Tugas dYAH (Dr. Ika Fikriah, M. Kes.)
Tugas dYAH (Dr. Ika Fikriah, M. Kes.)
KONTRASEPSI HORMONAL
Oleh:
Kelompok 3
11100150 Siti Anisa Maesura
11100150 Stevie A. Grean Tekwan
1210015014 Fanytha Libra Karmila
1210015018 Dyah Anugrah Pratama
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................. 2
2.1. Kontrasepsi Hormonal ...................................................................................
2.1.1. Definisi .......................................................................................................
2.1.2. Jenis Kontrasepsi Hormonal .......................................................................
2.2. Ibu Menyusui .................................................................................................
2.3. Pemilihan Kontrasepsi pada Ibu Menyusui ...................................................
BAB III Analisa Kasus dan P-Treatment ..........................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Populasi dunia saat ini sudah mencapai angka 6 milyar penduduk. Dewasa ini
hampir 60% pasangan usia reproduktif di seluruh dunia telah menggunakan
kontrasepsi namun terdapat lebih dari 120 juta wanita di kawasan negara berkembang
yang belum paham dengan cara pencegahan kehamilan untuk mengatasi ledakan
penduduk yang lebih besar. (Anna, 2005). Masalah kependudukan tidak hanya
menjadi masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, namun negara maju juga
mengalami masalah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk dunia
yang pesat dengan laju pertumbuhan yang tinggi, demikian pula di Indonesia (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BKKBN], 2015).
Keluarga berencana sudah menjadi salah satu program yang memberikan
sejarah keberhasilan pada abad ke-20 dalam skala dunia (Anna, 2005). Untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah Republik Indonesia menerapkan
Program Keluarga Berencana Nasional dan membentuk BKKBN. Hal ini bertujuan
agar laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan (BKKN, 2015). Keluarga berencana
digalakkan dengan pemilihan dan penggunaan kontrasepsi yang sesuai. Kontrasepsi
merupakan proses menghindari kehamilan. Kontrasepsi tidak hanya dilakukan untuk
mencegah leadakan penduduk. Alasan lainnya yaitu perencanaan kehamilan,
pembatasan jumlah anak, serta penghindaran risiko medis kehamilan (terutama pada
ibu dengan penyakit jantung, diabetes mellitus, atau tuberkulosis) (Benson, 2008).
Penggunaan kontrasepsi meningkat di negara-negara maju (Benson, 2008).
Pengguna kontrasepsi di Indonesia sendiri cukup banyak dan mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia [SKDI], 2012).
Kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Akseptor KB
pada tahun 2012 menunjukkan penggunaan kontrasepsi injeksi sebayak 46,84 %, pil
KB sebanyak 25,13 %, Intra Uterine Device (IUD) sebanyak 11,53 %, implant 9,17
%, medis sterilitas wanita 3,49 %, penggunaan kondom 3,13 %, serta sterilitas pria
0,70 % (BKKBN, 2015).
Salah satu yang menggunakan kontrasepsi adalah wanita menyusui. Agar dapat
menyusui bayinya dengan baik dan selama masa yang diinginkan, maka perlu
direncanakan dengan baik kapan waktu yang tepat untuk kehamilan berikutnya.
Terjadinya kehamilan sebelum ibu sempat menyelesaikan masa yang optimal dalam
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi akan merugikan pertumbuh
bayi dan di samping itu juga akan berpotensi meningkatkan beban fisik dan psikis ibu
karena harus merawat bayi di samping juga harus menjaga kesehatan tubuh dan
kehamilannya kembali (Ocviyanti, 2010).
Ibu-ibu yang hamil kembali dengan jarak antar kehamilan kurang dari 18 bulan
tidak memiliki cukup waktu untuk mengganti gizi yang hilang pada kehamilan
sebelumnya sehingga akan tampak penurunan kemampuan ibu untuk menunjang
pertumbuhan janin pada kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang pendek juga
memperbesar risiko bayi lahir kurang bulan (prematur), berat bayi lahir rendah, dan
bayi berat badan kecil. Bagi keselamatan ibu, ibu yang sudah hamil lagi dalam waktu
6 bulan atau kurang dari persalinan berikutnya memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami kematian ibu, perdarahan pada trimester ketiga kehamilan, ketuban
pecah dini, infeksi pasca persalinan karena endometriosis purpuralis, dan anemia. Hal
tersebut menjadi dasar perencanaan kehamilan diperlukan bagi ibu baru melahirkan.
Perlu diperhatikan bahwa ibu yang baru melahirkan dan sedang menyusi harus
melakukan pemilihan kontrasepsi yang tepat sehingga tidak mempengaruhi produksi
ASI yang berkaitan erat dengan hormon-hormon kewanitaan (Ocviyanti, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
2.1.1. Definisi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Sehingga maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat bertemunya
sel telur dengan sel sperman. Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi adalah yang
aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki terjadinya kehamilan. Usaha mencegah kehamilan tersebut dapat
bersifat sementara maupun permanen (Tahir dan Jaya, 2014).
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan, hendaknya kontrasepsi memiliki
syarat berupa aman pemakaiannnya dan dapat dipercaya, tidak memiliki efek
samping yang merugikan, lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan klien, tidak
mengganggu hubungan persetubuhan, tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol
yang ketat selama masa penggunaanya, cara penggunaannya sederhana, hargaya
murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas, serta dapat diterima oleh
pasangan suami istri (Tahir & Jaya, 2014). Kontrasepsi hormonal adalah alat atau
obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah kehamilan dimana bahan bakunya
mengandung preparat estrogen, progesteron, maupun kombinasi dari keduanya
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
c. Efek Samping
Efek samping yang dapat timbul dengan penggunaan pil kombinasi adalah
apabila penggunaan pil kombinasi dengan kelebihan estrogen ataupun
kelebihan progesteron.
1. Efek samping ringan yang muncul akibat kelebihan estrogen adlaah mual,
retensi cairan, sakit kepala, nyeri payudara, dan fluor albus.
2. Efek samping ringan karena kelebihan progesterone adalah perdarahan
tidak teratur, nafsu makan meningkat sehingga berat badan meningkat,
akne,a lopesi, kadang terdapat pengecilan mammae, adanya fluor albus,
dan hipomenorea.
3. Efek samping berat yang dapat timbul adalah tromboemboli termasuk
tromboplebitis, emboli paru, dan thrombosis otak (Wiknjosastro, 2005).
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi multak pada penggunaan pil hormonal adlaah penderita tumor
yang diperngaruhi estrogen, adanya penyakit hati akut atau kronik yang aktif,
riwayat memiliki tromboflebitis, trombo emboli, kelainan serebrovakular,
diabetes mellitus, dan kehamilan. Sedangkan kontraindikasi relatifnya berupa
depresi, migraine, mioma uteri, hipertensi, oligomenorea, dan amenorea
(Wiknjosastro, 2005).
c. Efek Samping
Dapat terjadi penundaan pemulihan kesuburan dikarenakan menetapnya kadar
hormon progeteron di dalam sirkulasi, terutama dalam pemberian DMPA.
Penundaan pemulihan kesuburan umumnya berlangsung 7-8 bulan setelah
penghitungan efek 3-4 bulan dari suntikan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian wanita akan memerlukan waktu lebih dari setahun untuk dapat hamil
kembali. Selain itu, dapat terjadi penambahan berat badan. Hal ini utamanya
disebabkan karena peningkatan nafsu makan disertai dengan peningkatan
penimbunan simpanan lemak. Penambahan beat badan yang terjadi bisa
sebanyak 1-2 kg seringkali kemudian akan menjadi stabil setelah pemakaian
dilanjutkan, namun juga ada sejumlah kecil wanita yang terus mengalami
pertambhan berat badan moderat selama memakai metode tersebut (Anna,
2005).
d. Kontraindikasi
Metode suntik tidak diperuntukan bagi wanita yang memiliki gangguan
koagulasi. Kontrasepsi DMPA tidak diberikan bagi wanita yang mungkin tidak
dapat mentoleransi amenore atau bercak darah ireguler yang berkepanjangan
(Anna, 2005).
2.1.3.3. Implan
Efektivitas progestin sebagai kontrasepsi dapat diperpanjang dengan
memasukkan hormon tersebut ke dalam delivery system, dalam bentuk implan, cincin
vagina, maupun mikrokapsul (Winkjosastro, 2005). Implan merupakan Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang disusupkan di bawah kulit (Tahir & Jaya,
2014). Satu-satunya kontrasepsi implant yang beredar di pasaran adalah Norplant.
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg
Levonogestrel. Setelah disusukkan, keenam kapsul akan mengeluarkan 80 mcg
levonogestrel per hari selama 6-18 bulan pertama (Winkjosastro, 2005).
a. Mekanisme Kerja
Implan menghasilkan kadar steroid kontrasepsi yang rendah dan konstan dalam
darah melalui difusi batang atau kapsul secara terus menerus. Hal ini akan
menurun sepanjang usia alat tersebut. Implant akan mengeluarkan hormone
progesterone yang akan menghambat terjadinya ovulasi, modifikasi mucus
serviks, modifikasi endometrium untuk pencegahan implantasi, efek pada
hipotalamus dan hipofisis untuk pencegahan pelepasan FSH dan LH, serta efek
pada fungsi tuba falopi dalam hal pembuahan. Seperti metode progesteron
lainnya, pola perdarahan menstruasi cenderung tidak teratr dan tidak dapat
diduga pada beberapa bulan pertama pemasangan, tetapi secara bertahap akan
menjadi lebih teratur seiring dengan penurunan kadar steroid di dalam serum
(Anna, 2005)
b. Efek Samping
Terjadi gangguan menstruasi pada wanita yang memakai implant. Namun
menurut hasil penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO), Norplant dilaporkan
bebas dari efek samping dan komplikasi serius (Anna, 2005).
c. Kontraindikasi Spesifik
Wanita yang intoleran dengan amenorea atau gangguan menstruasi serta
tidak jelas keinginannya untuk mendapatkan anak dalam waktu dekat sebaiknya
tidak menggunakan metode ini (Anna, 2005).