Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

TUBERKULOSIS

Disusun Oleh:
dr. Winda Aisyah Panjaitan

Puskesmas Kota Salatiga


Periode November 2016 - Maret 2017
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2016 - November 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik:
Tuberkulosis

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Januari 2017

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Winda Aisyah Panjaitan dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

1
A. Latar Belakang
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di
masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai sosial budaya
setempat, artinya sesuai dengan keadaan, permasalahan dan potensi setempat.
Mengingat Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih
menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini, maka penting untuk
diberikan promosi kesehatan kepada masyarakat. Dalam situasi TB di dunia
yang memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TB yang
tidak berhasil disembuhkan terutama di 22 negara dengan beban TB paling
tinggi di dunia, World Health Organization (WHO) melaporkan dalam
Global Tuberculosis Report 2011 terdapat perbaikan bermakna dalam
pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan angka
kematian akibat TB dalam dua dekade terakhir ini. Insidens TB secara global
dilaporkan menurun dengan laju 2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun
dengan kemajuan yang cukup berarti ini, beban global akibat TB masih tetap
besar. Diperkirakan pada tahun 2011 insidens kasus TB mencapai 8,7 juta
(termasuk 1,1 juta dengan koinfeksi HIV) dan 990 ribu orang meninggal
karena TB. Secara global diperkirakan insidens TB resisten obat adalah 3,7%
kasus baru dan 20% kasus dengan riwayat pengobatan. Sekitar 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi di negara berkembang. 1
Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus) menempati
urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia merupakan
negara dengan beban tinggi TB pertama di Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target Millenium Development Goals (MDG) untuk penemuan
kasus TB di atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada tahun 2006.
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB
karena dapat memutuskan rantai penularan. Meskipun Program Pengendalian
TB Nasional telah berhasil mencapai target angka penemuan dan angka

2
kesembuhan, penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktik
swasta belum sesuai dengan strategi Directly Observed Treatment Short-
course (DOTS) dan penerapan standar pelayanan berdasar International
Standards for Tuberculosis Care (ISTC).1

B. Permasalahan
Penyakit Tuberkulosis masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan
baik di Indonesia maupun di dunia. Sifat penyakit tuberkulosis yang menular
dan penatalaksanaannya yang membutuhkan manajemen khusus membuat
penyakit ini penting untuk menjadi perhatian, terutama pada daerah padat
penduduk seperti pada asrama, pondok pesantren, dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal di atas, pengetahuan tentang tuberkulosis sangat
diperlukan bagi masyarakat. Hal ini yang mendasari dilakukannya
penyuluhan tentang tuberkulosis di Pondok Pesantren Al-Muntaha.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
(empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan
kemampuan kepada individu (sasaran) melalui penyuluhan. Pesan-pesan
pokok materi penyuluhan tuberkulosis antara lain : definisi dari
tuberkulosis, penyebab, penularan, tanda dan gejala, pencegahan, dan
penatalaksanaan tuberkulosis.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan penyakit
tuberklosis ini adalah sasaran primer santriwati yang tinggal di pondok
pesantren Al-Muntaha. Alasan pemilihan sasaran primer adalah
lingkungan pondok pesantren rentan terkena penyakit menular termasuk
tuberkulosis.

3
3. Menetapkan Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit
tuberkulosis dan pencegahannya

b. Tujuan Khusus
Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang definisi
tuberkulosis, penyebabnya dan proses terjadinya penyakit
tersebut.
Memberi informasi kepada masyarakat tentang gejala penyakit
tuberkulosis dan penanganannya.
Memberi informasi kepada masyarakat tentang pencegahan
penyakit tuberkulosis.
4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada
santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Media atau saluran komunikasi
yang digunakan adalah slide power point melalui LCD.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip

D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Penyuluhan tentang Tuberkulosis
Tujuan : Memberikan informasi mengenai penyakit tuberkulosis,
gejalanya, penularannya, pengobatannya, dan
pencegahannya.
Peserta : Santriwati Pondok Pesantren Al- Muntaha
Waktu : 3 Desember 2016, pukul 15.00-17.00 WIB
Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms.
Power Point yang berisi materi penyuluhan tuberkulosis
antara lain : definisi dari tuberkulosis, penyebab,

4
penularan, tanda dan gejala, pencegahan, dan
penatalaksanaan tuberkulosis.
Penanggung Jawab: Dokter internsip dan petugas PKM Cebongan.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan ini adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh
petugas PKM Cebongan di pondok pesantren yang ada di kota Salatiga.
Dalam kesempatan kali ini kami memnyampaikan penyuluhan mengenai
beberapa penyakit menular yaitu Tuberkulosis dan Kusta. Tujuan penyuluhan
ini adalah untuk memberikan tambahan informasi kepada anggota posyandu
lansia tentang penyakit tuberkulosis termasuk pula cara pencegahannya.
Selama sesi diskusi, banyak dari peserta yang bertanya. Sesi diskusi berjalan
aktif dan lancar. Diharapkan saran-saran yang ada dalam penyuluhan ini
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa mencegah
ataupun mengurangi kesakitan akibat tuberkulosis.
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta sangat responsive dan tampak memahami materi. Hal ini tampak
ketika para peserta memanfaatkan sesi diskusi dengan sangat baik dan banyak
dari peserta yang bertanya. Pertanyaan yang diberikan oleh peserta sangat
bervariasi, berbobot, dan juga sangat relatif dengan kehidupan sehari-hari
mereka. Penyuluhan dimulai pukul 15.00 dan diakhiri pukul 17.00 dengan
doa bersama.
Sebagai hasil evaluasi dari penyuluhan ini perlu dilakukan pengecekan
apakah sudah ada perubahan pengetahuan dan perilaku yang salah satunya
bisa tampak dari kesehatan lingkungan para peserta.

F. Tinjauan Pustaka Tuberkulosis


1. Definisi1
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

5
2. Etiologi1,4
Penyebab dari penyakit tuberkulosis paru adalah terinfeksinya paru
oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk
batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini
yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi
penyakit tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung dan dapat bertahan beberapa jam di tempat gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama selama
beberapa tahun. Penyebaran Mycobacterium tuberculosis yaitu melalui
droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi.

Gambar 1. Kuman Mycobacterium tuberkulosis

3. Cara Penularan2,6
Sumber penularan TB paru adalah penderita TB paru BTA positif.
Penularan terjadi pada waktu penderita TB paru batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman bakteri ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di

6
udara pada suhu kamar selama beberapa jam, orang lain dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam pernapasan. Dimana, infeksi
tersebut juga terjadi setelah kuman TB paru masuk ke bagian dalam tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
napas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita TB paru tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif, maka penderita tersebut tidak menularkan
infeksi. Kemungkinan seorang terinfeksi TB paru di tentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis
Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi
antara 1-2 %. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi
penderita TB. Dimana, pada daerah dengan ARTI sebesar 1 % berarti
setiap tahun diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 penderita
TB paru baru setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.

Gambar 2. Proses Penularan Tuberkulosis

7
4. Manifestasi Klinik3,5
Gejala utamanya berupa batuk terus menerus dan berdahak selama
tiga minggu atau lebih. Adapun gejala lainnya yang dapat terjadi antara
lain :
a. Batuk bercampur darah
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lebih lanjut berupa
batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
b. Sesak nafas dan nyeri dada
Pada gejala awal atau penyakit masih tahap ringan, belum
dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
c. Badan lemah.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Berat badan turun.
f. Rasa kurang enak badan (lemas).
g. Demam meriang berkepanjangan
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41oC, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
h. Berkeringat di malam hari, walaupun tidak melakukan kegiatan

5 Diagnosis Tuberkulosis1,7
Klasifikasi Tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai
berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis, antara lain:
a. Tuberkulosis paru
b. Bekas tuberkulosis
c. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :

8
1) TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-
tanda lain positif).
2) TB paru tersangka yang tidak dapat diobati (sputum BTA negatif
dan tanda-tanda lain meragukan).

6. Penatalaksanaan Tuberkulosis1,5,8
Tujuan pengobatan :
a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas
pasien.
b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat.

Jenis obat yang dipakai :


a. Obat Primer : Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Streptomisin, Etambutol (E), Tiasetazon,
Viomisin, Kapreomisin
b. Obat Sekunder : Ekonamid,Protionamid, Sikloserin, Kanamisin,
PAS (Para Amino Salicylic Acid)

Prinsip Terapi:
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan
sampai terapi
selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB
(OAT) lini pertama sesuai ISTC (Tabel 1).
1) Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol.

9
2) Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
3) Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan
RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH,
RIF, PZA, EMB).

Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB


Obat Harian 3x seminggu
INH* 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900 mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600 mg/dosis
PZA 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400 mg/dosis
EMB 15 (15-20) max 1600 mg/hr 30 (25-35) max 2400 mg/dosis
Tabel 1. Dosis Obat TB
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.

Pengobatan TB Anak

Gambar 3. Alur Penatalaksanaan Tuberkulosis Anak


10
Berat badan 2 bulan tiap hari 3KDT Anak 4 bulan tiap hari 2KDT Anak
(kg) RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Tabel 2. OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi IDAI)
Keterangan:
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke rumah sakit
b. Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
c. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.

7. Pencegahan Tuberkulosis1,2,5,7
Untuk Penderita :
a. Minum obat sampai habis sesuai petunjuk
b. Menutup mulut ketika batuk atau bersin
c. Tidak meludah di sembarang tempat
d. Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau
ditempat yang sudah ada karbol/lisol

Untuk Keluarga:
a. Jemur kasur seminggu sekali
b. Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari bisa langsung
masuk

Pencegahan Lain :
a. Imunisasi BCG pada bayi
b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
c. Tidak merokok

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Departermen Kesehatan RI. 2013. Pedoman nasional pelayanan kedokteran


tata laksana tuberkulosis.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. (diakses 08 Januari 2017).
3. Amin Z., Bahar S. 2002. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo A. W.
,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M , Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. JilidII, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
4. Crofton, J., Horne, N., dan Miller, F. 2002. Tuberculosis Klinis.
Penterjemah:Muherman Harus. Edisi ke-2. Cetakan Pertama. Jakarta:
Widya Medika.
5. Danusantoso, H. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru: Tuberkulosis Paru .
Edisi1. Jakarta: Hipokrates.
6. Departemen Kesehatan RI. 2012. Lembar Fakta Tuberkulosis. www//http:
tbcindonesia.or.id (diakses 08 Januari 2017).
7. PDPI. 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Jakarta.
8. MIMS Indonesia. 2011. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi Edisi 11
tahun 2011/2012. Jakarta : Medidata Indonesia.

12
LAMPIRAN

Dokumentasi

13

Anda mungkin juga menyukai