Anda di halaman 1dari 52

i

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN GERONTIK
PERIODE 01 JUNI s.d. 12 JUNI 2016

Oleh

Dhara Ayu P, S.Kep


NIM 112310101013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
NY. S DI WISMA DAHLIA PERAWATAN MANDIRI
DI UPT. PSLU JEMBER

Oleh

Dhara Ayu P, S.Kep


NIM 112310101013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat ..................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1 Konsep Dasar Istirahat dan Tidur .............................................. 5
2.1.1 Definisi ........................................................................... 5
2.1.2 Fisiologis ......................................................................... 5
2.1.3 Tahapan............................................................................ 6
2.1.4 Kebutuhan Tidur Lansia .................................................. 7
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ................................. 7
2.2 Konsep Dasar Gangguan Istirahat dan Tidur (Insomnia) ......... 9
2.2.1 Definisi ........................................................................... 9
2.2.2 Klasifikasi ....................................................................... 9
2.2.3 Etiologi ........................................................................... 10
2.2.4 Tanda dan Gejala ............................................................ 11
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi ............................................ 12
2.2.6 Penatalaksanaan ............................................................. 12
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 15
BAB 4. PENUTUP ..................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 38
LAMPIRAN ................................................................................................ 39

iii
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah disetujui


pada tanggal Juni 2016

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing UPT. PSLU Jember

Ns. Kushariyadi, M.Kep Dra. Parni Rahayu


NRP. 760015697 NIP. 19680828 199303 2 011

Koordinator Profesi PJMK Stase Manajemen


Keperawatan

Ns. Dodi Wijaya, M.Kep Ns. Kushariyadi, M.Kep


NIP. 19820622 201012 1 002 NRP. 760015697

Mengetahui,
Sekretaris I

Ns. Wantiyah, M.Kep


NIP. 19810712 200604 2 001

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala berkat, rahmat, serta hidayah-Nya
sehingga Laporan Akhir Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik ini
dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian laporan
akhir ini, yaitu:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes., selaku Ketua PSIK Universitas Jember;
2. Ns. Wantiyah, M.Kep., selaku Sekretaris I PSIK Universitas Jember;
3. Ns. Dodi Wijaya, M.Kep., selaku Penanggung Jawab Program Pendidikan Profesi Ners;
4. Ns. Kushariyadi, M.Kep., selaku Penanggung Jawab Stase Profesi Keperawatan
Gerontik;
5. Ns. Kushariyadi, M.Kep., Latifa Aini S., M. Kep., dan Hanny Rasni, S. Kp, M. Kep.,
selaku Dosen Pembimbing Stase Keperawatan Gerontik;
6. Kepala UPT. PSLU Jember Drs. Bambang Sudjatmiko beserta seluruh staff dan
karyawan;
7. Pembimbing seluruh wisma di UPT. PSLU Jember;
8. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Program Pendidikan
Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Akhir ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan bahan penulisan selanjutnya. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jember, Juni 2016

Penulis

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut World
Health Organization (WHO), orang lanjut usia (lansia) adalah orang berusia 60 tahun ke
atas yang terdiri dari usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia tua (old) 75-90tahun, dan usia
sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun (Raharja, 2013). Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk
akan berpengaruh pada peningkatan UHH di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005
UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%),
angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6
tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan
laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia
adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi
lansia adalah 7,58%) (Kemenkes RI, 2013).
Lanjut usia juga bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia dari bayi, kanak-kanak, dewasa, dan lanjut usia itu sendiri yang harus selalu
terpenuhi kebutuhannya baik fisiologis maupun psikologis. Hirarki kebutuhan Maslow
mengatakan bahwa kebutuhan fisiologis merupakan prioritas utama yang harus dipenuhi
yang meliputi kebutuhan oksigen atau bernafas, makan dan minum, eliminasi, istirahat
tidur serta kebutuhan seksualitas. Salah satu kebutuhan Maslow yang penting yaitu tidur
karena tidur berguna untuk menjaga kelelahan fisik dan mental apalagi pada individu yang
sedang sakit, apabila mengalami kurang tidur dapat memperpanjang waktu pemulihan dari
sakit (Potter & Perry, 2006).
Beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 NREM. Keluhan tentang
kesulitan tidur pada waktu malam hari atau insomnia seringkali terjadi pada lansia, padahal
tidur sebagai salah satu bagian dari kebutuhan fisiologis dan merupakan kebutuhan dasar
2

yang dibutuhkan oleh semua manusia untuk dapat berfungsi secara optimal baik yang
sehat maupun yang sakit dan dalam keadaan sakit pola tidur biasanya terganggu apalagi
pada lansia (Potter & Perrry, 2006). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup
tinggi. Lanjut usia yang berusia 65 tahun yang tinggal di rumah, setengahnya diperkirakan
Gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan
gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50%
lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Tidur adalah
kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap individu. Dengan istirahat dan tidur yang cukup
tubuh akan dapat berfungsi secara optimal (Lubis, 2011).
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
(Guyton & Hall, 2007). Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan
imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagianbagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan
sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan
(Suyono, 2008). Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkan. Gangguan tidur pada lansia
jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang
kronis. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan
disorientasi (Asmadi, 2008).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan istirahat tidur salah
satunya yaitu melaksanakan kegiatan aktifitas fisik. Kegiatan senam lansia akan
meningkatkan relaksasi pada lanjut usia dan mempertahankan kebugaran tubuh. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran
lansia adalah dengan cara promotif yaitu dengan peningkatan kesehatan pada lansia yang
salah satunya dapat dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur (Prayitno, 2002).
Salah satu senam yang dapat dilakukan yaitu senam thai chi. Tai Chi merupakan latihan
atau gerakan olahraga penggabungan antara gerakan tubuh, olah pernafasan dan juga
meditasi. Tai Chi juga berbeda dengan senam lainnya, karena gerakan senam Tai Chi lebih
lambat dan mudah dilakukan bagi lansia. Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
3

melakukan accupoint massage dimana menekan titik-titik syaraf yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas tidur klien (Yue dkk, 2016).

1.2 Masalah
Bagaimana pengaruh kombinasi latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage
bagi lansia dengan gangguan istirahat tidur utamanya insomnia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage pada lansia
dengan gangguan istirahat dan tidur (insomnia) di minimal care UPT. PSLU
Jember diharapkan lansia mampu melakukan secara mandiri untuk dapat
melakukan latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage secara perlahan dan
optimal.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Lansia dengan gangguan istirahat dan tidur (insomnia) di minimal care UPT.
PSLU Jember dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian dan manfaat
senam Tai Chi dan Accupoint Massage;
b. Lansia dengan gangguan istirahat dan tidur(insomnia) di minimal care UPT.
PSLU Jember dapat memperagakan mengenai latihan senam Tai Chi dan
Accupoint Massage mandiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan
lansia.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai manfaat latihan
senam Tai Chi dan Accupoint Massage bagi lansia dengan gangguan istirahat
dan tidur (insomnia);
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada lansia di UPT. PSLU Jember mengenai pentingnya
gerakan latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage;
1.4.3Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi bagi praktik keperawatan khususnya keperawatan gerontik
untuk dapat memberikan informasi kesehatan pada lansia tentang pentingnya
latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage;
4

1.4.4 Bagi Pendidikan Keperawatan


Memberi pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya latihan senam Tai Chi
dan Accupoint Massage bagi lansia dengan gangguan istirahat dan tidur sehingga
dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi masukan bagi mahasiswa
keperawatan;
1.4.5 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagaibahan informasi dan referensi untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan latihan senam Tai Chi dan Accupoint Massage terhadap
lansia.
1.4.6 Bagi Pemerintah
Pemerintah serta tenaga pendidikan dapat membantu dalam penerapan latihan
senam Tai Chi dan Accupoint Massage bagi lansia secara teratur guna
meningkatkan kualitas hidup lansia.
5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Istirahat dan Tidur


2.1.1 Definisi Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
(Guyton & Hall, 2007). Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan
imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagian bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan
sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan
(Suyono, 2008).

2.1.2 Fisiologis Tidur


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2006).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbic.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
6

2.1.3 Tahapan Tidur


Tahapan tidur pada seseorang menurut Potter & Perry (2006) adalah sebagai berikut
yaitu :
1. Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
a) Tingkat transisi
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
a) Periode suara tidur
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-20 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
b) Sulit dibangunkan
c) Relaksasi otot menyeluruh
d) Tekanan darah menurun
e) Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
a) Tidur nyenyak
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d) Sekresi lambung menurun
e) Gerak bola mata cepat tahapan tidur REM
2. Tahapan tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
7

d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar,
memori, dan adaptasi

2.1.4 Kebutuhan Tidur Lansia


Lansia memiliki kebutuhan waktu tidur 5-8 jam per hari. Sebagian besar lansia
berisiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat beberapa faktor. Selama penuaan, terjadi
perubahan fisik dan pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumlah tidur gelombang
lambat, sejak dimulai tidur secara progresif menurun dan menaik melalui stadium 1 ke
stadium IV, selama 70-100 menit yang diikuti oleh letupan REM. Periode REM
berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan 20% dari waktu tidur total. Umumnya tidur
REM merupakan 20-25% dari jumlah tidur, stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV
bervariasi. Jumlah jam tidur total yang normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang dewasa.
Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih lama di tempat tidur
namun lebih singkat dalam keadaan tidur (Darmono & Martono, 2010).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Istirahat dan tidur pada Lansia


Pemenuhan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, terutama pada usia lanjut
yang lebih sering mengalami gangguan istirahat tidur. Menurut Perry Potter (2006)
beberapa faktor yang mempengaruhi istirahat tidur adalah sebagai berikut :
1. Usia
Orang yang berbeda memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, tetapi kebanyakan orang
dewasa dari segala usia membutuhkan sekitar delapan jam tidur malam untuk merasa
istirahat. Dan penuaan menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi pola tidur. Pada
usia lanjut proporsi waktu yang dihabiskan dalam tidur tahap 3 dan tahap 4 menurun,
sementara yang dihabiskan di tidur ringan tahap 1 meningkat dan tidur menjadi kurang
efisien.
2. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga merupakan faktor yang mempengaruhi tidur usia lanjut. Dimana
wanita lebih sering terjadi gangguan tidur daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena
wanita sering mengalami depresi dibanding laki-laki. Secara psikososial wanita lebih
banyak mengalami tekanan dari pada dengan laki-laki.
3. Lingkungan
Lingkungan fisik yang tenang memungkinkan usia lanjut untuk tidur lebih nyenyak.
Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi
8

tempat tidur juga dapat mempengaruhi kualitas tidur pada usia lanjut. Kebisingan dari staf
atau penduduk, peralatan seperti peralatan memasak atau televisi juga dapat
mengakibatkan gangguan tidur pada usia lanjut terutama penghuni panti jompo. Selain itu
tingkat cahaya pada ruangan memiliki efek pada pola tidur. Cahaya yang terang muncul
menjadi kuat menbuat sinkronisasi ritme srikandian dan langsung mempengaruhi pola tidur
khususnya pada usia lanjut.
4. Gaya hidup
Gaya hidup hidup yang membosankan membuat usia lanjut cenderung lebih banyak
tidur. Tetapi ada juga yang tidak bisa tidur. Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur,
semakin tinggi tingkat kelelahan maka akan tidur semakin nyenyak yang menyebabkan
periode tidur REM lebih pendek. Gaya hidup usia lanjut yang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, alkohol, dan penggunaan obat-obatan
juga dapat menyebabkan masalah tidur.
5. Depresi
Depresi yang dapat diartikan sebagai gangguan alam perasaan dapat menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur pada usia lanjut. Para ahli menunjukkan bahwa kombinasi
dari dimensia dan depresi dapat menyebabkan gangguan tidur yang lebih serius.
6. Respon terhadap penyakit
Sesak napas pada saat tidur, pusing, ada gerakan kaki secara tidak sadar, ingin buang air
kecil dan terutama respon terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mengakibatkan
gangguan tidur pada usia lanjut. Kurangnya penanganan nyeri dapat menjadi masalah bagi
usia lanjut karena prevalensi kondisi penyakit yang sering menyerang usia lanjut. Rasa
nyeri yang menyertai penyakit pada usia lanjut dapat menyebabkan kurang tidur yang
dapat memperburuk kualitas tidur
7. Stres emosi
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stres
emosional membuat seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila
tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat
menyababkan kebiasaan tidur yang buruk.
8. Pengaruh makanan
Tidur dapat dipengaruhi oleh makanan dan minuman. Minuman yang mengandung
kafein Selain kafein, alkohol juga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah tidur baik
9

tidur REM, tidur nyenyak dan dapat merusak kualitas tidur malam. Alkohol menyebabkan
sekresi hormon diuretik sehingga terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.
9. Obat-obatan
Obat yang dijual bebas maupun obat resep dapat berkontribusi untuk tidur dan
gangguan tidur. Obat dapat menyebabkan gangguan tidur dengan tiga cara yaitu niat untuk
tidur, menimbulkan rasa kantuk, dan menyebabkan gangguan insomnia. Pada lansia
seringkali menggunakan mediasi obat untuk mengontrol dan mengatasi penyakit
kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius.

2.2 Konsep Dasar Gangguan Istirahat dan Tidur ( Insomnia)


2.1.1 Definisi
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut: insomnia adalah gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Potter &
Perry, 2005).
Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah tidur yang
diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara efisien. Insomnia pada
dasarnya hanya mempunyai dua keluhan utama, yaitu seseorang sulit masuk tidur, dan sulit
mempertahankan tidur. Insomnia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang sulit untuk masuk tidur, atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun
waktu tertentu, sehingga menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi
sosial, pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry dalam Raharja, 2013).

2.1.2 Klasifikasi
A. Bedasarkan tipe tidurnya, ada 3 macam insomnia.
1. insomnia inisial
Insomnia inisial yakni bila seseorang kesulitan tidur saat hendak memulai tidur.
2. insomnia intermitten
Insomnia intermitten yakni bila seseorang tidak mampu mempertahankan
tidurnyaatau sering terbangun saat ia tidur
3. insomnia terminalInsomnia terminal yakni seseorang terbangun terlalu dini dan tidak
dapat tidur kembali .
10

B. Berdasarkan jangka waktu berlangsungnya ada 2 macam insomnia, yaitu insomniaakut


(acute insomnia) dan insomnia kronis (chronic insomnia).
1. Insomnia akut
Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1 malam
sampai beberapa minggu. insomnia akut, adalah gejala yang paling umum terjadi dan
biasanyadiakibatkan oleh situasi seperti stres di tempat kerja, masalah keluarga, atau
peristiwatraumatis.
2. Insomnia kronis
Insomnia kronis yaitu bila penderita mengalaminya selama minimal 3
malam perminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih.
C. Berdasarkan penyebabnya ada dua jenis insomnia.
1. Insomnia Primer
Insomnia primer bersumber dari masalah psikis atau psikologis, seperti perubahan
hidup yang dapat memicu insomnia primer, stres yang berkepanjangan dan
pengaruh emosional.
2. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder berarti merupakan efek samping dari suatu masalah medis
seperti :kondisi kesehatan,pengaruh penyakit, pengaruh obat dan lain-lain (Potter,
2009).

2.1.3 Etiologi
Menurut Handoko (2010) hubungan yang harmoni antara sistem imun, neuro-
endokrin, dan sistem tidur terjaga menghasilkan pola sirkardian tidur dan terjaga. Ketidak
seimbangan interaksi antara faktor psikososial, psikofisiologik, perkembangan syaraf dan
kesehatan dapat menyebabkan gangguan pola tidur.
a. Faktor Internal
1. Faktor fisiologis
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah
suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi masalah tidur.
Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa, seperti
memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat
mengganggu tidur. Faktor-faktor yang berhubungan pada lansia yang mengalami
penyakit kritis adalah nyeri, stres akut, depresi, gangguan suhu tubuh, gangguan
pernafasan saat tidur, gangguan eleminasi gangguan siklus tidur, gangguan
11

pergerakan kaki saat tidur, gejala menopause, penyakit parkinson. Kesemua


perubahan fisiologis ini dapat mencetuskan gangguan pola tidur pada lansia dan
diperburuk dengan penyakit terutama jika terdapat demam.
2. Faktor psikologis
Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres
menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien
sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat mempengaruhi
kebiasaan tidur yang buruk.

b. Faktor External
1. Lingkungan
Lingkungan tempat seorang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur.
Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan
dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya, suhu dan suara
dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien ada yang menyukai tidur dengan
lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap menyala. Suhu yang panas atau
dingin menyebabkan klien mengalami kegelisahan. Beberapa orang menyukai
kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara untuk membantu tidurnya
seperti dengan musik lembut dan televisi.
2. Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alkohol mempunyai efek insomnia. Makan
dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada makan malam juga menyebabkan
makanan sulit dicerna, menghabiskan waktu yang berlebihan ditempat tidur, tidur
siang yang berlebihan, merokok serta olahraga yang kurang sehingga dapat
mengganggu tidur.
3. Pengobatan
Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa tengah
dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stresor gaya hidup. Obat
tidur golongan hipnotik maupun sedative juga seringkali digunakan untuk
mengontrol atau mengatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat menimbulkan
efek samping penurunan tidur REM.
12

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut (Erry, 2000) ada tiga macam tipe tanda gejala pada seseorang dengan
gangguan insomnia, yaitu :
1) tidak dapat masuk atau sulit tidur, disebut juga insomnia inisial dimana pada keadaan
ini sering dijumpai pada orang-orang muda yang mengalami ansietas (kecemasan),
berlangsung selama 1-3 jam. Kemudian karena kelelahan pada orang-orang muda
tersebut biasanya tidur juga;
2) terbangun tengah malam beberapa kali, orang-orang ini dapat masuk tidur dengan
mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tidur kembali, dan kejadian ini
dapat terjadi berulang kali;
3) terbangun pada waktu pagi yang sangat dini, disebut juga insomnia terminal, yang
mana orang-orang ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, akan tetapi pada
saat pagi buta sudah terbangun, dan tidak dapat tidur lagi. Biasanya hal ini terjadi
pada orang-orang yang mengalami depresi.
Menurut Raharja (2013) tanda gejala insomnia adalah sebagai berikut :
1. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
2. Sering terbangun pada malam hari
3. Bangun tidur terlalu awal
4. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
5. Kritabilitas, depresi atau kecemasan
6. Konsentrasi dan perhatian berkurang
7. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
8. Ketegangan dan sakit kepala
9. Gejala gastrointestinal

2.1.5 Penatalaksanaan
Penanganan insomnia pada usia lanjut terdiri dari terapi nonfarmakologi dan
farmakologi. Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala, meningkatkan produktivitas dan
fungsi kognitif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien usia lanjut
(Maryam, 2008). Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan untu mengatasi
insomnia yaitu antara lain masase relaksasi, exercise, relaksasi otot progresif, pemberian
aroma terapi, kebersihan lingkungan tempat tidur, CBT dan lain sebagainya. (Martin &
Sonia, 2008). Pada kasus kali ini penatalaksanaan yang akan dilakukan yaitu dengan
menggnakan exercise salah satunya yaitu pelaksanaan kombinasi senam Tai Chi dan
13

accupint massage pada lansia. Hal ini juga diketahui bahwa latihan fisik merupakan cara
yang efektif untuk meningkatkan jaringan manusia dan fungsi organ dan meningkatkan
status kesehatan, semangat dan esensi dari tubuh manusia (Yue dkk, 2016).
a. Definisi
Tai Chi adalah bunga yang indah di taman Cina Tradisional Wushu dan berakar
dalam filosofi tradisional Cina, ilmu kesehatan, Cina ilmu kesehatan tradisional,
olahraga ilmu, Cina obat tradisional, aesthetics dan disiplin ilmu lainnya. Tai Chi adalah
olahraga yang dapat meningkatkan baik fisik dan keadaan mental. Efek kebugaran yang
memiliki telah berlaku umum di dunia. Exercise berfokus pada harmoni antara manusia
dan alam serta internal dan eksternaling. Hal ini ditandai dengan peningkatan esensi dan
gerakan lambat, sehingga, itu adalah latihan yang cocok untuk fisik dan mental
karakteristik orang tua. Accupoint Massage adalah pengobatan dengan pointing,
penekanan, penjepitan, penepukan atau mengetuk pada titik-titik akupunktur atau garis
stimulan . (Yue dkk, 2016).
b. Pelaksanaan
Kisner (2007) menyatakan bahwa dari urutan gerakan pada Tai Chi yang dilakukan
dalam gerakan lambat, santai, dengan penekanan pada kesadaran postur dapat
mengendalikan perpindahan dari tubuh saat berdiri sehingga meningkatkan kekuatan
otot ekstremitas dan fleksibilitas otot. Bahkan, dengan latihan yang terus menerus irama
gerakan Tai Chi dapat memfasilitasi integrasi sensomotorik dan kesadaran lingkungan
eksternal. Pada saat dilakukan serangkaian gerakan ini ada suatu proses di otak, yang
disebut dengan central compensation, yaitu otak akan berusaha menyesuaikan adanya
perubahan sinyal sebagai akibat dari rangkaian gerakan tersebut untuk beradaptasi
(Kaesler, 2007). Latihan yang berupa senam Tai Chi yang terdiri dari 8 jurus Tai Chi
dapat meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas otot, elastisitas otot serta massa otot
sehingga dapat meningkatkan keseimbangan dinamis (Cronin, 2007).
Menurut jurnal Yue dkk (2016) Tai Chi diajarkan selama 2 minggu hingga klien
mahir dalam melakukan gerakannya dalam menyelesaikan set lengkap postur diiringi
oleh latar belakang musik. Lansia dapat melakukan gerakan secara mandiri atau kolektif
berlatih Tai Chi diiringi oleh musik. Fokus Tai Chi pada dasarnya mementingkan
sekitarnya lingkungan hidup dan latar belakang musik. Tai Chi dilakukan dengan
gerakan lambat, sehingga latihan yang cocok untuk fisik dan mental karakteristik orang
tua. Dalam proses latihan, dapat memberikan seluruh hati untuk tubuh dan pikiran dan
fokus pada kombinasi statis dan dinamis, yang tidak hanya kondusif untuk kesehatan,
14

tetapi juga cocok untuk kondisi-fisik dan mental . Latihan statis dan dinamis dapat
regularisasi akhir semangat, esensi dan pernapasan, dapat menenangkan pikiran,
koordinasi organ. pengobatan dengan pointing, penekanan, penjepitan, penepukan atau
mengetuk pada titik-titik akupunktur atau garis stimulan. Penatalaksanaan accupoint
massage yaitu dilakukan dengan menekan titik-titik syaraf yang ada di kaki dan di
tangan. Penekanan tersebut dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada dan dilakukan
setiap hari baik pada sore hari maupun pada pagi hari.Pada jurnal dijelaskan bahwa
penatalaksanaan yang baik untuk accupoint massage yaitu pada malam hari sebelum
tidur (Yue dkk, 2016)
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jumat, 3 Juni 2016 Pukul: 12.00 WIB
Oleh : Dhara Ayu P, S.Kep

I. Identitas Diri Klien


a. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. S
Umur/Jenis Kelamin : 71 tahun/ Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Madura
Pendidikan : SD

b. Penanggung Jawab
Nama :Nurhaini
Umur/Jenis Kelamin : 51 tahun
Alamat : Situbondo
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-

2. Riwayat Usia Lansia


Pekerjaan : PRT
Masuk Panti : tahun 2011
Klien mengatakan bahwa masuk panti sejak 5 tahun yang lalu dikarenakan
berselisih dengan anggota keluarga(anak) sehingga Ny. S dibawa dan tinggal
di balai desa sampai akhirnya dilaporkan dan dijemput oleh pihak PSLU
Jember.
Jumlah dan hubungan keluarga yang masih ada:
Klien mengatakan hubungannya dengan keluarga sekarang sudah membaik
namun keluarga masih tidak ada niatan untuk menjemput Ny. S pulang
kembali ke keluarga. Setiap hari raya Ny. S pulang ke rumah anaknya.

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama yang dirasakan saat ini: susah tidur dimalam hari.
Klien mengatakan bahwa mudah bangun saat tengah malam sekitar
pukul 24.00-01.00 dan tidak dapat tidur kembali. Klien setelah bangun
tengah malam langsung melakukan aktivitas karena tidak dapat tidur
kembali.
16

.
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita:
Klien mengatakan bahwa dulu beberapa tahun yang lalu pernah
mengalami stroke tidak dapat berjalan beberapa bulan. Klien juga
mengatakan memiliki darah tinggi dan penyakit magh.

4. Pola Kebiasaan
a. Kebiasaan makan dan minum : Klien makan 3x sehari dengan menu
bervariasi yang diberikan dari PSLU. Klien mengatakan selalu
menghabiskan makanan yang diberikan, tidak terdapat mual, tidak terdapat
muntah. Klien mengatakan bahwa minum sebanyak 2 botol air mineral
ukuran 600 ml dalam sehari, dan terkadang juga mengkonsumsi teh,
kacang hijau, kolak pisang yang diberikan dari PSLU.
b. Pola eliminasi : Klien mengatakan bahwa BAB 1x dalam 3 hari dengan
konsistensi feses padat. Klien mengatakan bahwa BAK kurang lebih 5 kali
dalam sehari, warna urine kuning.
c. Pola toileting
1. Mandi :
Klien mengatakan bahwa mandi 2x sehari tanpa bantuan
2. Gosok Gigi :
Klien mengatakan bahwa gosok gigi setiap mandi, dengan
menggunakan pasta gigi yang telah disediakan.
3. Keramas :
Klien mengatakan bahwa keramas sebanyak 3 hari sekali dengan
menggunakan shampo
4. Potong Kuku :
Klien mengatakan bahwa memiliki pemotong kuku namun jarang
melakukan pemotongan kukunya secara mandiri.
5. Berpakaian dan Berhias :
Klien mengatakan bahwa mendapatkan baju dari PSLU. Klien
berpakaian dan berhias tanpa bantuan orang lain.

5. Pola Aktivitas dan Latihan:

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di Tempat Tidur
Berpindah/Berjalan
Ambulasi/ROM
17

Keterangan: 0: Mandiri, 1: Alat Bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu orang


lain dan alat bantu, 4: Tergantung total

6. Pola Tidur dan Istirahat:


Klien mengatakan bahwa tidur pukul 21.00 dan bangun sekitar pukul 24.00-01.0
WIB. Klien mengatakan sering terbangun dimalam hari dan susah untuk tidur lagi.
Klien sering melakukan aktivitas mencuci pada saat tidak dapat tidur kembali. Di
siang hari Klien juga jarang tidur karena tidak terbiasa tidur siang.

7. Pola Perseptual
a. Penglihatan : Klien megatakan bahwa penglihatannya masih jelas
namun apabila untuk membaca huruf yang kecil sudah tidak jelas lagi. .

b. Pendengaran : Klien mengatakan bahwa pendengarannya masih baik.

c. Sensasi : Klien mengatakan bahwa tidak ada rasa kebas pada bagian
tertentu, dan dapat membedakan antara kasar dan halus.

8. Pola persepsi Diri


a. Gambaran diri :
Klien mengatakan bahwa menyadari dengan kondisinya saat ini yang
selalu bangun di tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Klien
mengatakan untuk mengisi waktu tersebut Klien melakukan kegiatan
sehari-hari..

b. Ideal diri :
Klien mengatakan bahwa apabila keluarganya dulu harmonis mungkin
sekarang tidak berada di PSLU.

c. Harga diri :
Klien mengatakan bahwa gangguan istirahat tidurnya membuat Klien tidak
nyaman karena terkadang masih lelah dan ingin tidur.

d. Identitas diri :
Klien seorang perempuan dan menggunakan pakaian sesuai dengan
identitasnya

e. Peran diri :
Klien mengtakan bahwa dia adalah lansia yang sehari-hari selalu
mengkoordinir pada saat makan di wisma dahlia dan membantu lansia lain
yang membutuhkan.
18

9. Pola Peran Hubungan :


Klien mengatakan bahwa memiliki hubungan yang baik dengan anggota lansia di
kamarnya dan di wisma dahlia. Klien mengatakan bahwa hubungannya dengan
anggota keluarganya sekarang juga sudah baik walaupun tidak pernah
menjenguknya.

10. Pola Managemen Koping Stress :


Klien mengatakan bahwa di PSLU Klien tidak mengalami stress karena berusaha
menghibur diri dengan lansia yang lain. Klien mengatakan bahwa di PSLU
merasakan senasib karena memiliki umur yang sama-sama sudah tua dan
sepantaran sehingga mudah untuk beradaptasi dan salah satu cara untuk
menghilangkan kerinduan dengan keluarga yaitu berbincang-bincang dengan
lansia lain dan melakukan semua aktivitas di UPT PSLU Jember.

11. Sistem Nilai dan Keyakinan :


Klien mengatakan bahwa rajin beribadah di mushola untuk melaksanakan sholat 5
waktu berjamaah.

12. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
Baik
2) Tingkat kesadaran/GCS : compos metis/ E4V5M6
3) Tanda-tanda vital
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
TB : 140 cm
BB : 38 kg

4) Pemeriksaan head to toe meliputi kepala, leher, thorax, abdomen,


extremitas
a) Kepala
I: bentuk kepala normocephal, rambut beruban, persebaran rambut
rata dan tidak mudah dicabut. Mata simetris konjungtiva pucat,
lensa agak keruh, sklera putih. Telinga simetris, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi pada wajah, Lubang hidung simetris dan tidak
terdapat kotoran. Bentuk bibir simetris, gigi tidak lengkap, dan
lidah bersih.
P: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa.
b) Leher
I: Bentuk simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe maupun lesi.
P: tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan.
19

c) Thorax
PARU
I: Bentuk dada simetris, tidak ada deformitas, tidak ada lesi dan
massa, pengembangan dada simetris, tidak terlihat penggunaan otot
bantu pernafasan.
Per: lapang paru sonor
Pal: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa, vokal fremitus
(normal)
A: Suara paru vesikuler lapang parutidak ada suara tambahan paru.

JANTUNG
I: Tidak terlihat pembesaran jantung, tidak terlihat ictus cordis
Per: lapang paru redup
Pal: tidak ada massa, nyeri tekan, dan lesi
A: Suara jantung S1S2 tunggal reguler

d) Abdomen
I: Bentuk simetris pada 4 kuadran, lesi tidak ada distensi abdomen
tidak ada, pembesaran organ tidak terlihat, warna kulit sama
dengan dada.
A: Bising usus 7 kali/menit
Per: lapang abdomen tympani.
Pal: soepel, Nyeri tekan pada area suprapubis, pembesaran organ tidak
teraba, undulasi tidak ada, asites tidak ditemukan
e) Ekstremitas:
tidak ada deformitas pada ekstremitas, Tonus otot (normal), CRT <2
detik, nyeri pada bagian lutut, terdapat oedem, terdapat kulit bersisik
pada lutut Klien.
kekuatan otot:
55555 55555
55555 55555

b. Pemeriksaan Panca Indra


1) Penglihatan (mata) :
Klien masih mampu melihat dengan jelas.

2) Pendengaran (telinga) :
Fungsi pendengaran Klien masih baik

3) Pengecapan (mulut) :
20

Tidak terdapat kelainan yang abnormal, klien masih bisa merasakan rasa
asin, manis, pahit, masam.

4) Sensasi (kulit) :
Kulit klien keriput, pigmentasi kulit merata, klien masih dapat
membedakan runcing dan tumpul pada pemeriksaan kulit.

5) Penciuman (hidung) :
Pemeriksaan hidung tidak terdapat kelainan, klien dapat membau dengan
baik

c. Pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan status depresi lansia
Hasil pemeriksaan status mental lansia menggunakan GDS (Geriatri
depression Scale) mendapatkan hasil skoring total 3 yang berarti klien
kemungkinan mengalami depresi ringan
2) Pemeriksaan status fungsional lansia
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari yaitu memiliki
skore A yang berarti kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari
(makan, kontinen, berpindah, toileting, berpakaian dan mandi).
3) Pemeriksaan status mental lansia
Status mental klien mendapatkan nilai 15 yang berarti memiliki status
mental rendah (pendidikan rendah)
4) Pemeriksaan status kognitif lansia
Dari hasil pengkajian status kognitif lansia didapatkan hasil jumlah
kesalahan total sebanyak 3 yang berarti klien dalam kondisi kerusakan
intelektual ringan
5) Pemeriksaan status sosial lansia
Dari hasil pengkajian status sosial lansia didapatkan hasil klien dapat
bersosialisasi dengan baik.

13. Data Penunjang


a. Laboratorium : GDA: 88 mg/dL
b. Radiologi :-
c. EKG :-
d. USG :-
e. CT-Scan :-

14. Terapi Medis atau Riwayat Pengobatan


Konsumsi obat magh.
21

Jember, 3 Juni 2016


Perawat/Mahasiswa yang mengkaji

(Dhara Ayu P, S.Kep)


ANALISIS DATA

Data Obyektif dan Masalah Keperawatan Kemungkinan


Subyektif Penyebab
DS : Insomnia Proses menua

- Klien mengatakan
bahwa klien sulit untuk
tidur pada malam hari Pengaruh internal:
- Klien mengatakan penurunan kondisi
bahwa jika dirinya fisik dan psikologis
telah terjaga, sulit
untuk memulai tidur
kembali.
DO : Gangguan tidur

- Klien tampak lesu


- Klien tampak kurang
tidur
23

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Insomnia berhubungan dengan penurunan kondisi fisik dan psikologis


ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan bahwa klien sulit untuk tidur pada malam hari
- Klien mengatakan bahwa jika dirinya telah terjaga, sulit untuk memulai
tidur kembali.
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak kurang tidur
24

RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosis Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi Keperwatan
Keperawatan
1 Insomnia Setelah dilakukan 1. Klien tampak segar 1. Berikan individu kesempatan untuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Klien mengatakan dapat tidur istirahat selama siang dan dengan waktu
penurunan kondisi selama 3x24 jam nyenyak tidur yang tidak terganggu pada malam
3. Tidak terlihat kantung di bawah mata hari
fisik dan psikologis insomnia dapat
4. Klien tidak sering terbangun saat 2. Redupkan cahaya bila akan tidur
ditandai dengan : berkurang secara tidur 3. Berikan suasana yang tenang
bertahap 4. Ajarkan senam Tai Chi dan accupoint
DS :
message .
- Klien mengatakan 5. Anjurkan klien untuk merilekskan
bahwa klien sulit pikiran
untuk tidur pada 6. Kaji kembali jam tidur Klien selama
malam hari sehari
- Klien mengatakan
bahwa jika dirinya
telah terjaga, sulit
untuk memulai
tidur kembali.
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak
kurang tidur
25

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN
Nama Klien : Ny. S
Diagnosa Medis : -
Hari/Tanggal : Jumat, 3 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Keperawatan Tangan
06.00 Membina S:
Insomnia hubungan saling Klien mengatakan
percaya dengan sulit tidur,
klien Ny. S (71 th) terbangun setiap
hari pukul 12.00
Melakukan 01.00 WIB.
12.00
pengkajian pada O:
klien Ny. S (71 th) TD: 120/80
Mengkaji faktor mmHg
penyebab Nadi: 80
16.00
insomnia yang kali/menit
dialami klien RR: 20 kali/menit
Klien tampak
terdapat kantong
mata
A:
Masalah insomnia
belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
1. Berikan
individu
kesempatan
untuk istirahat
selama siang
dan dengan
waktu tidur
yang tidak
terganggu pada
malam hari
2. Redupkan
cahaya bila
akan tidur
3. Berikan
26

suasana yang
tenang
4. Ajarkan senam
Tai Chi dan
accupoint
message .
5. Anjurkan klien
untuk
merilekskan
pikiran
6. Kaji kembali
jam tidur Klien
selama sehari
27

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis : -
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 13.00 1. Melakukan S:- Klien mengatakan
pengkajian pada bahwa semalam
klien masih bangun
13.10 2. Mengajarkan tengah malam dan
accupoint massage sulit untuk tidur
pada klien lagi.
13.20 3. Menganjurkan klien - Klien mengatakan
untuk merilekskan bahwa akan
pikiran mengikuti saran
13.25 4. Menganjurkan yang dianjurkan.
meredupkan cahaya O: TD: 110/90 mmHg
bila akan tidur N : 78x/menit
13.30 5. Menganjurkan RR : 20x/menit
memberikan suasana A:
yang tenang saat Masalah belum
malam hari teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
28

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis : -
Hari/Tanggal : Minggu, 5 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Keperawatan Tangan
Insomnia 06.00 1. Mengajarkan S:- Klien
senam Tai Chi mengatakan
pada klien dan bahwa semalam
seluruh lansia di bangun pukul
wisma minimal 01.00 kemudian
care tidak bisa tidur
16.30 2. Melakukan kembali
accupoint massage - Klien
pada klien di mengatakan
wisma Dahlia Badannya terasa
16.35 3. Menganjurkan segar setelah tadi
klien untuk dilakukan senam
merilekskan Tai Chi
pikiran - Klien
16.15 4. Menganjurkan mengatakan saat
melakukan pijat dipijat efeknya
pada saat akan terasa sampai ke
tidur perut.
O: TD: 120/90
mmHg
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
29

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Senin, 6 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 07.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien
09.30 2. Melakukan mengatakan
accupoint massage Klien bangun
pada klien secara pada pukul 01.30
bersama-sama dan tidak tidur
09.40 3. Mengukut TTV hingga pagi.
klien - Klien
09.50 4. Menganjurkan klien mengatakan akan
untuk merilekskan melakukan saran
pikiran yang akan
10.00 5. Menganjurkan klien diberikan
untuk tidak minum - Klien
kopi. mengatakan
bahwa saat bagun
terasa lebih segar

O: TD: 110/80
mmHg
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
Tampak adanya
kantong mata
A : masalah
insomnia
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
30

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 06.00 1. Melakukan senam S:
tera bersama - Klien mengatakan
07.00 2. Mengkaji terkait bahwa bangun
istirahat tidur klien tidur pukul 01.30
16.00 3. Melakukan WIB
accupoint massage - Klien mengatakan
pada klien lebih terasa
16.10 4. Menganjurkan klien nyaman setelah
untuk tidur kembali dipijat.
ketika bangun
tengah malam O: TD:
110/80 mmHg
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
Tampak klien
dapat melakukan
pijat secara
mandiri
A : masalah
insomnia teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
31

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Rabu , 8 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 12.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien mengatakan
12.30 2. Melakukan bahwa bangun
accupoint massage tidur pukul 02.30
pada klien WIB
13.00 3. Menganjurkan klien - Klien mengatakan
untuk melakukan semalam bisa tidur
sendiri secara nyenyak
mandiri
O: TD:
120/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
Tampak klien
dapat melakukan
pijat secara
mandiri
A : masalah
insomnia teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
32

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 12.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien mengatakan
12.30 2. Mengevaluasi bahwa tadi bangun
kemandirian klien tidur pukul 02.30
melakukan WIB
accupoint massage - Klien mengatakan
15.30 3. Melakukan senam semalam bisa tidur
Tai Chi nyenyak

O: 1. TTV :
TD:
120/80 mmHg
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
2. Tampak
klien dapat
melakukan
pijat secara
mandiri
3. Klien tampak
segar
4. Tidak terlihat
kantung di
bawah mata
A : masalah
insomnia teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
33

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 12.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien mengatakan
12.30 2. Mengevaluasi bahwa bangun
kemandirian klien tidur pukul 02.30
melakukan WIB
13.00 accupoint massage - Klien mengatakan
3. Menganjurkan semalam bisa tidur
klien untuk nyenyak
melanjutkan
tindakan memijat O: TD: 120/90
setiap hari mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
1. Klien tampak
segar
2. Tidak terlihat
kantung di
bawah mata

A : masalah
insomnia
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
34

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 15.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien mengatakan
15.15 2. Mengevaluasi bahwa bangun
kemandirian klien tidur pukul 02.30
melakukan WIB
accupoint massage - Klien mengatakan
15.30 3. Menganjurkan semalam bisa tidur
klien untuk nyenyak
melanjutkan - Klien mengatakan
tindskan memijat bahwa tidak sering
setiap hari bangun saat malam

O: TD:
110/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
1. Klien
tampak segar
2. Tidak
terlihat
kantung di
bawah mata

A : masalah
insomnia
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
35

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

Nama Klien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Hari/Tanggal : Minggu, 12 Juni 2016

No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Tanda


Keperawatan (jam) Tangan
Insomnia 07.00 1. Mengkaji terkait S:
istirahat tidur klien - Klien mengatakan
07.30 2. Mengevaluasi klien bahwa bangun
melakukan tidur pukul 03.00
accupoint massage WIB
08.00 3. Menganjurkan klien - Klien mengatakan
untuk melanjutkan semalam bisa tidur
tindskan memijat nyenyak
setiap hari - Klien mengatakan
bahwa tidak sering
bangun saat malam

O: TD: 120/80
mmHg
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
1. Klien tampak
segar
2. Tidak terlihat
kantung di
bawah mata

A : masalah
insomnia
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
36

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut: insomnia adalah gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
Gangguan Istirahat tidur salah satunya yaitu insomnia. Insomnia terjadi apabila seseoarang
mengalami gangguan tidur yaitu terbangun pada malam hari dan susah untuk tidur
kembali.
Penatalaksanaan yang telah dilakukan yaitu kombinasi anatara senam Tai Chi dan
Accupoint Massage. Latihan senam Tai Chi dilakukan 1 minggu 2 kali dan dilakukan
penatalaksanaan accupoint massage dilakukan kurang lebih 2 minggu dan dari
penatalaksanaan tersebut didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kualitas tidur klien.
Klien dapat melakukan tindakan tersebut secara bertahap hingga dapat melakukannya
sendiri. Klien telah merasakan perubahan kualitas tidur yang slama ini terganggu.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi UPT PSLU Jember
Pihak UPT.PSLU Jember diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan lansia
dengan cara penatalaksanaan kesehatan secara fisik yang dilakukan dengan melakukan
berbagai variasi senam sesuai dengan manfaat serta memberikan alternatif lain seperti
accupoint massage untuk berbagai macam penyakit pada lansia.
4.2.2 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa praktik stase gerontik selanjutnya agar lebih kreatif dan inovatif
sesuai dengan tinjauan yang ada untuk merencanakan implementasi yang dilakukan untuk
klien dengan insomnia.
4.2.3 Bagi Lansia
Bagi lansia diharapkan dapat mengikuti secara aktif setiap kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan utamanya untuk penderita insomnia.
37

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Darmono & Martono, 2010, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Guyton, 2007, Aktivitas Otak-Tidur. Dalam Buku Ajar Fisiologi kedokteran-ed.9.


Jakarta: EGC.

Kaesler. 2007. A Novel Balance Exercise Program For Postural Stability in Older
Adults: A pilot study. Journal of Bodywork and Movement Therapies. Vol: 49
no 11 (diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

Kemenkes RI.2013. Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. [ Serial On Line] http://
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
dbd.pdf

Lubis, M. 2011. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Universitas
Sumatera Utara. [Serial On Line] repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/26951/7/Cover.pdf (diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

Maryam, S., dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Perry & Potter, 2009, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta: EGC.

Raharja, Ericha A. 2013. Skripsi. Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kejadian
Insomnia Pada Lanjut Usia Di Karang Werdha Semeru Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.

Suryanto. 2013. Pentingnya Olahraga Bagi Lansia. Yogyakarta: FIK UNY.

Yue dkk. 2016. Tai Chi In Combination With Acupoint Massage Can Improve Sleep
Quality Of Elderly Patients With Chronic Insomnia [ Serial On Line]
www.ijcem.com/files/ijcem0014168.pdf. (diakses pada tanggal 25 Mei 2016).
38

Lampiran 1. SOP

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Senam Tai Chi


PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP TANGGAL
DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:

1. PENGERTIAN Senam Tai Chi merupakan suatu latihan gerak fisik yang
dilakukan dengan menggunakan gerakan lambat dan
memusatkan pada keseimbangan
2. TUJUAN a. untuk meningkatkan kebugaran tubuh
b. melancarkan aliran darah di tubuh
c. meningkatkan keseimbangan pada lansia

3. INDIKASI 1. gangguan istirahat tidur


2. arthritis
3. diabetes melitus
4. hipertensi
4. KONTRAINDIKASI
5. PERSIAPAN a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien
PASIEN dengan memeriksa identitas klien secara cermat. Kaji toleransi
aktivitas
b. Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan, berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien
Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman

7. PERSIAPAN Lingkungan yang aman, tidak banyak kendaraan bermotor,


LINGKUNGAN udaranya masih bersih dan tidak tercemar polusi

8 CARA KERJA 1. Tahap Pra Interaksi


a) siapkan tempat dan alat yang akan digunakan
b) siapkan diri untuk memberikan suatu pelatihan

2. Tahap Orientasi
a) Memberikan salam dan menyapa nama lansia yang akan
dilakukan terapi
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Menanyakan kesiapan dari lansia sebelum kegiatan dilakukan
39

3. Tahap Kerja
a) Meminta kepada lansia untuk tetap rileks
b) melakukan gerakan Tai Chi sebagai berikut :
1. Buka kedua kaki selebar bahu

2. Ayunkan tangan lurus sejajar bahu dan ke bawah

3. Rentangkan tangan lurus ke samping dan ke bawah

4. Arahkan tangan ke samping kanan dan kiri

5. Putar tangan
40

6. Dorong tangan ke depan

7. Putar tangan lebar

8. Angkat satu tangan ke samping kanan kiri

9. Putar tangan ke belakang

10. Dorong tangan ke samping kanan kiri


41

11. Putar tangan ke amping kanan kiri

12. Tarik tangan dari bawah ke atas

13. Dorong kedua tangan ke depan

14. Tutup tangan kes samping lalu buka lebar


42

15. Genggam tangan dorong ke depan

16. Putar kedua tangan

17. Angkat satu tangan dan satu kaki


43

18. Angkat tangan tarik napas dan hembuskan

4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan
b. Berpamitan dengan lansia yang dilakukan tindakan
c. Membereskan dan merapikan tempat sesuai dengan
keadaan awal
E. Dokumentasi
Mencatat kegiatan dan evaluasi dalam lembar catatan
perkembangan terintegrasi
9 EVALUASI a. Respon verbal setelah mengikuti latihan (tidak
muncul tanda-tanda seperti nyeri dada, pusing, sakit kepala,
mual, muntah, keringat dingin, kelelahan hebat, dan pucat)

b. Respon non verbal saat mengikuti latihan (tampak berkeringat


dan tubuh lebih bugar)
44

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Accupoint Massage
PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP TANGGAL
DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:

1. PENGERTIAN pengobatan dengan pointing, penekanan, penjepitan,


penepukan atau mengetuk pada titik-titik akupunktur atau
garis stimulan .
2. TUJUAN untuk memperlancar aliran darah sehingga fungsi tubuh dan
kerusakan jaringan dapat diperbaiki.
3. INDIKASI 1) Paralisis/kelumpuhan
2) Gangguan istirahat dan tidur
3) Nyeri

4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN c. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien
PASIEN dengan memeriksa identitas klien secara cermat. Kaji toleransi
aktivitas
d. Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan, berikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien
Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman

7. PERSIAPAN Lingkungan yang aman, udaranya masih bersih dan tidak


LINGKUNGAN tercemar polusi.

8 CARA KERJA 1. Tahap Pra Interaksi


a) siapkan tempat dan alat yang akan digunakan
b) siapkan diri untuk memberikan suatu pelatihan

2. Tahap Orientasi
a) Memberikan salam dan menyapa nama lansia yang akan
dilakukan terapi
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Menanyakan kesiapan dari lansia sebelum kegiatan dilakukan

3. Tahap Kerja
1. Anjurkan klien untuk membersihkan kaki terlebih dahulu.
45

2. Tekan pada titik yang ada sesuai titik titik tertentu sesuai
dengan titik titik accupoint.

3. Tekan beberapa detik 5-10 detik


4. Akhiri tindakan
5. Anjurkan dilakukan secara mandiri sebelum tidur

4. Tahap Terminasi
d. Mengevaluasi hasil tindakan
e. Berpamitan dengan lansia yang dilakukan tindakan
f. Membereskan dan merapikan tempat sesuai dengan
keadaan awal
E. Dokumentasi
Mencatat kegiatan dan evaluasi dalam lembar catatan
perkembangan terintegrasi
9 EVALUASI c. Respon verbal setelah mengikuti latihan
d. Respon non verbal saat mengikuti
46

Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan melakukan senam Tai Chi pada lansia di perawatan mandiri
di UPT. PSLU Jember

Gambar 2. Kegiatan melakukan accupoint massage pada klien di UPT.PSLU Jember


47

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Darmono & Martono, 2010, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Guyton, 2007, Aktivitas Otak-Tidur. Dalam Buku Ajar Fisiologi kedokteran-ed.9.


Jakarta: EGC.

Kaesler. 2007. A Novel Balance Exercise Program For Postural Stability in Older
Adults: A pilot study. Journal of Bodywork and Movement Therapies. Vol: 49
no 11 (diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

Kemenkes RI.2013. Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. [ Serial On Line] http://
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
dbd.pdf

Lubis, M. 2011. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Universitas
Sumatera Utara. [Serial On Line] repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/26951/7/Cover.pdf (diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

Maryam, S., dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Perry & Potter, 2009, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta: EGC.

Raharja, Ericha A. 2013. Skripsi. Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kejadian
Insomnia Pada Lanjut Usia Di Karang Werdha Semeru Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember.

Suryanto. 2013. Pentingnya Olahraga Bagi Lansia. Yogyakarta: FIK UNY.

Yue dkk. 2016. Tai Chi In Combination With Acupoint Massage Can Improve Sleep
Quality Of Elderly Patients With Chronic Insomnia [ Serial On Line]
www.ijcem.com/files/ijcem0014168.pdf. (diakses pada tanggal 25 Mei 2016).

Anda mungkin juga menyukai