Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2085-0050

SINTESIS BIODIESEL DENGAN KATALIS HETEROGEN LEMPUNG CENGAR


YANG DIAKTIVASI DENGAN NaOH: PENGARUH WAKTU REAKSI DAN
RASIO MOLAR MINYAK:METANOL
1 2 2
Rosa Devitria , Nurhayati , Sofia Anita
1
Program Pascasarjana Kimia, Universitas Riau, Email: devitriarosa@yahoo.com
2
Dosen Pascasarjana Kimia Universitas Riau

Abstract
Biodiesel is mainly produced from vegetable oils or animal fats by the
method of transesterification reaction using catalyst. Many
heterogenous solid acid and base catalyst have been studied for the
transesterification of various vegetables oils. In this study the
transesterification of vegetable oil to fatty acid methyl esters was
studied using sodium hidroxide activated clay catalyst. The catalyst
was prepared by activating clay with NaOH by impregnation method.
50 ml NaOH solution was gradually added to 50 g clays, stirred,
o
washed and calcined at 300 C for 3 hours. The transesterification
reaction was performed by using of optimum NaOH loading catalyst,
reaction time was variated for 4 to 10 hour, molar ratio of oil/metanol
o
from 1:3, 1:6, 1:9 and 1:12 at 60 C. It was found that the maximal
production of biodiesel which is 78.285% on catalyst that have 20%
(w/w) loading NaOH, reaction time for 8 hours, oil-methanol molar
o
ratio is 1:6, and the temperature reaction at 60 C.

Key Words: biodiesel, clay, heterogenous catalyst, transesterification.

PENDAHULUAN minyak serta dapat dengan mudah mem-


bentuk sabun. Sisa katalis basa homogen
Hingga saat ini Indonesia masih dapat mengganggu pengolahan lanjut bio-
sangat bergantung pada bahan bakar diesel dibandingkan dengan katalis fasa
berbasis fosil sebagai sumber energi. Untuk heterogen, sehingga penggunaan katalis
mengurangi ketergantungan terhadap minyak heterogen lempung merupakan salah satu
bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan solusi untuk meng-atasinya (Agustin, 2007).
global, salah satu cara adalah dengan Lempung pada umumnya dikenal
pengembangan bahan bakar alternatif ramah orang sebagai benda yang tidak terlalu
lingkungan yaitu energi alternatif yang bernilai ekonomis. Padahal sebenarnya
berasal dari minyak tumbuhan yang di sebut lempung memiliki banyak kegunaan, salah
dengan biodiesel (Pravitasari, 2009). satunya sebagai katalis (Sahara, 2011).
Biodiesel merupakan bahan bakar Penggunaan lempung sebagai katalis bukan-
berupa metil ester asam lemak yang dihasil- lah merupakan suatu ide yang baru.
kan dari proses transesterifikasi trigliserida Lempung menyimpan potensi yang sangat
dengan metanol. Biodiesel merupakan bahan besar untuk dikembangkan sebagai katalis
bakar alternatif pengganti solar yang disukai heterogen karena kemudahannya untuk di-
karena sifatnya yang ramah lingkungan manipulasi, harganya yang relatif murah dan
karena dapat mengurangi emisi karbon tingkat kegunaannya yang sangat tinggi.
monoksida dan sulfur (Nurhayati et.al., Sintesis biodiesel menggunakan kata-
2011). lis lempung telah dilakukan diantaranya,
Dalam memproduksi biodiesel, salah sintesis biodiesel dengan katalis yang di-
satu aspek yang memegang peranan penting impregnasi dari lempung hitam Suratthanee
yaitu penggunaan katalis pada reaksi trans- dan kaolin Ranog (Jaimasith, 2007). Sintesis
esterifikasi trigliserida. Pada umumnya bio- gliserol yang merupakan produk samping
diesel komersial yang diproduksi mengguna- dari biodiesel yang menggunakan katalis
kan katalis homogen seperti NaOH dan KOH. bentonit yang dapat memperbaiki ketahanan
Akan tetapi, penggunaan katalis homogen ini biodiesel pada suhu rendah (Setianingsih
mengalami kesulitan pada saat memisahkan et.al., 2011). Studi penggunaan katalis KOH/
dengan produk, sensitif terhadap asam bentonit untuk sintesis biodiesel dengan
lemak bebas dan air yang terkandung dalam reaksi transesterifikasi (Rashtizadeh et.al.,
39
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar

2010). Sintesis biodiesel menggunakan kata- padatan lempung, kemudian diaduk dan di-
lis lempung yang diaktivasi dengan KOH keringkan. Kemudian dikalsinasi pada tem-
o
menggunakan metoda impregnasi dengan peratur 300 C selama 3 jam.
hasil biodiesel tertinggi (90,70±2,47%) di- Reaksi transesterifikasi dilakukan
peroleh untuk katalis KOH/bentonit 1:4, dengan menggunakan labu leher tiga alas
waktu reaksi 3 jam, katalis 3 g, rasio metanol bulat yang dilengkapi dengan kondensor
o
6, dan suhu reaksi 60 C (Soetaredjo et.al., refluks, termometer dan stirrer magnet.
2011). Sintesis biodiesel menggunakan kata- Proses transesterifikasi dilakukan mengguna-
lis heterogen NaOH/ZnO (Nurhayati et.al., kan 100 g minyak sawit komersial yang di-
2011). peroleh di pasar lokal. Sebelum digunakan,
o
Pada penelitian ini, digunakan lem- minyak dipanaskan sampai 105 C selama 30
pung alam desa Cengar yang diaktivasi menit untuk menghilangkan kandungan air.
dengan NaOH kemudian dikalsinasi pada Reaksi berlangsung menggunakan berat
o
suhu 300 C selama 3 jam. Katalis yang katalis 3 g (katalis dengan NaOH loading:
dibuat kemudian diidentifikasi dengan FTIR. 20%), waktu reaksi dari 4-10 jam, variasi
Bahan baku yang digunakan dalam produksi rasio minyak metanol dari 1:3, 1:6, 1:9 dan
o
biodiesel adalah minyak goreng dan metanol 1:12, untuk suhu reaksi adalah 60 C
sebagai sumber alkohol. Metanol merupakan (Nurhayati, et.al., 2012).
alkohol yang memiliki berat molekul lebih
rendah sehingga kebutuhannya pada reaksi Karakterisasi katalis dengan XRD
alkoholisis relatif sedikit (15-20%) dibanding- Lempung yang telah dimodifikasi di-
kan dengan etanol (30%). Untuk mendapat- identifikasi jenis mineralnya dengan meng-
kan hasil uji katalis yang optimal maka gunakan XRD.
kondisi reaksi dilakukan variasi waktu reaksi
dan rasio molar minyak: metanol. Proses transterifikasi biodiesel
Proses transesterifikasi dimulai
BAHAN DAN METODE dengan mengaduk campuran katalis dengan
metanol selama 1 jam, kemudian tambahkan
Peralatan yang digunakan pada minyak ke dalam campuran tersebut dan
penelitian ini adalah labu leher tiga lengkap sambil diaduk sampai waktu reaksi yang
dengan kondensor, termometer, desikator, ditentukan (8 jam). Biodiesel yang diperoleh
neraca analitik (Mertler AE 200), ayakan 100 dimasukkan ke dalam corong pisah (katalis
dan 200 mesh (W.S Tyler Incorporated disaring), diamkan selama satu malam.
U.S.A.), furnace (vulcan TM seri A-130), Biodiesel yang terbentuk pada lapisan atas
hotplate, magnetic stirrer (RSH-1DR), oven diambil kemudian dicuci dengan air hangat
o
(Gallenkamp), dan peralatan gelas penelitian (suhu ±60 C).
lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi lempung asal Desa Analisis GC dari produk biodiesel
Cengar Kec. Lubuk Jambi Kab. Kuantan Produk biodiesel yang dihasilkan dari
Singingi Provinsi Riau, minyak goreng, proses transesterifikasi kemudian dianalisis
NaOH, metanol p.a, KOH, isopropil alkohol, dengan menggunakan GC (Gas Chroma-
HCl 37%, H2C2O4.2H2O, KI 10%, Na2S2O3, tographi). Sampel untuk GC yaitu biodiesel
CCl4 p.a, etanol 95%, phenolphthalein, dengan rasio molar minyak/metanol 1:6, 1:9
potassium hydrogen phtalat (PHP), akuades dan 1:12. Analisis GC dilakukan untuk
dan akuabides. mengetahui kemurnian biodiesel yang di-
hasilkan.
Preparasi katalis
Lempung yang digunakan pada pe- HASIL DAN PEMBAHASAN
nelitian ini berasal dari Cengar, Riau
(Vifftaria, 2011). Katalis dipreparasi dengan Karakterisasi katalis dengan XRD
metode impregnasi basah. Lempung yang Karakterisasi jenis mineral pada katalis
sudah dicuci dan dikeringkan untuk selanjut- diidentifikasi dengan menggunakan XRD.
nya digerus dan diayak dengan mengguna- Sedangkan luas permukaan katalis dianalisis
kan ayakan 100 dan 200 mesh. Lempung dengan metoda BET dengan alat NOVA
o
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C 1000. Puncak yang terbentuk pada pola XRD
selama satu malam. Kemudian lempung di- masing-masing katalis 5-25% loading NaOH
impregnasi dengan NaOH dengan konsen- menunjukkan bahwa pada katalis terdapat
trasi bervariasi, yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25% mineral montmorilonit, kaolinit, muskovit,
(b/b) yakni dengan meneteskan secara per- natrium aluminum silikat, kalsit dan kuarsa
lahan 50 ml larutan NaOH kepada 50 g

40
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar

SINTESIS BIODIESEL menurun, hal ini disebabkan karena ke-


setimbangan reaksi sudah tercapai dalam
Pengaruh waktu reaksi terhadap hasil waktu kurang lebih 8 jam sehingga dalam
biodiesel waktu yang lebih lama dari 8 jam tidak akan
Berdasarkan teori semakin lama waktu menguntungkan, karena tidak memperbesar
reaksi, maka kemungkinan kontak antar zat hasil dan karena reaksi yang terjadi dalam
semakin besar sehingga akan menghasilkan proses transesterifikasi adalah kesetimbang-
konversi yang besar. Jika kesetimbangan an, maka apabila sudah terjadi kesetimbang-
reaksi sudah tercapai maka dengan ber- an, reaksi akan bergeser ke kiri, dan akan
tambahnya waktu reaksi tidak akan meng- memperkecil produk yang diperoleh. Pada
untungkan karena tidak memperbesar hasil Gambar 2 dapat dilihat bahwa waktu reaksi
(Hikmah & Zuliyana, 2010). optimal diperoleh pada reaksi transesteri-
fikasi selama 8 jam, yaitu sebesar 78,2853%
100 dengan katalis lempung/NaOH 20% (%
berat), berat katalis 3 gram dan rasio
80 minyak:metanol 1:6.
Hasil (%)

60
Pengaruh rasio molar minyak:metanol
40 terhadap hasil biodiesel
20 Perbandingan mol minyak:metanol
0 merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas metil ester (biodiesel)
0 5 10 15 yang dihasilkan. Untuk menentukan per-
Waktu reaksi (jam) bandingan mol yang optimum dilakukan
Gambar 2. Grafik pengaruh waktu reaksi terhadap dengan 4 variasi perbandingan mol minyak:
hasil biodiesel metanol, yaitu 1:3, 1:6, 1:9 dan 1:12.
Perbandingan tersebut dipilih dengan mem-
Dalam penelitian ini, diperoleh data
pertimbangkan bahwa perbandingan mol
bahwa selama waktu 4 sampai 8 jam
minyak:metanol secara stoikiometri adalah
konversi reaksi terus meningkat, namun pada
1:3, sehingga perbandingan selanjutnya
waktu 10 jam hasil konversi reaksi semakin
digunakan mol metanol yang lebih besar
41
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar

hingga perbandingan mol 1:12. Reaksi dihasilkan juga rendah. Penggunaan metanol
transesterifikasi merupakan reaksi kesetim- dalam jumlah kecil lebih menguntungkan dari
bangan, maka dengan penggunaan mol pada penggunaan metanol dalam jumlah
metanol yang lebih besar dari stoikiometri besar karena tidak mempengaruhi hasil yang
dapat menggeser kesetimbangan ke arah signifikan. Selain itu, penggunaan per-
kanan yang berarti memperbesar konversi bandingan mol yang lebih tinggi antara
biodiesel. alkohol dan minyak menyebabkan proses
100 pemisahan gliserol semakin sulit, karena
terjadi peningkatan kelarutan gliserol di
80
dalam alkohol yang digunakan.
Hasil (%)

60
40 Hasil Analisis GC dari produk Biodiesel
20 Analisis GC digunakan untuk meng-
0 identifikasi senyawa kimia yang terkandung
di dalam biodiesel hasil penelitian. Sampel
1:00 1:03 1:06 1:09 1:12 1:14
yang diambil untuk analisis GC-MS adalah
Rasio minyak:metanol sampel dengan variasi perbandingan rasio
minyak: metanol yaitu 1:6, 1:9 dan 1:12.
Gambar 3. Grafik pengaruh rasio molar Kromatogram hasil analisis GC-MS dari
minyak:metanol terhadap hasil sampel biodiesel seperti tertera pada
biodiesel Gambar 4.
Metil ester dari transesterifikasi diuji-
Pada Gambar 3 dapat disimpulkan kan dengan menggunakan alat GC untuk
bahwa rasio minyak : metanol yang optimum mengetahui jumlah senyawa dan komposisi-
yaitu 1:6. Merujuk pada penelitian yang nya yang terdapat pada hasil reaksi. Hasil
dilakukan oleh Abdullah et al (2007), dapat analisis dengan kromatografi gas (GC) dari
disimpulkan bahwa reaksi transesterifikasi metil ester minyak goreng disajikan pada
merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga gambar 4,5 dan 6.
jika reaksi dilakukan pada perbandingan mol
stoikiometri (1:3) maka konversi ester yang

Gambar 4. Kromatogram GC dari produk Biodiesel (perbandingan rasio minyak: metanol = 1:6)

Gambar 5. Kromatogram GC dari produk Biodiesel (perbandingan rasio minyak: metanol = 1:9)

42
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar

Gambar 6. Kromatogram GC dari produk Biodiesel (perbandingan rasio minyak: metanol = 1:12)

Hasil uji GC menunjukkan beberapa senya- KESIMPULAN


wa organik yang terkandung di dalam metil
ester. Senyawa penyusun dalam metil ester Hasil dari penelitian ini menunjukkan
yang dominan adalah asam Heksadekanoat bahwa lempung yang diaktivasi dengan
(asam palmitat) 58,09%, asam tetradekanoat NaOH efektif sebagai katalis heterogen untuk
34,87% (asam miristat), asam oktadekanoat transesterifikasi minyak sawit dengan
(asam oleat). Berdasarkan senyawa yang metanol menjadi biodiesel. Hasil yang
terkandung dalam metil ester tersebut dapat diperoleh didapatkan waktu optimum untuk
ditentukan senyawa yang terkandung dalam transesterifikasi biodiesel yaitu 8 jam dengan
minyak yang digunakan sebagai bahan. rasio molar minyak:metanol 1:6 dan suhu
o
Dalam bahan (minyak) senyawa yang paling reaksi 60 C dengan hasil biodiesel sebesar
dominan adalah asam palmitat yang mem- 78,285%.
bentuk ester bernama asam heksadekanoat.
Asam heksadekanoat pada metil ester yang UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki persentase sebanyak 58,09% meng-
gambarkan bahwa asam palmitat pada Terimakasih yang sebesar-besarnya
minyak juga tinggi (Rengga & Istiani, 2011). diberikan kepada dosen pembimbing yaitu
Dari analisis GC dapat diketahui bahwa ibu Dr. Nurhayati, M.Sc dan ibu Dr. Sofia
kemurnian dari produk biodiesel yaitu untuk Anita, M.Sc yang telah memberikan ilmu,
rasio molar minyak metanol 1:6 sebesar motivasi, waktu dan saran-saranya untuk
99,01%, untuk perbandingan rasio molar keberhasilan penelitian ini.
minyak/metanol 1:9 adalah 98,5% dan untuk
perbandingan rasio molar minyak/metanol
1:12 adalah 99,001%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rodiansono, Wijaya A. 2007. Optimasi perbandingan mol metanol/minyak sawit


menggunakan petroleum benzin. Jurnal Sains dan Terapan Kimia 1(2): 76-82

Agustin,Y. 2007. Pengembangan monmorilonite sebagai katalis sintesis biodiesel melalui


esterifikasi palm fatty acid distillat.Thesis Institut Teknologi Bandung.

Hikmah, M.N dan Zuliyana. 2010. Pembuatan metil ester (biodiesel) dari minyak dedak dan
metanol dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Jaimasith M, Phyyanalinmat. 2007. Biodiesel synthesis from transesterification by clay-based


catalyst. Departement of Industrial Chemistry, Faculty of Science, Chiang May University,
Chiang May, Thailand.

Nurhayati, Akbar E, Yaakob Z. 2011. The effect of reaction temperature and reaction time on the
Transesterification of palm olein using NaOH/ZnO heterogeneous catalyst. Prosiding
Seminar HKI. 425-429
43
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar

Nurhayati, Erman, Muhdarina, Mulyani S. 2012. The effect of oil-methanol ratio and reaction time
on the synthesis of biodiesel using sodium acetat activated clay heterogenous catalyst.
Prosiding Seminar Bersama ke-7 FMIPA UR-FST UKM 2012. Pekanbaru. 46-48.

Pravitasari A. 2009. Potensi Pengembangan Biodiesel Indonesia. Majari Magazine.

Rashtizadeh E, Farzaneh F, Ghandi M. 2010. A comparative study of KOH loaded on double


aluminosilicate layers, microporous and mesoporous materials as catalyst for biodiesel
production via transesterification of soybean oil. Fuel 89(2010) : 3393-3398.

Rengga W D P, Istiani W. 2011. Sintesis metil ester dari minyak goreng bekas dengan pembeda
jumlah tahapan transesterifikasi. Jurnal kompetensi teknik. 2 (2) hal:79-89.
+
Sahara E. 2011. Regenerasi lempung bentonit dengan NH4 jenuh yang diaktivasi Panas dan
Adsorpsinya terhadap Cr(III). Jurnal Kimia 5(1): 81-87.

Setyaningsih D, Yuliani S, Solechan A. 2011. Optimasi proses sintesis Gliserol Tert-Butil Eter
(GTBE) sebagai aditif biodiesel.

Soetaredjo F E, Ayucitra A, Ismadji S, Maukar A L. 2011. KOH/bentonite catalyst for


transesterification of Palm oil to biodiesel. Applied Clay Sciences. Elsevier 53:341-346.

Vifttaria, M. 2012. Aktivasi lempung cengar dengan natrium asetat dan sifat katalitik untuk produksi
biodiesel: berat katalis dan suhu reaksi. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau,
Pekanbaru.

44
J. Ind.Che.Acta Vol. 3 (2) Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai