Anda di halaman 1dari 6

Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal.

1-6 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG MELALUI


ESTERIFIKASI, NETRALISASI DAN TRANSESTERIFIKASI

Antonius Prihanto* dan Lucia Hermawati Rahayu


AKIN Santo Paulus,
Jl. Sriwijaya 104 Semarang
*e-mail : antoniusprihanto@ymail.com

ABSTRACT
It has done research about the making of biodiesel from oil seeds nyamplung through the
process esterification-neutralization-transesterification. Neutralization process which is done
before the transesterification is expected to optimize the transesterification process, thereby
increasing the yield of biodiesel. This study was conducted to assess the effect of different
method of esterification-transesterification (ET) and method esterification -neutralization-
transesterification (ENT) in the making of biodiesel from oil seeds nyamplung. Pretreatment
for purification of the raw materials that do include degumming, esterification and
neutralization. Transesterification performed using variations in temperature (30 oC, 40 oC, 50
o
C, 60 oC, 70 oC), methanol-oil molar ratio (6: 1; 7: 1; 8: 1; 9: 1; 10: 1 and the concentration
of KOH catalyst (0.75%, 1%, 1.25%, 1.5%, 1.75%). The results showed that the process ENT
produce biodiesel yield higher than the ET process. At a temperature of 60 C, the molar ratio
methanol-oil 8: 1 and 1.25% KOH catalyst concentration provides maximum biodiesel yield of
92.20% by weight.

Keywords : esterification, neutralization, transesterification, nyamplung.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodisel dari minyak biji nyamplung melalui
proses esterifikasi-netralisasi-transesterifikasi. Proses netralisasi yang dilakukan sebelum
transesterifikasi diharapkan dapat mengoptimalkan proses transesterifikasi sehingga dapat
meningkatkan yield biodiesel. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perbedan pengaruh
metode esterifikasi-transesterifikasi (E-T) dan metode esterifikasi-netralisasi-transesterifikasi
(E-N-T) pada pembuatan biodiesel dari minyak biji nyamplung. Perlakuan pendahuluan untuk
pemurnian bahan baku yang dilakukan meliputi proses degumming, esterifikasi dan
netralisasi. Transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan variasi suhu (30 oC, 40 oC, 50
o
C, 60 oC, 70 oC), rasio molar metanol-minyak (6:1; 7:1; 8:1; 9:1; 10:1 dan konsentrasi
katalis KOH (0,75 %, 1 %, 1,25 %, 1,5 %, 1,75 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses E-N-T menghasilkan yield biodiesel yang lebih tinggi dibanding proses E-T. Pada
suhu 60 oC, rasio molar metanol-minyak 8:1 dan konsentrasi katalis KOH 1,25 % memberikan
yield biodisel maksimal sebesar 92,20 % berat.

Kata kunci : esterifikasi, netralisasi, transesterifikasi, nyamplung.

PENDAHULUAN nyamplung. Minyak biji nyamplung merupakan


Biodisel merupakan bahan bakar alternatif sumberdaya energi terbarukan yang cukup
sebagai pengganti solar yang ramah potensial sebagai bahan dasar biodisel tanpa
lingkungan, yang berasal dari sumber daya harus bersaing dengan kebutuhan pangan.
energi terbarukan. Biodisel dapat dibuat dari Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku
minyak hewani ataupun minyak nabati sehingga biodisel adalah bijinya mempunyai rendemen
merupakan sumber daya alam yang dapat yang tinggi hingga 74% (Bustomi,2008).
diperbaharui. Menurut Crane dkk (2005), minyak biji
Berbagai macam minyak nabati telah banyak nyamplung memiliki kandungan asam lemak
diteliti untuk menghasilkan biodiesel. bebas yang relatif tinggi sekitar 5,1 %,
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku sehingga produksi biodiesel dari minyak biji
pembuatan biodiesel sebaiknya menggunakan nyamplung tidak dapat dilakukan hanya dengan
minyak nabati non pangan. Salah satu minyak satu tahap reaksi yaitu transesterifikasi.
nabati non pangan yang dapat digunakan Menurut Ramadhas dkk. (2004) minyak yang
sebagai bahan baku biodisel adalah minyak biji mengandung asam lemak bebas (FFA) tinggi

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 1


Pembuatan Biodisel dari Minyak Biji (A. Prihanto dan L. H. Rahayu)

(>2%) perlu dilakukan proses esterifikasi. NaOH (PA), asam oksalat (PA),
Minyak nabati dengan kandungan FFA yang Phenolphthalein (PA), Na2B4O7. 10 H2O (PA).
tinggi, lebih dari 2 %, sebagian besar dari Alat yang digunakan dalam penelitian ini
katalis KOH yang digunakan akan habis antara lain neraca analitis, hotplate dengan
bereaksi membentuk sabun dengan asam lemak magnetik stirrer, labu leher tiga, pendingin
bebas (Kansedo et al., 2008). Umumnya bola, termometer, vacuum rotary evaporator,
pembuatan biodiesel dari minyak nabati yang corong pisah, gelas piala, pipet volume,
mengandung asam lemak bebas lebih dari 2 % erlenmeyer, gelas ukur, labu takar dan buret.
dilakukan melalui 2 tahap, yaitu esterifikasi
dan transesterifikasi. PROSEDUR PENELITIAN
Venkana dan Venkataramana (2009) telah Proses degumming
melakukan penelitian pembuatan biodisel dari Limaratus mililiter minyak biji nyampung
minyak biji nyamplung melalui tahap yang telah disaring dipanaskan pada
esterifikasi-transesterifikasi menghasilkan yield temperature 80 oC dalam beaker glass 600 ml
biodisel sebesar 89 %. Esterifikasi adalah dengan pengadukan menggunakan magnetic
proses mereaksikan asam lemak bebas (FFA) stirrer. Setelah 15 menit, minyak nyamplung
dengan alkohol rantai pendek (metanol atau ditambah larutan asam pospat pekat (85 %)
etanol) menghasilkan metil ester asam lemak sebanyak 1,5 ml atau 0,3 % (v/v) dan
(FAME) dan air. Tujuan esterifikasi pada pengadukan dilakukan hingga 30 menit.
pembuatan biodiesel adalah untuk menurunkan Minyak selanjutnya didiamkan semalam
asam lemak bebas dari minyak nabati. Proses hingga gum dan kotoran terpisah dari minyak.
esterifikasi tidak dapat menghilangkan asam Minyak selanjutnya dimasukkan ke dalam
lemak bebas, tetapi menurunkan kadar asam corong pemisah, dan dicuci dengan air hangat
lemak bebas, sehingga setelah proses ( 60 oC). Pencucian diulang ulang hingga air
esterifikasi minyak nyamplung masih pencucian netral. Minyak yang telah netral
mengandung asam lemak bebas. Masih adanya selanjutnya dikeringkan dengan vakum rotary
asam lemak bebas dalam minyak nyamplung, evaporator pada suhu 85 oC selama 30 menit
maka diperkirakan proses transesterifikasi (Prihanto dkk., 2013).
untuk mengubah minyak nyamplung menjadi
metill ester atau biodiesel menjadi tidak Proses esterifikasi
maksimal. Minyak nabati dengan kandungan Tigaratus mililiter minyak nyamplung
FFA lebih dari 2 %, sebagian besar dari katalis hasil degumming dipanaskan dalam labu leher
KOH yang digunakan akan habis bereaksi tiga hingga suhu mencapai 60 oC dengan
membentuk sabun dengan asam lemak bebas menggunakan hotplate. Minyak nyamplung
(Kansedo dkk., 2008). selanjutnya ditambah 65 ml metanol sehingga
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan rasio molar methanol-FFA 8:1 dan ditambah 3
biodiesel dari minyak nyamplung melalui ml H2SO4 pekat (98 %). Minyak dipanaskan
proses esterifikasi netralisasi selama 120 menit dengan kecepatan
transesterifikasi. Proses netralisasi minyak pengadukan 500 rpm menggunakan magnetic
nyamlung setelah esterifikasi diharapkan dapat stirrer. Minyak dan metil ester yang terbentuk
menghilangkan asam lemak bebas yang masih selanjutnya dipisahkan dari sisa metanol dengan
tersisa, sehingga proses transesterifikasi akan menggunakan corong pisah. Minyak hasil
lebih maksimal. esterifikasi selanjutnya dicuci dengan air hangat
yang mengandung NaHCO3 0,01 % hingga
METODOLOGI netral. Setelah netral selanjutnya minyak
Bahan dan alat dikeringkan dengan vakum rotary evaporator
Bahan utama yang digunakan dalam pada suhu 85 oC selama 30 menit (Prihanto
penelitian ini adalah minyak biji nyamplung. dkk., 2013).
Minyak nyamplung dimurnikan melalui proses
degumming, esterifikasi dan netralisasi. Setelah Proses netralisasi
proses pemurnian selanjutnya minyak biji Minyak hasil esterifikasi selanjutnya
nyamplung diolah menjadi biodiesel melalui dipanaskan hingga suhu 60 oC, ditambah 13,4
proses transesterifikasi. Bahan kimia yang ml larutan NaOH 20 oBe dan diaduk selama 2
digunakan adalah H2SO4 (PA), KOH (PA), menit. Minyak dipindahkan ke dalam corong
H3PO4 teknis, methanol teknis, etanol teknis, pisah dan ditambah air suhu 70 oC sebanyak

2
Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal. 1-6 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

10 % dari volume minyak dan dibiarkan hingga biodiesel dengan menggunakan rumus sesuai
minyak dan air dapat dipisahkan. Proses Persamaan (1).
pencucian diulang hingga air cucian netral, berat biodisel
selanjutnya dikeringkan pada suhu 85 oC Yield biodisel = x 100
berat minyak nyamplung
dengan pengeringan vakum selama 30 menit
(Prihanto dkk., 2013). % (1)

Proses transesterifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses transesterifikasi ini dilakukan dengan Pengaruh suhu
menggunakan variasi suhu (30 oC, 40 oC, 50 oC, Secara teori peningkatan suhu reaksi akan
60 oC, 70 oC), rasio molar metanol-minyak (6:1; meningkatkan energi kinetik dari reaktan
7:1; 8:1; 9:1; 10:1), dan konsentrasi katalis sehingga akan meningkatkan jumlah minyak
KOH (0,75 %, 1,0 %, 1,25 %, 1,5 %, 1,75 %). yang terkonversi menjadi biodiesel. Semakin
Pada proses transesterifikasi ini ada dua macam besar minyak yang terkonversi menjadi
minyak nyamplung yang digunakan yaitu biodiesel maka yield biodiesel juga meningkat.
minyak nyamplung yang telah melalui proses Pengaruh suhu terhadap yield biodiesel telah
esterifikasi saja dan minyak nyamplung yang diuji pada rasio molar methanol-minyak 6 : 1
telah melalui proses estrifikasi dan netralisasi. dengan konsentrasi katalis KOH 1 %.
Minyak biji nyamplung (yang telah
diesterifikasi saja atau telah diesterifikasi
netralisasi) dipanaskan dalam labu leher tiga
dengan menggunakan hotplate hingga
mencapai suhu yang telah ditetapkan. Metanol
dan katalis KOH (larutan metanolik-KOH)
yang telah ditetapkan jumlahnya selanjutnya
ditambahkan ke dalam minyak dan diaduk
dengan menggunakan magnetic stirrer dengan
kecepatan 500 rpm. Proses ini dilakukan selama
90 menit. Setelah proses transesterifikasi ini
selesai, hasilnya dipindahkan ke dalam corong
pisah dan dibiarkan kira kira 12 jam (semalam).
Campuran ini setelah dibiarkan semalam akan Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap yield
membentuk 2 lapisan. Lapisan bagian atas biodisel
jernih kekuningan merupakan metil ester (KOH 1 % dan rasio molar 6:1)
(biodisel) dan lapisan bagian bawah berwarna
gelap adalah gliserol. Lapisan bagian bawah di Pada Gambar 1. menunjukkan bahwa bila
buang, dan lapisan bagian atas yang merupakan suhu reaksi transesterifikasi dinaikkan, yield
produk metil ester (biodisel) diambil. biodisel yang dihasilkan semakin meningkat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Leung et al.
Proses pemurnian produk (2010) yang menyatakan bahwa kenaikan suhu
Untuk proses pemurnian, produk metil ester reaksi akan menurunkan viskositas minyak
selanjutnya dicuci dengan menggunakan air sehingga mengakibatkan meningkatnya laju
hangat ( 60 oC) yang mengandung asam acetat reaksi. Meningkatnya suhu reaksi dapat
0,01 %. Pencucian dilanjutkan dengan meningkatkan jumlah tumbukkan efektif untuk
menggunakan air hangat berulang ulang hingga menghasilkan biodisel (Prihanto dkk., 2013).
air cucian menjadi netral. Setelah proses Meningkatnya yield biodisel karena kenaikan
pencucian metil ester selesai, selanjutnya suhu reaksi ini terjadi baik pada proses
produk metal ester dikeringkan dengan esterifikasi-transesterifikasi (E-T) maupun
menggunakan vakum rotary evaporator pada pada proses esterifikasi-netralisasi-
suhu 85 oC selama 30 menit (Prihanto dkk., transesterifikasi (E-N-T).
2013). Gambar 1. Juga menunjukkan bahwa yield
biodisel yang dihasilkan dari proses E-N-T
Penentuan Yield Biodisel lebih besar dibandingkan proses E-T. Proses
Setiap hasil biodisel dari proses netralisasi yang dilakukan pada E-N-T telah
transesterifikasi ini selanjutnya ditentukan yield memurnikan minyak nyamplung dari asam

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 3


Pembuatan Biodisel dari Minyak Biji (A. Prihanto dan L. H. Rahayu)

lemak bebas, sehingga reaksi transesterifikasi Gambar 2. menunjukkan bahwa, bila rasio
menjadi lebih maksimal. Masih adanya asam metanol-minyak ditingkatkan, yield biodisel
lemak bebas dalam minyak nyamplung pada E- yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
T akan mengurangi jumlah katalis KOH karena dapat terjadi karena dengan bertambahnya
bereaksi dengan asam lemak bebas sehingga jumlah metanol, jumlah tumbukkan yang
reaksi transesterifikasi tidak dapat maksimal efektif untuk menghasilkan biodisel semakin
dan yield biodisel yang dihasilkan juga tidak meningkat. Hal ini sesuai dengan beberapa
maksimal. Masih adanya asam lemak bebas laporan penelitian sebelumnya (Meher et al.,
dalam minyak akan bereaksi dengan KOH 2006; Mendow et al., 2011; Prihanto dkk.,
menjadi sabun sehingga jumlah minyak yang 2013; Venkana dan Venkataramana, 2009).
terkonversi menjadi biodisel juga akan Meningkatnya yield biodiesel karena
berkurang. Suhu terbaik pada reaksi meningkatnya ratio molar methanol-minyak ini
transesterifikasi ini, baik proses E-T maupun terjadi baik pada proses E-T maupun proses E-
proses E-N-T adalah pada suhu 60 oC. N-T.
Pada Gambar 1. menunjukkan bahwa Pada Gambar 2. menunjukkan bahwa yield
penambahan suhu sampai 70 oC justru akan biodiesel yang dihasilkan proses E-N-T lebih
menurunkan yield biodisel yang terbentuk. besar dibandingkan dengan proses E-T. Pada
Pada suhu 70 oC telah melewati titik didih proses E-T, minyak masih mengandung asam
metanol, sehingga sebagian metanol mengalami lemak bebas sehingga akan bereaksi dengan
perubahan fasa dari cair menjadi gas. KOH menjadi sabun. Terkonversinya sebagian
Terjadinya perubahan fasa metanol ini minyak menjadi sabun ini akan menurunkan
menyebabkan jumlah metanol dalam fasa cair yield biodiesel pada proses E-T. Besarnya
berkurang. Berkurangnya jumlah metanol perbedaan yield biodiesel dari proses E-T dan
dalam larutan menyebabkan berkurangnya E-N-T ini tergantung besarnya asam lemak
jumlah tumbukan efektif untuk menghasilkan yang masih tersisa dalam minyak nyamplung.
biodisel sehingga yield biodisel yang terbentuk Yield biodisel maksimal dicapai pada rasio
akan berkurang (Prihanto dkk., 2013). molar metanol-minyak 8:1 yaitu sebesar 92,01
%. Hal ini sesuai dengan penelitian Venkana
Pengaruh rasio molar metanol-minyak dan Venkataramana (2009) pada pembuatan
Secara teori peningkatan rasio molar biodisel dari minyak nyamplung pada rasio
methanol-minyak akan meningkatkan yield molar metanol-minyak 8:1 memberikan yield
biodiesel. Meningkatnya jumlah methanol maksimal. Penambahan rasio metanol-minyak
dalam minyak akan menggeser reaksi kearah diatas 8:1 ternyata justru menurunkan yield
produk sehingga akan meningkatkan yield biodisel. Penambahan metanol diatas rasio 8:1
biodiesel. Hasil penelitian pengaruh rasio molar akan menurunkan konsentrasi katalis dalam
metanol-minyak terhadap yield biodisel pada larutan (Mendow et al., 2011). Menurunnya
suhu 60 oC dengan konsentrasi katalis KOH 1 konsentrasi katalis dalam larutan akan
%seperti yang ditunjukkan Gambar 2. mengurangi jumlah metoksida yang menyerang
trigliserida sehingga jumlah biodisel yang
dihasilkan akan menurun.

Pengaruh konsentrasi katalis


Fungsi katalis adalah untuk meningkatkan
laju reaksi. Secara teori semakin besar jumlah
katalis yang digunakan akan meningkatkan laju
reaksi. Meningkatnya laju reaksi
transesterifikasi pada waktu tertentu akan
meningkatkan jumlah minyak yang terkonversi
menjadi biodiesel. Gambar 3. menunjukkan
pengaruh konsentrasi katalis KOH terhadap
yield biodiesel yang dihasilkan pada suhu 60 oC
Gambar 2. Pengaruh rasio molar metanol- dan rasio metanol-minyak 8:1. Bila konsentrasi
minyak terhadap yield biodisel katalis KOH dinaikkan, yield biodisel yang
(KOH 1 % dan t = 60 oC) terbentuk juga meningkat. Semakin besar
konsentrasi katalis dalam larutan, maka energi

4
Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal. 1-6 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

aktivasi suatu reaksi semakin kecil, sehingga biodisel yang dihasilkan dari minyak yang
produk akan semakin banyak terbentuk. masih mengandung asam lemak bebas inilah
Meningkatnya konsentrasi katalis meyebabkan yang mengakibatkan pebedaan yield biodisel
meningkatnya yield biodisel. Gambar 3. yang dihasilkan dari proses E-T dan proses E-
menunjukkan bahwa pada konsentrasi katalis N-T.
KOH 1,25 % menghasilkan yield biodisel Besarnya perbedaan yield biodisel dari
maksimal sebesar 92,20 %. proses E-T dan E-N-T tergantung dari besarnya
perbedaan asam lemak bebas dalam minyak.
Semakin besar perbedaan asam lemak bebas
dalam minyak, maka semakin besar pula
perbedaan yield biodisel yang dihasilkan dari
proses E-T dan E-N-T. Pembuatan biodisel dari
minyak nyamplung melalui proses E-N-T
ternyata mampu menghasilkan yield biodisel
lebih tinggi yaitu 92,20 % dibanding proses E-T
sebesar 91,75 % pada kondisi temperatur,
konsentrasi katalis dan rasio molar metanol
minyak terbaik.

KESIMPULAN
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi katalis Pembuatan biodisel dari minyak nyamplung
terhadap yield biodisel. melalui proses esterifikasi-netralisasi-
(rasio molar 8:1 dan t = 60 oC) transesterifikasi (E-N-T) mengahasilkan yield
biodiesel lebih tinggi dibanding proses
Bila konsentrasi katalis KOH ini terus Esterifikasi-transesterifikasi (E-T) walaupun
ditingkatkan hingga 1,75 %, yield biodisel yang relative kecil perbedaannya yaitu 0,45 %.
terbentuk justru semakin menurun. Hal ini Kondisi terbaik pembuatan biodiesel dari
terjadi karena penambahan konsentrasi katalis minyak nyamplung melalui proses Esterifikasi-
yang berlebihan, mendorong reaksi Netralisasi-transesterifikasi adalah rasio molar
terbentuknya sabun (Hingu et al., 2010; Koh et methanol-minyak 8:1, konsentrasi katalis KOH
al., 2011; Prihanto dkk., 2013; Wang et al., 1,25 % pada suhu 60 oC. Pada kondisi ini yield
2012). biodiesel yang dihasilkan sebesar 92,20 %.
Pengaruh Netralisasi terhadap yield biodisel DAFTAR PUSTAKA
Proses netralisasi dilakukan untuk Bustomi, S.,Tati Rostiwati, T., Sudradjat, R.,
menghilangkan asam lemak bebas dalam Leksono, B., Kosasih, S., Anggraeni, I.,
minyak agar proses transesterifikasi dapat Syamsuwida, D., Lisnawati, Y., Mile, Y.,
berlangsung optimal. Secara teori, tidak adanya Djaenudin, D., Mahfudz, Rachman, E.
asam lemak bebas dalam minyak akan (2008). Nyamplung (Calophyllum
membuat reaksi transesterifikasi berlangsung inophyllum L.) Sumber Energi Biofuel yang
lebih optimal karena katalis yang digunakan Potensial. Jakarta: Badan Litbang
akan bekerja lebih maksimal. Adanya asam Kehutanan.
lemak bebas dalam minyak akan bereaksi Crane, S., Aurore, G., Joseph, H., Mouloungui,
dengan katalis KOH, sehingga jumlah katalis Z., Bourgeois, P. (2005), Composition of
akan berkurang dan fungsi katalis menjadi tidak fatty acids triacylglycerols and
maksimal. Tidak maksimalnya katalis dalam unsaponifiable matter in Calophyllum
reaksi transesterifikasi mengakibatkan jumlah calaba L. oil from Guadeloupe,
minyak yang terkonversi menjadi biodisel Phytochemistry, vol.66, hal.1825 1831
menjadi tidak maksimal. Hingu, S.M., Gogate, P.R., Rathod, V.K.
Bereaksinya asam lemak bebas dengan (2010). Synthesis of from Waste Cooking
katalis KOH menjadi sabun juga akan Oil using Sonochemical Reactors.
mengurangi minyak yang terkonversi menjadi Ultrasonics Sonochemistry 17: 827832
biodisel. Asam lemak dalam minyak yang Kansedo, J., Lee, K.T. and Bhatia, S. (2008).
seharusnya ikut terkonversi menjadi biodisel Biodisel Production from Palm Oil via
justru menjadi sabun. Tidak maksimalnya yield

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 5


Pembuatan Biodisel dari Minyak Biji (A. Prihanto dan L. H. Rahayu)

Heterogeneous Transesterification. Biomass Prihanto, A., Pramudono, B. dan Santosa, H.


Bioenergy. 33: 271276. (2013). Peningkatan Yield Biodisel dari
Koh, M.Y., Mohd, T.I. and Ghazi. (2011). A Minyak Biji Nyamplung Melalui
Review of Production from Jatropha Curcas Transesterifikasi Dua Tahap. Momentum 9
L. Oil. Renewable and Sustainable Energy :46 - 53
Reviews 15 : 22402251 Ramadhas, A.S., Jayaraj, S.and Muraledharan,
Leung, D.Y.C., Wu, X. and Leung, M. K. H. C. (2004). Biodisel Production From high
(2010). A review on Production Using FFA Rubber Seed Oil. Fuel 84 : 335 340.
Catalyzed Transesterification. Applied Venkanna, B.K. and Venkataramana, R.C.
Energy 87: 1083-1095 (2009). Biodisel Production and
Meher, L.C., Vidya S..D. and Naik, S.N. Optimization from Calophyllum Inophyllum
(2004). Technical Aspect of Biodisel Linn Oil (Honne Oil) A Three Stage
Production by Transesterification. Method. Bioresource Technology 100:
Renewable and Sustainable Energy Reviews 51225125
10: 248-268. Wang, R., Zhou,W.W., Hanna, M.A., Zhang,
Mendow, N.S., Veizaga, B.S. and Sanchez, Y.P., Bhadury, P.S., Wanga, Y., Song, B.A.
C.A. (2011). Biodisel Production by Two- and Yang, S. (2012). Preparation,
Stage Transesterification with Etanol. Optimization, and Fuel Properties from
Bioresource Technology 102: 1040710413 Non-Edible Feedstock,Datura Stramonium
L. Fuel 91: 182186

Anda mungkin juga menyukai