Anda di halaman 1dari 14

Tugas Mandiri Profesi Kependidikan Ke-1

Konsep Profesi Keguruan

Disusun Oleh:

Sukriani
1505015050/ Reg B 2015

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman

2017
Tema : Konsep Profesi Keguruan

Hari/Tanggal : Senin, 11 Maret 2017

Tempat : Dirumah, Jalan Muso Salim Gang. 7 No.21 Rt.25

Buku Rujukan : 1. Soetjipto, dkk. Proesi Keguruan


2. Kosasi Raflis, soetjipto. 2009. Profesi Keguruan

3. Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya


Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan

.
PEMBAHASAN

Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan


penguasaan pengetahuan khusus yang mendalam.Profesi kependidikan dalam hal
ini, guru merupakan suatu profesi karena dia memiliki 6 ciri-ciri yang telah
dibahas sebelumnya. Jadi dapat kita simpulkan pengertian dari profesi
kependidikan/keguruan adalah keahlian khusus dalam bidang pendidikan,
pengajaran,dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan (guru) serta menuntut
keprofesionalan pada bidang tersebut.
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan
secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu
adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan
perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus
memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik
Robert W.Rickey dalam Djam an Satori dkk(2003:119) mengemukakan ciri-
ciri profesi keguruan sebagai berikut :
a. Bahwa para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan
kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi.
b. Bahwa para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai
persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat
untuk menjadi anggota organisasi guru.
c. Bahwa para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta ketrampilan yang
tinggi dalam hal bahan ajar, metode, anak didik dan landasankependidikan.
d. Bahwa para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional
yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu
mengikuti perkembangan yang terjadi.
e. Bahwa para guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus,
workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam
berbagaikegiataninservice.
f. Bahwa para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a lifecareer).
g. Bahwa para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional
maupun lokal.

A. Syarat Dalam Profesi Keguruan


Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba
menyusunnya. Misalnya National Education Associatiaon (NEA) (1948)
menyaratkan kriteria berikut:
1. Jabatan Yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya
yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual.Selanjutnya, kegiatan
yang dilakukan anggota profesi adalah dasar bagi persiapan dari semua
kegiatan professional lainnya. Oleh karena itu mengajar sering disebut ibu
dari segala profesi (Stinnett dan Huggett dalam Soetjipto dan Kosasi,
2004:18)
2. Jabatan Yang Menggeluti Suatu Batang Tubuh Ilmu Yang Khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yamg memisahkan
anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan
pengawasan tentang jabatannya.Anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu
yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang
ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan tentang bidang
ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan (Ornstein dan Levine,
dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:19)
3. Jabatan Yang Memerlukan Persiapan Profesional Yang Lama
Terdapat perselisihan pendapat mengenai hal yang membedakan jabatan
professional dan non-profesional antara lain adalah dalam penyelesaian
pendidikan melalui kurikulum. Pertama, yakni pendidikan melalui perguruan
tinggi disediakan untuk jabatan professional, sedangkan yang kedua yakni
pendidikan melalui pengalaman praktek bagi jabatan non-profesional
(Ornstein dan Levine, 2004:21)
4. Jabatan Yang Memerlukan Latihan Dalam Jabatan Yang Berkesinambungan
Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan
professional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan kegiatan latihan
profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tidak.Justru
disaat sekarang ini bermacam-macam pendidikan profesional tambahan
diikuti guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang ditetapkan.
5. Jabatan Yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan Yang Permanen
Diluar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen
merupakan titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah
jabatan profesional. Banyak guru baruyang hanya bertahan selama satu atau
dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja
kebidang lain yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
6. Jabatan Yang Menentukan Baku (Standarnya) Sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri. Baku
jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak
lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan
swasta.
7. Jabatan Yang Lebih Mementingkan Layanan Diatas Keuntungan Pribadi
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai social yang
tinggi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan
yang lebih baik dari warga Negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal
secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh
keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan
ekonomi atau keuangan.
8. Jabatan Yang Mempuyai Organisasi Profesional Yang Kuat Dan Terjalin Erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang
kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya.
Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal
lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Seluruh
Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman
kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas, dan ada pula Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana
pendidikan.

B. Kode Etik Dalam Profesi Keguruan


Adapun kode etik guru Indonesia adalah :
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

C. Fungsi dari Kode Etik Profesi Keguruan


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan
dan pengembangan bagi profesi .fungsi seperti itu sama seperti apa yang
dikemukakan Gibson dan Michel(1945-449)yang lebih mementingkan pada kode
etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi
masyarakat sebagai seorang professional.
Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun(1992) mengemukakan:
1) Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
2) Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyrakat ,
dan pemerintah
3) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya.
4) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur
hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan
masyrakat serta dengan misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna(1986-364)bahwa
pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai
penghubung serta saling mendukung dalam bidang mendidik peserta didik.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa
helping relationship(brammer,1979),yaitu hubungan yang bersifat membantu
dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan
peserta didik.
Etika hubungan guru dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya
kepercayaan.bahwa guru percaya kepada pimpinannya dalam member tugas dapat
dan sesuai kemampuan serta guru percaya setiap apa yang telah dikerjakan
mendapatkan imbalan dan sebaliknya pimpinan harus yakin bahwa tugas yang
telah diberikan telah dapat dilaksanakan. Guru sangat perlu memelihara hubungan
baik dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Guru juga harus
menghayati apa saja yang menjadi tanggung jawab tugasnya.

D. Organisasi Dalam Keguruan


Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, ada lagi organisasi
profesional resmi di bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga yaitu Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-divisi
antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia ( HSPBI), dan lain-lain (Soecipto, 2004: 36-37).
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah
nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

a. Tujuan utama pendirian PGRI adalah:


1) Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi
perjuangan).
2) Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan
(organisasi profesi). Pendirian PGRI sama dengan EI: education as
public service, not commodity.
3) Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib
buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
b. Makna Visi PGRI adalah:
1) Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
2) Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3) Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4) Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin
terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
5) Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
6) Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
kependidikan.
7) Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan
guru dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan hukum.
c. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
1) Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi
bagi guru.
2) Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan
kepada masyarakat.
3) Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
4) Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi,
dan akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5) Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra
dengan PGRI.
6) Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan
di semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan
pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.
7) Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak
lembaga dan badan khusus.
8) Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-
lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang
pendidikan, dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan.
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru
mata pelajaran yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang
berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar
pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai
praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan
forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu
wilayah kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
a. Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah:
1) Tujuan umum:
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan
inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru.
2) Tujuan khusus:
a) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran
dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
b) Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat
proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan,
mencerdaskan siswa.
c) Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
b. Peranan MGMP menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) yaitu:
1) Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
2) Mengakomodasi aspirasi masyarakat atau stokeholder dan siswa
3) Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
4) Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
c. Fungsi MGMP
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah
1) Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
2) Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin,
baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
3) Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di
kelas sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan
mutu pendidikan di sekolah.

3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi
profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut
komunikasi antaranggotanya.Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama
sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di
seluruh Indonesia;
b) Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
c) Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan
dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa
dan negara;
d) Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam
bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan;
e) Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota;
f) Meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan
g) Menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi
Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan.Yang
tlah ada himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial
Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain
sebagainya.
4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi
profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat
memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam
menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru
pembimbing.Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se-
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan
sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.Secara
rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah
sebagai berikut ini:
a) Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b) Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan
pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
c) Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai
disiplin, maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga
IPBI, 1975).
d) Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat
kegiatan, yaitu:
1) Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2) Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3) Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-
lembaga lain, baik dalam maupun luar negeri; dan
4) Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
KESIMPULAN
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau
bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi,
profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual (Danin, 2002).
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba menyusunnya.
Misalnya National Education Associatiaon (NEA) (1948) menyaratkan kriteria
berikut:
1. Jabatan Yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
2. Jabatan Yang Menggeluti Suatu Batang Tubuh Ilmu Yang Khusus
3. Jabatan Yang Memerlukan Persiapan Profesional Yang Lama
4. Jabatan Yang Memerlukan Latihan Dalam Jabatan Yang Berkesinambungan
5. Jabatan Yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan Yang Permanen
6. Jabatan Yang Menentukan Baku (Standarnya) Sendiri
7. Jabatan Yang Lebih Mementingkan Layanan Diatas Keuntungan Pribadi
8. Jabatan Yang Mempuyai Organisasi Profesional Yang Kuat Dan Terjalin Erat
Adapun kode etik guru Indonesia adalah :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai