Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, berinteraksi

menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa

idntitas bersama. Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang

bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan berfungsi sebagai satu

kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) kepada sistem yang

lebih besar dengan demikian apabila terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat

akan saling mempengaruhi dan dapat menurunkan derajat kesehatan nasional.

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor

lingkungan dimana masyarakat tersebut berada. Perilaku masyarakat yang merugikan

ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan,

dapat pula bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilaku-perilaku kelompok

masyarakat dalam banyak hal, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan juga

dapat mempengaruhi masalah kesehatan pada masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka

dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu

sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan

masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan

pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya

kesehatan.

Di Wilayah RT 2/RW 2 Lerep Ungaran Barat Kabupaten Semarang, terdiri

dari 7 RT dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 252 KK jumlah penduduk 830 jiwa

(laki-laki 404 jiwa dan perempuan 426 jiwa), kondisi lingkungan di RW V merupakan

daerah pemukiman padat, industri / pabrik, home industri sehingga memungkinkan

terjadinya penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ISPA, demam berdarah, diare

dan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang

kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk mendapatkan hasil

yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan. Salah satu cara memperoleh

pengalaman adalah melalui praktik praktik program profesi ners komunitas di RW. 02

Lerep, Kelurahan Lerep, kecamatan Ungaran Barat, kabupaten Semarang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan

kapasitas yang mereka miliki, terutama di Kelurahan Lerep.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan yang ingin dicapai

adalah :

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keparawatan


b. Menetapkan masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah

c. Menanggulangi masalah keperawatan dan penilaian hasil kegiatan dalam

memecahkan masalalah keperawatan.

d. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan self

care individu dan keluarga.

e. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan pada

masyarakat

f. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah

kesehatan.

C. Manfaat Laporan
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat RT 02/RW 02
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan
perumahan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta
pelayanan sosial yang ada / kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan serta
sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat RT 02/RW 02.

3. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan
keparawatan individu, keluarga, kelompok dan komunitas khususnya di RT 02/RW 02
Kelurahan Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Komunitas
Menurut Sounders (1991), komunikasi sebagai tempat atau kumpulan orang-
orang atau sistem sosial. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas
sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terkait oleh rasa identitas suatu
komuitas (dalam Wahit, 2009).
B. Keperawatan Komunitas
Menurut Ruth B. Freeman (1981), adalah kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tunjukan pada pengembangan serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun
secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat ( dalam Wahit,
2009).
Sedangkan menurut Depkes RI (1986), merupakan suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan pelayan integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikuti sertakan tim kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang lebih tinggi ( Wahit, 2009).
C. Pengertian Petani
Peraturan mentri Pertanian (Permetan ) No. 273 Tahun 2007 tentang
pedomana pembinaan kelembagaan pertaniaan menyebutkan bahwa kelompok tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban unutk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.
Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau
melihat ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu.
Petani sebagai pengolola usaha tani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan
didalam meanfaatkan lahan yang dimiliki untuk kesejahteraan keluarga (Rodjak,
2006).
Hingga saat ini masalah praktisi pertaniaan, terutama petani kurang
diperhatikan, baik para petani yang acuh terhadap penggunaan alas kaki, maupun
pemerintah dan LSM yang kurang tanggap terhadap permasalahan tersebut. Pola
kerja yang tidak baik ini sulit untuk diubah, jika tidak ada korelasi atau kerja sama
antara petani dengan berbagai macam profesi kesehatan, baik dari pemerintah maupun
swasta (LSM). Kebiasaan tidak memakai alas kaki bersawah banyak ditemui di
indonesia karena kurangnya pengetahuan para petani akan pentingnya menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja di sawah. Kebiasaan tersebut pada akhirnya dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakt, mulai dari infeksi ringan sampai yang
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, sebagai masyarakat dari negara agraris,
sudah sepatutnya kita saling mengngatkan dan membantu mengingatkan masyarakat
sebagai aset kontinuitas pertaniaan indonesia.
D. Karakteristik Kelompok Tani
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang
dibutuhkan dari, oleh dan untuk petani yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Ciri kelompok tani
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota
b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang dama dalam berusaha tani
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.
d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakan bersama
E. Unsur Pengikat Kelompok Tani
a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya
b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara
peranggotanya.
c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakan para petani dan
kepemimmpinan diterima oleh sesama petani lainnya
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya
sebagain besar anggotanya.
e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditemukan.
F. Fungsi Kelompok Tani
a. Kelas belajar; Kelompoktani merupakan wadah kegiatan belajar-mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan petani
semakin sejahtera.
b. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani
serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan
lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan.
c. Unit Produksi; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari
segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
G. Masalah Kesehatan Kerja Yang Menurunkan produktifitas Kerja Petani
1. Penyakit umum pada petani antara lain, kanker, kecacatan, kusta, TB paru dan
penyakit jantung
2. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis.
Pneumoconisis dengan gejala seperti batuk, sesak napas, nyeri dada dan
sianosis.upaya prefentif: skrinig, promosi kesehata, penggunaan alat pelingdung
masker, kaca mata, subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water
spray dan exhauste.
3. Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten, hal
ini disebabkan :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
b. Ketidak mampuaan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
c. Pola hidup yang salah
d. Stok bahan makanan yang tidak ada
(Wahit, 2009)
Pada petani dengan kapasitas kerja dan beban kerja yang berat masih harus
mengalami resiko atau ancaman bahaya yang berasal dari lingkunan kerja mereka.
Beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan pekerja petani yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah:
a. Dermatitis (dermatosis akibat kerja)
b. Gangguan yang berhubungan dengan masalah ergonomik seperti backpain,
myalagia
c. Penyakit-penyakit pernapasan yang berhubungan dengan kelainan ventilasi
obstruktif dan restriktif
d. Keracunan peptisida

H. Penyakit Akibat Kerja


Penyebab penyakit akibat kerja antara lain sebagai berikut:
1. Faktor fisik meliputi
a. Kebisingan
b. Suhu
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin
e. Getaran
f. Radiasi
g. Tekakn udara
2. Faktor kimia meliputi
a. Gas
b. Uap debu
c. Fume
d. Kabut
e. Asap
3. Faktor biologis meliputi
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
d. Cacing
4. Faktor fisiologis meliputi
a. Sikap dan cara kerja
b. Jam kerja
c. Istirahat
d. Shift kerja
e. Lembur
5. Faktor mental meliputi:
a. Suasana kerja
b. Hubungan antara pekerjaan
c. Pengusaha
(Wahit, 2009)
I. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatankerja
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjaminkeutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja padakhususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menujumasyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara
keilmuanadalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegahkemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatandan
kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasamaupun industri
.Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakansatuupaya pelindungan yang
diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya.
Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien (Sumamur, 2006)

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari danmengungkapkan


kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.Maka menurut Mangkunegara (2002)
tujuan dari keselamatan dan kesehatankerja adalah sebagai berikut:1.

Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.

1 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknyaselektif


mungkin.
2 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
3 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
4 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
5 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan olehlingkunganatau kondisi
kerja.
6 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Menurut Wahit (2009), upaya yang dilakukan untuk menjagakesejahteraan pekerja


adalah dengan cara menerapkan managemen K3dengan mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yangmemungkinkan terjadinya kecelakaan
1. Pada mesin : seperti peralatan dan bahan (keadaan mesin yang rusak,
licin,longgar, kasar, dan tajam); kondisi pengaman mesin (kegiatan
dengankecepatan berbahaya, tidak memanfaatkan perlengkapan, bekerja
pada peralatan yang bergerak/berbahaya); kondisi alat-alat kerja; dan konsisi
bahan2
2. Karyawan, yang meliputi : kondisi mental dan fisik, kebiasaan kerja ( baikdan
aman), penggunaan APD3.

Tata cara kerja, yang meliputi : prosedur kerja yang benar, protap untukkegiatan yang
berulang, dan kebiasaan bekerja menurut petunjuk manual.Pencegahan kecelakaan kerja
dengan memperhatikan pada aspek manusia danaspek peralatan. Aspek manusia (tenaga
kerja) harus memenuhi beberapasyarat, yaitu terampil sesuai jenis pekerjaan
Program kesehatan
Mengingatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian
kecelakaan kerja.
a. Menurunkan penyakit akbat kerja
b. Mengurangi transisi penyakit menular anatara pekerja
c. Memberikan program peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit dan pendidikna
kesehatan
d. Mengintervensi kasus-kasu non kedaruratan dan memberikan pertolonan pertama
pada kecelakaan
(Mubarok, dk., 2006)
A. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kisi-kisi kajian
1) Indikator hasil akhir
a) Angka kesakitan :
- ISPA
- Nyeri punggung
- Iritasi kulit
2) Indikator hasil antara
Perilaku :
a) Pengetahuan
- Mengetahui dari dampak petisida dan dampak tidak menggunakan
APD saat bekerja
b) Siakap :
- Pola pikir tetang pentinggnya penggunakan APD
- Motivasi menggunakan APD saat bekerja
- Kepatuhan untuk menggunakan APD
c) Keterampilan:
- Memakai masker saat melakukan penyemprotan
- Memakai sarung tangan saat mencapur pupuk
- Memakai alas kaki saat bekerja
d) Pelayanan kesehatan:
- Puskesmas
- Klinik
- Bidan
e) Lingkungan
- Kebesihan lingkungan
- Irigasi
- Sosialisasi
- Kesehatan lingkungan

b. Hasil Kajian
1) Distribusi Kegiatan Petani

No Jenis Kegiatan Frekuensi prosentase


1 Mencangkul 4 22%
2 Membajak 3 17%
3 Memberikan Pupuk 8 44%
4 lain-lain 3 17%
Jumlah 18 100%

Jenis Kegiatan

Mencangkul
17%
22%
Membajak
17%
44%
Memberikan
Pupuk
lain-lain

Berdasarkan diagram tersebut didapatkan jenis kegiatan yang paling banyak


dilakukan petani adalah memberikan pupuk, yaitu 44%.

2) Distribusi Frekuensi Penggunaan APD

No Pemakaian masker Frekuensi Prosentase


1 Ya 5 28%
2 Tidak 13 72%
jumlah 18 100%

Pemakaian Masker

28%
Ya
72%
Tidak
Pemakaian sarung
No tangan Frekuensi Prosentase
1 Ya 4 22%
2 Tidak 14 78%
jumlah 18 100%

Pemakaian Sarung Tangan

22%

Ya
Tidak

78%

Pemakaian alas
No kaki Frekuensi Prosentase
1 Ya 4 22%
2 Tidak 14 78%
jumlah 18 100%

Pemakaian Alas Kaki

22%

Ya
78% Tidak

Berdasarkan diagram diatas didapatkan sebagian besar petani tidak


menggunakan APD saat bekerja, yaitu tidak menggunakan masker 72%, tidak
memakai sarung tangan 78%, tidak memakai alas kaki 78%.

3) Distribusi Frekuensi Pengetahuaan Petani


Pengetahuan tentang
No dampak pestisida Frekuensi Prosentase
1 Ya 7 39%
2 Tidak 11 61%
jumlah 18 100%

Pengetahuan Tentang Dampak Pestisida

39%
Ya
Tidak
61%

Pengetahuan tentang
dampak tidak memakai
No APD Frekuensi Prosentase
1 Ya 5 28%
2 Tidak 13 72%
jumlah 18 100%

Pengetahuan Tentang Dampak Tidak Memakai APD

28%
Ya
72% Tidak

Berdasarkan diagram diatas sebagian besar petani tidak memiliki pengetahuan


tentang dampak dari pestisida yaitu 61%, dan tidak memiliki pengetahuan
tentang dampak tidak mengunakan APD sebanyak 83%.

4) Distribusi Frekuensi Gangguan yang Sering yang Dialami Petani


Gangguan yang sering
No dialami Frekuensi Prosentase
1 Batuk 2 11%
2 pusing 2 11%
3 gatal-gatal 4 22%
4 mual 2 11%
5 nyeri punggung 5 28%
6 lain-lain 3 17%
Jumlah 18 100%

Gangguan yang Sering Dialami

Batuk
17% 11%
pusing
11%
gatal-gatal
mual
28% 22%
nyeri punggung
11% lain-lain

Berdasarkan diagram diatas gangguan yang sering dialami oleh petani setelah
bekerja yaitu nyeri punggung 28%, gatal-gatal 22%.

Anda mungkin juga menyukai