Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Banyaknya permasalahan manusia dalam kehidupan sehari sehari bukan tanpa sebab dan
tanpa alasan, ditambah kita berada di Era Globalisasi era yang akan menggerus setiap
individu jika individu tersebut tidak bisa mengambil dampak positif dari arus Globalisasi.
Banyak orang saat ini melakukan hal hal yang di luar nalar. Mulai dari tindakan kriminalitas,
Asusila dan pelecehan. Perbuatan tercela ini sendiri factor utamanya adalah dari manusia itu
sendiri. Yaitu kurang nya Pendidikan Agama
Pendidikan Agama , merupakan sebuah Pendidikan dasar bagi setiap individu itu sendiri
untuk menjalani sebuah kehidupan dimana dalam kehidupan kita akan mendapat ujian dari
Allah SWT.Dimana nantinya Pendidikan agama akan membentuk kepribadian dan karakter
baik dalam setiap individu tersebut.
Dalam Pendidikan Agama islam Konsep Ketuhanan dan Keimanan merupakan materi
dasar yang harus benar benar dipahami oleh setiap individu. Konsep ketuhanan adalah
pondasi dasar dalam menjalani kehidupan keislaman kedepannya agar tidak mengurangi
hakikat dan makna dari agama islam itu sendiri dan menimbulkan penafsiran yang salah
mengenai ketuhanan. Sedangkan konsep keimanan merupakan konsep yang akan tetap
menjaga tindakan maupun pemahaman kita tentang agama islam agar tetap pada koridornya.
Karena keimanan akan membuat setiap individu meyakini baik dalam hati maupun dalam
perbuatan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Iman?


2. Seperti apakah wujud Iman dalam islam ?
3. Bagaimana proses terbentuknya Iman dalam islam?
4. Apa tanda tanda orang beriman dalam islam?
5. Apa pengertian Ketuhanan?
6. Apa konsep Ketuhanan dalam islam?
7. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu?
8. Seperti apakah wujud tuhan dalam islam ?
9. Apa Manfaat Penerapan Konsep keimanan dalam islam?

1.3. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman Tentang Konsep ketuhanan dan keimanan dalam agama Islam
2. Menjelaskan pembuktian Wujud tuhan Dalam Agama Islam
3. Memberikan Manfaat tentang keimanan terhadap Allah SWT.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-yumanu-
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap
batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya
seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih
disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa
yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah
syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang
yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu beriman kepada
Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul.
Hal itu karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga
dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan
nyawa.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu
aqdun bil qalbi waigraarun billisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian, iman
merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat
juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Istilah iman dalam al-Quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan
corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa':51 yang dikaitkan
dengan jibti (kebatinan/ idealisme) dan thaghut (realita/naturalisme). Sedangkan dalam surat
al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladziina aamanuu bil baathili. Bhatil
berarti tidak benar menurut Allah. Dalam surat lain iman dirangkaikan dengan kata kaafir
atau dengan kata Allah. Sementara dalam al- Baqarah: 4, iman dirangkaikan dengan kata
ajaran yang diturunkan Allah (yuminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika).
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Quran, mengandung arti
positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan
ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut
iman bathil.

2.2 Wujud Iman dalam islam

Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang
muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang

2
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau
amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.

2.3 Proses Terbentuknya Iman

Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang
digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang
dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu
yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak
lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami
juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena jika
seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri
hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda- benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

2.4 Tanda-tanda Orang Beriman

Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:


1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk
segera melaksanakannya (al- Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang tidak dia pahami.
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran:
120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-
Taghabun:13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3 dan al-
Muminun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat
untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-
Quran menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al- Mukminun: 6). Seorang mumin tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al- Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.

3
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan


seorang muslim. Abu Ala Maudadi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
4. Senantiasa jujur dan adil
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi
6. Mempunyai pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani,tidak gentar menghadapi resiko, bahkan
tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.

2.5 Pengertian

Tuhan atau Allah hakekatnya adalah cermin bagi diri manusia karena DIA menjadikan
cermin ini sebagai jembatan antara manusia dan DIA. DIA yang sering disalah artikan yakni
disamakan dengan Tuhan atau Allah, padahal DIA adalah ESA. Esa artinya tidak berbilang,
tidak ternamakan, tidak terfikirkan,tidak pula terusahakan,tidak terkenali. DIA satu-satunya
ZAT, satu-satunya yang mampu.Yang lainnya bukan zat dan tidak berkemampuan, tidak
pernah mampu memohon/berdoa kepada DIA, dan tidak pantas DIA menerima
doa/permohonan, karena DIA adalah ABSOLUT tidak mengalami usaha/perbuatan, tidak
mengalami proses berfikir, sehingga DIA tidak pernah terkait hubungan sebab-
akibat/perbuatan. Sebaliknya manusia adalah kumpulan USAHA/proses berfikir dan terkait
hubungan sebab akibat dari kumpulan keinginan/pengorbanan, bukan kemampuan dan zat
sebagaimana DIA.
Tuhan atau Allah adalah cermin yang dapat difikirkan dan dapat dirasakan, dan
mempunyai nama dan sifat yang dapat dikenali manusia sekaligus karena Allah adalah
cermin, maka Allah adalah titik terdekat manusia dengan DIA.Dengan demikian perintah
beriman kepada Allah semestinya diartikan bahwa manusia hendaklah berusaha
membuktikan adanya cermin (Allah) dalam dirinya dimana ia bercermin dan mengenali
dirinya sehingga ia menerima tanda-tanda adanya DIA. Al Quran adalah siarnya Allah kepada
manusia yang menjelaskan fungsi CERMIN agar manusia tidak bercermin kepada selain
Allah, dalam usaha manusia mencari tanda-tanda adanya DIA. Semestinya manusia berdoa
demikian Dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar diberikan kebaikan didunia
dan di akhirat. Perkataan Bismillahirrahmanirrahimmengandung arti dengan menyebut
nama Allah (BERCERMIN) agar mendapatkan Kasih dan Sayang. Jadi sebenarnya
,kebaikan dunia dan akhirat, pengasih dan penyayang itu ada dalam diri manusia sendiri.
Dengan demikian semua sifat atau perbuatan mengasihi, menyayangi, mencipta, menguasai,
melihat, mengetahui, dsb adalah murni sifat manusia, yakni hasil fikiran yang terkait proses
sebab akibat. Adalah salah menyatakan bahwa DIA bersifat dan berbuat, bahkan
energi/kekuatan untuk melakukan semua sifat dan perbuatan itu hanyalah DIA, karena itu
DIA lah satu-satunya ZAT dan yang Mampu.

4
Landasan Landasan hukum islam
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal
termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Quran adalah kalam
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Quran merupakan penuturan Allah
tentang diri-Nya.
Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-Araf [7]:172). Ketika masih dalam
bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya
dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama,
pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal
Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-
Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman[31]:32.

Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara lain
dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad ayat 19. Dalam al-
quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum
Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-
Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut
ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.
Musa menerima wahyu tauhid, Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku, ( Ta Ha [20]:13-
14) "Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia
memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain." ( al-
An'am [6]:133).

2.6 Konsep Ketuhanan dalam Islam


a. Filsafat Ketuhanan dalam Islam
Perkataan ilah, yang diterjemahkan Tuhan, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-
Jatsiiyah): 23, yaitu:

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya.? Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Firaun untuk
dirinya sendiri: Dan Firaun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku.

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Firaun atau
penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al- Quran juga dipakai dalam
bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama: aalihatun).
Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau
Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang
dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau

5
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau
kerugian. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika
Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-
orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau
angan-angan (utopia) mereka.

2.7 Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu

Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman
serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang
ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan
sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar. Informasi tentang asal-
usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam:

1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu
agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah
berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.

Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada
perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui
Rasul-rasul-Nya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para
Rasul, Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.
Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara agama-agama adalah
karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama dengan konsep ajaran aslinya, merupakan
manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.

2. QS 5 (Al-Maidah):72, Al-Masih berkata: Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhaku dan
Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah neraka.

3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung pada- Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah
nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah
diterjemahkan dengan kata Tuhan, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut informasi al-Quran,
sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan Allah, dan
kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari
Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa

6
menurut al-Quran adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-
bagiandan tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang
lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus
menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran memberi petunjuk
bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan yang lain selain Allah dan
hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani kehidupan.

2.8 Wujud Tuhan Dalam Islam

Adanya alam ini beserta isinya, tentu tidak ada dengan sendirinya. alam ini begitu luas
dengan keaneragaman yang sangat menakjubkan. Sulit jika harus meneliti asal muasalnya .
Segala sesuatu ada karena diciptakan. Belum ada sejarah adanya Sesutu tanpa ada
penciptanya. Secara logika, mungkin dunia beserta isinya ini ada tanpa ada Penciptanya?.
Secara logika dan Atas dasar hal ini, tentu manusia normal pun tahu bahwa adanya ala mini
beserrta isinya tentu ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.

Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan bahwa: bangsa arab yang
penyembah berhala tidak menolak eksistensi pencipta langit dan bumi".

Dalam ayat ini semakin mempertegas bahwa, dari zaman arab pun keberadaan dan
eksistensi Allah SWT sudah diakui sebagai pencipta langit dan bumi. Banyak sekali ayat
yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan
semesta alam seperti yang terkandung dalam surah

Q.S Ali-Imran ayat 62 yang artinyasesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada
Tuhan selain Allah dan sungguh Allah MahaPerkasa, Mahabijaksana."

Ke-Esaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang
lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat "La ilaaha illa Allah" harus
menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

2.9 Manfaat Penerapan Konsep Keimanan Dalam Islam

1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda


2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Adanya Alam beserta isinya ini, tentu ada Penciptan- Nya yaitu Allah SWT. Dengan
Pemahaman akan konsep ketuhanan dalam Islam ini, akan meluruskan setiap pemahaman
yang salah akan Ketuhanan
2. Ke-Esaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang
lain. Sebagai umat Islam, Allah merupakan prioritas utama dalam setiap tindakan dan
ucapannya.
3. Konsep keimanan dalam islam iaalah keyakinan penuh dibenarkan oleh hati, diucapkan
oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan.
4. Beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman
kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran

3.2 Saran
Dengan Segala keterbatasan dan kekurangan dalam makalah ini. Besar harapan Makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam pemahaman Konsep ketuhanan dan Keimanan
dalam Perspektif Islam. Kritik dan saran diharapkan guna perbaikan atas penyampaian dalam
materi dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam
file:///D:/MAKALAH%20KONSEP%20KETUHANAN
%20DALAM%20ISLAM%20%20Tugasku4u.htm

Anda mungkin juga menyukai