Anda di halaman 1dari 7

NAMA : GABRIELLA TITA ANGELI

KELAS : X IIS 3
1. Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah

Longsor di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya terjadi sekali, tetapi tiga kali berturut-
turut. Longsor pertama melanda Desa Clapar, Kecamatan Madukara, pada Kamis
(24/3/2016) pukul 19.00 WIB dan disusul pada Jumat (25/3/2016) pukul 01.30 WIB
disusul longsor ketiga pada 06.00 WIB.

Longsor terjadi pada area seluas lima hektar tanah yang bergerak sejauh 1,2 kilometer.
Longsoran merayap (soil creep) itu bergerak secara perlahan-lahan sehingga
masyarakat dapat mengantisipasi dan melakukan evakuasi.

Terhitung sembilan rumah rusak berat, tiga rumah rusak sedang, dua rumah rusak
ringan, dan 29 rumah terancam longsor susulan. Sebanyak 158 jiwa warga RT 3-5 di
RW 01 mengungsi ke SD Negeri 2 Clapar, Madukara.

Longsor kedua terjadi di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Sabtu


(18/6/2016). Sebuah bukit setinggi sekitar 100 meter longsor dan menimpa lima rumah
sehingga rata dengan tanah.

Akibat bencana tersebut, enam warga Dukuh Gumelem dan Wanarata tertimbun
longsor. Tiga orang ditemukan tewas di Dukuh Gumelem pada Sabtu malam dalam
rentang waktu pukul 21.15 WIB hingga 21.33 WIB. Adapun tiga korban lainnya di RW
11 Dukuh Wanarata, Desa Gumelem.

Material longsor menutup akses jalan di Desa Wanoharjo, Kecamatan Rowokele, dan
Desa Sampang, Kecamatan Sempor, Kebumen.

Adapun longsor ketiga terjadi di Dusun Tambak Sari, Desa Sidengok, Kecamatan
Peawaran, Banjarnegara, Minggu (25/9/2016) pukul 07.00 WIB. Longsoran tanah
tersebut menimpa rumah milik Sugianto (570.
2. Gunung Sinabung Meletus

Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara meletus dengan intensitas


tinggi, Sabtu (20/5/2017), pukul 06.46 WIB.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional dan
Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan singkat
kepada wartawan, Sabtu, tinggi kolom abu letusan mencapai 4 kilometer, amplitudo 120
milimeter, dan lama gempa vulkanik 343 detik.

Saat ini, status Gunung Sinabung pada level IV atau awas. Potensi letusan susulan
mungkin terjadi.

Masyarakat dan pengunjung diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3
kilometer dari puncak dan dalam jarak 7 kilometer untuk sektor selatan-tenggara, di
dalam jarak 6 kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 kilometer
untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di dekat sungai-sungai yang berhulu di


Gunung Sinabung juga diminta waspda terhadap ancaman bahaya lahar.

Tidak dapat diprediksikan sampai kapan Gunung Sinabung akan berhenti meletus.
Parameter vulkanik dan seismisitas gunung masih tinggi sehingga potensi letusan
susulan masih akan tetap berlangsung.
3. Banjir bandang di Gorontalo

Hujan deras yang mengguyur sepanjang hari memicu terjadinya banjir di Kabupaten Gorontalo,
Selasa (25/10/2016). Banjir bandang melanda lima kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, yakni
Kota Gorontalo serta Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, Boalemo, dan Bone Bolango.

Di Kecamatan Sumalata, Gorontalo Utara, air bah melanda Desa Hutokalo dengan korban 20
KK atau 86 jiwa, Desa Kasia 22 KK atau 93 jiwa, Desa Mebongo 10 KK atau 42 jiwa.

Bencana serupa juga dialami di Desa Motihelumo dan Bulontio Timur di Kecamatan Suwawa
Timur yang mengakibatkan hewan ternak dan tanaman jagung terendam.

Di Boalemo, banjir bandang menggenangi 300 rumah di Desa Harapan, 75 rumah di Desa
Dulohupa, dan 90 rumah di Desa Sukamaju. Sawah yang rusak akibat banjir mencapai 630
hektar dan lima ekor sapi terbawa arus.

Adapun di Kecamatan Paguyaman, banjir menggenangi lima rumah di Desa Rejonegoro, di


Desa Mustika 53 rumah, Wonggahu 10 rumah, dan Wonosari dengan korban 100 KK.

Banjir di Kabupaten Gorontalo meliputi Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Tolangohula,


Tibawa, Asparaga, Bilato, Dungaliyo, Tilango, dan Boliyohuto. Jumlah korban banjir di wilayah
itu tercatat 9.686 jiwa atau 2.904 KK.

Di Kota Gorontalo, luapan air Sungai Bulango merendam sejumlah rumah warga di Kelurahan
Siendeng dan Biawu.

Di Kabupaten Bone Bolango, banjir terjadi di bantaran sungai di Kecamatan Bulango Utara,
yang meliputi Desa Tupa, Kopi, dan Lomaya.
4.Tsunami Flores

Tsunami di Flores, Nusa Tenggara Timur terjadi pada tanggal 12 Desember 1992. Beberapa saat
sebelumnya, tepatnya pada pukul 13.29 WITA terjadi gempa bumi besar berkekuatan 7,8 Skala
Richter di lepas pantai Flores. Gempa ini kemudian mengakibatkan terjadinya tsunami setinggi
38 meter. Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir bahwa gempa terjadi
dan berpusat di Laut Flores, yang berada di sebelah utara laut Maumere, dengan kedalaman 20
km. Tsunami flores terjadi akibat terjadinya pergeseran lempeng bumi yang ada di pula timur
Indonesia ini. Lebih lanjut BMKG menyebutkan bahwa kepulauan Sikka dan pulau Flores
merupakan daerah paling rentan terkena gempa karena posisinya yang berada di antara dua
lempeng besar, yakni Indo-Australia dan Eurasia. Terjadinya pergeseran dua lempeng besar ini
akan sangat berpotensi menimbulkan getaran gempa dan disusul dengan tsunami berkekuatan
besar.

Bencana ini sedikitnya menghancurkan 18.000 rumah, 113 sekolah, 90 tempat ibadah, dan lebih
dari 65 tempat lainnya. Kabupaten yang terkena gempa ini ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten
Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur. Kota yang paling parah ialah Maumere.
Di kota ini, lebih dari 1.000 bangunan hancur dan rusak berat. Korban jiwa yang ditimbulkan
juga tidak sedikit. 2.100 jiwa dilaporkan tewas, 500 orang hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000
orang terpaksa mengungsi.
5.Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter
guncang Sumatera Barat

Kawasan Sumatera Barat diguncang gempa berkekuatan 7,8 pada skala Richter
pada Rabu (02/03) malam.

Gempa yang terjadi pada pukul 19.49 WIB itu berpusat di perairan sejauh 682 kilometer
sebelah barat daya Kepulauan Mentawai, dengan kedalaman 10 kilometer.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa itu berpotensi
menimbulkan tsunami yang bisa memapar Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Aceh, Bengkulu, dan Lampung.

Potensi tsunami, menurut Wakil Kepala BMKG di Sumatera Barat, Yayat Suriyat,
kepada stasiun TVRI, relatif kecil namun peringatan belum dicabut.

Dika Pitopang, seorang warga Payakumbuh, Sumbar, mengatakan gempa terasa


sekitar satu hingga dua menit.

Tadi saya sedang tidur, langsung terbangun, karena goyangannya terasa benar.
Goyangannya ke kanan dan kiri, tidak seperti gempa besar 2009 lalu yang
mengguncang kanan-kiri atas-bawah, kata Dika.

Dia mengaku masyarakat langsung ke luar rumah ketika gempa terjadi. Namun, sejauh
yang dilihat, tidak ada kerusakan besar.

BBC Indonesia berupaya menghubungi sejumlah narasumber di Kepulauan Mentawai,


namun telepon seluler mereka dalam kondisi nonaktif.

Anda mungkin juga menyukai