Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI PROFESI KEPENDIDIKAN KE-6

PROGRAM BIMBINGAN JENJANG PENDIDIKAN

Sukriani
1505015050/ Reg B 2015

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman
2017
Tema : Program Bimbingan Jenjang Pendidikan
Hari/Tanggal : Minggu, 12 Maret 2017
Tempat : Dirumah, Jalan Muso Salim Gang. 7 No.21 Rt.25
Buku Rujukan : 1. Salahudin, Anas:Bimbingan & Konseling
2. A.Hellen :Bimbingan dan konseling
3. Winkel, W.S dan M. M Sri Hastusi : Bimbingan dan Konseling
di Institusi Pendidikan.

PEMBAHASAN
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun
dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (klein) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klein.
Apabila pelayanan bimbingan dan konseling memasuki upaya penanganan
masalah klein, maka pemahaman terhadap masalah klein merupakan suatu yang wajib
adanya. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak
mungkin dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klein itu terutama menyangkut
jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut pautnya, sebab-sebabnya, dan kemudian
perkembangannya.
Pemahaman masalah oleh individu (klein) sendiri merupakan modal dasar bagi
pemecahan masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan bimbingan dan
konseling diharapkan mampu menghantarkan klien memahami masalah yang
dihadapinya. Apabila pemahaman masalah klien oleh klien sendiri telah tercapai,
adanya pelayanan bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi
pemahaman dengan baik
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell
(1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan
layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu: Faktor
pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan perlengkapan , metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan
sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi,
1977).
Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program
bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak
keuntungan, seperti :
a.Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan
menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
b.Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang
dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan
bimbingan yang diperlukan.
c.Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami perannya masing-
masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya
secara tetap.
d.Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna
untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya.
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah
seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut :
a. Tahap persiapan
Langkah ini dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan
dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk
melaksanakan program bimbingan . kegiatan ini dimaksudkan untuk
menentukan langkah awal pelaksanaan program.
b. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh
pemimpin sekolah.Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang
perlunya program bimbingan, serta merumuskan arah program yang akan
disusun.
c. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
Panitia ini bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun ,
mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka
dasar dari program bimbingan yang akan disusun.
d. Pembentukkan panitia penyelenggara program
Panitia ini bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan
melaksanakan sistem pencatatan, dan melatih para pelaksana program
bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Melalui empat langkah
tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan baik.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah seharusnya dilaksanakan secara
terus menerus, mulai dari jenjang pendidikan terendah (taman kanak-kanak)
sampai jenjang pendidikan tertinggi (perguruan tinggi). Secara ideal kegiatan
tersebut seharusnya berkesinambungan. Meskipun demikian layanan bimbingan
tersebut mempunyai penekanan-penekanan yang berbeda-beda untuk setiap
jenjang pendidikan. Hal ini mengingat kebutuhan dan perkembangan anak untuk
setiap jenjang pendidikan juga berbeda. Winkel (1991) memberikan rambu-
rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan ditingkat
pendidikan tertentu, yaitu :
a. Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan disekolah dasar, jelas berbeda dengan tujuan pendidikan di
sekolah menengah pertama, dan seterusnya.
b. Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
pada tahap perkembangan tertentu.
c. Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d. Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e. Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan, seperti
bimbingan kelompok atau bimbingan individual bimbingan pribadi,
bimbingan akademik atau bimbingan karier, dan sebagainya.
f. Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalnya
konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.
a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya
ditekankan pada :
a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam
menjalin hubungan social dengan teman sebayanya.
b) Bimbingan pribadi.
Di samping itu, bimbingan untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan psikologis, seperti pemberian kasih sayang
dan perasaan aman.
b. Program bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah
dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas
perkembangan mereka antara lain mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya
dengan bertanggung jawab; dapat berbuat dengan cara-cara yang
diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya,
mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan
dengan membentuk kata hati (Winkel, 1991). Disamping itu, program
bimbingan hendaknya mengacuh kepada tujuan umum di SD yaitu
memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, menikmati
kesehatan jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja
dimasyarakat, dan mengembangkan diri sesuai dengan asa pendidikan
seumur hidup. Dengan demikian arah penyusunan program bimbingan
disekolah dasar tidak terlepas dari usaha pencapaian tugas-tugas
perkembangan anak-anak usia disekolah dasar.
Berkenan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar,
Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, seperti :
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada
aktivitas aktivitas belajar.
b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seandainya
ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal
akibatnya.
c) Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada teman
sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu kompleks.
Dalam melaksanakan konseling di sekolah perlu dilibatkan semua
tenaga pendidik yang ada, terutama dalam hal pembentukan sikap.
Layanan bantuan lebih banyak menggunakan kunci dalam kegiatan
bimbingan itu adalah guru kelas.
c. Program bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP
hendaknya berorientasi kepada :
a) Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka
mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchel, 1981). Pada
usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (per group), maka
program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan sosial.
c) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia
12-15 tahun.
d) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia
ataupun pekerjaan.
d. Program bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas-tugas perkembangan pada
usia remaja (siswa SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai :
1. Kematangan emosional
2. Kemantapan minat terhadap lawan jenis
3. Kematangan sosial
4. Kebebasan diri dari kontrol orang tua
5. Kematangan intelektual
6. Kematangan dalam pemilihan pekerjaan
7. Efisiensi penggunaan waktu luang
8. Kematangan dalam memahami falsafah
9. Kematangan dalam kemampuan mengidentifikasikan diri.
Dengan demikian, program dan konseling di SLTA hendaknya dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga
mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut. Oleh sebab itu,
program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada :
a) Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa menuntut seseorang
untuk lebih mandiri, dan berdisiplin diri(self dicipline). Mereka dituntut
untuk mampu mengembangkan sikap membina ilmu demi kemajuan
bangsanya (Win Mereka hendaknya mampu mengembangkan
kepribadiannya sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki dan mampu
merencanakan masa depan sesuai dengan keadaan dirinya.
Oleh sebab itu, arah program bimbingan di perguruan tinggi agak
berbeda dengan program yang ada di lembaga pendidikan yang lebih
rendah (sekolah). Hal ini disebabkan karena adanya hal-hal yang lebih
spesifik dalam perkembangan diri mahasiswa. Pola berpikirnya sudah
lebih matang dan mereka berusaha mencurahkan segala tenaga dan
pikirannya untuk memecahkan berbagai masalah (ekonomi, pekerjaan
tuntutan akademik, masalah perkawinan).
Disamping itu, mahasiswa juga dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan pola kehidupan kampus dan diluar kampus. Pola kehidupan
kampus lebih menekankan kepad aspek akademik, seperti cara belajar
mandiri, cara mengatur waktu, menimbulkan motivasi belajar, memilih
program studi dan menjalin hubungan sosial. Masalah-masalah diluar
kampus yang mungkin timbul adalah masalah biaya pendidikan, fasilitas
belajar, tempat tinggal, makana yang bergizi, dan sebagainya (Winkel,
1991).
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila
diarahkan kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan diatas.
Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendajnya
berorientasi kepada :
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat
akademik.
2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

KESIMPULAN
Program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan
layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri. Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh angkah-
langkah seperti tahap persiapan, pembentukan panitia sementara untuk
merumuskan program bimbingan, Pembentukkan panitia penyelenggara program.

Anda mungkin juga menyukai