Software SPSS-12. Hasil analisis regresi linear berganda untuk tipe perumahan

bangunan mewah dapat dilihat pada Tabel V.3 berikut:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel V.3. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi
Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Mewah
Variabel Terikat: Produksi Perjalanan Tipe Bangunan Mewah (Y1)
Model Regresi Koefisien Regresi t sig.
Konstanta -0,728 -0,741 0,474
Jumlah Anggota Keluarga (X1) 1,885 5,662 0,000*
Jumlah Kepemilikan Mobil (X3) 0,649 1,430 0,010*
Jumlah Keluarga Yang Sekolah (X6) 0,772 1,873 0,008*

Kesesuaian Model Regresi Yang Terbentuk


F = 20,791 sig. = 0,0001*
(Anova Regresi)
Koefisien determinan
Koefisien Korelasi (R) = 0,922
(R Square) = 0,850
Persamaan Regresi Terbentuk: Y1 = -0,728 + 1,885 X1 + 0,649 X3 + 0,772 X6
Standart error (SEE) = 0,983
(Sumber: Data Primer Diolah)
* Signifikan

Tabel V.3 diatas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi linear berganda

yang terbentuk, yaitu: Y1 = -0,728 + 1,885 X1 + 0,649 X3 + 0,772 X6 adalah

merupakan model regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh tiga variabel

bebas, yaitu jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan mobil (X3) dan jumlah

anggota keluarga yang sekolah (X6) yang secara bersamaan mempengaruhi produksi

perjalanan (Y1), hal ini dapat dilihat dari nilai analisis Anova Regresi (F) sebesar

20,791.

Anova Regresi (F) merupakan nilai uji kelinieran hubungan variabel terikat

dengan variabel bebasnya. Berdasarkan syarat statistik untuk regresi linear berganda

bahwa perbandingan nilai Fhitung harus lebih besar dari Ftabel, hasil yang diperoleh

20,791 > 3,68. Syarat statistik terpenuhi Fhitung > Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa

model regresi linear berganda signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Harga

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
signifikan F = 0,0001 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan secara simultan, X1, X3 dan

X6 berpengaruh positif terhadap bangkitan pergerakan.

Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat

dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R Square), yaitu

sebesar 0,850 atau 85,0%.

Nilai pada variabel jumlah anggota keluarga (X1) yaitu sebesar 1,885 X1, dapat

diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 orang akan mempengaruhi

produksi perjalanan yaitu sebesar 1,885 perjalanan/keluarga/hari. Nilai pada variabel

jumlah kepemilikan mobil (X3) yaitu sebesar 0,649 X3, dapat diartikan bahwa apabila

terjadi peningkatan sebanyak 1 unit akan mempengaruhi produksi perjalanan yaitu

sebesar 0,649 perjalanan/keluarga/hari. Nilai pada variabel jumlah keluarga yang

bersekolah (X6) yaitu sebesar 0,772 X6, dapat diartikan bahwa apabila terjadi

peningkatan sebanyak 1 orang akan mempengaruhi produksi perjalanan yang

dihasilkan yaitu sebesar 0,772 perjalanan/keluarga/hari.

Variabel bebas yang keluar dari model disebabkan karena memiliki nilai

korelasi yang rendah, bila variabel bebas ini dimasukkan kedalam persamaan regresi

maka akan diperoleh nilai determinannya (R2) kecil dan nilai standart errornya besar.

V.2.2 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan Bangunan Menengah (Y2)

Analisis untuk mengetahui variabel-variabel mana yang akan digunakan dalam

pemodelan selanjutnya, dilakukan proses penyeleksian variabel dengan cara melakukan

uji korelasi antara semua variabel-variabel yang ditinjau.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
1. Analisis Bivariat

Analisis korelasi bivariat mencari derajat keeratan hubungan dan arah

hubungan. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan antar

variabel. Untuk melihat hubungan bivariat antara variabel dapat dilihat dari hasil uji

korelasi Pearson. Matriks hasil uji korelasi bivariat antara variabel untuk tipe

perumahan bangunan menengah dapat dilihat pada Tabel V.4 berikut:

Tabel V.4. Matriks Hubungan Antara Variabel Pada Perumahan Tipe


Bangunan Menengah
Jlh Jlh Umur Pendidik
Jlh Jlh Jlh Jlh Jenis Luas
Produksi Kepemilik Keluarga Kepala an
Anggota Penghasil Kepemilik Keluarga Pekerjaan bangu
Perjalanan an Spd Bersekola Kel. Kepala
Kel. an Kel. an Mobil Bekerja Kel. nan
(Y) Mtr h (X8) Kel.
( X1 ) ( X2 ) (X3) (X5) (X7) (X10)
(X4) ( X6) (X9)
Produksi
Perjalanan( Y ) 1 .822(*) .351 .549(*) -.101 .774(*) .433(*) -.107 .211 -.076 .393
Jlh Anggota Kel.
( X1 ) 1 -.067 .287 .081 .624(*) .471(*) -.079 .313 -.136 .444*
Jlh Penghasilan
Kel. ( X2 ) 1 .630(*) -.399 .362 .026 .326 -.049 .187 -.177
Jlh Kepemilikan
Mobil (X3) 1 .089 .294 .069 .038 -.100 .175 -.089
Jlh Kepemilikan
Spd Mtr (X4) 1 -.234 -.234 -.505 .160 .141 -.133
Jlh Keluarga
Bekerja (X5) 1 .409(*) -.211 .536(*) .395 .234
Jlh Keluarga
Bersekolah (X6) 1 -.101 -.196 -.033 .234
Jenis Pekerjaan
Kel. (X7) 1 -.334 -.256 -.245
Umur Kepala
Kel. (X8) 1 .275 -.124
Pendidikan
Kepala Kel. (X9) 1 -.141
Luas bangunan
(X10) 1
(Sumber: Data Primer Diolah)
* Correlation is significant at the 0.05 level

Proses penyeleksian variabel harus sesuai dengan syarat metode analisis regresi

linear berganda, bahwa variabel bebas yang akan dipakai dalam model harus

mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak

boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah

satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Pada Tabel V.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang mempunyai

hubungan signifikan atau pengaruh besar terhadap produksi perjalanan (Y2) adalah

jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan mobil (X3), jumlah anggota

keluarga bekerja (X5), dan jumlah anggota keluarga yang bersekolah (X6).

Jumlah anggota keluarga (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan

produksi perjalanan (Y2) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,822 atau

variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar

82,2%. Sama halnya pada variabel jumlah kepemilikan mobil (X3) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y2) dengan nilai R (koefisien

korelasi) yaitu sebesar 0,549 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat

dengan kuat hubungan sebesar 54,9%. Sama halnya pada variabel jumlah anggota

keluarga bekerja (X5) mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi

perjalanan (Y2) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu 0,774 atau variabel bebas

dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar 77,4%. Sama

halnya pada variabel jumlah anggota keluarga yang bersekolah (X6) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y2) dengan nilai R (koefisien

korelasi) yaitu 0,433 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan

kuat hubungan sebesar 43,3%.

Dalam hal ini juga terdapat beberapa variabel bebas yang saling berkorelasi,

maka hanya variabel yang mempunyai nilai korelasi tertinggi yang akan dipakai dalam

model. Variabel bebas X1 saling berkorelasi dengan variabel bebas X5, X6 dan X10,

maka dipilih variabel jumlah anggota keluarga (X1) untuk mewakili variabel bebas

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
yang berkorelasi, karena variabel jumlah anggota keluarga (X1) memiliki nilai korelasi

tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi terhadap variabel terikat (Y2), yaitu

sebesar 0,822 atau 82,2%. Sama halnya variabel bebas X2 saling berkorelasi dengan

variabel bebas X3, maka dipilih variabel jumlah kepemilikan mobil (X3) untuk

mewakili variabel bebas yang berkorelasi, karena variabel jumlah kepemilikan mobil

(X3) memiliki nilai korelasi tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi terhadap

variabel terikat (Y2), yaitu sebesar 0,549 atau 54,9%.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel bebas yang

dapat dipakai dalam model, yaitu: jumlah anggota keluarga (X1) dan jumlah

kepemilikan mobil (X3).

2. Analisis Multivariat

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan suatu variable

terikat (Y) berdasarkan dua atau lebih variable bebas (X1, X2, ., Xn) dalam suatu

persamaan linear. Untuk mendapatkan model yang paling sesuai menggambarkan

pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya dapat

digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Model regresi linear berganda yang ditampilkan berikut ini diolah dengan bantuan

Software SPSS-12. Hasil analisis regresi linear berganda untuk tipe perumahan

bangunan menengah dapat dilihat pada Tabel V.5 berikut:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel V.5. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi
Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Menengah
Variabel Terikat: Produksi Perjalanan Tipe Bangunan Menengah (Y2)
Model Regresi Koefisien Regresi t sig.
Konstanta 0,600 0,696 0,503
Jumlah Anggota Keluarga (X1) 1,300 4,716 0,001*
Jumlah Kepemilikan Mobil (X3) 0,900 2,222 0,050*

Kesesuaian Model Regresi Yang Terbentuk


F = 18,077 sig. = 0,0001*
(Anova Regresi)
Koefisien determinan
Koefisien Korelasi (R) = 0,885
(R Square) = 0,783
Persamaan Regresi Terbentuk: Y2 = 0,600 + 1,300 X1 + 0,900 X3
Standart error (SEE)= 0,863
(Sumber: Data Primer Diolah)
* Signifikan

Tabel V.5 diatas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi linear berganda

yang terbentuk, yaitu: Y2 = 0,600 + 1,300 X1 + 0,900 X3 adalah merupakan model

regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh dua variabel bebas, yaitu jumlah

anggota keluarga (X1), dan jumlah kepemilikan mobil (X3) yang secara bersamaan

mempengaruhi produksi perjalanan (Y2), hal ini dapat dilihat dari nilai analisis Anova

Regresi (F) sebesar 18,077.

Anova Regresi (F) merupakan nilai uji kelinieran hubungan variabel terikat

dengan variabel bebasnya. Berdasarkan syarat statistik untuk regresi linear berganda

bahwa perbandingan nilai Fhitung harus lebih besar dari Ftabel, hasil yang diperoleh

18,077 > 3,80. Syarat statistik terpenuhi Fhitung > Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa

model regresi linear berganda signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Harga

signifikan F = 0,0001 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan secara simultan, X1 dan X3

berpengaruh positif terhadap bangkitan pergerakan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat

dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R Square), yaitu

sebesar 0,783 atau 78,3%.

Nilai pada variabel jumlah anggota keluarga (X1) yaitu sebesar 1,300 X1, dapat

diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 orang akan mempengaruhi

produksi perjalanan yaitu sebesar 1,300 perjalanan/keluarga/hari. Nilai pada variabel

jumlah kepemilikan mobil (X3) yaitu sebesar 0,900 X3, dapat diartikan bahwa apabila

terjadi peningkatan sebanyak 1 unit akan mempengaruhi produksi perjalanan yaitu

sebesar 0,900 perjalanan/keluarga/hari.

Variabel bebas yang keluar dari model disebabkan karena memiliki nilai

korelasi yang rendah, bila variabel bebas ini dimasukkan kedalam persamaan regresi

maka akan diperoleh nilai determinannya (R2) kecil dan nilai standart errornya besar.

V.2.3 Bangkitan Pergerakan Pada Tipe Perumahan Bangunan Sederhana (Y3)

Analisis untuk mengetahui variabel-variabel mana yang akan digunakan dalam

pemodelan selanjutnya, dilakukan proses penyeleksian variabel dengan cara melakukan

uji korelasi antara semua variabel-variabel yang ditinjau.

1. Analisis Bivariat

Analisis korelasi bivariat mencari derajat keeratan hubungan dan arah

hubungan. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan antar

variabel. Untuk melihat hubungan bivariat antara variabel dapat dilihat dari hasil uji

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
korelasi Pearson. Matriks hasil uji korelasi bivariat antara variabel untuk tipe

perumahan bangunan sederhana dapat dilihat pada Tabel V.6 berikut:

Tabel V.6. Matriks Hubungan Antara Variabel Pada Perumahan Tipe


Bangunan Sederhana
Jlh Jlh Umur Pendidik
Jlh Jlh Jlh Jlh Jenis Luas
Produksi Kepemilik Keluarga Kepala an
Anggota Penghasil Kepemilik Keluarga Pekerjaan bangu
Perjalanan an Spd Bersekola Kel. Kepala
Kel. an Kel. an Mobil Bekerja Kel. nan
(Y) Mtr h (X8) Kel.
( X1 ) ( X2 ) (X3) (X5) (X7) (X10)
(X4) ( X6) (X9)
Produksi
Perjalanan ( Y ) 1 .884(*) .409(*) .355 .524(*) .767(*) .068 -.050 .313 -.350 .341
Jlh Anggota Kel.
( X1 ) 1 .365 .402(*) .388 .592(*) -.052 -.031 .246 -.277 .318
Jlh Penghasilan
Kel. ( X2 ) 1 .144 .465(*) .332 .231 -.038 .004 .047 .059
Jlh Kepemilikan
Mobil (X3) 1 .375 .219 -.155 .044 .374 -.060 .178
Jlh Kepemilikan
Spd Mtr (X4) 1 .393 .190 .114 .218 -.211 .073
Jlh Keluarga
Bekerja (X5) 1 -.019 .065 .331 -.324 .130
Jlh Keluarga
Bersekolah (X6) 1 .002 .039 -.085 -.077
Jenis Pekerjaan
Kel. (X7) 1 -.106 -.085 -.265
Umur Kepala
Kel. (X8) 1 -.335 .111
Pendidikan
Kepala Kel. (X9) 1 -.223
Luas bangunan
(X10) 1

(Sumber: Data Primer Diolah)


* Correlation is significant at the 0.05 level

Proses penyeleksian variabel harus sesuai dengan syarat metode analisis regresi
linear berganda, bahwa variabel bebas yang akan dipakai dalam model harus
mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak
boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah
satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.
Pada Tabel V.6 diatas dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang mempunyai

hubungan signifikan atau pengaruh besar terhadap produksi perjalanan (Y3) adalah

jumlah anggota keluarga (X1), jumlah penghasilan keluarga (X2), jumlah kepemilikan

sepeda motor (X4), dan jumlah anggota keluarga bekerja (X5).

Jumlah anggota keluarga (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan

produksi perjalanan (Y3) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,884 atau

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar

88,4%. Sama halnya pada variabel jumlah penghasilan keluarga (X2) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan (Y3) dengan nilai R (koefisien

korelasi) yaitu sebesar 0,409 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat

dengan kuat hubungan sebesar 40,9%. Sama halnya pada variabel jumlah kepemilikan

sepeda motor (X4) mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi perjalanan

(Y3) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,524 atau variabel bebas dapat

mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan sebesar 52,4%. Sama halnya

pada variabel jumlah anggota keluarga bekerja (X5) mempunyai hubungan yang

signifikan dengan produksi perjalanan (Y3) dengan nilai R (koefisien korelasi) yaitu

0,767 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan kuat hubungan

sebesar 76,7%.

Dalam hal ini juga terdapat beberapa variabel bebas yang saling berkorelasi,

maka hanya variabel yang mempunyai nilai korelasi tertinggi yang akan dipakai dalam

model. Variabel bebas X1 saling berkorelasi dengan variabel bebas X3 dan X5, maka

dipilih variabel jumlah anggota keluarga (X1) untuk mewakili variabel bebas yang

berkorelasi, karena variabel jumlah anggota keluarga (X1) memiliki nilai korelasi

tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi terhadap variabel terikat (Y3), yaitu

sebesar 0,884 atau 88,4%. Sama halnya variabel bebas X2 saling berkorelasi dengan

variabel bebas X4, maka dipilih variabel jumlah kepemilikan sepeda motor (X4) untuk

mewakili variabel bebas yang berkorelasi, karena variabel jumlah kepemilikan sepeda

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
motor (X4) memiliki nilai korelasi tinggi diantara variabel bebas yang berkorelasi

terhadap variabel terikat (Y3), yaitu sebesar 0,524 atau 52,4%.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel bebas yang

dapat dipakai dalam model, yaitu: jumlah anggota keluarga (X1) dan jumlah

kepemilikan sepeda motor (X4).

2. Analisis Multivariat

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan suatu variable

terikat (Y) berdasarkan dua atau lebih variable bebas (X1, X2, ., Xn) dalam suatu

persamaan linear. Untuk mendapatkan model yang paling sesuai menggambarkan

pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya dapat

digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Model regresi linear berganda yang ditampilkan berikut ini diolah dengan bantuan

Software SPSS-12. Hasil analisis regresi linear berganda untuk tipe perumahan

bangunan sederhana dapat dilihat pada Tabel V.7 berikut:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Tabel V.7. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jumlah Produksi
Perjalanan Perumahan Tipe Bangunan Sederhana
Variabel Terikat : Produksi Perjalanan Tipe Bangunan Sederhana (Y3)
Model Regresi Koefisien Regresi t sig.
Konstanta 0,271 0,527 0,600
Jumlah Anggota Keluarga (X1) 1,518 12,929 0,0001*
Jumlah Kep. Sepeda Motor (X4) 0,905 3,433 0,001*

Kesesuaian Model Regresi Yang Terbentuk


F = 125.641 sig. = 0,0001*
(Anova Regresi)
Koefisien determinan
Koefisien Korelasi (R) = 0,906
(R Square) = 0,820
Persamaan Regresi Terbentuk: Y3 = 0,271 + 1,518 X1 + 0,905 X4
Standart error (SEE) = 0,514
(Sumber: Data Primer Diolah)
* Signifikan

Tabel V.7 diatas dapat dilihat bahwa persamaan (model) regresi linear berganda

yang terbentuk, yaitu: Y3 = 0,271 + 1,518 X1 + 0,905 X4 adalah merupakan model

regresi yang paling sesuai menggambarkan pengaruh dua variabel bebas, yaitu jumlah

anggota keluarga (X1) dan jumlah kepemilikan sepeda motor (X4) yang secara

bersamaan mempengaruhi produksi perjalanan (Y3), hal ini dapat dilihat dari nilai

analisis Anova Regresi (F) sebesar 125,641.

Anova Regresi (F) merupakan nilai uji kelinieran hubungan variabel terikat

dengan variabel bebasnya. Berdasarkan syarat statistik untuk regresi linear berganda

bahwa perbandingan nilai Fhitung harus lebih besar dari Ftabel, hasil yang diperoleh

125,641 > 3,17. Syarat statistik terpenuhi Fhitung > Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa

model regresi linear berganda signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Harga

signifikan F = 0,0001 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan secara simultan, X1 dan X4

berpengaruh positif terhadap bangkitan pergerakan.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Kuat hubungan yang ditunjukkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat

dalam model yang terbentuk dapat dilihat koefisien determinan (R Square), yaitu

sebesar 0,820 atau 82,0%.

Nilai pada variabel jumlah anggota keluarga (X1) yaitu sebesar 1,518 X1, dapat

diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 orang akan mempengaruhi

produksi perjalanan yaitu sebesar 1,518 perjalanan/keluarga/hari. Nilai pada variabel

jumlah kepemilikan sepeda motor (X4) yaitu sebesar 0,905 X4, dapat diartikan bahwa

apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 unit akan mempengaruhi produksi perjalanan

yaitu sebesar 0,905 perjalanan/keluarga/hari.

Variabel bebas yang keluar dari model disebabkan karena memiliki nilai

korelasi yang rendah, bila variabel bebas ini dimasukkan kedalam persamaan regresi

maka akan diperoleh nilai determinannya (R2) kecil dan nilai standart errornya besar.

V.3 Hasil Diskusi Perbandingan Beberapa Analisis Model Bangkitan Pergerakan

Berbasis Rumah Tangga Yang Pernah Dilakukan

1. Hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah

dilakukan di kawasan perumahan kota Medan, menunjukkan bahwa variabel bebas

(faktor yang berpengaruh) terhadap produksi perjalanan, yaitu:

1. jumlah anggota keluarga

2. jumlah kepemilikan kendaraan mobil.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
2. Hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah

dilakukan di kawasan perumahan kota Semarang, menunjukkan bahwa variabel

bebas (faktor yang berpengaruh) terhadap produksi perjalanan, yaitu:

1. jumlah anggota keluarga

2. pendapatan rata-rata keluarga

3. jumlah kepemilikan kendaraan mobil.

3. Hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah

dilakukan di kawasan perumahan Pucang Gading Demak, menunjukkan bahwa

variabel bebas (faktor yang berpengaruh) terhadap produksi perjalanan, yaitu:

1. Jumlah KK dalam satu rumah

2. Jumlah anggota keluarga usia

3. Jumlah anggota keluarga yang bekerja

4. Jumlah anggota keluarga yang sekolah

5. Kepemilikan kendaraan sepeda motor.

4. Hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah

dilakukan di kawasan perumahan Aceh Besar, menunjukkan bahwa variabel bebas

(faktor yang berpengaruh) terhadap produksi perjalanan, yaitu:

1. jumlah anggota keluarga

2. jumlah kepemilikan kendaraan mobil.

5. Hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang pernah

dilakukan di kawasan perumahan kota Bandung, menunjukkan bahwa variabel

bebas (faktor yang berpengaruh) terhadap produksi perjalanan, yaitu:

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
1. jumlah anggota keluarga

2. jumlah kepemilikan kendaraan mobil

3. usia.

6. Sedangkan hasil analisis model bangkitan pergerakan yang di peroleh pada

penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel bebas (faktor yang berpengaruh)

terhadap produksi perjalanan beberapa perumahan di kawasan kota

pematangsiantar, yaitu:

1. jumlah anggota keluarga

2. jumlah kepemilikan kendaraan

3. jumlah anggota keluarga yang bersekolah.

7. Berdasarkan hasil analisis model bangkitan pergerakan berbasis rumah tangga yang

pernah dilakukan di beberapa kota yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa variabel

bebas yang tetap muncul pada model yaitu: jumlah anggota keluarga dan

kepemilikan kendaraan. Hal ini menunjukkan kedua variabel bebas ini merupakan

faktor paling berpengaruh pada model bangkitan pergerakan berbasis rumah

tangga, disamping itu ada juga faktor lain yang mempengaruhi bangkitan

pergerakan dan faktor itu berbeda di setiap kota, seperti bangkitan pergerakan pada

tipe perumahan mewah di Kota Pematangsiantar faktor lain yang mempengaruhi

adalah jumlah anggota keluarga yang bersekolah.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data responden pada ketiga tipe perumahan,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan di perumahan tipe bangunan

mewah (Yl), tipe bangunan menengah (Y2) dan tipe bangunan sederhana (Y3)

adalah jumlah anggota keluarga (X1), jumlah kepemilikan mobil (X3), jumlah

kepemilikan sepeda motor (X4) dan jumlah anggota keluarga yang bersekolah

(X6). Dirumuskan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

a. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan tipe perumahan mewah (Yl):

Y1 = -0,728 + 1,885 X1 + 0,649 X3 + 0,772 X6

b. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan tipe perumahan menengah (Y2):

Y2 = 0,600 + 1,300 X1 + 0,900 X3

c. Model bangkitan pergerakan yang dihasilkan tipe perumahan sederhana (Y3):

Y3 = 0,271 + 1,518 X1 + 0,905 X4

2. Nilai Koefisien Korelasi (R) yang dihasilkan dari ketiga model, yaitu:

a. Pada tipe perumahan mewah, nilai Koefisien Korelasi (R) = 92,2% yang berarti

bahwa korelasi antara jumlah anggota keluarga, jumlah kepemilikan mobil, dan

jumlah anggota keluarga yang bersekolah dengan produksi perjalanan

mempunyai hubungan yang kuat sebesar 92,2%.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
b. Pada tipe perumahan menengah, nilai Koefisien Korelasi (R) = 88,5% yang

berarti bahwa korelasi antara jumlah anggota keluarga, jumlah kepemilikan

mobil dengan produksi perjalanan mempunyai hubungan yang kuat sebesar

88,5%.

c. Pada tipe perumahan sederhana, nilai Koefisien Korelasi (R) = 90,6% yang

berarti bahwa korelasi antara jumlah anggota keluarga, jumlah kepemilikan

sepeda motor dengan produksi perjalanan mempunyai hubungan yang kuat

sebesar 90,6%.

3. Nilai Koefisien Determinan (R2) dari ketiga tipe perumahan yaitu sebesar 85,0%

untuk tipe perumahan mewah, 78,3% untuk tipe perumahan menengah, 82,0%

untuk tipe perumahan sederhana. Hal ini berarti jumlah produksi perjalanan yang

dihasilkan oleh masing-masing tipe perumahan dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel bebasnya sebesar 85,0% untuk tipe perumahan mewah, 78,3% untuk tipe

perumahan menengah dan 82,0% untuk tipe perumahan sederhana.

4. Perbandingan nilai variabel bebas (faktor yang berpengaruh) dari ketiga model

bangkitan pergerakan:

Jlh Keluarga
Jlh Anggota Jlh Kepemilikan Jlh Kepemilikan
Produksi Perjalanan Yang
Keluarga Mobil Sepeda Motor
(perjalanan/kel./hari) Bersekolah
(orang) (unit) (unit)
(orang)
(Y) (X1) (X3) (X4) (X6)
Tipe Mewah (Y1) 1,885 0,649 - 0,772
Tipe Menengah (Y2) 1,300 0,900 - -
Tipe Sederhana (Y3) 1,518 - 0,905 -
Secara parsial dari ketiga tipe perumahan yang mempunyai pengaruh positif

terbesar adalah variabel jumlah anggota keluarga (X1), yaitu sebesar 1,885 pada tipe

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
perumahan mewah, 1,300 pada tipe perumahan menengah, dan 1,518 pada tipe

perumahan sederhana.

VI.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh Penulis adalah:

1. Perlu adanya pengembangan sarana potensial di wilayah kawasan ini, untuk

mengurangi ketergantungan kawasan perumahan tersebut terhadap pusat Kota

Pematangsiantar dan juga agar mengurangi beban pelayanan lalu lintas pada pusat

Kota Pematangsiantar.

2. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta sebagai

bahan pendukung untuk perencanaan pengembangan perumahan dan perencanaan

transportasi bagi Kota Pematangsiantar.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Karno. 1998. Model Kebutuhan Perjalanan Kota Banjarmasin Kalimantan


Selatan, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998.

Algifari. 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus, dan Solusi), Penerbit BPFE Yogyakarta.

Alik Ansyori Alamsyah. 2005. Rekayasa Lalu lintas, Penerbit Universitas


Muhammadiyah Malang.

Badan Pusat Statistik Pematangsiantar. 2007. Pematangsiantar Dalam Angka 2007.

Black J.A. 1981. Urban Transport Planning (Theory and Practice), London, Cromm
Helm.

Bruton M.J. 1985, Introduction To Transportation Planning, Hutchinson Technical


Education, London.

C. Jotin Khisty, B. Kent Lall. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi, Penerbit


Erlangga Jakarta.

Cornelius Trihendradi. 2005. Step By Step SPSS 13, Analisis Data Statistik, Penerbit
Andi Yogyakarta.

Denny Kumara. 2005. Analisa Karakteristik Bangkitan dan Pola Perjalanan Penduduk
Perumahan Pinggiran Kota (Studi Kasus: Perumahan Bumi Pucang Gading
Demak), Tesis Program Magister Teknik Sipil UNDIP, Semarang.

Dewanti. 1998. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Dengan Penggunaan Ruang


Jalan Di Perumahan Menengah, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998.

DPD REI Sumatera Utara. 2000. Real Estate Sumatera Utara Direktori 1999/2000,
Medan.

Evi Amelia. 2004. Penentuan Model Bangkitan Pergerakan Pada Kawasan


Perumahan Di Kota Medan (Studi Kasus: Kawasan Sunggal Medan), Tesis
Program Magister Manajemen Pembangunan Kota USU, Medan.

Gasperz V.1990. Analisis Kuantitatif Untuk Perencanaan, Penerbit Tarsito Bandung.

Harry Patmadjaja. 2002. Pemodelan Bangkitan Pergerakan Pada Tata Guna Lahan
Sekolah Dasar Swasta Di Surabaya, Jurnal Teknik Sipil Volume 4 Nomor 2,
September 2002.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
Hadi Sabari Yunus. 2005. Struktur Tata Ruang Kota, Penerbit Pustaka Pelajar
Yogyakarta.

Hadi Wahyono, Imam Buchori. 1998. Pola Produksi Perjalanan Di Kawasan


Permukiman Pinggiran Kota Semarang, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember
1998.

Hobbs F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit UGM Press,
Yogyakarta.

Isya M. 1998. Model Bangkitan Pergerakan Keluarga Dari Zona Perumahan (Studi
Kasus Perumahan Kajhu Aceh Besar), Jurnal Simposium I FSTPT, Desember
1998.

Johannes Supranto. 1992. Sampling Untuk Pemeriksaan, Penerbit Universitas


Indonesia, UI-Press.

Johara Jayadinata. 1986. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan
dan Wilayah, Penerbit ITB Bandung.

Keputusan Bersama Mendagri, Menteri PU dan Menpera No. 648-384 Tahun 1992,
Tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Dengan
Lingkungan Hunian Yang Berimbang, Jakarta.

Komaruddin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Pemukiman, Penerbit


Rakasindo Jakarta.

Levinson H.S. 1976. Transportasi And Traffic Engineering Handbook, New Jersey.

LPM ITB. 1997. Modul Pelatihan Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, ITB Bandung.

Lowry I.S. 1964. A Model Of Metropolis Santa Monica, California, Rand Corporation.

Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit


Erlangga Jakarta.

Mubassirang Pasra, M. Isran Ramli. 2004. Model Bangkitan Pergerakan Komunitas


Perumahan Ke Pasar Tradisional PaBaeng-Baeng, Jurnal Simposium VII
FSTPT, September 2004.
M. Isran Ramli, Nur Ali. 2004. Studi Model Tarikan Pergerakan Pada Pusat Kegiatan
Pendidikan Dengan Metode Analisis Regresi, Jurnal Simposium VII FSTPT,
September 2004.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008
M. Sigit. 1998. Model Bangkitan Pergerakan Pada Perumahan Antapani Kota
Bandung, Jurnal Simposium I FSTPT, Desember 1998.

Nirwana Puspasari, M. Hudan Rahmani. 2004. Pengaruh Ukuran Sampel Terhadap


Model dan Hasil Bangkitan Perjalanan, Jurnal Simposium VII FSTPT
September 2004.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 14 Tahun 2006, Tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan, Departemen Perhubungan, Jakarta.

Robby Gunawan Yahya. 2007. Studi Pemodelan Bangkitan Perjalanan Di Perkotaan,


Jurnal Teknik Sipil Volume 3 Nomor 1, April 2007.

Rulina Rita. 2005. Model Tarikan Perjalanan Pada Pasar Tradisional (Studi Kasus:
Pasar Padang Bulan Medan), Tesis Program Magister Manajemen
Pembangunan Kota USU, Medan.

Saifuddin Anwar. 2005. Metode Penelitian, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

SNI 03-1733. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan,


Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

SNI 03-6967. 2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan
Perumahan, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Sugiarto. 2001. Teknik Sampling, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tamin Ofyar. Z. 1997. Perencanaan Dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB


Bandung.

UndangUndang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, Tentang Perumahan dan


Permukiman, Jakarta.

UndangUndang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004, Tentang Jalan, Jakarta.

Usman. H. 1995. Pengantar Statistika, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Warpani Suwarjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB Bandung.

Wells G.R. 1975. Chomprehensive Transport Planning, London, Charles Griffin.

Muhammad Efrizal Lubis : Penetapan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota, 2008
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai