BAB II
LANDASAN TEORI
istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi warna tersendiri bagi arah
13
file:///c:/users/ayda/downloads/lahirnya%20bk%20pola%2017%20plus%20-
%20bimbingan%20konseling%20sekolah.htm diakses pada tanggal 30 maret 2014, pukul 10:52
16
17
a. Layanan Orientasi
b. Layanan Informasi
h. Layanan Konsultasi
i. Layanan Mediasi
18
a. Aplikasi Instrumentasi
b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah
Selain itu ada juga yang menambahkan pola 17 plus adalah sebagai berikut:
a). Pribadi, b). Sosial, c). Belajar, d). Karir, e). Kehidupan keluarga, dan
e).Kehidupan beragama.
a). Orientasi, b). Informasi, c). Pencapaian penyaluran, d). Penguasaan konten,
a). Instrumen, b). Himpunan data, c). Tampilan kepustakaan, d). Referal / Alih
sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling
19
cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan
14
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal 22
20
dasar bahwa nilai-nilai keagamaan yang ada pada jiwa seseorang itu tidak
selamanya stabil, bisa meningkat, menurun bahkan hilang sama sekali. Untuk
senantiasa menjaga keimanan yang terdapat dalam jiwa seseorang yang dapat
tersebut, klien diberi instink (kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat
dihubungkan dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu lenyap
15
H.M. Arifin, Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hal 47
21
A. Tujuan umum :
B. Tujuan khusus :
kondisi yang baik atau lebih baik, sehingga tidak akan menjadi
siswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya.
16
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogya: UII Press,
1992), hal 34
17
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (berbasis integrasi) edisi revisi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal 135
22
ini, Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan
18
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal 23
19
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(berbasis integrasi) edisi revisi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal 63
23
1. Sasaran layanan:
masyarakat sekitar;
layanan.
kemauan sendiri;
d. Perlu ada kerjasama dengan personal sekolah dan orangtua dan bila
individu; dan
sebagai teman, orang tua dan kadang saudara. Sehingga ketrampilan dalam
kepada orang lain yang mengalami kesulitan dan masalah yang tidak bisa
diatasi tanpa bantuan orang lain, dalam arti seseorang yang berkewajiban
masyarakat maupun juga didalam lembaga itu tidak mudah, untuk itu seorang
20
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia), 2010, hal 138
26
sekitarnya.
7. Memiliki rasa cinta terhadap orang lain yang mau bekerja sama dengan
orang lain.
8. Pribadinya disukai oleh orang lain Karena sociable serta dapat diterima
simpatik.
(klien).
27
dikehendaki klien.
12. Memilki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan yang
13. Bilama konselor tersebut bertugas dalam pembinaan agama, maka dia
21
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(berbasis integrasi) edisi revisi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal 135
28
a. Langkah identifikasi
b. Langkah diagnosa
c. Langkah prognosa
d. Langkah terapi
e. Langkah evaluasi
Keterangan:
Ad.a. Identifikasi: langkah ini untuk mengenal kasus serta gejala-gejala yang
bantuan.
Ab.c Prognosa : langkah untuk menentukan jenis bantuan atau terapi yang
Ad.e langkah evaluasi dan follow up: langkah ini dimaksudkan untuk
dengan yang lain. Karakter bisa diartikan tabiat, perangai atau perbuatan
yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan watak atau sifat
22
Djumhur dkk, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal 104-106
23
Poerwadarminata, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 20
30
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati
pada individu.
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
24
Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Hal
11
31
Yunani karasso yang berarti to mark yaitu menandai atau mengukir, yang
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak
jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek,
orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan
25
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html. Diakses pada tanggal 12/03/14
pukul 08:28 WIB
32
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya: kejujuran
etika. Kemudian jika dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan
sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah
tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan
kebiasaan.27
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
26
Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal 119
27
Ibid, hal 12
33
dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,
(estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk
berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertidak sesuai
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
Nilai-Nilai Karakter
28
http://juansyah.wordpress.com/2012/07/29/pengertian-karakter/ Diakses pada tanggal 12/03/14
pukul 08:28 WIB
34
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan.
ringkasnya:
a. Jujur
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan tindakan, dan perkerjaan,
b. Bertanggung jawab
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
d. Disiplin
e. Kerja keras
sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
operasinya.
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah
dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
j. Ingin tahu
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi miliki/hak
diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
orang lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
e. Demokratis
38
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
b. Nilai kebangsaan
c. Nasionalis
d. Menghargai keberagaman
39
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
2. Pengertian Beragama
Beragama, berasal dari kata dasar agama, dengan tambahan ber yang
29
Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta:2010)
40
kepada;mementingkan.30
Melihat pada kata aslinya, yang berawal dari kata Agama, yang
sanksekerta yang artinya tidak kacau. Agama diambil dari dua suku
kata, yaitu a yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau. Hal itu
yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam
bahasa latin, religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat.31
Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata ia al-diin dan al-
millah. Kata al-diin sendiri mengndung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-
30
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:Amelia Surabaya, 2003), hal 18
31
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal 13
41
kondisi agama, yaitu kondisi patuh dan taat kepada yang disembah.
2. Segi objektif (objective state), yaitu segi luar yang disebut juga
yang bisa dipelajari apa adanya dan dengan demikian, bisa dipelajari
suatu masyarakat.32
ketundukan, dan kepatuhan, tetapi tidak setiap ketaatan itu bisa disebut
pihak kalah perang kepada pihak yang menang perang, ketaatan rakyat
keilmuan. Selain ketundukan dan kepatuhan masih ada ciri khas yang
32
Ibid, hal 14
33
Ibid hal 15
43
perintah Tuhan.
dalam agama adalah iman akan adanya kekuasaan tak terbatas, atau
kekuatan tersebut.34.
34
Ibid hal 17
44
makan, minum, kawin dan bertempat tinggal, tetapi juga sesuatu yang
15:29). Itu berarti dalam diri manusia ada Ruh Tuhan. Ismail Raji Al-
manusia yang dikenal dengan istilah Homo Religiosus, yang juga bisa
diartikan yaitu tipe manusia yang hidup di suatu alam yang sakral
35
Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal 74-75
36
Al-Quran Al-Karim Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus:Menara Kudus, 2006), hal 597
46
penuh dengan nilai religious dan dapat menikmati sakralitas yang ada
berorientasi kepada agama, atau orang yang hidup dialam yang sudah
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
2. Jujur
pekerjaan.
3. Toleransi
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
48
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
didengar.
kelompoknya.
kelompoknya.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
yang kokoh dan bersandar pada al-Quran dan as-Sunah (hadis). Dari
1- Saliimul Aqiidah /
(Bersih Aqidahnya)
2- Sahiihul Ibaadah /
(Benar Ibadahnya)
Bukhari)
52
3- Matiinul Khuluq /
(Kokoh Akhlaknya)
4- Qawiyyul Jismi /
(Kuat Jasmaninya)
5- Mutsaqqaful Fikri /
6- Mujaahidun Linafsih /
(Riwayat Al-Haakim)
53
Al-Haakim)
Majah)
10-Naafiun Lighairihi /
dia harus memiliki karakter yang mulia sebagaimana yang diajarkan dalam
1. Pengertian Muallaf
55
Kata muallaf hanya disebu satu kali dalam Al-Quran surat At-Taubah
dipahami sebagi orang yang baru masuk islam atau yang memiliki
sehingga menjadi siswa muallaf, ini berarti siswa yang baru masuk Islam dan
masih lemah imannya. Siswa muallaf adalah siswa yang pengetahuan agama
37
Ibid, hal 196
38
Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Icthiar Baru Van Hoeve, 2005), hal 48
39
Harun Nasution (Eds). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), hal 744
56
tinggi.40
secara konsisten.
berikut:
40
Hendro Puspito O.C., Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal 79
57
dengan berubah agama ataupun masuk agama. Akan tetapi lebih jelasnya jika
pengertian yang jelas. Secara etimologi konversi berasal dari kata lain
berubah dari satu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain (change from
sebelumnya.
adalah fenomena masuk agama (religious conversion) ini. Masalah ini tidak
41
Dep. Ag RI, Al-Quran Al-karim dan terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1978)
42
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakara: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hal 245
58
hanya menyangkut juga sikap institusional dari agama yang dimasuki, tetapi
masih menyangkut juga sikap personal dari orang yang masuk agama.43
Oleh karena itu menurut pendapat ahli, aspek yang akan disoroti
43
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal 77
44
Ibid, hal. 80
59
sendiri, maka orang lantas lari kepada kekuatan dari dunia lain.
45
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung:CV. Penerbit Jumanatul Ali Art,
2004), hal 491
46
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama,hal. 55
60
agama.
problem pribadi.
tertentu.
pembebasan.
sebagai berikut:
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.47 (QS. At-Taubah [9]
:122)
menunjukkan bahwa sebagian kecil saja dari seluruh jumlah anak didik dari
sekolah tersebut masuk agama yang dipeluk pendirinya. Hanya sejauh itu
47
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung:CV. Penerbit Jumanatul Ali Art,
2004), hal 207
62
pendorong masuk agama. Para peneliti yang hendak mengetahui secara tepat
kecewa itu dapat dihindarkan apabila tujuannya bukan untuk mencari konversi
rasional.
maka akan terdorong untuk mencari jalan ke luar yaitu ketenangan batin.
Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin
seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan
kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan
tenteram.
berikut:
b. Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara
dari tekanan batin. Faktor yang melatarbelakangi timbul dari dalam diri
agama adalah:
1) Kepribadian
2) Faktor pembawaan
agama adalah:
48
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 158
65
hilang.
konversi agama.50
49
Ibid, hal. 159
50
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 248-251
66
dalam hidupnya. Ia tahu bahwa yang salah itu salah, akan tetapi ia
tahu mana yang benar, akan tetapi tidak mampu berbuat benar.
hidupnya sejak kecil, didapati ibu atau ayahnya orang yang kuat
pengaruh sugesti dan bujukan itu, pada mulanya dangkal saja, atau
d. Faktor emosi.
52
Ibid , hal 161
53
Ibid, hal 162
68
e. Kemauan.
itu terjadi sebagi hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami
1. Menikah
tersebut maka istri mengikuti suami dan pada akhirnya istri menganut
agama sesuai agama yang dianut oleh suaminya yaitu sebagai seorang
muslim juga.
54
Ibid, hal 164
55
Ibid, hal 169
69
pengaruh sugesti dan bujukan itu, pada mulanya dangkal saja, atau
bujukan itu. Karena orang yang sedang gelisah atau goncang jiwanya
moral.
3. Kemauan sendiri.
peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang
ingin mengalami konversi. Hal ini dapat kita ikuti dari riwayat hidup
56
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), hal. 187
70
buku yang dulu dikarangnya bukanlah dari keyakinan, tapi datang dari
keinginan untuk mencari nama dan pangkat. Orang umum tidak tahu,
dialaminya itu.57
sebagainya).
57
Ibid hal. 190
58
Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hal 82
71
agama tertentu.
timbul dalam diri seseorang oleh karena kesadaran subyek itu atau kelompok
kejadian yang menyusahkan. Dan pengaruh dari luar itu sedikit banyak
yang terbesar dari subyek untuk mengadakan transformasi datang dari subyek
secara global, konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1) Masa tenang (acuh tak acuh dan menentang agama), di saat ini
Allah, biasanya orang yang gelisah, putus asa, tiba-tiba menjadi baik
terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya tadi, maka
dalam faktor internal atau intern, yakni faktor dari dalam diri siswa. Faktor ini
terdiri atas dua aspek, yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan faktor
rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada
2. Aspek Psikologis
dipandang esensial adalah: (1) tingkat kecerdasan, (2) sikap siswa, (3)
bakat siswa, (4) minat siswa, dan (5) motivasi siswa. Relevan dengan Syah
belajar adalah: (a) intelegensi, (b) perhatian, (c) minat, (d) bakat, (e) motif,
Keterangan:
a. Intelegensi
Integensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu (1)
yang baru dengan cepat dan efektif, (2) mengetahui atau menggunakan
b. Perhatian
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun sematamata tertuju kepada
c. Minat
d. Bakat
e. Motivasi siswa
f. Sikap siswa
3. Faktor kelelahan
4. Lupa
akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dari hasil belajar tidak
ada kemajuan.