Anda di halaman 1dari 5

Ibu Menyusui

Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal.
Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi
yang berkualitas sejak awal kehidupan. Air Susu Ibu merupakan nutrisi ideal untuk
menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan bayi secara optimal.

Sudah banyak diketahui bagaimana mafaat menyusui bagi bayi maupun ibu. Agar ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik dan selama masa yang diinginkan, maka perlu direncanakan
dengan baik kapan waktu yang tepat untuk kehamilan berikutnya. Terjadinya kehamilan
sebelum ibu sempat menyelesaikan masa yang optimal untuk memberikan air susu ibu secara
eksklusif pada bayi tentu saja akan merugikan pertumbuhan bayinya disamping akan
berpotensi meningkatkan beban baik secara fisik maupun psikis bagi ibu karena harus
merawat seorang bayi disamping menjaga kesehatan tubuh dan kehamilannya kembali.

Penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu yang hamil kembali dengan jarak antar kehamilan
yang pendek (kurang dari 18 bulan) menunjukkan bahwa ibu-ibu tersebut belum mempunyai
cukup waktu untuk mengganti zat gizi yang hilang pada kehamilan sebelumnya. Akibatnya
tampak penurunan kemampuan ibu untuk menunjang pertumbuhan janin pada kehamilan
berikutnya. Ibu-ibu dengan jarak antar kehamilan yang pendek menunjukkan risiko yang
lebih tinggi untuk melahirkan bayi kurang bulan (prematur), bayi berat lahir rendah dan bayi
berat badan kecil untuk masa kehamilannya. Ibu-ibu yang sudah hamil kembali dalm waktu 6
bulan atau kurang dari persalinan sebelumnya ternyata berisiko lebih tinggi untuk mengalami
kematian ibu, perdarahan pada kehamilan trimester ketiga, infeksi pasca persalinan/ketuban
pecah dini, infeksi pasca persalinan karena endometriosis purpuralis dan anemia
dibandingkan dengan ibu-ibu yang baru hamil kembali setelah masa 18 bulan dari persalinan
sebelumnya.

Tampaknya masa 18 bulan jarak minimal antar satu kehamilan dan persalinan dengan
kehamilan berikutnya merupakan masa yang paling optimal bagi kesehatan ibu dan bayinya.
Perencanaan kehamilan juga diperlukan bagi ibu-ibu bekerja yang terikat dengan aturan
tertentu ada tempat kerjanya dan ibu-ibu yang mempunyai masalah kesehatan atau masalah
sosial-ekonomi lain dalam keluarganya. Untuk itu diperlukan upaya untuk merencanakan
kapan waktu kehamilan berikut yang paling tepat setelah persalian saat ini. Kehamilan yang
tidak atau belum diinginkan amat berpotensi menimbulkan konflik dalam kehidupan keluarga
selain dapat merugikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi baik dari segi fisik maupun
psikologis.

Ada berbagai upaya pencegahan kehamilan selama masa menyusui, namun tentu saja harus
dipilih cara yang paling sesuai sehingga tidak mempengaruhi upaya ibu untuk memberikan
ASI pada bayinya. Berikut ini beberapa hal penting untuk diketahui oleh ibu dalam
mempertimbangkan penggunaan metode kontrasepsi saat menyusui. Salah satunya yaitu
penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui.

Bagaimana efek menyusui secara alamiah terhadap kesuburan ibu?

- Menyusui memang dapat menunda kembali terjadinya ovulasi (pengeluaran sel telur)
setelah masa kehamilan dan persalinan.
- Tertundanya ovulasi sebagai dampak proses menyusui akan menyebabkan seluruh
metode kontrasepsi yang digunakan saat menyusui mempunyai angka kegagalan amat
rendah apabila digunakan dengan benar dan teratur.
- Tidak disarankan menunda penggunaan kotrasepsi karena menunggu datangnya haid
(menstruasi), karena hal ini akan berpotensi menyebabkan terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan.

Dari penelitian diketahui bahwa rata-rata kembali terjadinya haid pada perempuan yang
sedang menyusui adalah setelah 28 minggu (sekitar 7 bulan) dan terjadinya kembali ovulasi
adalah setelah 34 minggu (Sekitar 8-9 bulan). Namun demikian secara teoritis ovulasi
merupakan suatu proses yang dapat mendahului terjadinya haid (menstruasi) sehingga
menunggu datangnya haid sebelum memulai mengunakan suatu metode kontrasepsi dapat
berisiko terjadinya kehamilan walau si ibu belum pernah mengalami haid setelah melahirkan.

Metode Amenorea Laktasi (MAL) sebagai pilihan metode kontrasepsi

- Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu upaya pencegahan kehamilan yang


mengandalkan pada proses menyusui terbukti 98% efektif dalam mencegah
kehamilan pada ibu-ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif segera setelah
melahirkan, masih belum mengalami haid lagi setelah masa nifas (amenorea) dan
sebelum masa 6 bulan setelah melahirkan.
- Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat bila terjadi penurunan frekuensi
menyusui (terutama bila ibu tidak menyusui pada malam hari), bila sudah terjadi haid
dan setelah masa 6 bulan setelah melahirkan.

Yang dimaksud dengan amenorea setelah masa nifas adalah bila setelah masa nifas 56 hari
belum ada pengeluaran darah dari vagina yang dapat dikategorikan sebagai haid yaitu
terjadi pengeluaran darah dari vagina setidaknya selama dua hari, menggunakan pembalut
minimal satu hari, da nada episode perdarahan barikutnya dalam waktu 21-70 hari.

Efektifitas MAL juga dapat menurun bila ibu tidak menyusui langsung bayinya secara teratur
(misalnya pada ibu bekerja yang sekali-kali harus memerah susunya dan membiarkan susu
dengan sendok atau botol atau pada ibu yang tidak menyusui bayinya pada malam hari karena
waktu tidur bayi yang panjang pada malam hari), bila ibu memberikan minuman atau
makanan tambahan meskipun sedikit pada bayinya, dan pada ibu serta bayi yang mengalami
kegelisahan, stres atau sakit.

Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Ibu Menyusui

- Ada dua golongan kontrasepsi hormonal yaitu yang mengandung hormon kombinasi
estrogen-progesteron dan hanya mengandung progesterone saja.
- Kadar hormon dalam air susu ibu pada ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi
hormonal ternyata setara dengan kadar hormon dan air susu ibu pada ibu menyusui
yang sudah mengalami ovulasi kembali.
- Belum ada bukti yang cukup dari penelitian yang ada yang menyatakan bahwa
kontrasepsi hormonal dapat berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas ASI.
- Bukti yang ada menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu
menyusui tidak menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhna dan perkembangan
bayi.
- Penggunaan pil KB kombinasi (mengandug estrogen dan progesteron) sebaiknya
dihindari pada 6 minggu pertama setelah melahirkan karena dapat menurunkan
jumlah ASI; tidak dianjurkan digunakan antara 6 minggu hingga 6 bulan pertama
setelah melahirkan kecuali bila tidak ada metode kontrasepsi lain yang dapat diterima;
dapat digunakan tanpa kendala yang ebrarti setelah melampaui masa 6 bulan pertama
melahirkan.
- Penggunaan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestogen seperti pil
progestogen, implant/susuk KB, suntikan 3 bulan sekali yang mengandung
DMPA/depot medroxyprogesterone acetate dan LNG-IUS/levonorgestrelreleasing
intrauterine system (alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR atau IUD/intrauterine device
yang mengandung hormon progestogen) pada 6 minggu pertama setelah melahirkan
ternyata tidak menurunkan jumlah ASI dan dapat menjadi pilihan bagi ibu menyusui
bila tidak ada metode kontrasepsi lain yang dapat diterima.
- Penggunaan pil yang hanya mengandung progestogen dapat dimulai segera setelah
persalinan, penggunaan implant/susuk KB dianjurkan dipasang mulai hari ke 21
setelah persalinan, penggunaan LNG-IUS baru dapat dimulai 4 mignggu setelah
persalinan dan penggunaan suntik KB (injeksi DMPA) sebaiknya baru dimulai 6
minggu setelah persalinan.
- Penggunaan implant/susuk dan suntik KB (injeksi DMPA) dapat diberikan lebih dini
atau segera setelah persalinan bila risiko terjadinya kehamilan amat tinggi sedangkan
ibu sulit untuk diaharapkan datang kembali pada saatnya dan tidak ada metode
kontrasepsi lain yang dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai