Komunitas
Komunitas
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa
idntitas bersama. Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang
bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan berfungsi sebagai satu
kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) kepada sistem yang
lebih besar dengan demikian apabila terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat
ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan,
dapat pula bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilaku-perilaku kelompok
masyarakat dalam banyak hal, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan juga
masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatan.
dari 7 RT dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 252 KK jumlah penduduk 830 jiwa
(laki-laki 404 jiwa dan perempuan 426 jiwa), kondisi lingkungan di RW V merupakan
terjadinya penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ISPA, demam berdarah, diare
dan lainnya.
yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan. Salah satu cara memperoleh
pengalaman adalah melalui praktik praktik program profesi ners komunitas di RW. 02
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan yang ingin dicapai
adalah :
masyarakat
kesehatan.
C. Manfaat Laporan
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Masyarakat RT 02/RW 02
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan
perumahan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta
pelayanan sosial yang ada / kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan serta
sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat RT 02/RW 02.
3. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan
keparawatan individu, keluarga, kelompok dan komunitas khususnya di RT 02/RW 02
Kelurahan Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Komunitas
Menurut Sounders (1991), komunikasi sebagai tempat atau kumpulan orang-
orang atau sistem sosial. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas
sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terkait oleh rasa identitas suatu
komuitas (dalam Wahit, 2009).
B. Keperawatan Komunitas
Menurut Ruth B. Freeman (1981), adalah kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tunjukan pada pengembangan serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun
secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat ( dalam Wahit,
2009).
Sedangkan menurut Depkes RI (1986), merupakan suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan pelayan integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikuti sertakan tim kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang lebih tinggi ( Wahit, 2009).
C. Pengertian Petani
Peraturan mentri Pertanian (Permetan ) No. 273 Tahun 2007 tentang
pedomana pembinaan kelembagaan pertaniaan menyebutkan bahwa kelompok tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban unutk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.
Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau
melihat ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu.
Petani sebagai pengolola usaha tani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan
didalam meanfaatkan lahan yang dimiliki untuk kesejahteraan keluarga (Rodjak,
2006).
Hingga saat ini masalah praktisi pertaniaan, terutama petani kurang
diperhatikan, baik para petani yang acuh terhadap penggunaan alas kaki, maupun
pemerintah dan LSM yang kurang tanggap terhadap permasalahan tersebut. Pola
kerja yang tidak baik ini sulit untuk diubah, jika tidak ada korelasi atau kerja sama
antara petani dengan berbagai macam profesi kesehatan, baik dari pemerintah maupun
swasta (LSM). Kebiasaan tidak memakai alas kaki bersawah banyak ditemui di
indonesia karena kurangnya pengetahuan para petani akan pentingnya menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja di sawah. Kebiasaan tersebut pada akhirnya dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakt, mulai dari infeksi ringan sampai yang
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, sebagai masyarakat dari negara agraris,
sudah sepatutnya kita saling mengngatkan dan membantu mengingatkan masyarakat
sebagai aset kontinuitas pertaniaan indonesia.
D. Karakteristik Kelompok Tani
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang
dibutuhkan dari, oleh dan untuk petani yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Ciri kelompok tani
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota
b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang dama dalam berusaha tani
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.
d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakan bersama
E. Unsur Pengikat Kelompok Tani
a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya
b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara
peranggotanya.
c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakan para petani dan
kepemimmpinan diterima oleh sesama petani lainnya
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya
sebagain besar anggotanya.
e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditemukan.
F. Fungsi Kelompok Tani
a. Kelas belajar; Kelompoktani merupakan wadah kegiatan belajar-mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan petani
semakin sejahtera.
b. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani
serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan
lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan.
c. Unit Produksi; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari
segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
G. Masalah Kesehatan Kerja Yang Menurunkan produktifitas Kerja Petani
1. Penyakit umum pada petani antara lain, kanker, kecacatan, kusta, TB paru dan
penyakit jantung
2. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis.
Pneumoconisis dengan gejala seperti batuk, sesak napas, nyeri dada dan
sianosis.upaya prefentif: skrinig, promosi kesehata, penggunaan alat pelingdung
masker, kaca mata, subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water
spray dan exhauste.
3. Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten, hal
ini disebabkan :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
b. Ketidak mampuaan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
c. Pola hidup yang salah
d. Stok bahan makanan yang tidak ada
(Wahit, 2009)
Pada petani dengan kapasitas kerja dan beban kerja yang berat masih harus
mengalami resiko atau ancaman bahaya yang berasal dari lingkunan kerja mereka.
Beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan pekerja petani yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah:
a. Dermatitis (dermatosis akibat kerja)
b. Gangguan yang berhubungan dengan masalah ergonomik seperti backpain,
myalagia
c. Penyakit-penyakit pernapasan yang berhubungan dengan kelainan ventilasi
obstruktif dan restriktif
d. Keracunan peptisida
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
Tata cara kerja, yang meliputi : prosedur kerja yang benar, protap untukkegiatan yang
berulang, dan kebiasaan bekerja menurut petunjuk manual.Pencegahan kecelakaan kerja
dengan memperhatikan pada aspek manusia danaspek peralatan. Aspek manusia (tenaga
kerja) harus memenuhi beberapasyarat, yaitu terampil sesuai jenis pekerjaan
Program kesehatan
Mengingatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian
kecelakaan kerja.
a. Menurunkan penyakit akbat kerja
b. Mengurangi transisi penyakit menular anatara pekerja
c. Memberikan program peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit dan pendidikna
kesehatan
d. Mengintervensi kasus-kasu non kedaruratan dan memberikan pertolonan pertama
pada kecelakaan
(Mubarok, dk., 2006)
A. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kisi-kisi kajian
1) Indikator hasil akhir
a) Angka kesakitan :
- ISPA
- Nyeri punggung
- Iritasi kulit
2) Indikator hasil antara
Perilaku :
a) Pengetahuan
- Mengetahui dari dampak petisida dan dampak tidak menggunakan
APD saat bekerja
b) Siakap :
- Pola pikir tetang pentinggnya penggunakan APD
- Motivasi menggunakan APD saat bekerja
- Kepatuhan untuk menggunakan APD
c) Keterampilan:
- Memakai masker saat melakukan penyemprotan
- Memakai sarung tangan saat mencapur pupuk
- Memakai alas kaki saat bekerja
d) Pelayanan kesehatan:
- Puskesmas
- Klinik
- Bidan
e) Lingkungan
- Kebesihan lingkungan
- Irigasi
- Sosialisasi
- Kesehatan lingkungan
b. Hasil Kajian
1) Distribusi Kegiatan Petani
Jenis Kegiatan
Mencangkul
17%
22%
Membajak
17%
44%
Memberikan
Pupuk
lain-lain
Pemakaian Masker
28%
Ya
72%
Tidak
Pemakaian sarung
No tangan Frekuensi Prosentase
1 Ya 4 22%
2 Tidak 14 78%
jumlah 18 100%
22%
Ya
Tidak
78%
Pemakaian alas
No kaki Frekuensi Prosentase
1 Ya 4 22%
2 Tidak 14 78%
jumlah 18 100%
22%
Ya
78% Tidak
39%
Ya
Tidak
61%
Pengetahuan tentang
dampak tidak memakai
No APD Frekuensi Prosentase
1 Ya 5 28%
2 Tidak 13 72%
jumlah 18 100%
28%
Ya
72% Tidak
Batuk
17% 11%
pusing
11%
gatal-gatal
mual
28% 22%
nyeri punggung
11% lain-lain
Berdasarkan diagram diatas gangguan yang sering dialami oleh petani setelah
bekerja yaitu nyeri punggung 28%, gatal-gatal 22%.