2685-File Utama Naskah-4526-1-10-20201103
2685-File Utama Naskah-4526-1-10-20201103
Abstract
In producing biodiesel, one aspect that plays an important role is the use of catalysts in triglyceride
transesterification reactions. The making of heterogeneous catalysts with activated carbon is carried out using
the impregnation method, Acacia mangingum wood sawdust is waste that has not been optimally used so that it
has the potential to be developed as an activated carbon carrying the catalyst. In this study the catalyst active
phase was dispersed on activated carbon by impregration using a KOH and NaOH solution with concentration
of 5 M for 21 hours, this catalyst was applied to the transesterification reaction to produce methyl esters or
biodiesel. In the transesterification reaction used used cooking oil raw material reacted with methanol with a
reaction time of 2 hours and stirring 600 rpm. The use of activated carbon catalyst was impregnated by KOH
using variations in the amount of catalyst 1, 3, and 5% w/w oil and reaction temperature 45, 55, 65, and 75ᴼC,
obtained the highest biodiesel yield on the use of 3% w/w catalyst oil at 65ᴼC , with the quality of biodiesel
density 0.7724-0.8585 gr/ml, viscosity 4.5485-5.3672 cSt, acid number 1.1222-2.2444, moisture content 0.034-
0.246%, and flash point 150-170ᴼC. While the use of activated carbon catalyst was impregnated with NaOH
using variations in the amount of catalyst 3, 4, and 5% w/w oil and the reaction temperature50, 55, 60, and
65ᴼC, obtained the highest biodiesel yield on the use of 3% w/w catalyst oil at 60ᴼC, with the quality of biodiesel
density 0.89282-0.90722 gr/ml, viscosity 2.3439-4.1601 cSt, acid number 0.84165-2.2444, water content
0.000592-0.071963%, and flash point 128-153ᴼC.
\ 20
Dinna, dkk
homogen seperti NaOH dan KOH, akan tetapi Pembuatan biodiesel menggunakan minyak jelantah
penggunaan katalis homogen ini memiliki sekali goreng dari minyak goreng merk Fortune.
kekurangan yaitu sulit dipisahakan dari produk, Pembuatan katalis dilakukan dengan proses
sensitif terhadap asam lemak bebas dan air yang impregnasi menggunakan larutan basa KOH dan
terkandung dalam minyak, bersifat korosif pada NaOH dengan konsentrasi 5 M selama 21 jam. Katalis
peralatan serta dapat dengan mudah membentuk hasil impregnasi dikeringkan dalam oven dan
sabun. Sisa katalis basa homogen dapat dilanjutkan dengan kalsinasi dalam furnace pada suhu
mengganggu pengolahan lanjut biodiesel 500ᴼC selama 3 jam.
dibandingkan dengan katalis fasa heterogen, Katalis yang diperoleh diaplikasikan dalam
sehingga penggunaan katalis heterogen pembuatan biodiesel dengan reaksi transesterifikasi
merupakan salah satu solusi untuk mengatasinya dengan bahan baku minyak nabati dan metanol.
(Sayid, dkk., 2016). Biodiesel hasil transesterifikasi dihitung rendemennya
Pembuatan katalis heterogen berbasis karbon dan dilakukan analisis biodisel untuk mengetahui
aktif dapat menggunakan metode impregnasi. mutu dari biodiesel yang dihasilkan.
Metode ini merupakan metode yang mudah Diagram Alir Penelitian Aplikasi Katalis
dilakukan, yaitu dengan mengontakkan larutan berbasis karbon aktif diimpregnasi basa dalam
yang mengandung logam yang berperan sebagai Sintesis Biodiesel ditunjukkan pada Gambar 1.
situs aktif dengan partikel penyangga berpori
(Munnik, dkk., 2015). Karbon aktif dapat Minyak Jelantah
dikonversi dari serbuk gergaji kayu Acacia
mangium dari industri pengolahan kayu yang
sampai saat ini belum digunakan secara optimal.
Analisis ALB
Menurut penelitian, kayu Acacia Mangium
mengandung karbon 51,75% dan setelah
dikarbonisasi dan diaktivasi menjadi karbon aktif
kandungan karbon meningkat menjadi 84,37% Minyak : Metanol Katalis
(Danish, dkk., 2013). KOH/K.Aktif 1:6 KOH/K.Aktif
Penelitian ini merupakan pengaplikasian dari NaOH/K.Aktif 1:12 NaOH/K.Aktif
penelitian tahap awal yaitu pembuatan katalis
berbasis karbon aktif dari serbuk gergaji kayu
Transesterifikasi
akasia (Acacia mangium Wild.) diimpregnasi basa 2 jam, 600 rpm
yang dilakukan oleh Dita Indah Sari dan Katalis KOH/K.Aktif
Nuraldyla Suciaty Saputri, 2019. Penelitian ini Variasi Jumlah Katalis = 1, 3, 5% b/b minyak
diharapkan dapat memanfaatkan potensi limbah Variasi Suhu = 45, 55, 65, 75ᴼC
biomassa sehingga dapat dikembangkan alternatif Katalis NaOH/K.Aktif
Variasi Jumlah Katalis = 3, 4, 5% b/b minyak
pemanfaatan limbah biomasa menjadi katalis Variasi Suhu = 50, 55, 60, 65ᴼC
berpengemban karbon aktif. Katalis yang
dihasilkan diuji kemampuan katalitiknya dalam
reaksi transesterifikasi. Pemisahan dan Pemurnian Produk
Tujuan Penelitian ini adalah menentukan (Metil Ester + Gliserol)
pengaruh variasi suhu reaksi transesterifikasi dan 1. Dekantasi
2. Pencucian
jumlah katalis dalam sintesis minyak jelantah 3. Pemanasan
menjadi biodiesel, dilanjutkan menentukan
kualitas produk biodiesel dengan pengujian mutu
biodiesel berupa parameter densistas, viskositas,
Biodiesel (Metil Ester) Rendemen
kadar air, bilangan asam dan titik nyala yang
Biodiesel
mana akan dibandingkan dengan SNI 04-7182-
(%)
2006 serta mengetahui angka optimum suhu
reaksi dan jumlah katalis karbon aktif yang Analisis Mutu
terimpregnasi basa dalam reaksi transesterifikasi. Biodiesel
2. METODOLOGI PENELITIAN
Katalis berbasis karbon aktif terimpregnasi
basa yang digunakan merupakan produk optimum 1. Densitas
dari penelitian tahap awal yang tentang 2. Viskositas
Pembuatan Katalis Berbasis Karbon Aktif Serbuk 3. Bilangan Asam
Gergaji Kayu Akasia Diimpregnasi KOH dan 4. Kadar Air
5. Titik Nyala
NaOH Variasi Konsentrasi dan Waktu Impregnasi.
21
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 20-28
90
88
Prosedur Penelitian 82
katalis 1%
1. Menyiapkan peralatan seperangkat alat 80
katalis 3%
refluks dan bahan baku minyak jelantah, 78
katalis 5%
metanol dan katalis yang telah dibuat terlebih 76
45 55 65 75
dahulu dengan metode impregnasi ke dalam
Suhu Reaksi (ᴼC)
karbon aktif menggunakan larutan basa KOH
dan NaOH dengan konsentrasi 5 M selama Gambar 2. Grafik Pengaruh Suhu Reaksi
21 jam Terhadap Rendemen Biodiesel
2. Mencampurkan minyak jelantah, metanol dengan Variasi Jumlah Katalis
dan katalis didalam labu leher empat. Reaksi KOH/Karbon Aktif
transesterifikasi dilakukan pengadukan,
pemanasan dengan penangas air dan refluks. Biodiesel dihasilkan dari reaksi transesterifikasi
Variabel tetap yang digunakan yaitu waktu yang merupakan proses reaksi antara trigliserida
reaksi 2 jam dan pengadukan 600 rpm. Pada dengan alkohol dengan gliserol sebagai produk
aplikasi katalis karbon aktif/KOH digunakan samping. Penelitian ini menggunakan minyak kelapa
rasio molar minyak metanol 1:6 dengan sawit sebagai sumber trigliserida dan metanol
variasi jumlah katalis 1,3, dan 5% b/b sebagai reaktan (alkohol), reaksi dibantu dengan
minyak jelantah dan variasi suhu reaksi 45, katalis yang dibuat pada penelitian sebelumnya yaitu
55, 65, dan 75ᴼC. katalis berbasis karbon aktif yang diimpregnasi
Pada Aplikasi katalis karbon aktif/NaOH dengan larutan basa.
digunakan rasio molar minyak metanol 1:12 Gambar 2 menunjukkan hubungan antara suhu
dengan variasi jumlah katalis 3, 4, dan 5% reaksi terhadap rendemen biodiesel yang dihasilkan
b/b minyak jelantah dan suhu reaksi 50, 55, dengan variasi jumlah katalis berbasis karbon aktif
60, dan 65ᴼC. yang diimpregnasi KOH. Penggunaan katalis 1% b/b
3. Melakukan dekantasi selama 12 jam, setelah minyak pada suhu 45, 55, 65 dan 75ᴼC
itu dilakukan pemisahan metanol dengan menghasilkan rendemen masing masing sebesar
pemanasan pada suhu 70ᴼC selama 1 jam, 80,63%, 83,8%, 86,43% dan 86,83%. Produk
selanjutnya pemurnian biodiesel dengan biodiesel yag diperoleh cukup tinggi dan terjadi
pencucian menggunakan akuades (70ᴼC) kenaikan rendemen biodiesel dengan adanya
hingga air hasil cucian jernih, dilanjutkan kenaikan suhu reaksi, hal ini dikarenakan molekul
dengan penguapan air dengan pemanasan molekul reaktan yang semakin aktif bereaksi dengan
105ᴼC selama 2 jam. meningkatnya suhu reaksi.
4. Produk biodiesel yang telah dimurnikan Pada saat jumlah penggunaan katalis ditambah
ditimbang untuk mengitung rendemen sebanyak 3 % b/b minyak, rendemen biodiesel yang
biodiesel dan dilakukan analisa mutu dihasilkan pada suhu reaksi 45, 55, 65 dan 75ᴼC
biodiesel sesuai dengan SNI-04-7182-2006 masing masing sebesar 82,61%, 88,23%, 88,35%
yaitu parameter densitas (ASTM D 1298), dan 86,124%. Rendemen biodiesel cenderung
viskositas kinematik (ASTM D 445), kadar meningkat dari penggunaan katalis 1 %. hal ini
air, bilangan asam (AOCS Cd 3-63) dan titik mengindikasikan dengan penambahan jumlah katalis
nyala(ASTM D 93). menjadi 3% meningkatkan aktivitas katalitik pada
reaksi transesterifikasi.dikarenakan dengan naiknya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi katalis akan semakin menurunkan energi
a. Katalis Basa KOH/Karbon Aktif
aktivasi, sehingga meningkatkan jumlah molekul
Rendemen Biodiesel dengan Variasi Jumlah
reaktan yang teraktifkan yang mengakibatkan
Katalis dan Suhu Reaksi
kecepatan reaksi menjadi naik dan pada suhu 75ᴼC
Rendemen produk biodiesel yang diperoleh
rendemen biodiesel menurun, dikarenakan suhu
dari reaksi transesterifikasi menggunakan katalis
reaksi yang terlalu tinggi atau lebih tinggi dari titik
KOH/Karbon aktif ditunjukkan pada Gambar 2.
didih metanol menyebabkan metanol lebih cepat
menguap dan tidak bereaksi dengan baik dalam
reaksi transesterifikasi.
Pada penggunaan katalis 5% b/b, rendemen
biodiesel yang dihasilkan pada suhu reaksi 45, 55,
65 dan 75ᴼC masing masing sebesar 83,40%,
87,51%, 84,32% dan 81,82% . Pada suhu 45 dan
55ᴼC rendemen meningkat dengan bertambahnya
suhu yang mengaktifkan reaktan untuk bereaksi dan
\ 22
Dinna, dkk
pada saat suhu 65 dan 75ᴼC redemen menurun, rentang SNI biodiesel yaitu berkisar antara 0,85-0,89
terjadi penurunan rendemen biodiesel dengan gr/ml.
bertambahnya jumlah katalis dan suhu reaksi. hal Menurut penelitian sebelumnya tentang reaksi
ini dikarenakan terjadinya reaksi samping antara transesterfikasi menggunakan katalis basa semakin
minyak dan katalis basa yang berlebihan yaitu banyak jumlah katalis yang digunakan pada
saponifikasimenyebabkan hasil penyabunan pembuatan biodiesel, maka semakin besar densitas
berupa surfaktan menghalangi kontak antara dari produk biodiesel yang dihasilkan (Faizal, dkk.,
minyak dengan metanol. Akibatnya kecepatan 2013).Semakin besarnya kadar densitas salah satu
reaksi dan konversi yang dihasilkan menurun. penyebabnya adalah proses pencucian dan pemurnian
Ditinjau dari penggunaan jumlah katalis kurang sempurna dilakukan, sehingga masih terdapat
dalam reaksi transesterifikasi dapat dilihat pada gliserol dalam produk dimana kandungan gliserol
Gambar 2. bahwa rendemen biodiesel yang menyebabkan densitas naik (Hadiah, dkk., 2011).
tertinggi diperoleh dari penggunaan jumlah Nilai densitas biodiesel yang diperoleh memiliki
katalis 3%. Semakin tinggi konsentrasi katalis, berat jenis yang memenuhi standar SNI biodiesel, hal
konversi reaksi semakin besar. Hal ini ini menunjukkan bahwa rantai unsur karbon didalam
disebabkan karena dengan naiknya kosentrasi biodiesel lebih kecil dari umpan minyak jelantah yang
katalis akan semakin menurunkan energi memiliki densitas >0,89 gr/ml karena telah terputus
aktivasi, sehingga meningkatkan jumlah molekul rantai karbon panjang di dalam minyak.
yang teraktifkan yang mengakibatkan kecepatan Viskositas
reaksi menjadi naik (Aziz, dkk., 2011). Viskositas biodiesel yang diperoleh dari reaksi
Penggunaan jumlah katalis 5% b/b minyak transesterifikasi menggunakan katalis KOH/Karbon
telah terjadi reaksi samping safonifikasi karena aktif ditunjukkan pada Gambar 4.
menurunnya nilai rendemen yang digunakan dan
akuades hasil pencucian yang keruh, 5.6
menunjukkan bahwa masih terdapat banyak 5.4 45 C
Viskositas (cSt)
0.88
0.86 Gambar 4. Grafik Nilai Viskositas Biodiesel
0.84 denganVariasi Jumlah Katalis
45 C
Densitas ( gr/ml)
23
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 20-28
bilangan asam
dibantu oleh katalis berbasis karbon aktif dari katalis 1%
1.5
kayu akasia yang diimpregnasi KOH katalis 3%
mengkatalisis reaksi dengan baik. 1
katalis 5%
Kadar Air 0.5
Kadar air biodiesel yang diperoleh dari 0
reaksi transesterifikasi menggunakan katalis 45 55 65 75
katalis 3%
165
160 katalis 5%
Grafik pada Gambar 5 menunjukkan kadar air 155
biodiesel mengalami penurunan dengan 150
meningkatnya suhu reaksi transesterifikasi karena 145
semakin tinggi suhu yang digunakan maka 140
45 55 65 75
kandungan air yang tekandung didalam biodiesel
semakin banyak yang teruapkan. Grafik Suhu Reaksi (ᴼC)
menunjukkan bahwa kadar air biodiesel dengan
penggunaan jumlah katalis 5 % paling tinggi, Gambar 7. Grafik Titik Nyala Biodiesel pada
jumlah katalis yang berlebihan menyebabkan Berbagai Suhu Reaksi dengan Variasi
reaksi penyabunan yang sangat reaktif terhadap air Jumlah Katalis KOH/Karbon Aktif
sehingga saat pencucian biodiesel dengan jumlah
katalis 5% bereaksi dengan air. Menurut penelitian sebelumnya semakin besar
Bilangan Asam jumlah katalis maka konversi biodiesel akan semakin
Bilangan asam biodiesel yang diperoleh kecil karena semakin besar kemungkinan terjadinya
dari reaksi transesterifikasi menggunakan katalis proses penyabunan (Pujaningtyas, 2017). Hal ini
KOH/Karbon aktif ditunjukkan pada Gambar 6. menyebabkan titik nyala biodiesel akan semakin
tinggi karena kandungan fraksi ringan (residu
alkohol) semakin rendah, sehingga semakin tinggi
temperatur yang dibutuhkan untuk biodiesel bisa
menyala. Dapat diperoleh informasi bahwa
penggunaan katalis 3% yang titik nyalanya lebih
\ 24
Dinna, dkk
tinggi mengandung fraksi ringan (residu alkohol) NaOH/Karbon aktif ditunjukkan pada Gambar 9.
yang paling rendah.
0.91 3% katalis
0.905
b. Katalis Basa NaOH/Karbon Aktif 4% katalis
Densitas (gr/ml)
Rendemen Biodiesel dengan Variasi Jumlah 0.9 5% katalis
0.895
Katalis dan Suhu Reaksi
0.89
Rendemen biodiesel yang diperoleh dari
0.885
reaksi transesterifikasi menggunakan katalis
0.88
NaOH/Karbon aktif ditunjukkan pada 50 55 60 65
Gambar 8. Suhu (⁰C)
3% katalis
4% katalis
Gambar 9.Grafik Pengaruh Suhu Reaksi
100
Terhadap Densitas
5% katalis
95 BiodieseldenganVariasiPersen
Yieald (%)
90 KatalisNaOH/Karbon Aktif
85
80 Berdasarkan SNI 04-7182-2006, densitas untuk
75 biodiesel adalah 0,85-0,89 gr/ml. Biodiesel yang tidak
50 55 60 65
memenuhi SNI dapat menyebabkan mesin mengalami
Suhu (⁰C)
keausan pada mesin dan emisi gas buang. Densitas
biodiesel dari hasil penelitian dapat diperhatikan pada
Gambar8.Grafik Pengaruh Suhu
Gambar 9.
ReaksiTerhadapYield Biodiesel
Pada Gambar 9 dapat diamati bahwa densitas
denganVariasi Persen
biodiesel masih masuk dalam maksimal angka SNI
KatalisNaOH/Karbon Aktif densitas biodiesel. Nilai densitas suatu biodiesel dapat
dipengaruhi oleh proses pembuatan biodiesel tersebut.
Gambar 8 menunjukkan bahwa yield Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
biodiesel terbesar yang dihasilkan adalah pada suhu reaksi maka densitas biodiesel semakin kecil.
penggunaan 3% katalis dengan suhu reaksi 60ºC. Secara teori, semakin tinggi suhu suatu zat maka
Semakin besar persen katalis yang digunakan akansemakin kecil densitas zat tersebut. Dimana
seharusnya semakin besar yield biodiesel yang semakin tinggi suhu zat tersebut, semakin bertambah
dihasilkan, seperti pada 3% katalis yang juga volume zat tersebut dengan massa yang tatp
menunjukkan pengaruh suhu terhadap yield (Setiorini dan Zuhri, 2010). Semakin banyak persen
biodiesel. Penggunaan 3% katalis menghasilkan katalis yang digunakan, maka semakin besar densitas
biodiesel yang mengalami peningkatan seiring biodiesel yang dihasilkan. Hal ini terlihat pada kurva
meningkatnya suhu sampai pada titik suhu 60ºC, 4% dan 5% katalis yang berada diatas kurva 3%
namun menurun saat suhu 65ºC. Dalam hal ini katalis.
suhu tidak terlalu mempengaruhi yield biodiesel, Persen katalis menunjukkan banyaknya katalis
bahkan yield maksimum diperoleh dari reaksi yang akan kontak dengan reaktan, sehingga semakin
dengan hanya menggunakan 3% katalis yaitu besar persen katalis semakin banyak tumbukan yang
96,15%. terjadi yang dalam hal ini akan mempengaruhi jumlah
Dalam penelitian ini, penggunaan 4% katalis gliserol. Meningkatnya sebagian densitas biodiesel
terlihat lebih stabil terhadap yield biodiesel yang diduga karena masih terdapat kandungan gliserol
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena didalam biodiesel. Dimana gliserol memiliki densitas
terbentuknya dimetil eter antara metanol dan yang tinggi yaitu1,26 gr/ml sehingga dapat
NaOH. Dimana katalis basa berlebih membentuk mempengaruhi densitas biodiesel itu sendiri (Putra,
reaksi safonifikasi yang dapat terjadi akibat rasio dkk., 2012).
mol minyak dan metanol yang besar yaitu 1:12.
Viskositas
Safonifikasi dapat menghambat pembentukan
Viskositas yang tinggi menujukkan fluida
metil ester yang diharapkan. Sabun dari hasil
tersebut masih lebih kental sehingga akan
transesterifikasi akan meningkatkan viskositas
mengakibatkan kecepatan aliran akan lebih lambat
dari biodiesel dan mengganggu pemisahan
sehingga proses derajat atomisasi bahan bakar akan
gliserol dan juga turunnya yield metil ester
terlambat pada ruang bakar. Untuk mengatasi hal ini
(Ramadhans, dkk., 2005 ; Ashwath, 2010).
perlu dilakukan proses kimia yaitu transesterifikasi
Densitas untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati itu
Densitas biodiesel yang diperoleh dari sampai mendekati viskositas biodiesel. Hasil
reaksi transesterifikasi menggunakan katalis penelitian dapat di lihat pada Gambar 10.
25
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 20-28
3% katalis
3% katalis
4% katalis
4% katalis 5% katalis
4.5 5% katalis 0.08
4
3 0.04
2.5
2 0.02
1.5 0
1 50 55 60 65
0.5
Suhu (⁰C)
0
50 55 60 65
Suhu (ºC)
Gambar 11.Grafik Pengaruh Suhu Reaksi
Terhadap Kadar Air Biodiesel
Gambar 10.Grafik Pengaruh Suhu Reaksi dengan Variasi Persen Katalis
Terhadap Viskositas Biodiesel NaOH/Karbon Aktif
dengan VariasiPersen Katalis
NaOH/Karbon Aktif
Pada Gambar 11terlihat bahwa keseluruhan
biodiesel memilki kadar air yang rendah. Tingginya
Gambar 10 menujukkan nilai viskositas dari
kadar air dalam variasi 3% katalis pada suhu 65ºC
biodiesel yang dihasilaknn, dimana untuk semua
dan 5% katalis pada suhu 50ºC dapat disebabkan
sampel nilai viskositas memneuhi SNI 04-7182-
karena penguapan yang tidak maksimal sehingga
2006 yaitu 2,3-6,0 cSt. Viskositas berkaitan
perlu dilakukan pemanasan kembali agar kadar air
dengan komposisi asam lemak dan tingkat
yang masih terkandung dalam biodiesel dapat
kemurnian biodiesel. Proses transesterifikasi pada
berkurang. Perbedaan kadar air pada setiap biodiesel
pembuatan biodiesel menyebabkan turunnya nilai
karena pengaruh proses pemanasan yang berbeda
viskositas triglisireda yang digunakan. Hal ini
beda antara setiap sampel.
dikarenakan berkurangnya berat molekul
trigliserida yang dikonversi menjadi metil ester Bilangan Asam
(Santoso,dkk., 2010). Viskositas berpengaruh Bilangan asam pada biodiesel berhubungan
secara langsung terhadap kemampuan bahan dengan pH. Semakin pH menuju angka netral yaitu 6
bakar tersebut bercampur dengan udara, sehingga hingga 7, maka semakin kecil angka asam serta
viskositas yang tinggi dapat menyebabkan semakin baik biodiesel yang dihasilkan. Berdasarkan
pembakaran tidak sempurna. SNI 04-7182-2006, angka asam biodiesel maksimal
Jika harga viskositas terlalu tinggi maka akan adalah 0,8 mgKOH/gram. Berikut angka asam
besar kerugian gesekan di dalam pipa, kerja biodiesel dari hasil penelitian pada Gambar 12.
3% katalis
pompa akan berat, penyaringannya sulit dan 4% katalis
kemungkinan kotoran ikut terendap besar, serta 5% katalis
2.5
sulit mengabutkan bahan bakar. Sebaliknya jika
2
viskositas terlalu rendah berakibat pelumasan
Angka Asam
1.5
yang tipis, jika dibiarkan terus menerus akan
mengakibatkan keausan. 1
\ 26
Dinna, dkk
Titik nyala adalah titik temperatur terrendah pada penggunaan 3% katalis KOH/Karbon
dimana bahan bakar dapat menyala ketika Aktifdengan suhu reaksi 65ᴼC dan 3% katalis
bereaksi dengan udara.Bila nyala terus terjadi NaOH/Karbo Aktifdengan suhu reaksi 60ᴼC.
secara menerus maka suhu tersebut diinamakan 3. Suhu reaksi transesterifikasi dan persen katalis
titik bakar (fire point). Berdasarkan SNI 04-7182- mempengaruhi proses konversi minyak jelantah
2006, titik nyala biodiesel adalah minimal 110 ºC menjadi biodiesel, meskipun pada beberapa grafik
. Titik nyala yang terlampau tinggi dapat terjadi penyimpangan. Seperti titik nyala, dimana
menyebabkan keterlambatan penyalaan sementara semakin tinggi suhu reaksi maka titik nyala
apabila titik nyala terlampau rendah akan biodiesel yang dihasilkan semakin tinggi.
menyebabkan timbulnya denotasi yaitu ledakan 4. Mutu Biodiesel yang dihasilkan :
kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk Parameter densitas seluruhnya memenuhi
ruang bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan memenuhi SNI 04-7182-2006 kecuali produk
resiko bahaya saat penyimpanan.Semakin tinggi biodiesel pada jumlah katalis KOH/Karbon Aktif
titik nyala dari suatu bahan bakar semakin aman 1, 3, 5% suhu 45ᴼC, Katalis NaOH/Karbon Aktif
penanganan dan penyimpanannya (Widyastuti, 3% suhu 50ᴼC dan Katalis NaOH/Karbon Aktif
2007).Berikut hasil pengamatan titik nyala 5% suhu 50-55ᴼC.
biodiesel yang dapat dilihat pada Gambar 13. Parameter viskositas seluruhnya memenuhi SNI
04-7182-2006
3% katalis
4% katalis
Parameter kadar air yang memenuhi SNI 04-
5% katalis 7182-2006 pada jumlah 3% katalis KOH/Karbon
155
Aktif suhu 65 dan 75ᴼC, dan katalis
150
145
NaOH/Karbon Aktif 5% dengan suhu reaksi
50ºC.
Titik Nyala (ºc)
140
135 Parameter bilangan asam seluruhnya tidak
130
memenuhi SNI 04-7182-2006
Parameter titik nyala seluruhnya memenuhi SNI
125
120
115 04-7182-2006
50 55 60 65
Suhu (⁰C)
DAFTAR PUSTAKA
Arpiwi, Ni Luh. 2015. Bioenergi: Biodiesel dan
Gambar 13.Grafik Pengaruh Suhu Reaksi
Bioetanol. Diktat Kuliah Prodi Biologi
TerhadapTitik Nyala Biodiesel Fakultas MIPA. Denpasar: Universitas
dengan Variasi Persen Katalis Udayana.
NaOH/Karbon Aktif
27
Politeknik Negeri Sriwijaya, Prosiding Seminar Mahasiswa Teknik Kimia
Vol. 01, No. 01 (Oktober, 2020) : 20-28
\ 28