Abstrak
Wilayah laut saat ini mulai banyak diperbincangkan, direncanakan, ditempati dan
bahkan diperebutkan oleh perorangan, institusi negeri maupun swasta. Pemanfaatan laut, baik
yang berada di tepi pantai maupun yang berada di tengah laut sering kurang memperhatikan
aturan tata ruang laut ataupun peruntukan lahan laut tersebut. Pada saat yang hampir
bersamaan sekarang ini, telah banyak dan intensip dibahas tentang hak yang akan melekat pada
sebidang tanah yang berada di laut tersebut. Terkait dengan masalah hak, maka peran Badan
Pertanahan Nasional sangat penting, karena Badan inilah yang berhak untuk mengeluarkan
status hak atas tanah. Mengingat dibawah permukaan air laut ataupun pantai adalah tanah,
maka pendaftaran bidang tersebut dibahas pada Kadaster Laut. Untuk memperoleh gambaran
dasar laut dalam arti posisi dan kedalaman, perlu adanya survai yang dapat mengetahui keadaan
tersebut. Survai dan Pemetaan bidang laut akan dapat membantu untuk keperluan pembuatan
peta daerah yang dimaksud. Sangat dimungkinkan kedepan nanti diberlakukan Pajak Bumi dan
Bngunan untuk persil atau bidang di daerah laut.
PENDAHULUAN
Tanah merupakan aset yang tidak Pengertian Kadaster (darat)
bergerak. Tanah , juga mempunyai nilai Kadaster (darat) atau Pendaftaran
yang amat strategis dalam arti untuk Tanah menurut Rudolf Hemanses, SH
mendukung adanya pembangunan fisik dalam (Supadiningsih, 2005) adalah
seperti industri, perumahan, perkantoran, pendaftaran atau pembukuan bidang-
pertambangan dan sebagainya. bidang tanah dalam daftar-daftar,
Laut, yang terkait juga dengan berdasarkan Pengukuran dan Pemetaan ,
tanah, merupakan kelanjutan daratan yang seksama dari bidang-bidang
mulai banyak digarap orang. Bangunan tersebut
maupun kaplingan mulai dilakukan Kegunan dari pendaftaran tanah
untuk aktivitas usaha sehari-hari. ini adalah untuk menjamin kepastian
Masalah batas pengkaplingan dan hak hukum oleh pemerintah sesuai dengan
yang akan melekat pada kapling laut Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-udang
tersbut perlu dipikirkan untuk nomor 5 Tahun 1960 tentang
kedepannya agar tidak terjadi saling PERATURAN DASAR POKOK-
tumpang tindih (overlap) yang akan POKOK AGRARIA, atau yang dikienal
membuat pemasalahan pertanahan ( dan dengan UUPA (Undang-undang Pokok
kelautan) menimbulkan dampak yang Agraria) pada ayat (1) : untuk menjamin
tidak baik. kepastian hukum oleh Pemerintah
Hak adat (ulayat) di wilayah laut kasus konflik pemanfaatan ruang dapat
yag lebih imajiner menjadi tidak jelas penyelesaiannya ,
Tidak adanya lembaga yang kepentingan publik tidak terlindungi,
mengadministrasikan ruang laut. dan penyelenggaraan investasi di bidang
kelautan dan perikanan tidak ada
Berbeda dengan di darat yang batas- jaminan bagi kelangsungannya untuk
batasnya dapat terlihat secara riel dan jangka waktu tertentu.
nyata, misalnya untuk batas kepemilikan Disamping itu, yang tidak kalah
atau pengelolaan suatu area dapat pentingnya adalah kepastian letak, yaitu
dipasangi tanda atau patok-patok yang dimana obyek itu berada. Apabila salah
bersifat permanen. Untuk batas di laut dalam mengidentifkasi letak atau tempat
relatip sulit untuk memberi batas-batas atau posisi, maka kesalahan tersebut
yang riel, kecuali untuk daerah yang dapat fatal, karena dapat terjadi lokasi
kecil yaitu misalnya dengan pelampung- yang ditunjuk ternyata milik orang lain
pelampung. Namum demikian untuk Walaupun kadaster laut belum
daerah yang luas sekali, batas dapat diterapkan, namun demikian cakupan
dinyatakan dengan koordinat yang nota yang akan diraih antara lain meliputi
bene adalah imajiner, karena tidak ada (Djais, 2006) pertama prinsip, yaitu
benda fisik yang terlihat. kepemilikan atau common property ,
Perebutan area ini akan sangat rentan dan dinamika. Kedua, tentang isu
rentan terhadap konflik, untuk mengatasi pokok yaitu mencakup tentang konflik,
hal tersebut diatas harus ada kesepakatan integrasi dan perbatasan. Ketiga
antara dua tetangga yang bersebelahan mengenai proses yaitu pengelolaan yang
untuk menentukan batas yang saling mencakup tata ruang laut, hak dan
disepakati. pemanfaatan, sistem informasi kelautan
Untuk hak-hak yang melekat dan organisasi/kelembagaan. Keempat
pada bidang di laut, mungkin masih adalah tindakan yaitu adanya konsensus
perlu kesepakatan dahulu antar instansi yang dibuat selanjutnya akan
yang berwenang dan terkait misalnya menghasilkan suatu kebijakan yang
Badan Pertanahan Nasional (BPN), terkait dengan laut.
Departemen Kelautan dan Perikanan Secara skematis, ruang lingkup kadaster
(DKP), Departemen Dalam Negeri dan laut dapat dilihat pada gambar -1 yang
sebagaiya apakah dimungkinkan untuk berupa diagram alir.
hak milik, hak guna bangunan dan
sebagainya.
Sejauh ini, sepengatahuan
penulis, belum ada sertifikat yang terkait
dengan bidang atau kapling yang
terkait dengan laut. Apabila telah ada
sertifikat tersebut, maka akan ada
kepastian hak tentang kapling tersebut.
Walaupun sertifikat di Indonesia
sifatnyabukan mutlak, tetapi merupakan
bukti kuat,maka sudah cukup untuk
melindungi secara hukum kepemilikan
hak atas kapling laut tersebut.
Kepemilikan Konsensus
Konflik Pengelolaan
(Common Poperty)
Integrasi
Rentan (fragile) Hak Adat
Perbatasa
Dinamis Tata Ruang Laut,
n
Kadaster Laut (Hak Pemanfaatan)
Sistem Informasi Kelautan Kebijakan
Organisasi / Kelembagaan /Peraturan
Pemerintah
(periknan,
pertambanga
n, pelayaran
Ratifikasi UNCLOS
dll.)
Kebijakan (UU/PP) :
UU no. 24/92 : Penatan
Ruang, PP Tata Ruang
Laut
KEBIJAKAN ?
Sumber : Djais , 2006
disertai dengan deskripsi atau uraian. misalnya tambak, rumput laut mutiara
Oleh karena itu untuk mempelajari dan lainnya.
hidrografi akan lebih baik apabila Disamping itu juga adanya bangunan
didahului dengan pengetahuan tentang yang relatip permanen, misalnya bagan-
pengukuran dan pemetaan. bagan untuk keperluan pengeboran
Definisi tentang hidrografi dikemukakan minyak di laut, persil-persil rumah di
oleh Group of Experts on Hydrographic kepulauan, misalnya di propinsi
Surveying and Nautical Charting bahwa kepulauan Riau.
: Dari semua bangunan yang sifatnya
the science of measuring, describing, permanen maupun semi permanen akan
and depecting nature and configuration menempati ruang. Untuk dapat
of the sea bed, geographical relationship mengidentifikasi tempat-tempat tersebut
to landmass, and characteristics and perlu diketahui adanya posisi obyek
dynamics of the sea . tersebut. Tidak hanya posisi saja yang
Secara ringkas dapat dikemukan bahwa perlu diketahui, tetapi juga batas-batas
hidrografi merupakan ilmu pengetahuan area yang ada di sekitar daerah tersebut.
tentang Dari sini dapat dibuat peta sekitar
pengukuran penjelasan, gambaran perairan tersebut yang menyangkut
alamiah dan konfigurasi dasar laut, posisi dan kedalaman, bila perlu.
keterkaitan massa bumi, dan Setelah diidentifikasi obyek tersebut,
karakteristik serta dinamika laut. selanjutnya dipertanyakan adanya hak
apa yang melekat pada bidang atau persil
PEMANFAATAN SURVAI DAN yang ditempati bangunan itu. Dapat juga
PEMETAAN LAUT nantinya berkembang pada pajak yang
Pemanfaaan bidang survai dan akan menjadi kewajiban di tempat ini.
pemetan untuk menyongsong kadaster
Yang dimaksud pajak disini adalah Pajak
laut antara lain dengan membuat
kepastian letak atau posisi suatu obyek Bumi dan Bangunan (PBB). Sangat
atau daerah atau wilayah. mungkin untuk ditarik PBB pada kapling
Posisi ini dapat dilakukan dengan yang dimanfaatkan dan dimiliki (dengan
konvensional maupun yang modern. jenis hak tertentu), namun demikian
Yang dimaksud dengan konvensional tentu harus menunggu peraturan yang
misalnya dengan peralatan teodolit, mendukung tentang penarikan pajak
sextant dan sejenisnya. Untuk peralatan tersebut.
modern misalnya dengan Total Station
maupun Global Positioning System PENUTUP
(GPS). Laut yang merupakan sebagian
Pada daerah yang luas hampir tidak besar wilayah Negara Kesatuan Republik
mungkin dilakukan dengan alat Indonesia, sebagian telah dimanfaatkan
konvensional , misalnya untuk batas untuk berbagai kegiatan dan didirikan
antar kabupaten atau kota dan juga bangunan baik permanen maupun tidak
Propinsi. permanen.
Banyak ruang laut yang dimanfaatkan Bangunan ataupun kegiatan
untuk bangunan ataupun kegiatan, pastilah terletak pada suatu bidang atau
misalnya saja laut dipartisi dikapling) persil (laut) yang merupakan terusan
untuk budidaya rumput laut, alur atau lanjutan dari daratan. Apabila di
pelayaran yang dibuat sendiri oleh rakyat daratan dikenal adanya kadaster,yaitu
/ nelayan agar tidak mengganggu pemberian kepastian secara hukum
budidaya yang mereka usahakan, terhadap tanah yang ditempati untuk
kegitan ataupun bangunan, maka
International Workshop on
Administering the Marine
Environment The Spatial
Dimentions , May 4-7, 2004.
Kuala Lumpur . Malaysia