Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah

KAJIAN SINGKAT PASCA-BENCANA


BANJIR BANDANG KOTA BIMA
2016

Oleh
Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT

0
Daftar isi

Pendahuluan, 2

Analisis Penyebab dan Dampak Banjir, 4

Kajian Aspek Pengendalian dan Penertiban Pemanfaatan Ruang, 11

Kesimpulan, Rekomendasi dan Program Penanganan Pasca-bencana, 27

Kerusakan Kantor Pertanahan BPN Kota Bima, 32

Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT, 34

1
Pendahuluan

2
Pendahuluan

Bencana banjir yang menimpa Kota Bima, Provinsi Nusatenggara Barat, terjadi
dua kali, yakni pada hari Rabu, 21 Desember dan Jumat, 23 Desember 2016.
Keduanya terjadi pada siang hingga sore hari. Banjir yang kedua terjadi lebih
dahsyat dan menimbulkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan
yang pertama.
Kerusakan akibat bencana banjir bandang mencakup k.l. 439 bangunan,
meliputi: rumah, kantor, sekolah, Puskesmas, tempat usaha/toko/kios,
jembatan dan dam, serta lahan pertanian seluas 2.247 Ha sawah. Total
kerugian ditaksir mencapai Rp. 984,40 miliar.
Tim Tanggap Bencana Bima Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah (PPRPT) dibentuk atas dasar instruksi Dirjen
PPRPT pada tanggal 26 Desember 2016, dan berangkat ke lokasi pada tanggal
28 Desember hingga 30 Desember 2016.

3
Analisis Penyebab dan Dampak Bencana

4
Lokasi Kota Bima

5
Penyebab bencana banjir

1. Curah hujan yang sangat tinggi dan beralangsung cukup lama (k.l. 12 jam)
dipicu oleh siklon tropis Yvette. Bencana banjir terjadi dua kali, yakni pada
Kawasan hari Rabu 21 Desember dan hari Jumat 23 Desember 2016.
hulu
2. Kerusakan hutan di kawasan hulu (Kec. Asakota Kota Bima dan Kec. Wawo
Kabupaten Bima) disebabkan karena:
penebangan liar yang marak terjadi,
penetapan status hutan menjadi Hutan Kemasyarakatan (HKm) tanpa
arahan yang jelas dan pengawasan yang ketat,
pembukaan jalan-jalan baru ke areal perbukitan yang mempercepat
penebangan hutan dan tumbuhnya permukiman, dan
Kabupaten Bima
Sungai batas teritori antara Kota Bima dan Kabupaten Bima yang tidak jelas/pasti
Kota Bima Padodo menyebabkan ketidakjelasan kewenangan pengawasan di area perbatasan
antara kedua daerah tsb.

Kawasan 3. Penyempitan dan pendangkalan sungai di Kota Bima, karena:


hilir bangunan melampaui ketentuan garis sempadan sungai,
Kota Bima banyaknya pola sungai berbelok tajam (meander) di kawasan perkotaan,
perilaku atau kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.

4. Sistem saluran drainase belum terbangun dengan baik, dimana belum ada
konektifitas antar saluran dari hulu ke hilir serta dimensi saluran drainase
yang sebagian besar tidak memadai (terlalu kecil).
Teluk Bima
5. Kondisi laut pasang tinggi saat terjadinya banjir pada siang hingga sore hari
pada tangal 21 dan 23 Desember 2016.
6
Kondisi kawasan hulu/perbukitan

7
Kondisi kawasan hilir/perkotaan

8
Kondisi saat banjir

9
Kerusakan dan kondisi dampak banjir

10
Kajian Aspek Pengendalian dan
Penertiban Pemanfaatan Ruang

11
Analisis kesesuian pemanfaatan ruang

A. Berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Bima:


Di kawasan hulu merupakan hutan lindung, ruang terbuka hijau, hutan
kemasyarakatan, perkebunan, dan areal penggunaan lain. Secara umum
pemanfaatan ruang di kawasan hulu sudah sesuai dengan RTRW Kota Bima.
DI kawasan hilir ketentuan garis sempadan sungai, antara lain: minimal 3 (tiga)
meter untuk sungai bertanggul dan minimal 10 (sepuluh) meter untuk sungai tak
bertanggul dengan kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter.

B. Berdasarkan pengamatan lapang:


Di beberapa lokasi di kawasan hulu yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan
resapan air, ternyata berupa perkebunan tanaman hortikultura yang tidak dapat
menahan air dan erosi, yang berkontribusi terhadap terjadinya banjir bandang.
Di kawasan hulu, masyarakat yang mengelola Hutan Kemasyarakatan lebih
dominan mengembangkan tanaman semusim, seperti kacang tanah, padi, dan
jagung. Hal ini disebabkan tidak adanya aturan terhadap jenis tanaman yang
diperbolehkan untuk dikembangkan di kawasan hulu tersebut.
Di kawasan hilir, ditemukan banyak sekali kawasan sempadan sungai yang telah
diokupasi oleh masyarakat menjadi kawasan permukiman.

12
Peta pola ruang berdasarkan RTRW Kota Bima

13
Kota Bima: Peta perkiraan area banjir

14
Kota Bima: Peta perkiraan area terdampak dan luapan air sungai

15
Kecamatan Asakota: Tiga kawasan utama terkait bencana banjir

Hutan
Kemasyarakatan

3 Permukiman

16
Contoh Instrumen Pengendalian untuk Hutan Kemasyarakatan

1 INSTRUMEN PENGENDALIAN KAWASAN HUTAN KEMASYARAKATAN


PERATURAN ZONASI
TIDAK INSENTIF DAN
PERUNTUKAN DIPERBOLEHKAN TERBATAS BERSYARAT PERIZINAN SANKSI KETERANGAN
DIPERBOLEHKAN DISINSENTIF
(I) (T) (B)
(X)
Penanaman Penanaman Penanaman Penanaman Pemberian izin Pemberian insentif Sanksi diberikan Berada di
HUTAN tanaman tanaman produksi tanaman yang tanaman pangan pemanfaatan bagi kelompok pada semua kegiatan kawasan hulu
KEMASYARA- produksi yang pada kemiringan berproduksi dan hortikultura ruang harus masyarakat maupun yang tidak sesuai sungai
KATAN berfungsi > 40% secara musiman sesuai dengan perorangan yang dengan rencana tata Penanganan
ekonomi, sosial, kesinambungan peruntukan pada mendukung ruang kerusakan hulu
Penanaman Kegiatan
dan lingkungan dengan rencana tata pelestarian dan dapat dilakukan
tanaman dengan pembakaran Sanksi sektoral
(Berfungsi memperhatikan ruang peningkatan fungsi untuk jangka
metode lahan dan bidang kehutanan
ekonomi artinya kualitas kawasan resapan air pendek dan
tumpangsari penebangan Pemberian izin sesuai ketentuan
meningkatkan lingkungan dan hulu jangka panjang,
antara tanaman pohon secara secara ketat bagi peraturan
pendapatan melalui jangka pendek
berkayu keras massif kegiatan Pemberian insentif perundangan sektor
masyarakat, pencegahan misalnya
ditumpangsari penanaman bagi kelompok kehutanan diberikan
seperti: mangga, kerusakan Kegiatan yang pembangunan
dengan tanaman tanaman pangan masyarakat maupun pada semua kegiatan
durian, jambu tanah, merusak bendung/DAM
pangan atau dan holtikultura perorangan yang yang dilarang pada
mete, dan pencegahan lingkungan, untuk
holtikultura yang melakukan kawasan peruntukan
srikaya. erosi tanah dan menimbulkan mengurangi laju
musiman ditumpangsari pencegahan kerusakan ini
Berfungsi sosial penurunan erosi, dan volume
dengan tanaman lingkungan hulu dan
artinya kesuburan mengurangi banjir bandang,
berkayu keras resapan air
masyarakat tanah, kesuburan jangka panjang
mudah dalam mempertahan- tanah, merusak Disinsentif diberikan dengan cara
bercocok tanam kan bentang bentang alam, pada masyarakat yang penyadaran
dan alam serta merusak area melakukan masyarakat
memasarkan- menjaga resapan air Penanaman tanaman terhadap
nya. Berfungsi tangkapan dan produksi pada pelestarian
lingkungan ketersediaan air dilarang untuk ekosistem hulu
kemiringan > 40%
artinya mampu mendirikan dan rehabilitasi,
menahan erosi bangunan Disinsentif diberikan reboisasi dan
dan meresap air) permanen untuk pada masyarakat yang restorasi
hunian dan melakukan resapan air di
Hutan tanaman tempat usaha Penanaman tanaman hulu
hasil rehabilitasi produksi tanaman
pangan atau
Hutan desa
holtikultura musiman
restorasi
yang ditumpangsari
ekosistem
dengan tanaman
Imbal jasa berkayu keras
lingkungan
17
Contoh Instrumen Pengendalian untuk Sempadan Sungai

2 INSTRUMEN PENGENDALIAN UNTUK SEMPADAN SUNGAI


PERATURAN ZONASI
TIDAK INSENTIF DAN
PERUNTUKAN DIPERBOLEHKAN TERBATAS BERSYARAT PERIZINAN SANKSI KETERANGANKE
DIPERBOLEHKAN DISINSENTIF
(I) (T) (B)
(X)

1. SUNGAI Hutan Kota Fasilitas penelitan kegiatan- dilarang untuk Pemberian izin Pemberian insentif Sanksi administratif Berada di kawasan
BERTANGGUL dan pendidikan kegiatan membuang pemanfaatan ruang bagi kelompok berupa peringatan, tengah dan hilir
Taman Kota
minimal 3 budidaya sampah dan harus sesuai dengan masyarakat yang pembatasan/penghe sungai
Budidaya
meter di Jalan Inspeksi pertanian dan limbah padat peruntukan pada mendukung ntian pelayanan
perikanan Pelanggaran
sebelah luar kegiatan dan/atau cair rencana tata ruang pelestarian dan umum,
Rumah Pompa Air sempada sungai
sepanjang bangunan budidaya lainnya dilarang untuk kebersihan pembongkaran dan
(mendu-kung Pemberian izin berdampak pada
kaki tanggul permanen untuk dengan syarat lingkungan relokasi diberikan
penanggu-langan mendirikan secara ketat bagi menyempitnya
hunian dan tidak sempadan dan bagi semua kegiatan
2. SUNGAI TAK banjir) bangunan fungsi kegiatan yang aliran dan
tempat usaha mengganggu aliran sungai yang tidak sesuai
BERTANGGUL permanen untuk berhimpitan dengan membesarnya
Pipa drainase pada zona fungsi dengan rencana tata
dengan hunian dan sempadan sungai Pemberian volume serta
meander sungai perlindungan ruang
kedalaman Bangunan tempat usaha agar tidak disinsentif bagi kecepatan banjir,
aliran sungai berpotensi kegiatan- kegiatan Sanksi pidana sehingga
tidak lebih penahan erosi dilarang
dari 3 meter tebing sungai dan melanggar bersyarat di diberikan pada memperluas area
melakukan
minimal 10 bronjong sempadan sungai Sempadan Sungai pejabat yang terdampak dan
kegiatan yang
meter memberikan izin meningkatkan
dapat
potensi kerugian
3. SUNGAI mengganggu dan
DENGAN mepersempit
KEDALAMAN aliran sungai
3 20 meter

adalah
kurang lebih
15 meter

4. SUNGAI
DENGAN
KEDALAMAN
maksimal
lebih dari 20
(dua puluh)
meter adalah
kurang lebih
30 meter

18
Contoh Instrumen Pengendalian untuk Kawasan Permukiman

3 INSTRUMEN PENGENDALIAN UNTUK KAWASAN PERMUKIMAN

PERATURAN ZONASI
TIDAK INSENTIF DAN
PERUNTUKAN DIPERBOLEHKAN TERBATAS BERSYARAT PERIZINAN SANKSI KETERANGAN
DIPERBOLEHKAN DISINSENTIF
(I) (T) (B)
(x)

KAWASAN menyediakan Membatasi pola Penetapan GSB Melanggar Pemberian izin Pemberian insentif Sanksi administratif Karakteristik permukiman
PERMUKIMAN ruang terbuka perumahan minimal 3 intensitas dan pemanfaatan bagi kelompok berupa peringatan, di kecamatan Rasanae
hijau yang linier meter sempadan ruang harus masyarakat yang pembatasan/penghen Barat sebagian besar
sesuai dengan bangunan sesuai dengan mendukung dan tian pelayanan kepadatan sedang sampai
Membatasi Permukiman
kaidah-kaidah peruntukan memprakarsai umum, tinggi
kepadatan unit kepadatan Melanggar
penataan ruang pada rencana perwujudan RTH, pembongkaran dan
rumah yang tinggi dan fungsi Permasalahan banjir
tata ruang kawasan resapan air, relokasi diberikan
Membangun mengikuti alur sedang harus peruntukan diperparah dengan alur
biopori, dan kawasan bagi semua kegiatan
sumur resapan sungai segera bangunan Pembatasan sungai yang banyak
non terbangun pada yang tidak sesuai
dipersyaratkan izin dan seleksi maender sekaligus banyak
Rumah skala RW dan Desa dengan rencana tata
untuk izin terhadap aglomerasi permukiman di
panggung pada ruang
menyediakan pembangunan Disinsentif diberikan sekitarnya
kawasan rawan
kawasan tidak hunian baru di pada permukiman Sanksi pidana
bencana banjir Penanganan kerusakan
terbangun kawasan rawan yang sering diberikan pada
bandang hilir dapat dilakukan untuk
guna resapan bencana banjir terdampak banjir pejabat yang
jangka pendek dan jangka
Bangunan tahan air bandang tipe bandang dan memberikan izin tidak
panjang, jangka pendek
gempa parah kategori parah (> 2 sesuai dengan
Drainase yang misalnya pembangunan
meter) rencana tata ruang
baik kolam retensi di dekat
pantai atau muara sungai
untuk mengurangi laju dan
volume banjir bandang,
jangka panjang dengan
cara penyadaran
masyarakat terhadap
kawasan rawan bencana
banjir bandang

19
Pusat Kecamatan Asakota: Perkiraan area terdampak banjir

20
Pusat Kecamatan Asakota: peta pola ruang dan area terdampak banjir

21
Kecamatan Rasanae Barat: Perkiraan area terdampak banjir

22
Kecamatan Rasanae Barat: Peta pola ruang dan area terdampak

23
Kecamatan Mpunda: Perkiraan area terdampak banjir

24
Kecamatan Mpunda: Peta pola ruang dan area terdampak

25
Analisis luasan kawasan yang perlu penanganan pasca-banjir (dalam ha)

KECAMATAN RASANAE BARAT KECAMATAN ASAKOTA KECAMATAN MPUNDA


RENCANA POLA RUANG LUAS (ha) RENCANA POLA RUANG LUAS (ha) RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Cagar Budaya 1.85 Fasilitas Kesehatan 0.28 Cagar Budaya 10.21


Fasilitas Kesehatan 0.47 Industri dan Pergudangan 18.78 Fasilitas Kesehatan 1.19
Fasilitas Olah Raga 9.71 Pemukiman 204.89 Fasilitas Olah Raga 13.97
Industri dan Pergudangan 1.44 Pendidikan 3.47 Kawasan Pertanahan Keamanan 2.71
Pelabuhan 4.93 Perdagangan dan Jasa 1.39 Pelayanan Umum 0.77
Pemukiman 116.40 Perkantoran 6.35 Pemukiman 354.39
Pendidikan 9.07 Perkebunan 78.87 Pendidikan 21.43
Perdagangan dan Jasa 79.84 Rencana Penggunaan Lainnya 68.20 Perdagangan dan Jasa 7.61
Perkebunan 2.89 Sawah 29.66 Perkantoran 30.60
Rencana Penggunaan Lainnya 6.71 Sempadan Pantai 2.17 Perkebunan 25.90
Sempadan Pantai 14.03 Sempadan Sungai 126.61 Peternakan 3.70
Sempadan Sungai 70.42 Terminal 0.18 Rencana Penggunaan Lainnya 17.29
Tambak 30.20 Sawah 6.86
TPI 3.96 Sempadan Sungai 220.07

KECAMATAN RABA KECAMATAN RASANAE TIMUR


RENCANA POLA RUANG LUAS (ha) RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)
Fasilitas Olah Raga 1.09 Pemukiman 12.80
Pelayanan Umum 1.04 Pendidikan 0.35
Pemukiman 248.91 Perkebunan 6.24
Pendidikan 4.66 Rencana Penggunaan Lainnya 1.66
Perdagangan dan Jasa 7.21 RTH 0.20
Perkebunan 22.53 Sawah 41.38
Rencana Penggunaan Lainnya 4.72 Sempadan Sungai 50.90
Sawah 119.49
Sempadan Sungai 216.22 26
Kesimpulan, Rekomendasi dan
Program Penanganan Pasca-bencana

27
Kesimpulan

A. KAWASAN HULU
1. Penyebab utama bencana banjir di Kota Bima adalah tidak berfungsinya kawasan
hulu sebagai kawasan resapan air yang sebagian besar berada di Kabupaten Bima.
2. Dengan adanya penetapan sebagai Hutan Kemasyarakatan, kawasan hulu lebih
banyak ditanami dengan tanaman semusim berupa kacang tanah yang mudah
tergerus oleh curah hujan yang tinggi.
3. Pengembangan tanaman di kawasan hulu perlu diatur, mengingat kelerangan
tinggi (lebih besar dari 70) dan belum tersosialisasikannya pemanfaatan ruang di
kawasan dengan kelerangan yang tinggi.

B. KAWASAN HILIR
1. Belum tersosialisasikannya pemanfaatan ruang dan penegakan hukum di kawasan
sempadan sungai, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan sungai akibat
pembangunan permukiman oleh masyarakat hingga bantaran sungai.
2. Sistem drainase kota belum terpadu dan menyeluruh dari hulu ke hilir, serta
dimensi drainase yang tidak memadai, sehinga menyebabkan pendangkalan
sungai karena endapan lumpur akibat erosi dan sampah domestik.
3. Perilaku dan kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.

28
Rekomendasi

1. Perlu penataan kawasan hulu berupa kawasan hutan, berupa hutan yang berfungsi
ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai kawasan resapan air. Berfungsi ekonomi
artinya meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti: mangga, durian, jambu mete,
dan srikaya. Berfungsi sosial artinya masyarakat mudah dalam bercocok tanam dan
memasarkannya. Berfungsi lingkungan artinya mampu menahan erosi dan meresap
air.
2. Perlu penataan kawasan sempadan sungai sebagai fungsi perlindungan setempat,
dengan melakukan normalisasi dan revitalisasi sungai secara menyeluruh untuk
menjaga kelestarian kawasan sempadan sungai. Untuk itu perlu dilakukan relokasi
masyarakat di kawasan sempadan sungai.
3. Perlu peningkatan kesadaran masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta kebencanaan,
dengan melakukan sosialisasi dan pembentukan kelompok masyarakat peduli tata
ruang.
4. Perlu menata kembali sistem drainase kota yang terpadu dan menyeluruh dari hulu
ke hilir.
5. Perlu segera melakukan Peninjauan Kembali RTRW Kota Bima dan RTRW Kabupaten
Bima yang berbasis pada mitigasi bencana.
29
Inventarisasi program/kegiatan yang mendukung penanganan pasca-bencana

1. Penetapan delineasi kawasan bencana (dokumen). Kerjasama antara Badan Penanganan


Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima dengan NGO Oxfam International. Dilaksanakan tahun 2017.
2. Rencana penanganan banjir (dokumen). Dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
(BWS NTI). ABPN 2017 Kementerian PUPR. Mencakup Kota Bima dan Kabupaten Bima.
3. Action Plan Penataan Drainase (dokumen). Dalam pembahasan dengan Kedutaan Belanda
dengan fasilitasi oleh Kementerian PUPR.
4. Normalisasi Sungai Padolo. APBD 2017 Kota Bima untuk pembebasan lahan 1,1 ha. APBN 2017
BWS NTI untuk pembangunan talut Rp 10 M, dan pembangunan jetty Rp 13 M.
5. Pembangunan dam/bendung di 13 titik. Dana APBN 2017 Kementerian PUPR sebesar Rp 12 M.
6. Penanganan kawasan kumuh. Dana ADB melalui Kementerian PUPR. Selama 4 tahun sejak
tahun 2014. Mencakup 17 kelurahan kumuh.
7. Perluasan program penataan permukiman. Masih dalam pembicaraan. Dana APBN dan ADB
sekitar Rp 19 M. Mencakup air minum, drainase, sanitasi, ruang terbuka hijau dan perumahan.
8. Pembangunan sektor persampahan. Anggaran APBD 2017 Provinsi NTB. Pembangunan TPA/
sanitary landfill Rp 17 M, dan sosialisasi (revolusi mental) perilaku sehat dan bersih membuang
sampah.
9. Peninjauan Kembali (PK) RTRW Kota Bima. Anggaran APBD 2017 Kota Bima.

*Informasi diperoleh dari narasumber di daerah, masih perlu diklarifikasi pada instansi/sektor terkait.
30
Kontribusi Bidang Pengendalian & Penertiban Pemanfaatan Ruang

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada T.A. 2017 pada Direktorat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Direktorat Penertiban Pemanfaatan
Ruang:
1. Bantuan Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi
2. Pemberian masukan dalam Peninjauan Kembali RTRW Kota Bima dan
Kabupaten Bima. Bekerja sama dengan Ditjen Tata Ruang Kementerian
ATR/BPN
3. Sosialisasi mitigasi bencana dan pembentukan Kelompok Masyarakat
(Pokmas) Peduli Pengendalian Pemanfaatan Ruang
4. Upaya penegakan hukum dengan pemasangan plang himbauan dan plang
peringatan.
5. Audit tata ruang secara menyeluruh di Kota Bima dan Kabupaten Bima.

31
Kerusakan Kantor Pertanahan
Kota Bima

32
Kerusakan: bangunan, sarana-prasarana dan dokumen

33
Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT

34
Kemitraan dan kerjasama dalam proses kajian bencana

35
Pengoperasian UAV (unmanned aerial vehicle) atau drone

36
Daftar susunan personil Tim Tanggap Bencana Bima

Pengarah:
Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Erna M. Mochtar
Sekretaris Direktorat Jenderal PPRPT, Firman M. Hutapea

Koordinator Tim:
Direktur Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Wisnubroto Sarosa
Direktur Penertiban Pemanfaatan Ruang, Suryaman Kardiat

Tim Lapangan: Nara Sumber:


Yunianto Rahadi Utomo Kepala Bidang Tata Ruang dan Permukiman PU Kota Bima
Try Haristyo Kepala Bidang Tata rUang dan Permukiman PU Kab. Bima
Arif Wahyudi Kepala Bidang Fisik & Prasarana Bappeda Kota Bima
Renato Armando Kepala Bidang Fisik & Prasarana bappeda Kab. Bima
Kepala Bidang KPH Dinas Kehutanan Kabupaten Bima
Tim Homebase: Staf SKPD terkait di Pemko Bima dan Pemkab Bima
Ludfie Hamdri
Badar Jamaludin

Dibantu oleh
Kepala Kantah BPN Kabupaten Bima, Said Asa
Plt. Kepala Kantah Kota Bima, Iksan
37
Terima kasih

38

Anda mungkin juga menyukai