Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial,


emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Ini telah banyak
dibuktikan dalam berbagai penelitian, diantaranya penelitian longitudinal oleh
Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun
pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun
waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18
tahun.
Penelitian lain mengenai kecerdasan otak menunjukkan fakta bahwa untuk
memaksimalkan kepandaian seorang anak, stimulasi harus dilakukan sejak 3
tahun pertama dalam kehidupannya mengingat pada usia tersebut jumlah sel
otak yang dipunyai dua kali lebih banyak dari sel-sel otak orang dewasa.
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok
Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh
anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional. Melalui kegiatan
SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi
buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk,
penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui
kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan,
kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan
penyimpangan mental emosional.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu

1
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap.
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada
anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai
dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu
atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kegunaan dari deteksi dini?
2. Bagaimana cara mendeteksi penyimpangan perkembangan dan pertumbuhan
anak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegunaan deteksi dini.
2. Untuk mengetahui cara mendeteksi pemyimpangan tumbuh kembang anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah upaya penyaringan yang

dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang

secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya

kelainan tumbuh kembang tersebut.

Sedangkan intervensi maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan

segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang

sesuai dengan keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan

atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat

mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya.

Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang

yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan mengetahui

penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-upaya

pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat

dibenarkan dengan ini yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka

proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan

tercapai.

Jadi deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan

secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang

3
dan mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial)

pada balita, yang disebut juga anak usia dini.

2. Kegunaan Deteksi Dini

Kegunaan deteksi dini adalah untuk mengetahui penyimpangan

tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya

stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan

indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh

kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur

perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh

kembang yang optimal.

3. Alat untuk Melakukan Deteksi Dini

Alat untuk deteksi dini berupa tes skrining yang telah distandardisasi

untuk menjaring anak yang mempunyai kelainan dari mereka yang normal

((Tim Dirjen Pembinaan Kesmas , 1997). Tes skrining yang peka, dapat

meramalkan keadaan anak dikemudian hari. Oleh sebab itu diperlukan

kepekaan dari petugas yang melakukan deteksi dini, dalam hal ini kader

Posyandu.

Macam-macam tes skrining yang digunakan adalah:

1. Pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/ U)

Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan

keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu

Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik

pertumbuhannya dan dilakukan interefensi jika terjadi penyimpangan.

4
2. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (PLKA)

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui perkembangan otak

anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila

ada hambatan pada perkembangan tengkorak maka perkembangan otak

anak juga terhambat. PLKA dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantau

perkembangan kecerdasan anak.

3. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang

tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan

perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun. Untuk tiap

golongan usia terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh. KPSP

dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hambatan dalam

perkembangan anak. Namun hasil yang negatif tidak selalu berarti bahwa

perkembangan anak tersebut tidak normal, tetapi hal ini menunjukkan bahwa

anak tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk jumlah jawaban

Ya kurang atau sama dengan enam, maka anak tersebut harus dirujuk ke

ahli.

4. Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)

KPAP adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai

alat untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku anak prasekolah,

sehingga dapat segera dilakukan tindakan untuk mengantisipasinya. KPAP

diberikan kepada anak usia prasekolah atau 3-6 tahun. Dalam KPAP terdapat

30 perilaku yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak. Jika

5
didapatkan hasil nilai lebih atau sama dengan sebelas, maka anak perlu

dirujuk.

5. Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan Mata (TKM) bagi Anak Prasekolah.

TDL dan TKM bagi anak prasekolah (3-6 tahun) adalah alat untuk memeriksa

ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan usia tersebut.

Dengan demikian dapat segera ditentukan interfensi sehingga membuat anak

lebih siap untuk masuk sekolah dan belajar tanpa adanya gangguan

kesehatan mata.

B. Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak


prasekolah dilakukan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor dan
program. Tindakan koreksi dilakukan untuk mencegah masalah agar tidak
semakin berat dan apabila anak perlu dirujuk, maka rujukannya harus dilakukan
sedini mungkin sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah,
pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau kelompok
masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan
sehari-hari.

6
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

C. Faktor Genetik Tumbuh Kembang Anak


1. Faktor Keluarga

Penyakit Generik yang dapat didiagnosa selama masa kehamilan antara

lain :

Sindroma down
Sindroma Turner
Thalasemia.
2. Faktor lingkungan

Dalam deteksi dini memerlukan data data konkrit dari macam-macam

perjalanan suatu penyakit yang berbeda-beda di masyarakat.

3. Tanda-tanda Tumbuh Kembang fisik diamati dengan :

Pertambahan besar ukuran-ukuran anthropometrik dan gejala / tanda

lain pada rambut, gigi geligi, otot, kulit, jaringan lemak, darah dll.

7
D. Langkah-langkah Deteksi Dini
1. Riwayat Medis

Penilaian perkembangan

05 : KMS, lingkar lengan, DDST, imunisasi, gizi


5 12 : sekolah. Ortu
13-18 : sekolah, ortu
2. Penilaian lingkungan rumah
3. Evaluasi penglihatan, pendengaran
4. Berbicara, berbahasa
5. Pemeriksaan fisik, periodik
6. Neurologik
7. Intelegensi

E. Cara Anak Berkembang Dan Belajar

Anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila:

1. Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya


terpenuhi.
2. Anak mengkonstruksi pengetahuan.
3. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-
anak lainnya.
4. Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah
putus yang mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi,
pencarian, dan akhirnya ke penggunaan.
5. Anak belajar melalui bermain.
6. Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi.
7. Unsur variasi individual anak diperhatikan.

Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip perkembangan dan belajar anak

secara umum, melalui penelusuran berbagai referensi dan temuan-

8
temuan ilmiah yang sangat komprehensif, akhirnya sampai pada

kesimpulan sebagai berikut :

Ranah-ranah perkembangan anak: fisik, sosial, emosional, dan kognitif-


saling terkait secara erat. Perkembangan dalam satu ranah berpengaruh
dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam ranah-ranah yang lain.

Perkembangan dalam satu ranah dapat membatasi atau memfasilitasi

perkembangan yang lain. Misal, keterampilan bahasa anak

mempengaruhi abilitasnya untuk membangun hubungan sosial dengan

orang lain; begitu juga keterampilan interaksi sosialnya dapat mendukung

ataun menghambat perkembangan bahasanya. Ini mengimplikasikan

bahwa pendidik perlu sadar akan dan menggunakan saling keterjalinan ini

dalam cara-cara yang membantu anak berkembang secara optimal dalam

seluruh bidang perkembangan dan yang membuat hubungan yang

bermakna antar ranah perkembangan tersebut.

Perkembangan terjadi dalam suatu urutan yang relatif berurutan, dan


abilitas, keterampilan, serta pengetahuan selanjutnya dibangun
berdasarkan apa yang sudah diperoleh terdahulu.

Penelitian tentang perkembangan manusia mengindikasikan bahwa

urutan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif stabil dan dapat

diprediksi terjadi pada anak selama masa usia dini. Perubahan--

perubahan yang dapat diprediksi terjadi dalam seluruh ranah

perkembangan-fisik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif-walaupun

manifestasi dari cara-cara perubahan tersebut serta makna yang melekat

pada perubahan tersebut bisa bervariasi dalam konteks kultur yang

berbeda.

9
Pengetahuan tentang perkembangan anak ini memberikan kerangka

acuan umum bagi guru dalam menyiapkan lingkungan belajar,

merencanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran kurikulum yang

realistik, serta pengalaman-pengalaman belajar yang tepat.

Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak


dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.

Variasi individual sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi, yakni

variabilitas dari rata-rata perkembangan dan keunikan masing-masing

individu sebagai individu. Masing-masing anak merupakan pribadi yang

unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individualnya, dan juga bersifat

individual dalam hal kepribadian, temperamen, gaya belajar, serta latar

belakang pengalaman dan keluarga. Dengan adanya sejumlah variasi di

antara anak yang berusia kronologis sama, usia anak harus diakui

terbatas sebagai indeks kasar tentang kematangan perkembangan. Lebih

lanjut, pengakuan akan variasi individual menuntut bahwa keputusan-

keputusan tentang kurikulum dan interaksi guru-anak sejauh mungkin

diindividualisasikan. Penekanan pada ketepatan individual tidak sama

dengan "individualism". Alih-alih, pengakuan ini menuntut bahwa anak

dipertimbangkan tidak semata-mata sebagai anggota dari kelompok

seusianya, yang diharapkan berperikau sesuai dengan norma kelompok

yang sudah ditentukan, tanpa adaptasi akan variasi individual.

Pengalaman-pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda


terhadap perkembangan anak. Periode-periode optimal terjadi untuk tipe
perkembangan dan belajar tertentu.

10
Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti

bahwa jika suatu pengalaman terjadi secara jarang, maka pengalaman itu

bisa memiliki sedikit pengaruh. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut

terjadi dengan sering, maka pengaruhnya bisa kuat, kekal, dan bahkan

semakin bertambah. Pengalaman awal juga dapat memiliki pengaruh

yang tertunda terhadap perkembangan berikutnya. Misalnya, suatu upaya

pembentukan perilaku yang bersandar pada ganjaran-ganjaran ekstrinsik

(seperti permen atau uang), suatu strategi yang bisa sangat efektif untuk

jangka pendek, dalam kondisi tertentu dapat mengurangi motivasi intrinsik

anak dalam jangka waktu yang lama. Lebih lanjut, pada periode tertentu

dari masa kehidupan, beberapa jenis belajar dan perkembangan terjadi

sangat efisien. Misalnya, tiga tahun pertama kehidupan tampak menjadi

periode yang optimal bagi perkembangan bahasa. Dan walaupun

ketertundaan perkembangan bahasa (karena defisit secara fisik atau

lingkungan) dapat diperbaiki lebih lanjut, intervensi tersebut biasanya

memerlukan upaya yang berat. Sama halnya, usia-usia prasekolah

tampak optimum bagi perkembangan gerak-gerak motorik yang

fundamental. Pada sisi lain, anak yang pengalaman-pengalaman motor

awalnya sangat terbatas bisa memerlukan upaya keras untuk

memperoleh kompetensi fisik dan juga bisa mengalami pengaruh-

pengaruh tertunda ketika mencoba berpartisipasi dalam olah raga atau

aktivitas-aktivitas kebugaran dalam hidup selanjutnya.

Perkembangan berlangsung dalam arah-arah yang dapat diprediksi ke


arah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat.

11
Belajar selama usia dini berlangsung dari pengetahuan behavioral ke

pengertahuan simbolik atau representasional. Misalnya, anak sudah

belajar mengitari rumah dan setting keluarga lainnya jauh sebelum

mereka memahami konsep kata kiri dan kanan atau membaca peta

rumah. Ini mengimplikasikan perlunya memberikan kesempatan kepada

anak untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan behavioral

mereka dengan menyediakan sejumlah pengalaman langsung dan

dengan membantu anak memperoleh pengetahuan simbolik melalui

representasi pengalaman mereka dalam sejumlah media seperti gambar,

konstruksi model, bermain dramatik, deskripsi verbal dan tertulis.

Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks


sosial dan kultural yang majemuk.

Menurut model ekologis, perkembangan anak sangat baik dipahami

dalam konteks sosiokultural keluarga, setting pendidikan, dan masyarakat

yang lebih luas. Konteks yang bervariasi tersebut saling berikorelasi dan

semuanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Pemahaman

ini menuntut guru untuk belajar tentang kultur mayoritas anak yang

mereka layani jika kultur mereka berbeda dengan kulturnya. Namun,

mengakui bahwa perkembangan dan belajar dipengaruhi oleh konteks-

konteks sosial dan kultural tidak menuntut guru untuk memahami semua

nuansa-nuansa (perbedaan-perbedaan yang sangat kecil) dari setiap

kelompok kultural yang ia hadapi dalam kerjanya, ini merupakan tugas

yang tidak mungkin.

Anak adalah pembelajar akfif, mengambil pengalaman fisik dan sosial


serta juga pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk

12
mengkonstruk pemahaman mereka sendiri tentang lingkungan sekitar
mereka.

Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya sendiri di

saat mereka berupaya memaknai pengalaman sehari-harinya di rumah,

sekolah, dan di masyarakat. Sejak lahir, anak secara aktif terlibat dalam

mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri dari pengalaman mereka,

dan pemahaman ini diperantarai oleh dan secara jelas terkait dengan

konteks sosiokultural.

Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan


biologis dan lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun
sosial tempat anak tinggal.

Manusia merupakan produk dari keturunan dan lingkungan, dan

kekuatan-kekuatan ini saling berinterelasi. Kaum behavioris berfokus

pada pengaruh-pengaruh environmental sebagai penentu belajar,

sementara kaum maturationis menekankan hamparan yang sudah

ditentukan sebelumnya, yakni karakteristik heriditas. Masing-masing

perspektif sampai tarap tertentu benar, namun tak ada satu perspektif pun

yang memadai untuk menjelaskan belajar atau perkembangan. Dewasa

ini, perkembangan lebih sering dipandang sebagai hasil proses interaktif

transaksional antara individu yang tumbuh-berubah dan pengalaman-

pengalamannya dalam dunia sosial dan fisik.

Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial,


emosional, dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan
anak.

13
Aktivitas bermain anak merupakan konteks yang sangat mendukung

proses perkembangan. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk

memahami lingkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara-cara

sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosi, serta mengembangkan

kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Aktivitas bermain anak memberi

orang dewasa wawasan tentang perkembangan anak dan kesempatan

untuk mendukung perkembangan dengan strategi-strategi baru.

Vygotsky meyakini bahwa bermain mengarahkan perkembangan.

Bermain memberikan suatu konteks bagi anak untuk mempraktekkan

keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga untuk berfungsi

pada puncak kapasitas mereka yang berkembang untuk mengambil

peran-peran sosial baru, mencoba tugas-tugas baru dan menantang, dan

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Selain itu untuk

mendukung perkembangan kognitif, bermain memainkan fungsi-fungsi

penting dalam perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak. Anak

mengekspresikan dan merepresentasikan ide-ide, pikiran, dan perasaan

mereka ketika terlibat dalam bermain simbolik. Selama bermain anak

dapat belajar mengendalikan emosi, berinteraksi dengan yang lain,

memecahkan konflik, dan memperoleh rasa berkemampuan. Melalui

bermain, anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas

anak. Karena itu, bermain yang diinisiasi oleh anak dan didukung oleh

guru merupakan komponen yang esensial dari pembelajaran berorientasi

perkembangan.

Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan


untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh

14
dan juga ketika mereka mengalami tantangan di atas level
penguasaannya saat ini.

Anak akan cenderung malas dan tidak termotivasi bila dihadapkan

pada kegiatan yang terlalu mudah dan tidak menantang. Sebaliknya,

kegiatan yang terlalu sulit dan membuat anak selalu gaga) akan

mendorongnya mengalami frustrasi. Pemahaman ini didasarkan pada

pemikiran bahwa perkembangan dan belajar adalah proses dinamis yang

mempersyaratkan orang dewasa memahami kontinum itu. Guru atau

pendidik lainnya perlu mengamati anak dengan cermat untuk

mencocokkan kurikulum dan pembelajaran dengan kompetensi,

kebutuhan, dan minat anak yang muncul, clan kemudian membantu anak

beralih dengan mentargetkan pengalaman-pengalaman yang menantang

mereka, tetapi tidak membuat mereka frustrasi.

Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar


yang berbeda serta cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan
apa yang mereka tahu.

Para ahli tenang belajar dan para ahli psikologi perkembangan telah

mengakui bahwa manusia memahami lingkungan dengan banyak cara

dan bahwa individu cenderung memiliki cara belajar yang lebih disukai

atau lebih kuat. Prinsip perbedaan modalitas ini mengimplikasikan bahwa

guru harus menyediakan tidak hanya kesempatan bagi individu anak

untuk menggunakan cara-cara belajar yang disukainya serta

mempergunakan kekuatan-kekuatannya, tetapi juga kesempatan untuk

membantu anak mengembangkan mode-mode atau kapabilitasnya yang

kurang kuat.

15
Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas
yang dirasa aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisiknya, dan dirasa aman secara psikologis.

Kondisi seperti ini akan mendorong anak untuk berekspresi dan

beraktualisasi secara optimal. Anak memiliki keleluasaan untuk bergerak,

berperilaku, dan menyatakan pendapat tanpa terbebani dengan tekanan-

tekenan psikologis. Begitu pun keamanan fisiknya terjamin sehingga ia

bisa terhindar dari hal-hal yang bisa membahayakan. Karena itu, praktek-

praktek pendidikan yang berorientasi perkembangan memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan fisik, sosial, dan emosional serta juga

perkembangan intelektualnya.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegunaan deteksi dini adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan
upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Intervensi dini penyimpangan perkembangan anak tujuan intervensi dan
rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan
mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang
paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan
perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah
lima tahun.

17

Anda mungkin juga menyukai