Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Fadilah Rabiul Nada Mudia1, Fathona Saptara2, Sahid Supriyanto3, Ahmad Zikri4, Fatria5, Irawan Rusnadi6
123456
Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Teknik Energi, Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139, Telp +62711353414 / fax +62711355918
E-mail: ahmad.zikri@polsri.ac.id. 4
ABSTRACT
Along with the increasing use of fossil fuels, the fossil energy reserves are increasingly depleting. The
wealth of vegetable oil sources should be used to move to new renewable energy that is more
environmentally friendly, one of them is biomass energy. Biomass energy can come from vegetable oils.
Bintaro plants (Cerbera manghas L) contain cerberine poisons and are often wasted in vain. The oil
content ranges from 25% to 40% so that it is very potential to be extracted through continuous Screw
Pressing technology, the pulp can be directly used as solid fuel (Biopellet) while bintaro seed oil will
proceed to the process of making biodiesel Through the transesterification process with a temperature of
65oC. Degumming process is needed before the process of making biodiesel by using weak acids, the use
of a solution of citric acid in the degumming process of Bintaro seed oil is more effective. The higher the
concentration of the acid solution, the lower the yield of oil produced. The conversion process from
triglycerides to methyl ester is obtained by reacting it with a Potassium methoxide catalyst. Based on this
study the highest yield of biodiesel was obtained using 0.6% wt KOH, that is, 87.81% with
characterization which are still in the value of SNI values (SNI 7182 :2015) . The best quality of biopellet
is at a temperature of 210oC with a rotation of 10Hz with a moisture content 2.00%, and the heating
value 6689.58 cal / gr. The characterization of it’s still in the range of SNI values (SNI 8021:2014).
41
Fadilah, dkk
perlakuan untuk memperoleh minyak. Dalam didiamkan selama 24 jam, proses ini diulangi
penelitian ini digunakan metode pengepresan hingga air pencucian berwarna bening. Proses
berulir menggunakan alat screw press yang degumming pada penelitian ini juga
telah ada dirancang oleh perusahaan Karaerler. menggunakan asam sitrat dengan konsentrasi
Pengambilan minyak dengan metode 0,5, 1, 1,5 % (b/b).
pengepresan yang menggunakan screw press ini
tidak perlu dilakukan perlakuan sebelumnya, Pengujian Asam Lemak Bebas Minyak
karena pada alat ini sudah dilengkapi dengan Pengujian ALB dilakukan sesuai SNI 01-
alat pemanas dan tekanan mekanik sehingga alat 3555-1998.
ini dapat langsung memisahkan minyak dengan
ampasnya dan juga ampas langsung tercetak Proses Transesterifikasi
menjadi biopelet. Proses transesterifikasi melibatkan reaksi
Namun minyak nabati yang dihasilkan antara campuran Metanol dan Potassium
masih bersifat minyak kasar yang mengandung Hidroksida yang dimasukkan ke dalam minyak
kotoran. Oleh karena itu diperlukan suatu proses sebanyak 220 ml. Sebelum dicampurkan
yang dapat mengubah minyak kasar menjadi minyak harus bebas dari air dengan cara
minyak biodiesel. Proses degumming dan dipanaskan pada temperatur 40-48oC. Kemudian
esterifikasi-transesterifikasi yang dimodifikasi Potassium Hidroksida dengan variasi
dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengubah konsentrasi 0,6, 0,8, 1, dan 1,2%wt dicampur
minyak kasar (crude oil) menjadi minyak dengan metanol dengan rasio 3:1 dalam tempat
biodiesel yang diperlukan. Dimana pada proses yang terpisah untuk membentuk Potasium
degumming terjadi pemisahan getah (gum) dan Metoksida. Sampel dipanaskan selama 1 jam di
pengotor lainnya, sedangkan proses estrans dalam suatu reaktor transeterifikasi dengan
untuk mengubah FFA (fat fatty acid) menjadi temperatur 65oC dan kecepatan pengadukan 75-
FAME (fatty acid metil ester). 150 rpm. Potasium Metoksida yang telah dibuat
dimasukkan kedalam minyak sedikit demi
2. METODE PENELITIAN sedikit dengan tetap mempertahankan
Preparasi Sampel temperatur pengadukan 65oC selama ±1 jam.
Biji bintaro dikupas, dicuci, dijemur Hasil reaksi transesterifikasi berupa biodiesel
dibawah sinar matahari selama ± 3 hari atau dipisahkan terlebih dahulu ke dalam corong
dikeringkan di oven selama ± 1 hari, kemudian pisah selama ±30 menit hingga terbentuk dua
diperkecil ukurannya. lapisan, lalu lapisan bawahnya (gliserol)
dikeluarkan.
Ekstraksi Biji Bintaro
Ekstraksi biji bintaro dilakukan melalui Proses Pencucian dan Pemurnian Biodiesel
tahapan sebagai berikut : Sampel yang sudah Proses ini diawali dengan memanaskan air
dipreparasi dimasukkan ke dalam Screw Oil hingga temperatur mencapai 60oC untuk
Press Machine untuk di press dan dilumatkan kemudian dicampurkan ke dalam corong pisah
dengan mengatur temperatur pemanasan di dengan perbandingan volume 1:1. Setelahnya
heater (150, 170, 190, 210, dan 230oC) pada dilakukan pemisahan air dengan biodiesel,
kecepatan putaran screw 10 Hz. proses ini diulangi hingga air pencucian
berwarna bening. Untuk menghilangan
Degumming Minyak Bintaro kandungan air pada biodiesel dilakukan
Proses degumming diawali dengan pemanasan dengan cara dipanaskan pada
menyiapkan minyak murni bintaro sebanyak temperatur 40-48oC. Kemudian biodiesel
250 ml, kemudian memanaskan minyak biji didinginkan hingga temperaturnya sama dengan
bintaro hingga mencapai temperatur 60-70℃ temperatur lingkungan.
sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer.
Proses dilanjutkan dengan penambahan Analisis Kualitas Biodiesel
larutan H₃PO₄ (20%) sebanyak 0,5, 1, 1,5 % Analisis yang dilakukan berdasarkan SNI
(b/b) kedalam minyak, panaskan dan aduk 7182 : 2015 antara lain : densitas, viskositas,
selama 30 menit dengan temperatur 60-70℃. titik nyala, kadar air. Sedangkan nilai kalor diuji
Hasil degumming dimasukkan kedalam corong menggunakan ASTM D 5865-11a Tipe
pemisah dan didiamkan selama 24 jam. Adiabatic Bomb Calorimeter Parr 6400.
Kemudian dilakukan pencucian, dengan
memanaskan aquadest 150 ml dengan Analisis Kualitas Biopelet
temperatur 60℃ setelah itu dimasukkan Pengujian kadar air dilakukan sesuai SNI
kedalam corong pisah, dan dikocok serta 8021:2014, sedangkan nilai kalor diuji
42
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 41-47
(ml)
Citric Acid
a. Rendemen Minyak Berdasarkan 225
Pengaruh Temperatur Pemanasan
220
Pengaruh variasi temperatur pemanasan
terhadap rendemen minyak yang dihasilkan 215
mengalami kenaikan seiring dengan tingginya 0.5 1 1.5
temperatur yang digunakan pada proses
pengepresan, hal tersebut terlihat pada gambar Concentration of Acid Solution (%)
1.
Rendemen minyak yang diperoleh dari Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi
hasil penelitian ini berkisar antara 25-40%. Larutan Asam terhadap Volume
Rendemen tertinggi dihasilkan pada temperatur Minyak
230℃ yaitu, 40,24%, sedangkan yang terendah
dihasilkan pada temperatur 150℃ yaitu, Hal ini dikarenakan penambahan Asam
25,12%. Fosfat dan Asam Sitrat ke dalam minyak
bertujuan untuk memisahkan getah dan zat
45 pengotor. Sehingga ketika larutan ini
dicampurkan dengan minyak, kotoran dan getah
Rendemen minyak (%)
40
35 yang terkandung didalamnya akan mengendap.
30 Pada saat proses pencucian dilakukan
25 penambahan aquades yang menyebabkan
20 terjadinya pengurangan volume minyak yang
15 dihasilkan. Atau dalam artian Penggunaan asam
10 yang terlalu banyak memerlukan proses
5 pencucian yang lebih lama.
0
120 140 160 180 200 220 240 c. Persen Katalis terhadap Yield Biodiesel
Yield dari biodiesel yang dihasilkan sangat
Temperatur (℃) dipengaruhi oleh persen katalis Potassium
Hidroksida yang digunakan. Semakin kecil
persen katalis yang digunakan semakin besar
Gambar 1. Grafik Hubungan Temperatur
persen yield yang dihasilkan. Persen yield
Pemanasan dan Rendemen
terbesar dihasilkan dengan menggunakan 0,6
Minyak
%b/b katalis yaitu, sebesar 87,81%, sedangkan
persen yield terendah pada penggunaan 1,2
Penelitian yang dilakukan oleh Ariestya,
%b/b katalis yaitu sebesar 61,41%.
dkk (2010) juga menyebutkan rendemen
minyak akan meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur, Hal ini dikarenakan 90
Yield Biodiesel (%)
43
Fadilah, dkk
Penambahan katalis basa yang semakin nilai viskositas juga cenderung menurun. Hal ini
banyak dapat menyebabkan reaksi saponifikasi dapat terlihat pada Gambar 5.
yaitu, reaksi pembentukan sabun pada
trigliserida. Pemisahan antara metil ester dan 7
gliserol akan sulit dengan adanya emulsi akibat
6
pembentukan sabun dan menyebabkan turunnya
Viskositas (cSt)
persen yield biodiesel. Mantovani dkk., (2017) 5 Hasil
juga melaporkan hasil serupa bahwa semakin Penelitian
4 SNI
besar persen katalis semakin kecil persen yield
biodiesel yang dihasilkan karena pada saat 3 (Maksimum)
pencucian biodiesel, emulsi akan terbentuk SNI
2 (Minimum)
didalam air akibat adanya partikel sabun.
1
d. Persen Katalis terhadap Densitas 0
Biodiesel 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Persen katalis mempengaruhi densitas dari
biodiesel yang dihasilkan. Semakin tinggi %wt KOH
persen katalis maka nilai densitas cenderung
menurun sebagaimana yang terlihat pada
Gambar 5. Grafik Hubungan Persen Katalis
Gambar 4.
terhadap Viskositas Biodiesel
Penurunan densitas ini dikarenakan katalis f. Persen Katalis terhadap Titik Nyala
berlebih menyebabkan reaksi penyabunan yang Kecenderungan peningkatan nilai titik
membentuk gliserol yang densitasnya lebih nyala dikarenakan pengaruh kadar air yang
besar daripada densitas biodiesel yaitu berturut- terkandung dalam biodiesel yang berhubungan
turut sesuai variasi mulai dari 0,9077-0,9269 erat dengan penambahan konsentrasi katalis.
gr/ml. Ketika proses pencucian, massa dari Mudahnya penyalaan bahan bakar erat
biodiesel akan berkurang karena air akan terus kaitannya dengan titik nyala, Semakin banyak
mengikat sisa gliserol pada kandungam kandungan air pada bahan bakar, maka akan
biodiesel sehingga massa jenis biodiesel juga semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk
menurun. Densitas biodiesel yang dihasilkan menguapkan air tersebut sehingga, titik nyala
masuk dalam rentang nilai SNI 7182 : 2015 akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya.
yaitu 0,85 - 0,89 gr/ml. Panas yang diserap tersebut akan mengurangi
jumlah panas yang tersedia dari pembakaran
e. Persen Katalis terhadap Viskositas dan mempercepat proses pemadaman api
Biodiesel (Lestari, 2014). SNI menunjukkan ambang
Nilai viskositas berbanding lurus dengan batas minimum titik nyala sebesar 100oC dan
densitas. Semakin tinggi persen katalis maka hasil penelitian ini termasuk standar yaitu
berkisar antara 164,7-171,3 oC.
44
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 41-47
10.00
bakar jika titik nyala rendah maka bahan bakar
akan mudah terbakar sehingga sangat berbahaya 8.00
pada proses penyimpanannya. Tetapi, jika titik 6.00
nyala tinggi maka bahan bakar akan sukar 4.00
terbakar sehingga mesin akan sukar menyala 2.00
pula (Qiqmana dan Sutjahjo, 2014).
0.00
100 120 140 160 180 200 220
g. Persen Katalis terhadap Nilai Kalor
Nilai kalor biodiesel dipengaruhi oleh Temperatur (°C)
senyawa penyusun yang tergantung pada bahan
penyusun dasarnya. 10 Hz Standar SNI
45
Fadilah, dkk
i. Temperatur Pemanasan Pengepresan 0,6% b/b KOH yaitu, sebesar 87,81% dan
terhadap Nilai Kalor Biopelet % yield terendah pada penggunaan 1,2 %
Berdasarkan hasil penelitian, nilai kalor b/b KOH yaitu, sebesar 61,41%
biopelet yang diperoleh berkisar antara 4. Biodiesel berbahan baku biji bintaro dari
4994,55 kal/gr dan 6689,58 kal/gr. Nilai kalor semua variasi konsentrasi katalis sudah
yang dihasilkan telah memenuhi standar
memenuhi SNI 7182:2015 untuk semua
kualitas pelet berdasarkan Badan Standarisasi
Nasional (BSN) dan SNI 8021-2014. parameter kualitas yang diujikan.
5. Kualitas biopelet terbaik yaitu pada
8000 temperatur 2100C dengan putaran sebesar
Nilai Kalor (cal/gr)
2000 10 Hz
5. SARAN
Standar SNI
0 1. Disarankan setelah proses pengupasan
100 130 160 190 220 untuk segera dijemur sampai benar-
benar kering dan jangan ditempatkan
Temperatur (°C) ditempat yang tertutup agar biji bintaro
tidak mudah busuk.
Gambar 9. Grafik Hubungan Temperatur 2. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang
Pemanasan Pengepresan terhadap
daya tahan simpan minyak biji bintaro
Nilai Kalor Biopelet
yang telah dimurnikan
Biopelet dengan variasi temperatur 210℃ 3. Diharapkan ada penelitian lanjutan
dengan putaran 10 Hz menghasilkan nilai kalor penggunaan biodiesel biji bintaro
yang terendah sebesar 4994,55 kal/gr sedangkan sebagai bahan penganti/pencampur
biopelet dengan variasi temperatur 190℃ dengan bahan bakar terhadap unjuk kerja
putaran 10 Hz menghasilkan nilai kalor tertinggi mesin diesel serta penggunaan
sebesar 6689,58 kal/gr. Nilai kalor yang
biopeletnya sebagai bahan bakar padat.
mencapai 6000 kal/gr tersebut diakibatkan karena
pelet yang dihasilkan masih mengandung minyak,
minyak ini yang mempengaruhi nilai kalor di UCAPAN TERIMA KASIH
biopelet tersebut. Hasil analisis menunjukkan Terima kasih disampaikan kepada
nilai kalori semakin meningkat seiring dengan Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Program
semakin tingginya temperatur proses yang Studi Teknik Energi Penulis mengucapkan
digunakan. Peningkatan nilai kalor salah satunya terima kasih kepada Tim Redaksi Jurnal
disebabkan oleh penurunan kadar air dalam Teknika Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
biopelet. Nilai kalor merupakan salah satu memberi memberi kesempatan, sehingga artikel
indikator dalam menentukan kualitas biopelet, ilmiah ini dapat diterbitkan.
semakin tinggi nilai kalor menunjukan kualitas
bahan bakar semakin baik (Nasir, 2015). DAFTAR PUSTAKA
Ariestya, Arlene, Steviana Krisatanto, dan Ign
4. KESIMPULAN Suharto. 2010. Pengaruh Temperatur dan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah F/S terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji
sebagai berikut : Kemiri Sisa Penekanan Mekanik. Seminar
1. Semakin tinggi temperatur pemanasan Rekayasa Kimia dan Proses, Semarang, 4-
5 Agustus.
pada alat pengepres maka rendemen
ASTM D 5865-11a Tipe Adiabatic Bomb
minyak yang diperoleh semakin tinggi. Calorimeter Parr 6400, 2003. Standard
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan asam Test Method for Gross Calorific Value of
maka rendemen minyak yang dihasilkan Coal and Coke. American Society for
semakin rendah. Testing and Materials, United States of
3. Berdasarkan pengaruh variasi konsentrasi America
katalis diperoleh biodiesel biji bintaro BSN. (1998). Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI
01-3555-1998. Jakarta : Badan
dengan % yield tertinggi pada penggunaan
Standarisasi Nasional.
46
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 41-47
BSN. (2014). Standar Kualitas Biopelet. SNI Hidrocracking Tir Batubara, Prosiding
SNI 8021:2014. Jakarta : Badan UNSRI, Palembang, 21 Mei 2008.
Standarisasi Nasional.
BSN. (2015). Standar Kualitas Biodiesel. SNI
7182-2015. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional.
Hendra, Djeni, Santiyo Wibowo, Noviatri
Hastuti dan Heru S. Wibisono. 2016.
Karakteristik Biodiesel Biji Bintaro
(Cerbera manghas L) dengan Proses
Modifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Vol. 34 No. 01
Herwanda, Anita Ekawati. 2011.
Kajian Proses Pemurnian Minyak
Biji Bintaro (Cerbera manghas L)
sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Lestari, Endah. 2014. Prarancangan Pabrik
Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar dan
Metanol Kapasitas 15.000 Ton/Tahun.
Skripsi UMS.
Mantovani, Seftiana Annisa, dan Kusmiyati,
S.T., M.T., Ph.D. 2017. Pengaruh Jumlah
Katalis dan Waktu Reaksi Terhadap
Konversi Biodiesel dari Minyak Jelantah
dengan Katalis Cao dari Kulit
Telur. Diploma thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nasir, A. 2015. Karakteristik Wood Pellet
Campuran Cangkang Sawit dan Kayu
Bakau ( Rhizhophora spp.) (Skripsi).
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia
Nurloviana, Sanggra, Rudianda Sulaeman, dan
Evi Sribudiana. 2018. Karakteristik Mutu
Minyak Biji Bintaro (Cerbera Manghas L)
Berdasarkan Tingkat Kematangan Biji.
JOM UNRI Vol. 5
Nurwigha R. 2012. Pembuatan biopelet dari
cangkang kelapa sawit dengan
penambahan arang cangkang sawit dan
serabut sawit sebagai bahan bakar
alternatif terbarukan. Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Qiqmana Ariefma’arij, dan Dwi Heru Sutjahjo.
2014. Karakteristik Biodiesel dari
Minyak Biji Nyamplung dengan Proses
Degumming Menggunakan Asam Sulfat
dan Asam Cuka. Jurnal Teknik Mesin
Vol. 02 No. 02
Rachmat, Addy, dan Zainal Fanani, 2018,
Pengaruh Kondisi Operasi dan Berat
Katalis Cr/Mo Zeolit Alam Aktif
Tersulfidasi Terhadap Kalor
Pembakaran dan Densitas Produksi
47