Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni

gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang

dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi

tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick

building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada

pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit

alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy

merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan

dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisik

serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan

penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang

mempunyai gejala sama.Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita

menuntut tersedianya prasarana yang memadai. Salah satu di antaranya adalah

gedung-gedung kantor yang megah yang dilengkapi dengan sistem AC sentral.

Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai sirkulasi

udara sendiri. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi gedung akan

berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang digunakan

untuk bernapas. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu menjadi

1
tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan

produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal

kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang

pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang

bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai banyak

menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan

menimbulkan sindrom gedung sakit.1

Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit",

artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya

gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga

timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan

suatu gedung yang sedang "sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas

udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal

bebas bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan,

cat serta bahan pembersih.1

Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun

1970. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai

masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara,

IAQ dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization

(WHO) tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan

keluhan pada pekerjanya dihubungkan dengan IAQ.1

2
Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian

dan pemeliharaan gedung. Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan

dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada

sindrom ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sesak, sakit kepala, iritasi

di mata, hidung dan tenggorok, kulit yang kering dan gatal, lethargy, fatique,

mual, dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua

minggu, tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting

amat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Gejala tersebut akan

berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung, hal tersebut

dapat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung.2,3 Sindrom

gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai

50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalau

hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sick Building Syndrome

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni

gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara,

yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut,

tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.

Keluhan-keluhan dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian

tertentu dari gedung tersebut, meskipun ada kemungkinan menyebar pada

seluruh bagian gedung.

Istilah Sick Building Syndrome telah dipakai secara luas, yang mengacu pada

definisi gedung sakit, meskipun tidak jelas bagaimana mendiagnosa gedung

tersebut sehingga dikatakan sakit. Penggunaan istilah Sick Building Syndrome

apabila terdapat petunjuk-petunjuk utama bahwa gedung sebagai penyebabnya,

antara lain (a) adanya gejala-gejala ketika bekerja atau tinggal di dalam

gedung, (b) kejelasan berkurangnya gejala-gejala ketika meninggalkan gedung

atau bekerja di tempat lain untuk sementara, (c) munculnya gejala-gejala ketika

kembali ke gedung, serta (d) adanya gejala-gejala yang dialami oleh banyak

orang.

4
Istilah Sindroma Gedung Sakit pertama kali diperkenalkan oleh para ahli dari

Negara Skandinavia pada awal tahun 1980-an. Istilah ini kemudian dipakai

secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang terjadinya Sindroma

Gedung Sakit dari berbagai negara di Eropa, Amerika dan bahkan dari negara

Singapura.

B. Tujuh Langkah Diagnosis Okupasi

1. Diagnosa klinis

a. Anamnesis penyakit

Menanyakan sejak kapan gejala muncul

Apakah sakit semakin membaik ataupun memberat

Adakah keluhan tambahan

Apakah mempunyai sakit menahun

Menanyakan apakah seorang perokok dan sejak kapan merokok

Menanyakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

Menanyakan adakah keluhan yang dialami seperti batuk berdarah, dahak

banyak.1

b. Anamnesis riwayat pekerjaan

Berapakah lama waktu kerja dalam sehari

Sudah berapa lama bekerja sekarang

Riwayat pekerjaan sebelumnya

Alat kerja, bahan kerja, proses kerja

5
Barang yang diproduksikan/dihasilkan

Kemungkinan pajanan yang dialami

APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai

Hubungan gejala dan waktu kerja

Adakah pekerja lain ada yang mengalami hal sama1

c. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas

Keadaan umum

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan DFA (direct fluorescent antibody)

menunjukkan adanya Legionella.1

2. Pajanan yang Dialami

a. Pajanan fisik

Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan pemanfaatan dan

penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi. Kemajuan perkembangan

teknologi mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak

positifnya adalah produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan

dampak negatifnya kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.2 Pajanan

bahaya potensial faktor fisik:

Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara

umum, pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan

6
udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di negeri-negeri

dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di Indonesia)

sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point

(temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan

menjadi pendingin udara local dan central. Pendingin udara local yaitu pendingin

udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan kantor

(biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hampir seluruh ruang baik

ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan

pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat

tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan

gedung perkantoran yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi

dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC

dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika

tidak AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.

Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan

nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke

seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran

pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang telinga. Bagi

orang sehat dengan stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah.

Lain soal jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan

tubuhnya sedang buruk. Dhermatopagoides pteronnyssinus dan

Dhermatopagoides farina adalah tungau debu rumah yang sering ditemukan pada

gedung lemaba yang menyebabkan sensitisasi alergi.1

7
Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikel-partikel zat padat,

disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alami seperti pengolahan,

penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari

bahan baik organik maupun non-organik. Sumber alamiah partikulat atmosfir

adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu,

debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barang-

barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat

terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas

pernapasan manusia.1

Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar

ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet.

Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet,

mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap

harinya Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet

tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap.

Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet

yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur,

maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk

ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1

b. Pajanan Biologik

Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman,

dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan

8
pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit,

diantaranya:3

Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang

menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya

terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin

dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella

pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan

usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok

bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk

berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.2,3

c. Pajanan kimia

Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang

karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba

kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan

bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari

petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen

pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan

sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain.

Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi

alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-bahan

tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir,

gangguan saraf pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok,

9
mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan,

hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang

jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari

tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika

tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi

udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat

diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber

(fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas

organik dalam jangka tahunan.1,2

d. Ergonomi

Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat

mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain.1

e. Pajanan Psikososial

Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat, mass

psychogenic illness dan lain-lain.1

3. Hubungan Pajanan Dengan Penyakit

Pendingin udara (air conditioning) AC yang jarang dibersihkan serta ventilasi

udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan

bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang

dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC

menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke

10
saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang

kuping.4

Debu di dalam ruang kerja Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu

yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. misalnya untuk indoor,

penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya

yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat

mengganggu aktivitas pernapasan manusia.4

Gambar 1. Indoor Air Pollutan Index (Air Quality Guidelines)

11
Gambar 2. Bahan polutan dan asalnya

Gambar 3. Substansi dan tempat yang dapat ditemukan

12
Gambar 4. Substansi dan tempat yang dapat ditemukan di gedung

Karpet yang tidak dirawat Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan

dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang

disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu

debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-

partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi

pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet,

seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk

13
merekatkan karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga

dapat mengganggu kesehatan.4

Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan

organisme lain Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh

organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi.

Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem

pendingin. Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system

pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri

legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja

dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala

mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil,

pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.4

Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab

polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam

bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga

mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa

sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida.

Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi

yang semakin kuat. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah

kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada

pajanan berulang, Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi

yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman

14
hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang

dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman

mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman

tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara

segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat dinding

yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber

board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik

dalam jangka tahunan.4

Di dalam bumi, secara alamiah, terdapat radiasi alam, yang sudah ada sejak

terbentuknya bumi. Sesuai dengan teori terbentuknya bumi, maka unsur berat

akan berada di bagian dalam perut bumi, sedangkan unsur ringan akan berada di

bagian luar. Gas radon berpotensi keluar dari perut bumi karena berbagai

peristiwa geologi atau ulah manusia. Radon merupakan hasil peluruhan uranium-

238 ( U-238 ). Uranium-238 muncul secara alami di permukaan bumi dengan

konsentrasi 3 ppm. Saat peluruhan U-238 menjadi radium-226 yang mana radium

tersebut memiliki waktu paruh sekitar 1600 tahun dan terdapat pada batuan

sedimen.4

Rumah yang dekat dengan pertambangan atau terletak di atas batuan metamorf

merupakan daerah rawan polusi radon. Radon yang terkonsentrasi pada suatu

daerah tertutup tergantung pada konstruksi bangunan tersebut. Tren terbaru dari

konstruksi bangunan saat ini adalah tahan terhadap cuaca yang mengurangi

15
pelepasan panas dan menghemat biaya bahan bakar. Jika radon terperangkap

dalam bangunan jenis ini maka radon akan bertahan dalam waktu yang lama.4

Jumlah konsentrasi radon dalam ruangan juga tergantung pada keadaan cuaca.

Selama musim dingin, konsentrasi radon sekitar dua kali konsentrasi radon pada

musim panas. Hal ini dikarenakan pada musim panas pemilik rumah cenderung

untuk membuka pintu dan jendela sehingga radon bisa keluar.

Variasi konsenrasi radon pada lantai yang berbeda pada suatu bangunan yang

sama telah diteliti. Konsentrasi dari peluruhan radon yang terletak di basement 50

% lebih tinggi dari lantai satu. Pada lantai kedua memiliki konsentrasi radon 50 %

lebih sedikit dari lantai satu. Radon dapat masuk ke dalam rumah atau gedung

melalui retakan, celah, sambungan konstruksi, celah lantai, celah dalam pipa, dan

lubang air sumur yang kemudian terperangkap di dalam rumah. Penanaman tiang

pancang pada gedung-gedung bertingkat juga akan menjadi sumber potensial

masuknya radon. Biasanya tekanan udara di dalam rumah kita lebih kecil daripada

tekanan tanah sehingga menyebabkan gas radon akan terdorong ke permukaan.4

Radon bersifat karsinogen. Radon merupakan penyebab penyakit kanker paru-

paru. Gejala yang terjadi sangat lambat, sehingga sulit untuk mendeteksinya ( no

immediate symptoms ). Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, gas radon

memberikan kontribusi terjadinya kanker paru-paru sejumlah 7000 sampai 30.000

kasus setiap tahunnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan EPA

(Environmental Protection Agency) telah mengklasifikasikan gas radon sebagai

bahan karsinogen kelas A, dan di Amerika Serikat termasuk penyebab kanker

16
paru kedua setelah rokok. Pernyataan ini telah didukung oleh studi

epidemiological evidence para pekerja tambang yang terpapar radiasi dari gas

radon secara lebih intensif, melalui uji cause-effect antara paparan radon dan

angka kematian kanker paru-paru.4

Pajanan Ergonomi. Posisi duduk statis saat bekerja, leher menunduk, gerakan

repetatif pada kedua tangan.

Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-

lain.4

4. Jumlah pajanan

Pasien mendapat pajanan yang besar karena jam bekerja yang lama yaitu 8 jam

setiap hari selama lima tahun di gedung tersebut.

5. Faktor individu

Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi?

Apakah adanya riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya

meningkat?

Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga yang mengakibatkan penderita lebih

rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami?

Higiene perorangan.5

17
6. Faktor Lain Diluar Pekerjaan

Apakah ada faktor pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit?

Perlu adanya anamnesis lebih lanjut mengenai apakah ada kebiasaan merokok,

pajanan dirumah 5

7. Diagnosis Okupasi

Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit

akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome.

Diagnosa Kerja

Sick building syndrome

Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni

gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang

dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi

tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.

Terdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada satu

atau beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala muncul

saat berada di dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung. Sick

building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada

pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit

alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy

merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan

dapat berkaitan dengan pajanan okupasi.

18
Pengenalan gejala, pemeriksaan fisik serta laboratorium bila tersedia merupakan

langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS bertujuan untuk

menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.3

Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan pekerja

tanpa SBS. Keluhan wheezing dan atau dada tertekan memerlukan pemeriksaan

lebih lanjut dengan peakflow meter atau spirometri sebelum dan sesudah kerja.

Jika hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan maka tidak terdapat penyakit.

Waktu saat timbulnya penyakit merupakan salah satu faktor penting pada SBS.

Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis SBS.3

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat

lingkungan kerja mekanismenya belum jelas diketahui, diduga karena tidak ada

keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan. Stres merupakan gabungan

antara beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat

memberikan fenomena fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat

menghambat kenyamanan bekerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan

umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres kerja.3

Kelainan Gejala

Iritasi membran mukosa Iritasi mata, hidung, dan

tenggorokan

Gejala neurologis Nyeri kepala

Kelelahan

Sulit konsentrasi

Cepat marah

19
Gejala menyerupai asma Dada terasa tertekan

Wheezing

Gangguan kulit Kulit kering

Iritasi kulit

Gejala gastrointestinal Diare

Tabel 1. Gejala dan tanda SBS3

Patofisiologi

Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis kimia

bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat

serta debu, karbon monoksida atau formalehid yang terkandung dalam pewangi

ruangan dapat menginduksi respons reseptor iritasi terutama pada mata dan

hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan rinitis melalui interaksi

radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan

pengeluaran mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia

menjadi lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan

produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri

di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan

sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas, sehingga bakteri atau mikroorganisme

lain tidak dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6

Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross sectional

menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan memberikan

reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan individu tanpa atopi.

Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu kerentanan individu akan

mempengaruhi timbulnya gejala.6 Stres karena pekerjaan dan faktor fisikososial

20
juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS. Building related illness (BRI) berbeda

dengan SBS, adalah suatu penyakit yang dapat didiagnosis dan diketahui

penyebabnya berkaitan dengan kontaminasi udara dalam gedung.6

Diagnosa Banding

Legionnaire

Suatu bentuk pneumonia yang lebih severe di mana inflamasi paru terjadi karena

infeksi oleh bakteri Legionella, antaranya Legionella pneumophila. Penyebaran

secara aerosol/air-borne, tidak diinfeksi dengan kontak perorangan. Gejala dapat

timbul 2- 14 hari setelah exposure terhadap bakteri.2 Antara gejala legionnaire:

cephalgia, myalgia, dingin, demam, batuk, fatigue, nafsu makan menurun,

confusion, sesak nafas, dan gangguan GIT seperti nausea dan vomitus.2

Bukan saja menginfeksi paru, tetapi pada kasus lebih serius dapat menyebar ke

jantung. Bentuk lebih mild dari legionnaire adalah Pontiac fever yang dapat

sembuh sendiri tanpa tatalaksana. Paling umum, Penyakit bangunan wabah hasil

dari aerosol yang terkontaminasi, biasanya disebarkan dalam sistem ventilasi dari

menara pendingin, kondensor yang menguapkan, dan sistem pendingin udara.

Sumber lain dari aerosol termasuk air mancur hias,dan bak pusaran air panas.

Spesies Legionella dapat kultur sampai 40% dalam menara pendingin, meskipun

infeksi yang berasal dari paparan aerosol dilaporkan jarang. Bakteri Legionella

berkembang dalam sistem air dipertahankan pada suhu hangat antara sekitar 26,7

C (80 F) dan 48,9 C (120 F). Pembersihan dan perawatan sumber-sumber

potensial sangat penting dalam mencegah wabah Legionnairess disease.2,5

21
Penatalaksanaan

a. Medika mentosa

Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom:

Decongestan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran mucus atau

lendir dari hidung.

Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak atau

mengencerkan dahak.

Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri seluruh badan.

Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7

b. Non-medika mentosa

1. Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya dengan

pembersihan AC secara berkala

2. Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit

3. Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung telah dinyatakan telah

terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari

sumber polutan yang dominan. Setelah sumber tersebut ditemukan, maka

langkah selanjutnya adalah menghilangkan sumber polutan tersebut.

4. Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan melakukan

modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan

standar baku yang telah ada.

22
5. Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun

sangat terbatas.

6. Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang dimana

kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperature 70oF

dan kelembapan 40-60%.

7. Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran udara

dalam dan udara luar.

Pencegahan

Edukasi tentang penyakit SBS

Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik

dan terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu gedung. Dalam

hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak

berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan

pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya

udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua orang yang bekerja

merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan

kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan

jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan-penambahan

karyawan baru dalam jumlah yang signifikan.

Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan

pembersih ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam

23
gedung dan lebih ramah lingkungan (green washing,non toxic, natural,

ecological friendly).

Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja

dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar

setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang

memadai.

Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar.

Alokasikan ruangan khas untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap

buangannya demikian sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi udara segar

menuju ruangan lainnya.

Segera laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit sick building syndrome(SBS) biasanya timbul pada lokasi atau

tempat kerja sehari-hari yang kurang sehat. SBS adalah istilah yang

menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan,

dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS sangat

mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul

disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam

ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan

kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal dari mesin fotokopi dan

printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan di rumah

tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu,

dan karbon monoksida. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh

SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena

dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh

seperti kanker, TBC, dan flu. Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau

lingkungan tempat kerja. Caranya misalnya dengan memberikan ruang

25
sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran sinar matahari,

arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick

building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005.

2. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS,

Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation

management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002. Page 241-55.

3. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones;

2002. Page 124-31.

4. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building

syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003.

Page 171-2.

5. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New

York : Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719.

6. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health

Perspect 2002. Page 663-7.

7. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al.

Symptoms in relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int

Arch Occup Environ Health 2004. Page 461-70.

27

Anda mungkin juga menyukai