1411212035-Prili Nessa Amenela
1411212035-Prili Nessa Amenela
Oleh:
1411212035
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan
Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Administrasi Rumah Sakit DR. drg.Viviyanti Azwar, MARS serta kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses pembuatan makalah ini.
kedepannya agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan dan bermanfaat bagi
kita semua.
Juni, 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................5
aerob...................................................................................................................12
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................23
3.1 Kesimpulan....................................................................................................23
3.2 Saran..............................................................................................................23
4
BAB 1 : PENDAHULUAN
Sakit secara langsung menghasilkan limbah. Sumber dari limbah tersebut antara lain
dari pelayanan medis (Rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, rawat darurat,
hemodialysis, kamar jenazah, dan bedah sentral), lalu dari penunjang medis (dapur
dan dari perkantoran serta fasilitas sosial (perkantoran dan administrasi, Asrama
Pegawai, Rumah dinas dan Kafetaria). Limbah Rumah Sakit adalah buangan hasil
proses yang berbentuk padat, cair, dan gas dimana sebagian limbah tersebu
tertentu dan sebagian lainnya sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dengan demikian
yang dimaksud dengan limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
Jenis limbah Rumah Sakit bermacam macam, yaitu limbah padat non medis,
limbah padat medis, limbah cair dan limbah gas. Limbah limbah tersebut tediri dari
limbah yang infeksius dan non infeksius akan diolah menurut pedoman baku yang
ada oleh pihak RS, sedangkan untuk pengolahan radioaktif menjadi kewenangan
Batan, sedangkan pedoman penyimpanan sementara sudah ada dari Bina sarana dan
prasarana. Limbah B3 yang tidak dapat diolah harus ada tempat penyimpanan
instansi/ lembaga pengoalahan libah rumah sakit yang telah memiliki sertifikasi
rekomendasi.
5
1.3 Tujuan
Tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana logistic pengelolaan air limbah
di Rumah sakit sehingga tidak mencemari lingkungan dari mikroorganisme dan zat
zat berbahaya
6
pengelolaan lingkungan hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan. Definisi secara umum yaitu bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi yang sudah tak terpakai lagi, baik dari skala
daya guna lagi limbah bisa sangat membahayakan bila sudah mencemari lingkungan
sekitar terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang tak mudah terurai
olehbakteri pengiurai. Bentuklimbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cai atau
padat.
kimia beracun dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.menurut
limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang berasal dari rumah
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni
air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian
luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan lainya. Air limbah rumah sakit
yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya
7
mengadung senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan
proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang
berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila
air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis, logam
berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya. Oleh karena itu untuk
pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal dari laboratorium
olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya
Keterangan :
ditampung, kemudian diolah secara kimia - fisika, selanjut nya air olahannya
2. Air limbah yang berupa pelarut yang bersifat B3 (Bahan Berbahaya dan
kadaluarsa dll dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi dengan
limbah B3.
3. Khusus dari laundry sebaiknya diberikan pre treatment basin untuk mereduksi
detergen dengan cara pembuatan bak pre treatment atau dengan mixing
4. Air limbah dari ruang isolasi sebaiknya didesinfeksi terlebih dahulu dengan
proses klorinasi
Di dalam pengelolaan air limbah rumah sakit, maka yang perlu diperhatikan
adalah sistem saluran pembuangan air. Saluran air limbah dan saluran air hujan harus
dibuat secara terpisah. Air limbah rumah sakit baik yang berasal dari buangan kamar
mandi, air bekas ccucian, air buangan dapur serta air limbah klinis dikumpulkan ke
bak kontrol dengan saluran atau pipa tertutup, selanjutnya dialirkan ke unit
pengolahan air limbah. Setelah dilakukan pengolahan, air hasil olahannya dibuang ke
saluran umum. Untuk air hujan dapat langsung dibuang kesaluran umum melalui
saluran terbuka.
Pengaruh pada
Sumber air limbah Material material utama
konsentrasi tinggi pada
penanganan biologis
Rawat Inap Material -material organik Antiseptik : beracun
Rawat Jalan Ammonia untuk mikroorganisme
Rawat Darurat Bakteri
Rawat Intensif patogen Antibiotik : beracun
Haemodialisa Antiseptik untuk mikroorganisme
Bedah Sentral Antibiotik
Rawat Isolasi
kesehatan yang lain merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat
potensial karena mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, serta senyawa
kimia lain yang berbahaya serta mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi
kesehatan. Oleh karena itu air limbah tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak
Sedangkan baku mutu air limbah mengacu pada Keputusan Menteri Negara Hidup
No.58 Tahun1995 tanggal 21 Desember 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
mengolah air limbah tersebut. Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang telah
digunakan adalah IPAL dengan sistem anaerob aerob biofilter. Permasalahan yang
sering muncul didalam penggunaan teknologi IPAL sistem tersebut adalah kegagalan
proses dan atau efisiensi pengolahan yang rendah akibat dari desain yang kurang
tepat dan operator IPAL yang kurang memahami proses pengolahan. Di samping
12
kesehatan dengan proses biofilter anaerob aerob, Seluruh air limbah yang berasal
dari beberapa proses kegiatan rumah sakit dialirkan melalui saluran pembuang ke
bak pengumpul kecuali yang mengandung logam berat dan pelarut kimia. Air limbah
yang berasal dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan
selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari kegiatan
dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari limbah domestik non toilet
dialirkan ke bak screen atau bak kontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak penumpul.
Air limbah toilet dialirkan ke tangki septik, selanjutnya air limpasannya (overflow)
dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari laboratorium dilairkan ke
proses pengolahan awal dengan cara pengendapan kimia dan air olahnnya dialirkan
ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke
bak pengumpul. Aliran air limbah dari sumber ke bak pengumpul dilakukan secara
gravitasi sedangkan dari bak penumpun ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem
pemompaan. Dari bak pengumpul, air limbah dipompa ke bak pemisah lemak atau
minyak.
13
Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang
masih tersisa serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan
yang tak dapat terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak
dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak
kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL.
Di dalm unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap
awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi.
Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa
organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung
lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob
(biofilter Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media
14
khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob,
penguraian zat -zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan
dan karbon dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter
anerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Didalam reaktor biofilter aerob diisi
dengan media sambil dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari operasi, pada
inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak
pengendap awal. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak
pengendapan akhir dan air limpasannya dialirkan ke bak khlorinator untuk proses
disinfeksi. Sebagian air di dalam bak pengendap akhir disirkulasikan kembali ke bak
pengendapan awal.
penuh.
2. Seluruh peralatan mekanik dan elektrik harus dipastikan dalam keadaan berjalan
dengan baik.
3. Air limbah yang berasal dari kegiatan rumah saki dialirkan ke bak penampung atau
bak ekualisasi. Bak ekualisasi dilengkapi dengan pompa air limbah yang bekerja
secara otomatis dengan menggunakan Radar atau pelampung air, fungsinya yaitu jika
permukaan air limbah lebih tinggi melampaui batas level minimum maka maka
pompa air limbah akan berjalan dan air limbah akan dipompa ke reaktor biofilter
pada sistem IPAL. Jika permukaan air limbah di dalam bak ekualisasi mencapai level
4. Debit pompa air limbah diatur sesuai dengan kapasitas IPAL, dengan cara
mengatur posisi bukaan valve by pass (lihat Gambar di bawah ini). Debit pompa air
limbah (Q2) diatur sesuai dengan kapasitas IPAL dengan cara mengatur debit Q1
5. Pada saat pertama kali IPAL dioperasikan (Start Up), Reaktor Biofilter harus sudah
6. Setelah itu dilakukan proses aerasi dan proses sirkulasi air dari bak pengendapan
7. Proses pembiakan mikroba dapat dilakukan secara alami atau natural karena di
dalam air limbah domestik sudah mengandung mikroba atau mikroorganisme yang
dapat menguraikan polutan yang ada di dalam air limbah atau dapat pula dilakukan
tumbuh dan menempel pada permukaan media biofilter. Jika proses pembiakan
16
mikroba (seeding) dilakukan dengan memberikan benih mikroba yang sudah jadi ,
9. Pertumbuhan mikroba secara fisik dapat dilihat dari adanya lapisan lendir atau
10. Proses disinfeksi atau pembunuhan kuman yang mungkin masih ada didalam air
hasil olahan IPAL dilakukan dengan memberikan khlor tablet kedalam Khlorinator.
Jika khlor tablet di dalam khlorinator sudah habis harus diisi kembali
Sedapat mungkin tidak ada sampah padat (plastik, kain, batu, softex, dll) yang
Diusahakan sedapat mungkin tidak ada limbah dari bengkel ( bahan bakar atau olie)
Bak kontrol harus dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali atau lebih
padat.
Menghindari masuknya zat -zat kimia beracun yang dapat menggaggu pertumbuhan
mikroba yang ada di dalam biofilter misalnya, cairan limbah perak nitrat, merkuri
Perlu dilakukan pengurasan lumpur pada bak ekualisasi dan bak pengendapan
awal secara periodik untuk menguras lumpur yang tidak dapat terurai secara biologis.
kebutuhan.
Perlu dilakukan perawatan rutin terhadap pompa pengumpul, pompa air limbah,
Perawatan rutin pompa dan blower udara dapat dilihat pada buku operasional dan
pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit atau fasilias layanan kesehatan dengan
menyebabkan resiko baik berupa kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko
kerugian ekonomi. Hal ini disebabkan dalam pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
akan melakukan tindakan kerja, menggunakan bahan berbahaya daan beracun seperti
minyak, bahan kimia dll. Untuk itu, pada bangunan dan area lokasi IPAL serta
berguna untuk meminimalisir resiko yang timbul. Sistem tanggap darurat yang perlu
dilengkapi meliputi :
Kebakaran pada pengoperasian IPAL sering kali terjadi disebabkan oleh konslet arus
listrik akibat pemilihan instalasi yang tidak berkualitas, kerusakan akibat gigitan
tikus, tumpahan bahan bakar dll. Untuk itu, dalam bangunan IPAL perlu :
menggunakan bahan kimia yang bersifat dapat mudah terbakar, reaktif dan
korosif. Untuk itu terhadap bahan kimia tresebut perlu dilakukan sebagai
berikut:
20
Safety Data Sheet) pencegahan tumpahan bahan kimia IPAL seperti kaporit
untuk desinfeksi.
maka guna mencegah dan meminimalisir dampak yang terjadi, perlu dilakkan
hal-hal sbb :
6. Pelatihan karyawan
Reaksi cepat dan tepat perlu diterapkan dalam pengoperasian IPAL guna untuk
mencegah dan mengendalikan dampak akibat keadaan darurat IPAL. Peran operator
dalam kondisi ini akan menempati posisi strategis. Untuk itu, maka terhadap operator
IPAL yang dilakukan secara terus menerus, dan dilakukan secara berkala dalam
periode tertentu per satuan waktu seperti mingguan, bulanan dan tahunan. Hal ini
sangat bergantung pada seberapa besar pengaruh aspek yang dimonitor tersebut
terhadap keberlangsungan proses IPAL. Aspek yang perlu dilakukan monitoring dari
IPAL sistem anaerobik aerobik biofilter ini meliputi monitoring terhadap sistem,
kondisi dan fungsi peralatan IPAL yang merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi.
meliputi :
sebagai berikut :
22
Kesehatan Provinsi/Kabupaten)
Misal : Lab. Dinkes, Lab. BTKL, Lab. BPLHD, Lab. Swasta yang terakreditasi dll
Sampel dikirim ke laboratorium yang terdiri dari sampel air limbah influen dan
efluen yang masing masing sebanyak 2 liter. Pengambilan sampel harus sesuai
dengan Standar yang berlaku atau SOP pengambilan sampel limbah cair (untuk
Gunakan parameter standar limbah RS secara nasional atau yang berlaku di daerah
setempat.
Baku mutu air limbah mengacu pada baku mutu nasional sesuai dengan Keputusan
MenLH No. 58 Tahun 1995 (Lampiran B) atau baku mutu wilayah yang ditetapkan
3)Membandingkan kondisi dan fungsi peralatan IPAL dengan data teknis yang
4)Analisis kecenderungan atas fluktuasi debit, efisiensi, beban cemaran dan satuan
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fasilitas pelayanan kesehatan dapat menghasilkan air limbah/limbah cair dan juga
limbah padat medis serta klinis yang sebagian bersifat infeksius. Upaya pengelolaan
dengan berbagai proses pengolahan bertujuan agar limbah yang dibuang (efluen)
pengolahan melalui berbagai macam cara, baik yang sederhana hingga pengolahan
yang lengkap dan terpadu. Dengan keadaan tersebut maka fasilitas pengolahan yang
operasionalisasi dengan lebih baik agar dapatdicapai hasil efluen lebih optimal serta
tersebut.
3.2 Saran
Perlu adanya manajemen yang baik agar limbah air di Rumah sakit tidak mencemari
lingkungan sehingga peralatan logistic di IPAL harus dipelihara dan dirawat dengan
baik agar umur pemakaian alatnya bertahan lama, sehingga dapat mengefisenkan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/pedoman-teknis-ipal-2011.pdf
2. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/74341/Prehatin
%20P_Gambaran%20Pengelolaan%20Limbah_%28FKM%29.pdf?
sequence=1
3. Siregar A.2005. instalasi pengelolaan air limbah. Yogyakarta: kanisius
4. https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/pedoman-
penatalaksanaan-pengelolaan-limbah-padat-dan-cair.pdf