Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan

Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialah setiap

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa)

lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2005).

Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di

Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO),

sebagaimana dipublikasikan dalam situs www.who.int, katarak menyumbang sekitar

48% kasus kebutaan di dunia (Widyaningtyas, 2009). Menurut WHO di negara

berkembang 1-3% penduduk mengalami kebutaaan dan 50% penyebabnya adalah

katarak. Sedangakan untuk negara maju sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah

katarak.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat

disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada

lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor

usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.

Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak

senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas

50 tahun.

B. Anatomi Lensa

Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatan

refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan posterior lensa

dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis, sedangkan equator merupakan garis

khayal yang mengelilingi lensa. Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki

pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa trfiksir pada

serat zonula yang berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan

menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini

merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.

2
C. Fisiologi Lensa

Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk

mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor sebagai

penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi

anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu, sel-sel yang berada di

3
tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan

membangun low-resistance gap junction antar sel.

Akomodasi Lensa

Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke

benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi

badan silier terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang

terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.

Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa

menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa

meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier

relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.

Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi.

Akomodasi Tanpa Akomodasi


Otot silier Kontraksi Relaksasi
Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat
Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
Dioptri lensa Meningkat Menurun

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III

(okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu akomodasi,

sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok akomodasi. Obat-obatan

yang menyebabkan relaksasi otot silier disebut cycloplegik.

4
D. Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Terdapat beberapa teori konsep penuaan sebagai berikut:

- Teori putaran biologik (A biologic clock).

- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati.

- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang

mengakibatkan kerusakan sel.

- Teori mutasi spontan.

- Terori A free radical

Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.

Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.


Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E.

5
- Teori A Cross-link.

Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul

protein sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul

- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

- Mulai presbiopia

- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

- Terlihat bahan granular

2. Epitel makin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa:

- Lebih iregular

- Pada korteks jelas kerusakan serat sel

- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang

warna coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan

dibanding normal.

6
- Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya

mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

E. Klasifikasi Katarak Senil

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien,

intumesen, imatur, matur dan hipermatur.

Tabel 2. Perbedaan stadium katarak senilis.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Iris shadow
Negatif Positif Negatif Pseudopos
test
Uveitis +
Penyulit - Glaukoma -
Glaukoma

7
1. Katarak Insipien

Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju

korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam

korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda Morgagni) pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat

menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Intumesen.

Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa

akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa

mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga

bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa

ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi

pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol

pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

8
3. Katarak Imatur

Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang

belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume

lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.

Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga

terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak

imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa

kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama

akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman

normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji

bayangan iris negatif.

5. Katarak Hipermatur

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi

keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa

sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan

terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan

terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak

berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan

9
cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong

susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.

Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

F. Manifestasi Klinis

Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan

secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan

seakanakan melihat asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila

katarak telah mencapai stadium matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga

pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Peka terhadap sinar atau cahaya.

3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.

4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

G. Diagnosis

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-

penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies).

Penyakit seperti diabetes militus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga

10
perlu dideteksi secara dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi. Pada pasien

katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat

pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik dengan

dilatasi pupil.

Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,

dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa

pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk

menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaanpemeriksaan

lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang

pandang dan pengukuran TIO.

H. Penatalaksanaan

Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan

katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan

dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.

1. Pembedahan Katarak

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian

lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan

anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola

mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.

11
Operasi ini dapat dilakukan dengan:

- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak

ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.

- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui

insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya

tidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan di

negara barat.

Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi dihitung

sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan

kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung

sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan

lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat

katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan pasien

mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.

12
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.

Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah

sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat

dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien

membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata

untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang

dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

2. Komplikasi Pembedahan Katarak

a. Hilangnya vitreous.

b. Prolaps iris.

c. Endoftalmitis.

d. Astigmatisma pascaoperasi.

e. Edema makular sistoid.

f. Ablasio retina.

g. Opasifikasi kapsul posterior

13
I. Komplikasi

Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan

komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina (GOI, 2009).

J. Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat

sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada

saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

K. Pencegahan

Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis

ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang

memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung

terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.

Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori

bermanfaat.

14
BAB III

KESIMPULAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses

degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti

adanya penyakit metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet.

Katarak senilis secara klinis dalam empat stadium, yaitu stadium insipien,

imatur, matur dan hipermatur. Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan

tidak jelas seperti terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya,

dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata memerlukan pencahayaan yang baik

untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Apabila dibiarkan katarak akan

menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan

kerusakan retina. Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang

tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan

pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. San Fransisco: AAO

2. Anonim. 2010. Cataract. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Cataract,

tanggal 17 Mei 2017.

3. Global Online Information. 2009. Pengertian dan Definisi Katarak. Diakses

dari http://info.g-excess.com/id/info/PengertiandanDefinisiKatarak.info,

tanggal 16 Mei 2017.

4. Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract

SurgeryCataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye-

care/learnabout-it/cataract/cataract-surgery, tanggal 16 Mei 2017.

5. Ilham. 2006. Epidemiologi Katarak, diakses dari

http://www.scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK, tanggal

17 Mei 2017.

6. Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.

7. Medicastore.(2009).Katarak.Diakses

darihttp://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html, tanggal 17 Mei 2017.

8. Ocampo, V.V.D. (2009). Cataract, Senile: Differential Diagnoses and Workup.

Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview,

tanggal tanggal 17 Mei 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai