PENDAHULUAN
1
protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam
memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu
meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik
sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan
pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di
berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas
terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia
di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencil pun diharapkan
dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di
berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi
dalam menangani kasus BPH dengan
benar.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 88 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Parungkuda, Sekarwangi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : tamat SD
Agama : Islam
St.Perkawinan: Menikah
Suku : Jawa
Tgl. Berobat : 28 Agustus 2017
No. Register : 549290
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama:
Susah BAK sejak 5 hari yang lalu.
3
merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidah dirasa nyeripada
daerah tertentu, kencing darah (+) , Panas (-), pinggang terasa sakit.
Riwayat Kebiasaan
- Makan : 3 x sehari.
- Minum air putih : Jarang.
- Rokok : (+)
- Alkohol : (-)
- Obat tanpa resep dokter : (-)
- Jamu : (-)
- Olahraga : (-)
Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
4
Nadi : 80 x/menit, isi cukup
Pernafasan : 20x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)
Suhu : 36,7o C
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih beruban, distribusi merata
Mata
Sklera Ikterik : -/-
Conjuctiva Anemis : -/-
Telinga
Bentuk : normotia
Secret : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis
Tonsil : T1/T1
Pharing : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muskular
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal
5
Status lokalisata
Pemeriksaan suprapubik inspeksi didapatkan cembung, dengan
teraba keras serta adanya nyeri tekan.
Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani
mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba
prostat kenyal, kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus
tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.
2.4 RESUME
Pasien Tn.A umur 88 tahun datang ke poli bedah RSUD
Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan. Sejak 1 tahun yang lalu pasien
merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai
BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air
kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien
mengalami kencing tiba-tiba berhenti. Sebelumnya pasien juga merasakan
anyang-anyangen. Pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali
ke kamar kecil dikarenakan rasa ingin buang air kecil akan tetapi saat di
kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas,
selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar
mandi untuk buang air kecil. Kemudian pasien memeriksakan diri ke PKM
dan dipasang kateter
Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram
kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal,
kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak
berbenjol-benjol.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
Diagnosis Banding
Vesikolitiasis, Batu uretra, Tumor.
6
Dasar Diagnosis
- Anamnesa : sejak 1 tahun yang lalu pasien merasakan susah buang
air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan
mengedan
- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi
tidak puas, Terminal dribbling, disuria.
- Pemeriksaan dalam : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,
ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol.
2.6 DISKUSI
Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran
prostat jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis
tersebut berdasarkan anamnesa adalah sejak 1 tahun yang lalu pasien
merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus
disertai dengan mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah
memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti
dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah
miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing). Pemeriksaan dalam
didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum
tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-),
sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di kategorikan
berat karena skor IPSS = 27
Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, Neurogenic
bladder, Acute prostatitis.
Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa
susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan
untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang
pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan
disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya
7
didapatkan konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara
lobus prostat tidak simetri.
Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah
dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar
kembali. keluha lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada
Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit, Cedera,
Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang
menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung
kemih maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada
pasien tersebut.
Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar
kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil
hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk
buang air kecil, akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada
acute prostatitis sering sering menggigil, demam, sakit di punggung bawah
dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya infeksi
saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih
dan bakteri dalam urin).
8
makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu
lama
9
Medikamentosa
Per oral
Cefotaxim 3x1 amp.
Kalnex 3x1 amp.
Ketorolac 3x1 amp.
Operatif
Pro operasi (prostatektomi)
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica yakni jaringan ikat pada
permukaan prostat. Diluar capsula terdapat terdapat fascia prostatica, yang
membungkus capsula prostatica, merupakan bagian dari lapisan viseral fascia
pelvis, yang ke arah caudal melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatis
urogenitalis superior dan difiksasi pada symphysis osseum pubis oleh ligamentum
puboprostaticum mediale (ligamentum pubovesicale). Selain difiksasi oleh
ligamentum puboprostaticum mediale yang mengandung m. puboprostaticus, juga
difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laterale pada arcus tendineus fascia
pelvis. Pada sisi lateral prostat, diantara fascia prostatica dan capsula prostatica
terdapat plexus venosus prostaticus. Plexus venosus prostaticus menerima vena
dorsalis penis, meneruskan aliran darah venous kepada plexus venosus vesicalis
dan selanjutnya bermuara ke dalam vena iliaca interna. Urethra berjalan vertical
menembus bagian anterior prostat. Basis prostat mempunyai hubungan erat
dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral. Celah yang terbentuk
diantaranya terisi oleh plexus venosus vesicoprostaticus dan ductus ejaculatorius.
12
sekresi prostat ke dalam urethra. Kelenjar prostat adalah modifikasi bagian
dinding urethra. Ujung urethra terproyeksi ke bagian dalam garis tengah posterior,
berjalan sepanjang urethra prostatika dan berakhir spinkter striata. Pada bagian
ujung yang lain, sebuah celah terbentuk (sinus prostaticus), dimana seluruh
kelenjar mengalir kesitu (Mc. Neal, 1972). Pada bagian pertengahan, urethra
melengkung kira-kira 35o kearah anterior (lengkungan ini dapat bervariasi antara
0 90o). Sudut yang terbentuk dari lengkungan ini membagi urethra prostatika
secara anatomi dan fungsional menjadi bagian proksimal (preprostat) dan distal
(prostat) (Mc. Neal 1977, 1988). Pada bagian proximal, otot polos sirkuler
menebal untuk membentuk spinkter urethra internum.
Pada lengkungan urethra, seluruh bagian utama kelenjar prostat terbuka
sampai ke urethra prostatika. Ujung urethra melebar dan menonjol dari dinding
posterior disebut verumontanum. Celah orificium kecil dari utrikulum prostat
ditemukan pada bagian apex dari verumontanum dan terlihat melalui sistoskopi.
Utrikulum panjangnya 6 mm sisa mullerian terbentuk dari kantong kecil yang
terproyeksi ke atas dan bawah prostat. Pada pria dengan kelamin ganda, bisa
terbentuk suatu divertikulum panjang yang menonjol pada bagian posterior
prostat. Pada bagian lain dari orificium utrikula, 2 pembukaan kecil pada duktus
ejakulatorius bisa terlihat. Duktus ejakulatorius terbentuk dari persambungan vas
deferens dengan vesikula seminalis dan masuk ke basis prostat yang bergabung
dengan vesica urinaria. Secara umum kelenjar prostat berbentuk tubuloalveolar
dengan sedikit percabangan dan sejajar dengan epitel kuboid atau kolumner.
Penyebaran sel neuroendokrin, yang fungsinya tidak diketahui, ditemukan
diantara sel sekretorius. Dibawah sel epitel, sel basal terletak sejajar setiap asinus
dan akan menjadi stem sel untuk epitel sekretorius. Setiap asinus terlindungi oleh
otot polos yang tipis dan jaringan ikat.
13
prostat. Ramus prostaticus memasuki prostat sepanjang garis posterolateral pada
hubungan antara prostat dengan bagian bawah vesica urinaria sampai ke apex
prostat. Ketika akan memasuki prostat arteri vesicalis inferior terbagi dalam dua
cabang utama. .
Arteri-arteri ini mendekati collum vesica urinaria pada posisi antara jam 1 sampai
jam 5 dan posisi jam 7 sampai jam 11, dengan cabang paling besar pada bagian
posterior. Selanjutnya memutar kearah caudal sejajar dengan urethra, untuk
mensuplai urethra, kelenjar periurethral dan zone transisional. Begitupun pada
pembesaran prostat yang jinak, arteri ini yang terutama menyediakan suplai darah
untuk adenoma.
Pada saat prostat direseksi atau dienukleasi, perdarahan yang paling
penting biasanya ditemukan pada collum vesica urinaria, terutama pada posisi
antara jam 4 dan jam 8. Arteri capsular merupakan cabang utama yang kedua dari
arteri prostat. Arteri ini memiliki beberapa cabang kecil yang berjalan pada bagian
anterior untuk mempercabangkan ke dalam capsula prostat. Bagian terbesar dari
arteri ini berjalan posterolateral ke prostat dengan nervus cavernosus (serabut
neurovaskuler) dan berakhir pada diafragma pelvis. Cabang capsular menembus
prostat pada sudut 90o dan mengikuti reticular band dari stroma untuk mensuplai
jaringan kelenjar.
Vena
Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus disekitar sisi
anterolateral prostat, sebelah posterior ligamentum arcauata pubic dan bagian
bawah dari symphisis pubis, sebelah anterior dari vesica urinaria dan prostat.
Aliran utama berasal dari vena dorsalis penis profunda. Plexus juga menerima
ramus anterior vesicalis (plexus venosus vesicalis) dan prostatic (yang
menghubungkan dengan plexus vesicalis dan vena pudenda interna) dan
mengalirkan / bermuara kedalam vena vesicalis dan vena iliaca interna.
Lymphe
Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan menuju ke lymphonodus iliacus internus.
Ada juga yang menuju ke lymphonodus iliacus externus dan lymphonodus
sacralis Pembuluh-pembuluh lymphe dari vas deferens berakhir pada
lymphonodus iliacus externus, sedangkan yang berasal dari vesica seminalis
14
mengalir ke lymphonodus iliacus internus dan externus. Pembuluh lymphe prostat
terutama berakhir pada lymphonodus iliacus internus, lymphonodus sacralis dan
lymphonodus obturator. Sebuah pembuluh lymphe dari permukaan posterior
bersama-sama pembuluh lymphe vesicalis menuju ke lymphonodus iliacus
extenus dan satu dari permukaan anterior mencapai lymphonodus iliakus internus
dari gabungan pembuluh lymfe yang mengaliri urethra pars membranosa.
3.1.3 Inervasi
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari
plexus nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmen sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis
berjalan sepanjang prostat sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari
arteri capsular untuk mempercabangkan pada bagian kelenjar dan stromal. Saraf
parasympathis berakhir pada acinus dan merangsang sekresi, serabut sympathis
menyebabkan kontraksi otot polos dari kapsul dan stroma. Penghambatan alfa-1
adrenergik mengurangi tonus stroma prostat dan tonus spinkter preprostatik dan
meningkatkan laju aliran kencing pada orang dengan BPH (benign prostat
hypertrophy), hal ini menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi stroma dan
epitel. Gabungan peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah
ditemukan pada prostat dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos. Neuron
afferen dari prostat berjalan sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat
spinal thoracolumbar. Suatu blok prostatik mungkin bisa didapatkan dengan
menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus pelvis.
3.2 Definisi
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembesaran,
baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli. 1 Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang
menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini akibat
adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4
15
Gambar 2. Pembagian Zona Prostat
Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer.1,6
16
Gambar 3. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim5 reduktase1
17
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap
rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.1
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol,
sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi
sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel
maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-
sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada
hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),
menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada
BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
18
6. Patofisiologi Hiperplasia Prostat
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars
prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik buli-
buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptoms(LUTS).1
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1
19
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu:1,9
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
IPSS (International Prostate Symptom Score)
Kurang Kadang-
Kurang
Tidak dari sekali kadang Lebih dari Hampir
Dalam 1 bulan terakhir dari Skor
pernah dalam (sekitar setengah selalu
setengah
lima hari 50%)
1. Seberapa sering anda merasa
masih ada sisa selesai 0 1 2 3 4 5 5
kencing?
2. Seberapa sering Anda harus
kembali kencing dalam
0 1 2 3 4 5 3
waktu kurang dari 2 jam
setelah selesai kencing?
20
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat
miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1
3.3.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba
massa kistik didaerah supra simpisis akibat retensi urin. 1 Pemeriksaan colok dubur
atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang
penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau
ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang
keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan
tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,4,9
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti
meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan
mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1
21
3.3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan
saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti
hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin
berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
urotelium yang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk
mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan
pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda
tumor prostat (PSA).1
3.3.4 Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk menca=ri adanya batu opak di saluran
kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh
terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat
menerangkan adanya :1
kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel,
atau sakulasi buli-buli
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH. 1 Pemeriksaan
USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui
besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah
residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans
Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)
22
Gambar 6. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5
3.5 Penatalaksanaan
Tujuan terapi:1
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
23
1. Watchful waiting
Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa
terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa guidelines masih
menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala dengan skor sedang
(IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat (skor IPSS > 7),
pancaran urine melemah (Qmax < 12 mL/detik), dan terdapat pembesaran prostat
> 30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon terhadap watchful waiting.
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan
hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau
alkohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), (3) batasi penggunaan
obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan
pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan
diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju
pancaran urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah
jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang
lain.
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistensi
otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau (2) mengurangi volume prostat
sebagai kom-ponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah :
1. Antagonis adrenergik reseptor yang dapat berupa:
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin, dan
tamsulosin
2. Inhibitor 5 redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
24
3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
- kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:1,9
25
Gambar 7. Transurethral reseksi prostat (TURP)
b. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan
pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3), tidak dijumpai
pembesaran lobus medius, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma
prostat.. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan
mono insisi atau bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara
ureter, leher buli-buli-sampai ke verumontanum. Insisi diperdalam hingga kapsula
prostat. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan
komplikasi dibandingkan dengan TURP. TUIP mampu memperbaiki keluhan
akibat BPH dan meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik TURP. Cara
elektrovaporisasi prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini
memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat,
sehingga mampu membuat vaporisisai kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman,
tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa mondok di
rumah sakit lebih singkat.
26
c. Buka prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat
sangat besar, kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti
batu kandung kemih. Ini disebut terbuka karena ahli bedah membuat
sayatan di perut bagian bawah untuk mencapai prostat. Buka prostatektomi
adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria dengan pembesaran
prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit
dan berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya
segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah
daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak
harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat
pengencer darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis
laser dan dengan cara yang berbeda.
27
Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan
risiko yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat
jaringan memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali
jaringan. Salah satu manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa
jaringan prostat dihapus dapat diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi
lainnya.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pasien Tn.A umur 88 tahun dengan keluhan susah buang air
kecil Sejak 1tahun yang lalu di diagnosa menderita pembesaran prostat
jinak. Diagnosa tersebut berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan. Penatalaksanaan yang diusulkan pada tn. A
adalah dengan open prostatektomi. Di harapakan setelah dilakukan open
prostatektomi pasien bisa kembali beraktivitas secara normal.
29
DAFTAR PUSTAKA
30