Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Metode Analisis Kebijakan Kesehatan

Dosen : NS. Pipit Ferryani D,S.Kep

DISUSUN OLEH

Yulita Citra

1411308240378

IV Administrasi Kebijakan Kesehatan

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Samarinda

2017
Soal :

Carilah isu isu kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan, ekonomi, keamanan,
kewilayahan, desiminasi, budaya / tradisi ?

Jawaban :

1. Isu Kesehatan :Kanker Serviks


Pendekatan Empiris :

Virus HPV diduga kuat sebagai penyebab utama kanker Serviks. Virus HPV akan
menyernag selaput di dalam mulut dan kerongkongan. Serviks, serta anus. Apabila
tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel
prankanker serviks dalam jangka panjang. Berikut ini beberapa faktor resiko
terjadinya kanker serviks:
a. Merokok
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker
serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
b. Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang
kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadiun awal.
c. Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau
infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
d. Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat menikatkan resiko terjadinya
kanker serviks.
e. Hamil lebih dari tiga kali
Wanita yang menjalani tiga kali atau lebih proses kehamilan memeiliki resiko
terjadinya kanker serviks lebih tinggi.
f. Hamil pertama pada usia muda
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah umur 17 tahun hampir selalu
dua kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks pada usia tuanya jika
dibandingkan dengan wanita yang menunda kehamilanya hingga berusia 25
tahun atau lebih.
g. Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda
terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang
tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.
Pendekatan Evaluatif
Kanker serviks menempati urutan kedua terbanyak setelah keganasan
payudara di seluruh dunia. Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyakit
kanker pada wanita yang mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Dimana pencegahan tingkat pertama seperti
promosi kesehatan masyarakat (Kampanye kesadaran masyarakat, Program
pendidikan kesehatan masyarakat), pencegahan khususnya (Interfensi sumber
paparan, dan komopreventif). Pencegahan tingkat kedua Diagnosis dini,
misalnya screening Pengobatan (Kemoterapi, Bedah) dan pencegahan tingkat
ketiga Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker
umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi
dan operasi radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk
dibandingkan karena umumnya yang dioperasi penderita yang masih muda dan
umumnya baik.
Pendekatan Normatif
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya
dengan melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan
akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat di lakukan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena
kanker leher rahim.
b. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
c. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
d. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
e. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
f. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
g. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap
smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
h. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
i. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
Dan sarannya Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik
mencegah dari pada mengobati. Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita,
tapi bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita
selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
2. Isu Ekonomi : Gizi Buruk
Pendekatan Empiris
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur
gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
b. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
a. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
c. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Pendekatan Evaluatif
Berdasarkan penyebabnya, maka masyarakat harus atau perlu
diberikan pendidikan kesehatan, sosialisasi informasi mengenai gizi buruk.
Sehingga pengetahuan masyarakat meningkat dan mampu menjaga
kesehatannya. Selain itu, pentingnya membuka lapangan pekerjaan baik itu
pemerintah maupun swasta sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan
menurun.
Pendekatan Normatif
Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak
yang mengalami gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke posyandu atau
puskesmas terdekat agar dapat segera di tangani. Ketidakseriusan pemerintah
terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat. Seharusnya
penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah
pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada
artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Selain itu diperlukan
kerja sama lintas sektoral seperti kementrian kesehatan, kementrian social dan
kementrian desa tertinggal.
3. Isu Keamanan : Keracunan Makanan
Pendekatan Empiris
Kejadian atau kasus keracunan makanan (foodborne diseases) karena
mengkonsumsi makanan yang tidak aman sering terjadi di masyarakat.
Kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa keamanan pangan di masyarakat
masih menjadi masalah utama yang harus dihadapi . Seiring dengan
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap pangan
yang dikonsumsi, mengkonsumsi pangan yang aman merupakan hal yang
harus diperhatikan oleh produsen dan konsumen.
Pendekatan Evaluatif
Berdasarkan penyebabnya, dapat mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Pendekatan Normatif
Penting bagi pemerintah agar memiliki tim investigasi yang handal
dilengkapi dengan sumberdaya yang memadai, sistem kerjasama yang baik
dengan pihak pos untuk member prioritas pengiriman sampel keracunan serta
dengan pihak kepolisian agar penanganan sampel keracunan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga keamanan bisa terjaga dengan
lebih baik.
4. Isu Kewilayahan : Malaria
Pendekatan Empiris
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk yang berkembang biak dan
keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada malaria di suatu daerah.
Adanya danau air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat tersebut merupakan
tempat perindukan nyamuk malaria. Sehingga penyakit malaria ini lebih
meningkat apabila di wilayah atau daerah tersebut sedang dalam musim hujan.
Pendekatan Evaluatif
Berdasarkan penyebabnya, apabila diwilayah tersebut dekat dengan rawa
atau adanya genangan air maka warga masyarakat tetap menjaga kebersihan
lingkungan dan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) agar
mampu mencegah penyakit penyakit berbasis lingkungan seperti Malaria
dan lainnya.
Pendekatan Normatif
Diharapkan dapat meningkat penyuluhan dan promosi kesehatan
mengenai penyakit malaria, selain itu lembaga swadaya masyarakat (LSM)
ataupun organisasi pemerhati kesehatan agar tidak hanya melihat
permasalahan atau kasus yang Booming pada waktu-waktu tertentu, tetapi
memperhatikan juga kasus-kasus penyakit endemis merakyat yang belum
tertangani seperti malaria, dan diharapkan LSM atau organisasi pemeduli
kesehatan untuk dapat menjalin kerjasama instansi terkait seperti Dinas
Kesehatan, RS, Puskesmas serta jajaran kesehatan untuk pemberantasan
penyakit malaria.
5. Isu Deskriminasi : Gender
Pendekatan Empiris
Berbagai bentuk diskriminasi merupakan hambatan untuk tercapainya
keadilan dan kesetaraan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara
perempuan dan laki-laki, karena dapat menimbulkan konflik , stres pada salah
satu pihak, dan relasi gender yang kurang harmonis.
Pendekatan Evaluatif
Dengan mengetahui dan memahami pengertian gender seseorang
diaharapkan tidak lagi mencampuradukan pengertian kodrat dan non-kodrati.
Konstruksi social dapat terjadi karena karena pada dasarnya sikap dan prilaku
manusia dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal, yaitu konstruksi
biologis, konstruksi social, dan konstruksi agama. Diskriminasi gender dapat
dihilangkan apabila masyarakat memahami dan mawas diri serta berekat
mengubah perilaku kea rah responsive gender dalam setiap kegiatan. Dengan
demikian, perlu adanya kesepakatan dalam hal pembagian peran, sehingga
laki-laki dan perempuan dapat menjadi mitra yang setara dan seimbang dalam
kehidupan di keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Pendekatan Normatif
Untuk tercapainya diskriminasi gender, mayarakat dapat lebih
menerima dan terbuka dengan adanya gender. masyarakat dapat memahami
idenya dan dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan. Selain itu Orang
tua harus memilihkan pendidikan yang tepat untuk anaknya memberikan
kesadaran pada anak akan pentingnya beretka baik dalam hubungan
berinteraksi social.
6. Isu Tradisi / Budaya : Pengobatan Tradisonal
Pendekatan Empiris
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,
kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman
penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu
disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang
mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul
akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun
untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki
dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna
tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku.
Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional
masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Pendekatan Evaluatif
Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system
pelayanan kesehatan, yaitu Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada
cara-cara organobiologik, setelah diteliti, diuji dan diseleksi dapat diusahakan
untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan primer. Contoh : dukun
bayi, tukang gigi, dukun patah tulang. Sedangkan cara-cara psikologik dan
supranatural perlu diteliti lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam
program. Selain itu pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian
khusus dan menjadi tokoh masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya
kesehatan masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara pemerintah dan
masyarakat.
Pendekatan Normatif
Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan
peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer, selain itu
pengobatan tradisonal perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan
budaya bangsa, namun perlu membatasi praktek-praktek yang
membahayakan kesehatan. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan
tradisional, perlu dilakukan penelitian, pengujian dan pengembangan obat-
obatan dan car-cara pengobatan tradisional. Sehingga pengobatan tradisional
sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun perlu
pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya.

Anda mungkin juga menyukai