Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PRAKTIKUM

EKONOMI PERIKANAN

Disusun oleh :
Tim Asisten Ekonomi Perikanan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Praktikum Ekonomi
Perikanan. Dalam penyusunan buku panduan praktikum ini, kami menyadari akan adanya
kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu segala kritik dan saran kami terima dengan senang
hati. Kami berharap buku panduan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Malang, April 2017

Tim Asisten
1. Potensi Perikanan dan Peluang Ekonomi Perikanan Indonesia

1.1 Ekonomi Perikanan


Ilmu ekonomi muncui akibat masalah ekonomi dan kebutuhan untuk membuat pilihan.
Masalah ekonomi yang menyebabkan setiap individu membuat keputusan, dimana keputusan
dalam menjalankan kegiatan ekonomi dengan cara terbaik hal ini dikarenakan adanya pilihan
yang menyebabkan kelangkaan. Kelangkaan muncul sebai sebab akibat dari ketidak
seimbangan kebutuhan dan sumberdaya yang dibutuhkan. Sementara itu, pengertian perikanan
menurut Undang-Undang No. 45 thn 2009 dimana terdapat 2 kegiatan utama yakni
Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan faktor produksi sumberdaya alam dan
Kegiatan yang berkaitan dengan agribisnis perikanan.
Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan Ilmu Ekonomi
Perikanan adalah Cabang dari ilmu Perikanan yang menyangkut persoalan Sosial dan
Ekonomi dari persoalan-persoalan yang dipelajari dalam Ilmu Perikanan. Ilmu Ekonomi
Perikanan merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena dan persoalan
yang berhubungan dengan perikanan baik mikro maupun makro.

1.2 Pentingnya mempelajari Ekonomi Perikanan


a. Mengetahui perbandingan antara daratan 25%, dan luas lautan 75%, yang
menunjukkan bahwa potensi di perairan lebih melimpah.
b. Potensi sumberdaya perikanan laut: 6,4 juta ton/tahun baru dimanfaatkan untuk
perikanan tangkap 5,11 juta ton pada tahun 2009-2010.
c. Potensi perikanan budidaya: 57,7 juta ton baru dimanfaatkan 16,34 juta ton pada
kegiatan budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jarring apung dan sawah.
1.3 Potensi perikanan Indonesia
Selain dari sumberdaya ikan, kekayaan alam yang dihasilkan untuk kegiatan ekonomi
antara lain rumput laut, kerang, mutiara laut, budidaya karamba dan jaring apung. Dalam
pengelolaan potensi sumberdaya perikanan di Indonesia akan diikuti dengan permasalahn
ekonomi.

2. Persoalan-Persoalan Perikanan

Persoalan perikanan adalah permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam usaha


perikanan dan sumberdaya perikanan.Terdapat tujuh aspek dalam persoalan usaha perikanan
yaitu :
a. Aspek teknis
b. Aspek pasar
c. Aspek Hukum
d. Aspek finansial
e. Aspek Manajemen
f. Aspek sosial budaya
g. Aspek lingkungan.
Persoalan sumberdaya perikanan dapat mempengaruhi jumlah produksi. Sumberdaya
perikanan semakin rusak, maka produksi perikanan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena semakin menurunnya atau tidak adanya tempat untuk hidup ikan, mencari makan ikan,
memijah, membesarkan ikan.
Solusi persoalan perikanan membutuhkan partisipasi dari pemerintah, perguruan tinggi
dan masyarakat.
Pemerintah dan perguruan tinggi memberikan solusi dalam usaha perikanan, meliputi :
a. Pemberian hibah kepada usaha mikro, kecil dan menengah bidang perikanan
b. Pemberian skim kredit yang ringan bagi usaha mikro, kecil dan menengah bidang
perikanan
c. Pemberian pelatihan dan penyuluhan mengenai teknis usaha perikanan
Pemerintah dan masyarakat memberikan kontribusi dalam perbaikan sumberdaya
perikanan, meliputi :
a. Reboisasi dan pengelolaan hutan mangrove
b. Penanaman terumbu karang
c. Penanaman padang lamun

3. Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan


3.1 Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi ialah menekan modal pada titik terendah untuk mendapatkan hasil
yang sebesar-besarnya. Prinsip ekonomi dapat didefinisikan, sebagai tindakan manusia
dengan mengeluarkan pengorbanan tertentu (yang minimal) untuk memperoleh hasil yang
maksimal (optimum)
3.2 Usaha Perikanan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Usaha Perikanan Nomor 54 Tahun 2002,
usaha perikanan didefinisikan sebagai semua usaha perorangan atau badan hukum untuk
menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau
mengawetkan ikan untuk tujuan komersil.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, kegiatan usaha perikanan tidak hanya mencakup
produksi (on farm), tetapi juga mencakup kegiatan off farm, seperti pengadaan sara dan
prasarana produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan serta usaha pendukung lainnya.
3.3 Tujuan Usaha Perikanan
Tujuan usaha perikanan adalah mendapatkan hasil produksi yang optimal dari usaha
yang dijalankan. Untuk mencapai tujuan maka, usaha perikanan harus memiliki produktifitas
yang tinggi dan effisien dalam megalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Secara teknis,
produktifitas adalah perkalian antara efisiensi (usaha atau effort) dengan kapasitas (kolam,
tambak, armada kapal, dll).
3.4 Prinsip Ekonomi Usaha Perikanan
3.4.1 Profit Maximization dan Cost Minimazation
Pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profitmaximization digunakan ketika
seorang pengusaha perikanan berpikir untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan
efisien untuk memperoleh produksi dan keuntungan yang optimal.Ketika seorang pengusaha
perikanan dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam menjalankan usahanya, dia akan tetap
berusaha untuk mendapatkan produksi dan keuntungan yang optimum dengan cara menekan
biaya seminimal mungkin, pendekatan itu dinamakan dengan meminimumkan biaya atau
costminimization.
3.4.2 Comparative advantage
Prinsip comparative advantage mengemukakan bahwa orang akan mengusahakan jenis
dan spesies apa modal dan tenaga kerja yang dialokasikan akan memperoleh keuntungan
komparatif terbesar (keuntungan yang di dalam perbandingannya merupakan keuntungan
terbesar)
3.4.3 Opportunity Cost
Prinsip ini mengatakan bahwa pengusaha perikanan harus dapat memilih dari jenis dan
spesies mana yang dapat memdatangkan pendapatan tertinggi dengan penggunaan sumber
produksi sebaik-baiknya. Opportunity cost adalah pendapatan potensial yang hilang yang dapat
diperoleh dari penggunaan sumber, karena sumber tersebut digunakan untuk usaha produksi
yang lain.
3.4.4 Prinsip Subtitusi
Prinsip ini mengatakan bahwa batas dimana substitusi dihentikan terletak pada suatu titik
dimana kerugian teknik yang ditimbulkan oleh pemakaian benda substitusi menghilangkan
keuntungan yang diperoleh karena nilainya rendah. Penggantian faktor satu dengan yang lain
selalu menimbulkan keuntungan teknik maka harga akan lebih tinggi atau kerugian teknik
karena harganya rendah dan keuntungan ekonomik. Misalnya pada pakan udang, susunan
makanan tidak dapat berubah-ubah karena akan mempengaruhi pertumbuhan.

4. Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sesuatu dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus
memilki dua kriteria, yaitu :
a. Pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya,
b. Permintaan terhadap sumberdaya tersebut
Dalam melaksanakan kegiatan usaha perikanan membutuhkan sumberdaya perikanan. Agar
ketersediaan sumberdaya perikanan berkelanjutan maka perlu adanya pengelolaan berupa
konservasi sumberdaya perikanan. Sumberdaya air merupakan faktor utama kegiatan
perikanan, karena air adalah tempat hidup ikan dan organisme lainnya baik air laut maupun air
tanah. Selain itu tanah merupakan tempat atau media untuk menampung air dan organisme
didalamnya. Sedangkan ekosistem merupakan pendukung atau penyedia kebutuhan atau
penyangga bagi organisme disekitarnya.

4.1 Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan, dan bahan-bahan organik sebagai
hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat
tumbuhannya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi
faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan.
Tanah secara umu tersusun oleh senyawa anorganik, organik, udara, dan air, mengandung
bagian yang berbentuk jasad hidup yang secara umum tersusun oleh mikroorganisme
Sifat-sifat kimia tanah yang perlu diketahui adalah koloid tanah, susunan kimia unsur
tanah, pH tanah dan beberapa unsur kimia tanah. Reaksi tanah dinyatakan dengan pH, yang
mempunyai kisaran 0-14 dan berpengaruh terhadap keadaan fisik dan kimia tanah dan penting
kelangsung hidup organisme tanah.
4.2 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air,
dan atsmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan.
Udara mengandung zat cair sebanyak 15% dari tenakanan atsmosfer. Perairan Indonesia
adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya

5. Tenaga Kerja dalam Produksi Perikanan


5.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada perusahaan perikanan merupakan faktor produksi. Bersama-sama
dengan faktor produksi lainnya yaitu sumberdaya alam (tanah dan air), modal dan keahlian
kewirausahaan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.Dalam pengusahaan perikanan,
ketersediaan faktor produksi tenaga kerja dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ketersediaan tenaga
kerja keluarga dalam pengusahaan perikanan skala rumahtangga; dan ketersediaan tenaga
kerja pada pasar tenaga kerja sebagai faktor produksi perusahaan perikanan.

5.2 Teori Penawaran Tenaga Kerja

Kurva Penawaran

p
s

6000

4500


Q
Keterangan: 10 20
P = Harga
Q = Jumlah Penawaran

Konsep penawaran: hubungan harga dan kuantitas.

Penawaran tenaga kerja: hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang
siap memasuki dunia kerja.

Kurva penawaran tenaga kerja: kurva yang menggambarkan jumlah maksimum yang
tersedia pada setiap kemungkinan harga pd waktu tertentu. Dari pandangan pekerja :
setiap kemungkinan jumlah tenaga kerja pada tingkat upah minimum, yang dengan upah
tersebut pekerja bersedia menjadi tenaga kerja.
5.3 Teori Permintaan Tenaga Kerja

Kurva Permintaan
P Keterangan :
P = Price / upah
Q = Quantity
D = f (P) D= a - bP
Hubungan antara P dan Q dalam kurva
12.000 permintaan adalah negatif.

10.000

10 12 Q

Konsep Permintaan: hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta.


Permintaan tenaga kerja: hubungan antara tingkat upah (ditinjau dari perspektif majikan
adlh harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk dipekerjakan.
Kurva permintaan tenaga kerja: jumlah maksimum tenaga kerja yang dikehendaki
seorang pengusaha untuk dipekerjakan pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam
jangka waktu tertentu.
Atau : kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan setiap kemungkinan jumlah tenaga
kerja, tingkat upah yang maksimum dimana pengusaha bersedia mempekerjakan jumlah
yang khusus tsb.
Permintaan tenaga kerja Jangka pendek : Suatu jangka yang selama waktu tsb tidak satu
input produksi tidak dapat diubah. (Bellante) Analisis dilakukan melalui pendekatan
hubungan produksi nilai produk fisik marjinal (VMPP)
Permintaan tenaga kerja Jangka panjang: penyesuaian penggunaan t.k bila perush tidak
sanggup maupun sanggup merubah input lain.
5.4 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-
keluaran dalam suatu sistim produktif. Untuk mengukur hubungan ini adalah sebagai rasio
antara keluaran dibagi dengan masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah
masukan yang sama, maka produktivitas naik. Begitu juga bila lebih sedikit masukan digunakan
untuk jumlah keluaran yang sama, produktivitas juga naik.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam ukuran, baik pada
tingkat perusahaan maupun unit-unit atau kegiatan-kegiatan individual. Contoh ukuran
produktivitas tingkat perusahaan :
Produktivitas sama dengan Produksi yang dihasilkan dalam satuan waktu/Jumlah tenaga kerja
Sedangkan ukuran produktivitas individu pekerja adalah :
Produktivitas individu sama dengan produksi yang dihasilkan/jam kerja yang dicurahkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri antara lain:
pendidikan, ketrampilan, disiplin, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan
sosial, manajemen dan kesempatan berprestasi.

6. Modal Dalam Produksi Perikanan

Modal dalam usaha perikanan merupakan bentuk kekayaan berupa uang maupun
barang untuk menghasilkan produk atau jasa. Modal dalam bentuk uang digunakan untuk
membiayai pendirian usaha perikanan, mulai dari periapan hingga usaha ini berjalan. Biaya
awal yang harus dikeluarkan adalah biaya survei lapang, biaya pembuatan studi kelayakan,
perijinan, dan biaya prainvestasi lainnya. Kebutuhan modal usaha perikanan pada dasarnya,
terdiri dari :
a. Modal Investasi merupakan modal usaha perikanan digunakan untuk jangka panjang dan
dapat digunakan secara berulang-ulang. Biasanya umur penggunaannya lebih dari satu
tahun.
b. Modal Kerja merupakan modal usaha perikanan digunakan untuk jangka pendek dan
beberapa kali pakai dalam satu proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak
lebih dari satu tahun. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
merupakan biaya yang tetap dikeluarkan dalam suatu usaha yang tidak dipengaruhi
besarnya jumlah produksi, misalnya : pajak, sewa, restribusi, penyusutan, gaji tenaga kerja
tetap dan perawatan. Biaya variabel adalah biaya yang tidak tetap dikeluarkan yang
disesuaikan dengan besarnya jumlah produksi dalam suatu usaha, misalnya : pakan, benih,
listrik, bahan bakar dan biaya variabel lainnya.
Sumber modal usaha perikanan untuk memenuhi kebutuhan modal investasi dan modal
kerja adalah modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing). Modal sendiri merupakan modal
yang diperoleh dari pemilik usaha. Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang
diperoleh dari pihak luar usaha perikanan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Sumber dana
modal asing dapat diperoleh dari pinjaman dari perbankan, pinjaman dari lembaga keuangan,
dan pinajaman dari perusahaan non keuangan. Selain itu juga terdapat usaha perikanan yang
menggunakan modal campuran, yaitu: kekurangan modal sendiri yang ditambahkan dengan
modal asing atau modal pinjaman, sehingga usaha ini dapat mengatur komposisi modal secara
seimbang.

7. Konsep Umum Perikanan Tangkap

Pemahaman tentang konsep perikanan cukup penting artinya sebelum memahami


konsep ekonomi perikanan. Untuk itu perlu dipaparkan terlebih dahulu tentang pengertian
perikanan dari berbagai perspektif. Menurut Lackey (2005), perikanan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari tiga komponen yakni, biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai user.
Selanjutnya defenisi perikanan diambil dari UU Perikanan No 34 Tahun 2004 yaitu semua
kegiatan yg berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yg
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Untuk bisa lebih memahami konsep perikanan Copes (1992) mengenalkan konsep
perikanan berdasarkan kategori pemanfaatan sumber daya perairan, seperti diasajikan pada
Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan berikut.
Tabel 1. Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan
Proses Hunting Gathering Husbandry
eksploitasi (berburu) (mengumpulkan) (farming)
Mobilitas Fugitive Sedentary Contained
sumberdaya (bergerak) (menetap) (dikendalikan)
Struktur hak Common Common Private Private
kepemilikan property property property property
Klasifikasi Fishing Aquakulture
sektor

Tabel diatas menggambarkan struktur kepemilikan dimana hunting dan gathering


berada pad struktur kepemilikan common property (milik bersama),meski sebagian dari
kegiatan gathering bisa juga dimiliki secara individu (private property). Farming disisi lain
memiliki struktur kepemilikan yang jelas termasuk dalam kategori kepemilikan privat ( private
property). Selanjutnya kelompok fishing atau perikanan merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan hunting maupun gathering dengan struktur kepemilikan yang
kebanyakan bersifat common property. Jika dibandingkan dengan budidaya atau aquaculture,
yang berhubungan dengan sumberdaya yang dapat dikendalikan serta struktur kepemilikan
yang jelas (private property).

8. Aspek Manfaat dan Biaya

Perikanan, sebagaimana juga aktivitas ekonomi lainnya, melibatkan pemanfaatan aset


publik (dalam hal ini sumber daya ikan) yang memerlukan perhatian yang serius dari pengelola
sumber daya ikan. Selain itu, ekstraksi sumber daya ikan juga melibatkan biaya korbanan
(opportunity costs) di mana biaya yang dikeluarkan untuk menangkap ikan (private costs) bisa
saja dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang memberikan manfaat sosial (social costs)
lainnya. Oleh karenanya, aspek pengelolaan sumber daya ikan memerlukan pertimbangan
khusus menyangkut aspek efisiensi pengelolaan perikanan tersebut. Dengan kata lain baik
biaya dan manfaat yang dikeluarkan oleh industri (private costs dan benefits) maupun biaya dan
manfaat sosial (publik) harus dipertimbangkan dalam menganalisis biaya dan manfaat dari
perikanan. Oleh karena perikanan memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan industri pada
umumnya, maka pertimbangan biaya dan manfaat aspek ekonomi perikanan juga berbeda.
Rente ekonomi pada dasarnya adalah surplus, yakni perbedaan antara harga yang
diperoleh dari penggunaan sumber daya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk
menjadikan sumber daya tersebut menjadi suatu komoditas. Selisih ini sering disebut sebagai
rente per unit input atau unit rent. Rent atau rente juga dapat diartikan sebagai nilai dari input
produktif ketika digunakan melebihi biaya yang diperlukan. Konsep rent di sini adalah konsep
ekonomi yang tidak lain adalah nilai surplus (surplus value). Dalam konteks sumber daya alam,
rente ekonomi sering dibedakan antara scarcity rent atau rente ekonomi yang ditimbulkan
karena sifat kelangkaan sumber daya dan rente Ricardian (Ricardian rent) atau differentialrent.
Kepemilikan sumber daya juga sering tidak terdefinisi dengan jelas. Sehingga dalam
konteks perikanan rente ekonomi tersebut terdistribusi dalam pelaku perikanan (nelayan dan
pemilik modal) dan pemerintah sebagai wakil publik dalam hal kepemilikan sumber daya ikan.
Dengan demikian disagregasi rente ekonomi dalam perikanan sering dibagi kedalam rente
sumber daya (resource rent) dan rente intra-marginal (intramarginal rent) yang setara dengan
konsep differentialrent pada konsep Ricardo. Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa dalam
konteks perikanan tangkap, kita tidak bisa mengendalikan output atau ikan yang ditangkap
karena hal ini ditentukan oleh ketersediaan alam dan faktor lainnya. Sehingga konsep rente
ekonomi dalam perikanan sering digambarkan dalam variabel input seperti jumlah kapal, jumlah
tenaga kerja, gross tonage dan sebagainya yang lebih mudah dikendalikan
9. Pengukuran Rente Ekonomi
Pada prinsipnya pendekatan perhitungan rente sumber daya ini dapat dikategorikan
dalam tiga pendekatan utama yakni: Pertama, pendekatan surplus. Pendekatan ini digunakan
pada kasus di mana pemerintah tidak melakukan intervensi kebijakan sehingga rente sumber
daya langsung diterima oleh pelaku ekonomi sebagai surplus produsen (producers surplus).
Dalam konteks formal, resource rent (RR) adalah luas daerah yang dibatasi oleh kurva biaya
dan harga atau

= = ()
Perhitungan dengan menggunakan pendekatan ini pada hakikatnya adalah menghitung
luasan kurva. Penggunaan metode ini memiliki keterbatasan hanya pada satu komoditas,
dengan demikian meski secara teoretis pendekatan ini relatif sederhana, namun dalam konteks
aplikasi perhitungan rente ekonomi seperti ini kurang banyak diterapkan.
Kedua, rente sumber daya dapat pula dihitung dengan menggunakan pendekatan harga
bersih (net price method). Metode ini banyak digunakan dalam kerangka makro nasional
khususnya terkait dengan perhitungan neraca sumber daya alam. Formula perhitungan dengan
pendekatan net price adalah:
= ( + + + )

Dimana

RR = Resource Rent (rente sumber daya)

TR = penerimaan total

IC = konsumsi antara (intermediate consumption)

CE = pembayaran terhadap tenaga kerja (compensation of employee)

CFC = pembayaran modal tetap (compensation of fixed capital)

NP = keuntungan normal (normal profit) yang dihitung dari perkalian nilai modal yang
diinvestasikan dengan suku bunga (r) atau sering juga dikenal sebagai biaya korbanan
dari modal (opportunity cost of capital).
Komponen di dalam kurung (IC+CE+CFC+NP) sebenarnya adalah biaya marjinal
ekstraksi sumber daya (marginal cost). Dalam studi empiris, perhitungan biaya marjinal ini
sering sulit ditemukan sehingga dalam praktiknya perhitungan rente ekonomi melalui
pendekatan ini sering didekati dengan menggunakan biaya rata-rata. Metode ini bisa
dikembangkan untuk multi komoditas dengan merinci komponen biaya untuk mengekstrak
sumber daya ikan.
Pendekatan ketiga yang bisa digunakan untuk menghitung rente ekonomi adalah
melalui keragaan finansial dan keragaan ekonomi dengan merinci struktur biaya dan
penerimaan dari industri perikanan. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan data hasil
survei (cross-section) dari industri penangkapan ikan yang kemudian dirinci berdasarkan
komponen biaya yang dikeluarkan oleh industri tersebut. Pendekatan ini secara operasional
perhitungannya memang relatif lebih mudah dilaksanakan, namun membutuhkan biaya yang
relatif mahal untuk melakukan pengumpulan data tersebut.
Pendekatan keempat yang juga umum digunakan untuk menghitung rente ekonomi
perikanan adalah dengan pendekatan bioekonomi di mana rente sumber daya dihitung
berdasarkan selisih antara nilai dari ikan yang ditangkap dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mengekstraksi.

10. Biologi Ekonomi Perikanan


Selama ini aspek biologi secara parsial telah mendapat perhatian yang cukup besar,
sementara aspek ekonomi serta interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Interaksi
bioekonomi bersifat dinamis, perubahan temporal yang terjadi pada faktor ekonomi akan
menentukan pola dan dinamika pemanfaatan sumberdaya perikanan. Karena itu, untuk
memperoleh manfaat yang optimum serta pengelolaan yang berkelanjutan, maka hubungan
dinamis antara faktor biologi (sumberdaya perikanan) dan faktor ekonomi perlu diketahui.
Secara ekonomi, pengelolaan perikanan ditujukan untuk memaksimalkan pendapatan
daerah. Pencapaian pendapatan maksimum, nelayan dihadapkan pada berbagai faktor
pembatas, seperti potensi sumberdaya, harga input-output sumberdaya, tenaga kerja, modal,
infrastruktur, faktor musim dan input penunjang lainnya. Untuk memecahkan masalah tersebut,
maka aspek perencanaan dalam mengalokasikan sumberdaya yang tersedia harus dilakukan
secara optimal, dengan pendekatan program linear (Linear Programming). Namun, pada
kondisi tertentu, pengelolaan perikanan tidak hanya menekankan pencapaian tujuan
pendapatan maksimum, akan tetapi juga mempertimbangkan pemenuhan permintaan ikan
(ekspor dan konsumsi domestik) dan perluasan kesempatan kerja.
11. Model Gordon Schaefer dan Solusi Analitisnya

11.1 Model Gordon Schaefer


Model Gordon-Schaefer boleh dikatakan sebagai salah satu model awal pengembangan
model bioekonomi. Model Gordon-Schaefer menggunakan fungsi pertumbuhan logistic. Model
fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan dengan prinsip ekonomi, terutama konsep
maksimisasi profit. Dalam model Gordon-Schaefer pendekatan statik dipergunakan tiga kondisi
keseimbangan, yaitu: (1) maximum sustainable yield atau MSY, (2) maximum economic yield
atau MEY dan (3) open access equilibrium (OAE).

11.2 Model Bioekonomi Statik Copes


Bioekonomi yang dikembangkan oleh Parvival Copes menggunakan pendekatan output,
yaitu produksi atau yield. Bioekonomi model Copes mengadopsi konsep surplus ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi, surplus ekonomi dapat ditelusuri setelah mengetahui kurva penawaran
dan permintaan. Terdapat dua jenis surplus ekonomi, yaitu surplus produsen (producer surplus)
dan surplus konsumen (consumer surplus).
Total dari surplus ekonomi adalah surplus konsumen ditambah surplus produsen.
Surplus konsumen adalah selisih antara jumlah yang konsumen bersedia bayar (willingness to
pay) dengan yang harus dibayar. Sedangkan surplus produsen adalah selisih jumlah yang
diterima (harga berlaku) dengan jumlah yang diharapkan.
Model Copes berbeda asumsi dengan model Gordon-Schaefer yang merupakan model
awal pengembangan bioekonomi perikanan. Dalam model Gordon-Schaefer, harga per unit
output diasumsikan konstan. Sedangkan dalam model Copes, harga per unit output dapat
mengalami fluktuasi.

12. Permintaan dan Penawaaran Perikanan


12.1 Permintaan
12.1.1 Definisi
Permintaan atau jumlah yang diminta (Quantity Demanded) adalah jumlah barang yang
ingin dan mampu dibeli oleh komsumen pada berbagai tingkat harga. Teori permintaan yang
menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harganya dikenal
sebagai hukum permintaan.
12.1.2 Hukum Permintaan
Hukum permintaan mengatakan, jika faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus),
jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan meningkat pada saat harga barang menurun.
12.1.3 Kurva Permintaan

120000
100000

Harga Barang
80000
60000
40000
20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara berbagai tingkat harga dan jumlah
barang yang diminta oleh konsumen. Kurva permintaan pada umumnya bergerak naik dari kiri
atas ke kanan bawah (meliliki slope atau lereng negatif). Artinya jika harga barang naik, maka
permintaan barang akan turun dan sebaliknya jika harga barang turun, permintaan barang akan
meningkat.
12.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat permintaan terhadap suatu barang:
a. Jumlah penduduk
b. Pendapatan konsumen dan distribusinya
c. Harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa
d. Selera dan preferensi konsumen
e. Ketersediaan barang subtitusi atas suatu barang dan juga semakin tinggi.
12.1.5 Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan adalam fungsi yang mengambarkan hubungan antara jumlah barang
yang diminta oleh konsumen dan semua faktor yang mempengaruhi. Secara umum, fungsi
permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:
= ( , , , , )
Dimana:
Qd = jumlah barang yang diminta oleh konsumen
Pq = harga barang itu sendiri
Ps.i = harga barang-barang subtitusi
Y = pendapatan
S = selera masyarakat
D = jumlah penduduk
12.2 Penawaran
12.2.1 Definisi
Definisi penawaran atau jumlah yang ditawarkan (Quantity Supplied) adalah jumlah
barang yang rela dan mampu disediakan oleh produsen untul dijual. Teori penawaran yang
menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harganya
dikenal sebagai hukum penawaran.
12.2.2 Hukum Penawaran
Hukum penawaran mengatakan, jika faktor-faktor lain dianggap tetap, jumlah barang
yang ditawarkan akan meningkat pada saat harga barang naik
12.2.3 Kurva Penawaran

120000
100000
100000
Harga Barang

80000 80000
60000 60000
40000 40000
20000 20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang

Kurva penawaran menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang
ditawarkan. Kurva penawaran pada umumnya bergerak naik dari kiri bawah ke kanan atas
(meliliki slope atau lereng positif). Artinya jika harga barang naik, maka penawaran barang akan
naik dan sebaliknya jika harga barang turun, penawaran akan barang juga akan turun.
12.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
a. Harga barang lain
b. Biaya produksi
c. Tingkat teknologi
12.2.5 Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalam fungsi yang hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan
oleh produsen dan semua faktor yang mempengaruhi. Secara umum, fungsi penawaran dapat
dituliskan sebagai berikut:
= ( , , , )
Dimana:
Qs = jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen atau penjual
Pq = harga barang itu sendiri
Pl.i = harga barang-barang lain
O = tujuan perusahaan
T = tingkat teknologi yang digunakan dalam produksi

13. Struktur Pasar Perikanan

13.1 Pasar dan Struktur Pasar


Pasar dalam arti luas tidak hanya menyangkut tempat bertemunya pembeli dan penjual
untuk melakukan transaksi jual-beli, namun merupakan suatu wujud abstrak dari suatu
mekanisme ketika pembeli dan penjual bersepakat untuk mengadakan pertukaran. Karakter
yang paling penting adalah pembeli dan penjual dan tercipta transaksi yang melibatkan harga
dan kuantitas. Sehingga pasar adaah suatu mekanisme pada saat pembeli dan penjual suatu
barang melakukan transaksi untuk menentukan harga dan kuantitas (supply dan demand).
Struktur pasar adalah berbagai hal yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan kinerja
usaha perikanan dalam pasar, antara lain jumlah usaha perikanan dalam pasar, skala produksi,
dan jenis produksi. Suatu struktur pasar dikatakan kompetitif jika usaha perikanan yang ada
tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga dan jumlah barang di pasar.
Semakin lemah kemampuan suatu usaha perikanan untuk mempengaruhi pasar, semakin
kompetitif struktur pasarnya.

13.2 Pasar Persaingan Sempurna


Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur pasar
ini akan dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat efisiensi yang
tinggi. Pada pasar ini, kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dapat bergerak secara
leluasa. Harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan produsen dan konsumen.
Permintaan mencerminkan keinginan konsumen, sementara penawaran mencerminkan
keinginan produsen atau penjual. Bentuk pasar persaingan sempurna terdapat terutama dalam
bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil perikanan, pertanian dan peternakan. Ciri-ciri
Pasar Persaingan sempurna :
1. Terdapat banyak penjual dan pembeli
2. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah homogeny
3. Setiap produsen adalah price taker (pengambil keputusan tentang harga).
4. Tidak ada campur tangan Pemerintah.
13.3 Pasar Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjual, tidak ada barang
subtitusi produk sejenis atau mirip (close subtitute) dan terdapat hambatan untuk masuk ke
dalam pasar (barriers to entry). Ciri- ciri pasar monopoli adalah :
1. Hanya ada satu penjual.
2. Tidak ada barang subtitusi.
3. Produsen atau penjual sebagai penentu harga (Price setter).
13.4 Pasar Oligopoli
Oligopoli, yaitu keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan perikanan yang
menguasai pasar baik secara independen (sendiri-sendiri) maupun bekerjasama. Arti dari pasar
oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa
penjual atau produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar. Jenis pasar ini yang banyak
terdapat pada suatu komoditas disamping pasar persaingan sempurna, karena sangat jarang
sekali ditemui adanya pasar monopoli yang sempurna. Ciri-ciri pasar oligopoli :
1. Jumlah perusahaan sangat sedikit
2. Barang yang diproduksikan adalah barang standart atau barang berbeda corak
3. Kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh
4. Hambatan untuk masuk ke industri cukup tangguh.
5. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu promosi secara iklan.
13.5 Pasar Persaingan Monoplistik
Secara umum, pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di
mana terdapat banyak produsen atau penjual yang menghasilkan dan menjual produk yang
berbeda macamnya (differentiated product).
Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis bentuk
pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifat
bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan sifat pasar persaingan
sempurna. Ciri-ciri pasar monopolistik :
1. Terdapat banyak penjual
2. Produknya tidak homogen.
3. Tidak dapat atau lemah pengaruhnya dalam pembentukan harga
4. Masuk ke dalam industri/pasar relative mudah.
14. Tataniaga Perikanan

Tata niaga komoditas perikanan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
pembangunan perikanan. Tanpa adanya pasar maka produksi perikanan tidak akan
terangsang. Tata niaga perikanan mempunyai arti penting karena memberikan sumbangan
pada perluasan maupun pemuasan kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap produk hasil
perikanan. Selain sebagai sarana untuk menciptakan pemenuhan kebutuhan bagi orang lain,
tata niaga merupakan alat untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh tersebut
merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan (Mubyarto, 1989).
Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan lembaga
pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk (agent
middleman), di antaranya :
a. Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker.
b. Commission agent,
2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang diperjual belikan,
antara lain :
a. Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau whole seller:
b. Grain millers
c. Eksporter dan importer
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk pertanian yang
ditransaksikan:
a. Processors dan manufaktur
b. Facilitative organizations
Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika produk
bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai terakhir. Panjang
pendeknya saluran pemasaran tergantung antara lain pada faktor-faktor sebagai berikut :
1. jarak antara produsen ke konsumen
2. cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak
3. skala produksi
4. posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga perikanan
sebagaimana telah dijelaskan terdahulu antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik
dan fungsi fasilitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Case and Fair, 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi ke 8. Penerbit Erlangga. Jakarta.
http://www.erlangga.co.id.

Ehrenberg, R.G and R.S. Smith, 1988, Modern Labor Economics Theory and Public
Policy 3 rd Edition. Scott Foresman and Company Glenview. Illinois Boston
London.

Fauzi. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.
Gramedia. Jakarta.

Henderson, J. M. dan Quandt, R. E. (1980). Microeconomic Theory: A Mathematical


Approach, McGraw-Hill, Tokyo.

Mankiw. 2009. Principles of Economics Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Pindyck, R. S. dan Rubinfeld, D. L. (1986). Microeconomics, third edition. Prentice-


Hall International. Inc. Mainland.
FORMAT LAPORAN EKONOMI PERIKANAN

Cover

Kartu Kendali

Lembar Pengesahan

Ringkasan Studi Kasus

Kata Pengantar

Daftar Isi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


1.2 Tujuan Praktikum.
1.3 Kegunaan Praktikum.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pokok Bahasan Ekonomi Perikanan.
2.2 Tema Terkait Masing-masing Kelompok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Hasil Analisis Studi Kasus (minimal 5 tahun terakhir).
3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat.
3.3 Pendapat (Personal dan Didukung Literatur).
3.4 Cara Penyelesaian.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
5.2 Saran.
5.2.1 Pemerintah
5.2.2 Pelaku
5.2.3 Akademisi
Contoh Format Cover

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI PERIKANAN

Semester Genap 2016/2017

Asisten :

KELAS

KELOMPOK ...

1. NAMA NIM

2. NAMA NIM

3. NAMA NIM

4. NAMA NIM

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
Contoh Format Lembar Pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Ekonomi Perikanan disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Praktikum Ekonomi Perikanan dan lulus Mata Kuliah Ekonomi Perikanan.

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

(Elfa Fitriana)

NIM. 135080407113011 NIM.


Daftar Nama Tim Asisten Ekonomi Perikanan

No Nama NIM No HP

1 Elfa Fitriana 135080407113011 081331893195

2 Nur Khoiriyah 135080400111052 081217621251

3 Defina Eschasari 145080400111025 085733970893


KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa/Praktikan
Nama :

Foto NIM :
Kelas :
Ber-almamater
Kelompok :
3x4 Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, Mei 2017

Koordinator Asisten

Praktikum Ekonomi Perikanan

Elfa Fitriana

NIM. 135080407113011

Anda mungkin juga menyukai