Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul FLIP-FLOP 1 transistor
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Palembang, 29 Januari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rangkaian Logika terbagi menjadi dua kelompok yaitu rangkaian logika
kombinasional dan rangkaian sekuensial. Rangkaian logika kombinasional adalah rangkaian
yang kondisi keluarannya (output) dipengaruhi oleh kondisi masukan (input). Rangkaian logika
sekuensial adalah rangkaian logika yang kondisi keluarannya dipengaruhi oleh masukan dan
keadaan keluaran sebelumnya atau dapat dikatakan rangkaian yang bekerja berdasarkan urutan
waktu. Ciri rangkaian logika sekuensial yang utama adalah adanya jalur umpan balik
(feedback) di dalam rangkaiannya.
Rangkaian yang termasuk rangkaian logika kombinasional yaitu Dekoder, Enkoder,
Multiplekser, Demultiplekser. Pada rangkaian-rangkaian itu terlihat bahwa kondisi keluaran
hanya dipengaruhi oleh kondisi masukan pada saat itu. Adapun contoh rangkaian yang termasuk
rangkaian sekuensial yaitu flip-flop, counter, dan register.
Flip-flop adalah rangkaian utama dalam logika sekuensial. Counter, register serta
rangkaian sekuensial lain disusun dengan menggunakan flip-flop sebagai komponen utama. Flip-
flop adalah rangkaian yang mempunyai fungsi pengingat (memory). Artinya rangkaian ini
mampu melakukan proses penyimpanan data sesuai dengan kombinasi masukan yang diberikan
kepadanya. Data yang tersimpan itu dapat dikeluarkan sesuai dengan kombinasi masukan yang
diberikan.
Ada beberapa macam flip-flop yang akan dibahas, yaitu flip-flop R-S, flip-flop J-K, dan
flip-flop D. Sebagai tambahan akan dibahas pula masalah pemicuan yang akan mengaktifkan
kerja flip-flop.
Hubungan input-output ideal yang dapat terjadi pada flip-flop adalah:
1) Set, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai logika
positif (1) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.
2) Reset, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai
logika negatif (0) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.
3) Tetap, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) tidak
berubah dari kondisi sebelumnya saat dipicu.
4) Toggle, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan logika keluaran (Q)
berkebalikan dari kondisi sebelumnya saat dipicu.
Secara ideal berdasar perancangan kondisi keluaran Q selalu berkebalikan dari kondisi
keluaran Q.

Rumusan Masalah :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator bistabil !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator monostabil!
4. Jelaskan rangkaian lampu belok menggunakan bimetal !
5. Jelaskan prinsip pengujian kapasitor !
Tujun :
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator
2. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator bistabil
3. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan multivibrator monostabil
4. Untuk menjelaskan rangkaian lampu belok menggunakan bimetal
5. Untuk menjelaskan prinsip pengujian kapasitor
BAB II
PEMBAHASAN

A. Multivibrator

Multivibrator adalah suatu rangkaian generatif dengan dua buah piranti aktif yang
dirancang sedemikian sehingga salah satu piranti bersifat penghantar pada saat piranti lain
terpancung. Multivibrator dapat menyimpan bilangan biner, mencacah pulsa, menyerempakan
operasi-operasi aritmatika serta melaksanakan fungsi-fungsi lainya dalam sistem digital.
Multivibrator digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: multivibrator bistabil, multivibrator
monostabil, dan multivibrator astabil. Pada kesempatan kali ini kami hanya menjelaskan sampai
dengan multivibrator monostabil. Berikut penjelasan nya lebih lanjut.

B. Multivibrator Bistabil

Flip-flop adalah nama lain dari multivibrator bistabil, yakni multivibrator yang
keluarannya adalah suatu tegangan rendah atau tinggi (0 atau 1). Keluaran ini tetap rendah atau
tinggi, untuk mengubah rangkaian yang bersangkutan harus didrive oleh suatu masukan yang
disebut pemicu (trigger). Sampai datangnya pemicu, tegangan keluaran tetap rendah atau tinggi
untuk waktu selang terbatas. Rangkaian dasar dari multivibrator pada gambar 2.1 gandengan
silang dari masing-masing kolektor ke basis pada sisi yang berlawanan. Gandengan ini
menghasilkan umpan balik positif, oleh sebab itu jika Q1 jenuh, tegangan kolektor Q1 yang
rendah akan mendorong Q2 ke keadaan terpancung. Demikian juga jika pada suatu saat kita
dapat menjenuhkan Q2 maka keadaan ini akan mendorong Q1 terpancung. Maka terdapat dua
keadaan kerja yang stabil. Q1dan Q2 terpancung atau Q1 terpancung dan Q2 jenuh. Untuk
mengendalikan keadaan flip-flop, harus ditambahkan masukan-masukan pemicu jika suatu
tegangan diterapkan pada masukan S (set), maka Q1 jenuh, hal ini mendorong Q2 ke keadaan
terpancung, pemicu pada masukan S dapat dihilangkan. Demikian pula suatu keadan tinggi dapat
diterapkan pada masukan R (reset) hal ini menjenuhkan Q2 dan mendorong Q1 ke keadaan
terpancung. (Wasito S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, 2004, PT. Gramedia Pustaka
Utama)
C. Multivibrator Monostabil
Multivibrator monostabil akan mengalami stabil pada salah satu keadaan namun tidak
stabil pada keadaan yang lainnya. Bila dipicu rangkaian berpindah dari keadaan stabil ke
keadaan tidak stabil. Rangkain ini menetap pada keadaan tak stabil ini selama sesaat dan
selanjutnya kembali keadaan semula. Rangkaian dasar pada gambar 2.2. memperlihatkan satu
cara untuk menyusun sebuah multivibrator monostabil. Keadaan stabil adalah Q1 mati atau Q2
hidup, yang berkaitan dengan keluaran rendah pada saat suatu pinggiran pulsa lonceng positif
tiba, pinggiran ini didefinisikan oleh kapasitor guna mendapatkan suatu impuls positif yang
sempit pada basis Q1. Impuls ini menghidupkan Q1 dan menurunkan tegangan kolektor Q1,
penurunan tegangan ini digandengkan ke basis Q2, sehingga mematikan transistor ini. Namun
kondisi Q1 hidup dan kondisi Q2 mati hanya berlaku sementara, karena dengan berubahnya
muatan kapasitor, pra tegangan muncul pada basis Q2 akan hilang setelah selang waktu tertentu
yang ditentukan oleh tetapan waktu Rc pada rangkaian basis Q2, Q2 kembali hidup dan Q1 mati.

D. System lampu tanda belok flasher tipe bimetal


Sistem tanda belok tipe ini yaitu dengan mengandalkan kerja dari dua keping/bilah (strip)
bimetal untuk mengontrol kedipannya. Bimetal terdiri dari dua logam yang berbeda (biasanya
kuningan dan baja) yang digabung menjadi satu. Jika ada panas dari aliran listrik yang masuk ke
bimetal, maka akan terjadi pengembangan/pemuaian dari logam yang berbeda tersebut dengan
kecepatan yang berbeda pula. Hal ini akan menyebabkan bimetal cenderung menjadi bengkok ke
salah satu sisi.
Dalam flasher tipe bimetal terdapat dua keping bimetal yang dipasang berdekatan dan
masing-masing mempunyai plat kontak pada salah satu ujungnya

Cara kerja sistem tanda belok dengan flasher tipe bimetal

Pada saat saklar lampu sein digerakan (ke kiri atau kanan), arus mengalir ke voltage coil
(kumparan) yang akan membuat kumparan tersebut memanas dan bengkok. Setelah
kebengkokannya sampai menghubungkan kedua plat kontak di bagian ujungnya, arus kemudian
mengalir ke current coil (kumparan arus) terus ke lampu sein/tanda belok dan akhirnya ke massa.
Saat ini lampu sein menyala dan current coil akan mulai bengkok menjauhi voltage coil.

Setelah kebengkokan current coil membuat plat kontak terpisah/terbuka, maka lampu sein mati.
Selanjutnya current coil akan menjadi dingin setelah arus yang mengalir hilang dan akhirnya
bimatalnya akan lurus kembali posisinya sehingga plat konta menempel kembali dengan plat
kontak yang dari voltage coil. Arus akan mengalir kembali untuk menghidupkan lampu sein.
Begitu seterusnya proses ini berulang sehingga lampu tanda belok berkedip.

E. Prinsip pengujian kapasitor


Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867) dan dengan satuan farad. Komponen
penyusun kapasitor itu sebenarnya adalah dua buah plat sejajar yang dipisahkan oleh bahan
dielektrik (contoh : vacum, kertas, mika, keramik dll ) dan mempunyai sifat dasar bahwa
kapasitor itu bila dialiri arus listrik maka akan menyimpan muatan, pengisian muatan itu terjadi
selama kapasitor itu belum terisi penuh. Kemudian kapasitor akan melakukan pelepasan muatan
apabila polaritas tegangan dari terminal yang dihubungkan padanya lebih rendah.
Pelepasan muatan ini bisa saja terjadi walaupun kapasitor belum terisi penuh selama adanya
perbedaan polaritas. Sesuai dengan aturan listrik bahwa arus listrik itu mengalir dari polaritas
yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah. Muatan yang tersimpan dalam kapasitor dapat
dihitung dengan rumus :
Q=CV
Dimana:
Q = Muatan listrik dalam Coulomb
C = Nilai kapasitansi dalam Farad
V = Nilai tegangan dalam volt
Nilai kapasitansi dihitung dengan rumus :
C = (8,85 x 10-12) (k A/t)
Dimana:
K = Konstanta dielektrik
Cara Kerja Kapasitor Pada Pengujian I

Gambar sinyal saat pelepasan muatan lebih lama


Mari kita perhatikan gambar di atas, pada saat saklar SW1 kita hubungkan dengan + supply 9V,
maka kapasitor akan melakukan proses pengisian. Karena tidak ada tahanan kapasitor C1 bisa
terisi langsung dengan cepat. Kemudian saat kita ubah posisi SW1 ke ujung R1 47K maka,
kapasitor C1 akan melakukan pelepasan muatan. Hal ini terjadi karena polaritas pada ujung R1
lebih kecil dibanding dengan polaritas pada ujung terminal C1. Polaritas tegangan pada C1
adalah sesuai dengan supply pada waktu pengisian sedangkan pada R1 adalah 0 volt. Proses
pelepasan muatan C1 bisa anda lihat pada gambar grafik di atas, dimana pelepasan kapasitor
berlangsung sedikit lama dikarenakan ditahan oleh R1. R1 membuat arus yang mengalir pada
saat pelepasan muatan menjadi kecil sehingga proses pelepasan menjadi lebih lama.

Cara Kerja Kapasitor Pada Pengujian III


Gambar sinyal tegangan kapasitor dengan tegangan AC
Pada rangkaian yang ketiga ini saya akan mencoba kerja kapasitor dengan sumber tegangan
bolak balik 10 Vac dan frekuensi 1 Hz. Yang menarik bagi saya sejak dulu kebanyakan orang
berpendapat bahwa arus bolak balik bisa melewati kapasitor seperti sebuah kawat sedangkan
arus searah tidak bisa melakukannya. Coba perhatikan gambar grafik di atas, Sinyal yang
berwarna merah adalah tegangan yang diukur dengan osiloscope pada kapasitor 100 F
(rangkaian I) sedangkan sinyal yang berwarna biru adalah tegangan yang diukur pada kapasitor 1
F (rangkaian II). Jika kita cermati maka sesungguhnya pada rangkaian I, kapasitor 100 F
berkerja hampir seperti sebuah kawat, sehingga tegangan sebagian besar akan jatub pada resistor
dan tegangan pada kapasitornya sendiri mendekati 0 volt (sesuai dengan aturan pembagian
tegangan). Kemudian pada rangkaian II, kapasitor bekerja seperti kawat yang terbuka, ini bisa
kita lihat dari tegangan yang ada pada kapasitor tersebut. Tegangan yang berwarna biru pada
grafik di atas menunjukkan tegangan yang ada pada kapasitor 1 F, dimana tegangan tersebut
hampir sama dengan tegangan puncak dari tegangan supply. Cara kerja kapasitor pada rangkaian
II bagaikan saklar yang terbuka dan tahanan yang begitu besar membuat tegangan sebagian besar
jatuh padanya.

BAB III
Penutup

Anda mungkin juga menyukai