Anda di halaman 1dari 16

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu
dengan yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart
& Laraia , 2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik
(Yalom, 1995 dalam Struart & Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi
dinamika kelompok , ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan
balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
1. Jenis terapi kelompok
Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan
keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia
(2001) menguraikan beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan
digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan bagi klien, misalnya task
group, supportive group, brief therapy groups, intensive problem-solving
groups, medication groups, activity therapy, dan peer support groups.
Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok
seperti, analytic group psycho therapi, psychodrama, self-help groups,
remotivation, reedukasi dan client government groups. Terapi aktivitas
kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok
menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi
aktivitas kelompok.
a. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan atau ketiganya.

b. Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik
krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok
wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan
penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan
menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai
berikut :
1) Mencegah masalah kesehatan
2) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
3) Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
c. Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi
sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi.

Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok
(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)
Tujuan Tipe Aktivitas
Mengembangkan Bibliotherapy Menggunakan artikel,
stimulasi persepsi buku, sajak, puisi, surat
kabar untuk merangsang
atau menstimulasi
berpikir dan
mengembangkan
hubungan dengan orang
lain.
Stimulus dapat berbagai
hal yang tujuannya
melatih persepsi.
Mengembangkan Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan
stimulasi sensoris mengekspresikan
perasaan
Relaksasi Belajar teknik relaksasi
dengan cara nafas
dalam, relaksasi otot,
imajinasi
Mengembangkan Kelompok orientasi Fokus pada orientasi
orientasi realitas realitas, kelompok waktu, tempat dan
validasi orang; benar dan salah;
bantu memenuhi
kebutuhan
Mengembangkan Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri
sosialisasi dan regresi pada klien
menarik realitas dalam
berinteraksi atau
Kelompok sosialisasi
mengingatkan Fokus pada mengingat

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.


Sejalan dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa
aktivitas yang digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi,
mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-
hari yang lain. Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa TAK adalah
manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meninkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca puisi, seni,
musik, menari dan literatur.
Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh
Wilson, Kneisl, dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi
kelompok tambahan yang disampaikan oleh Rawlins, Williams, dan Beck.
Oleh karena itu, akan diuraikan kombinasi keduanya menjadi terapi
aktivitas kelompok.

2. Terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan:
baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini
merupakan stimulus yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa
lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau
distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih
persepsi klien terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan,
berupa ekspresi perasaan ssecara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan
tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan
respons. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik,
seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat
dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.

c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas


Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekat dengan klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu
yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi
orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi
nyata.

B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasidapat pula dilakukan secara bertahapdari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.
Aktivitasdapatberupalatihansosialisasidalamkelompok.

C. KualifikasiTerapis
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang
perlu dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok,
yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan
lokakarya; praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin
kelompok; pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah
dipersiapkan secara profesional. American Nurses Association (ANA)
menetapkan pada praktik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat
berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis
klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir
dan competen sebagai terapis kelompok. The American Group
Pshycotherapy Association (AGPA) sebagai badan akreditasi terapi
kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok
tambahan (TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang
masalah klien dan mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok
khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.
PERILAKU KEKERASAN

A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa
ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama
yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh
keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan
kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 :
Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana
hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat. Kemarahan yang ditekan atau
pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu
hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat
harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi
positif marah.
C. Metode TAK
1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
2. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan
berupa ekspresi perasaan secar non-verbal.
3. TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri
sendiri, orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan
lingkunan yang mempunyai hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu
dan rencana kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu,
tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
4. TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari
terapi ini ialah klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat juga dilakukan secara
bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok
D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
E. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang
tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah
diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan
sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
dihargai dan diakui statusnya.
F. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri
1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan


Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan
keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk
memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal,
kasur
b. Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun
olahraga, Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali
tarikan dan hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka
orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang
sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Stimulasi : Perilaku Kekerasan
Topik : Perilaku Kekerasan
Terapis : mahasiswa
Sasaran : klien
Tempat : Ruang
Waktu : 1 X 45 menit

Kriteria Pasien :
Klien yang tidak terlalu gelisah.
klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok
Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil

Klien tenang dan kooperatif

Kondisi fisik dalam keadaan baik

Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

Klien yang dapat memegang alat tulis

Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Leader :

Bertugas :

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan


menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi

Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan


dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan

Co Leader :

Bertugas :

Mendampingi leader jika terjadi blocking


Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

Observer :

Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok

Mengobservasi perilaku pasien

Bertugas :

Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan


Mendampingi peserta TAK

Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok

Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

Operator :

Bertugas :

Mengatur sound,music

Pendamping pasien :

Bertugas :

Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK


Mengingatkan pasien tentang aturan permainan
Mengikuti jalannya TAK

Anggota /Klien :

Bertugas :

Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

Uraian Seleksi Kelompok :

a. Hari/Tanggal : Jumat 17 juni 2016


b. Tempat pertemuan : Ruang inap anak dan remaja

c. Waktu : 09.00 s/d selesai

d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan

f. Jumlah Anggota : ...Orang

g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan

Seting Tempat :

Keterangan :
Leader : Operator
:
Co Leader : Observator
:
Fasilitator : Anggota /Klien
:

TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU


KEKERASAN
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial
Tujuan:
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
Seting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat ;
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien


Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi

a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi /Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta
perilaku kekerasan
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
o Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
o Lama kegiatan 45 menit
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan
yaitu, Saya perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk.....
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu,Saya tidak dapt
melakukan...atauSaya tidak menerima dikatakan .....atau Saya
kesal dikatakan seperti....
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
k. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap


kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut :
Sesi 3: TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

No Nama Klien Memperagakan caraMemperagakan Mamperagakan cara


meminta tanpacara menolakmengungkapkan
paksa yang baik kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
jika klien mampu dan tanda jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai