Anda di halaman 1dari 9

Journal Reading 2017

Hubungan Gangguan Tidur dengan Tingkat Keparahan Keterganutngan, Depresi dan


Kualitas Hidup pada Pasien Ketergantungan Heroin : Penelitian Deskriptif Cross-
Sectional

Abstrak

Latar Belakang : Gangguan tidur umum terjadi dan dapat berdampak buruk pada hasil dari
pengobatan, kesehatan mental, dan kualitas hidup pada pasien dengan ketergantungan heroin.
Pada penelitian sebelumnya, peneliti hanya berfokus pada pasien yang telah menrima
pengobatan. Pada penelitian kali ini melakukan penelitian deskriptif dengan metode cross-
sectional dengaan mengeksplorasi selama 1 bulan prevalesi dari gangguan tidur yang dimana
berhubungan dengan socio-demografi, substasnsi karakteristik, keperahan ketergantungan,
keparahan depresi, dan kualitas hidup pada pasien ketergantungan heroin sebelum pasien
menerima program pengobatan.
Metode : terdiri dari 514 sampel dengan ketergantungan heroin yang menghadiri program
pengobatan dengan Metadhon dan terapi komunitas di Pusat Psikiatri di kota nantou, taiwan
pada tahun antara 2008 dan 2014. Untuk mengukur kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) dengan skor lebih dari 5 dikatakan terdapat gangguan tidur.
CSD,SDS,dan WHOQL-BREF juga digunakan. Penelitian ini menggunakan T-Test, Chi-
Square, dan regresi logistik multivariat untuk mengukur hubungan antara tiap variabel
dengan gangguan tidur.
Hasil : prevalensi gangguan tidur selama 1 bulan menunjukan 76.3% dari 514 subjek dengan
ketergantungan heroin. Pengguna heroin dengan gangguan tidur secara signifikan memiliki
riwat memakai sebelumnya, tingginya angka pengangguran, peningkatan jumlah konsumsi
rokok, lebih banyak substansi yang terkait kriminal, penggunaan jangka panjang heroin,
tingginya pengguna suntikan, tingginya angka ketergantungan, tingginya tingkat depresi, dan
menurunnya kualitas hidup dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gangguan
tidur. Keparahan tingkat ketergantungan, tingkat depresi dan kesehatan fisik pada kulaitas
hidup berhubungan secara signifikan terhadap gangguan tidur daripada variabel yang lainnya.
Kesimpulan : Pasien dengan ketergantungan heroid memiliki prevalensi tinggi terhadap
gangguan tidur selama 1 bulan, dan gangguan tidur ini berhubungan dengan tingkat
ketergantungan, tingkat depresi, dan buruknya kesehatan fisik yang berhubungan dengan
kualitas hidup. Penilaian dini dan intervensi gangguan tidur pada pasien dengan
ketergantungan heroin sangat disarankan.

1
Journal Reading 2017

Latar Belakang

Ketergantungan heroin merupakan gangguan yang bersifat kronik dan sering kambuh,
ini merupakan masalah kesehatan yang besar bagi beberapa negara. Pada United Nation
Office on Drugs and Crime (UNODC) World Drug melaporkan pada tahun 2015, heroin
merupakan substansi yang sering dipakai dalam penyalahgunaan zat psikotropika. Di taiwan,
heroin ddikategorikan sebagai zat yang sering dipakai dan memilki dampak yang signifikan
terhadap kesehatan dan sosial. Ketergantungan heroin meningkatkan resiko kematian, over
dosis, penyakit infeksi, masalah sosial, tindak kriminal, dan komorbid psikiatri.
Gangguan tidur adalah masalah kesehatan yang terus berkembang dan lebih dari 1-3
orang dewasa pada umumnya mengalami gangguan tidur. Prevalensi gangguan tidur pada
populasi di taiwan meningkat dari 10.3 menjadi 46.6% sepanjang dekade terakhir. Kualitas
dan durasi tidur yang menurun berhubungan dengan obesitas, diabetes, penyakit metabolik,
kecacatan dan kelemahan fungsi. Ganggauan tdiur pada umumnya sering terjadi pada wanita
dan dengan peningkatan usia. Seseorang dengan lingkungan sosioekonomi yang stress,
penyakit dan gangguan mental lebih sering mengalami gangguan tidur. Orang dengan
gangguan tidur pula lebih mudah berkembangnya gangguan psikiatri kususnya gangguan
penyalahgunaan zat dan gangguan depresi. Hubungan antara penggunaan zatdan gangguan
tidur memiliki dua arah, dengan gangguan tidur memungkinkan peningkatan untuk
berkembangnya gangguan penyalahgunaan zat, dan penyalahgunaan zat memiliki resiko
untuk mengalami gangguan tidur.
Gangguan tidur sering terjadi, namun sering tidak terdiagnosis pada pasien dengan
ketergantungan heroin. Prevalensi gangguan tidur pada pengguna mengalami peningkatan
yaitu dari 70 menjadi 99% dilaporkan pada pasien dengan pengobatan maintence methadone.
Gangguan tidur berhubungan dengan penggunaan heroin, sakau dari heroin, dan detoksifikasi
methadone. Faktor lain yang berhubungan dengan gangguan tidur pada pengguna heroin
yaitu durasi penggunaan heroin, penggunaan heroin IV, nyeri, depresi, ketergantungan
nikotin, dan alkohol. Partisipan pada penelitian diatas terbatas pada pasien dengan yang
sedang dalam pengobatan methadone dan kualitas tidur berdampak dari dosis dan durasi dari
pengobatan methadone. Tanpa diketahui gangguan tidur dan hubungan pada pengguna heroin
sebelum pengobatan,
Pada penelitian ini, peneliti mengeksplore selama 1 bulan prevalensi gangguan tidur
pada pasien dengan ketergantunga heroin sebelum menerima pengobatan methadone. Yang
dimana berhubungan dengan faktor sosiodemografi, karakteristik, tingkat ketergantungan,

2
Journal Reading 2017

tingkat depresi, dan kualits hidup. Peneliti berhipotesis bahwa pasien dengan ketergantungan
heroin dengan gangguan tidur memiliki tingkat depresi dan ketergantungan terhadap zat yang
tinggi dan kualitas hidup yang buruk dibanding dengan pasien dengan ketergantungan heroin
tanpa gangguan tidur.

Metode

Pada penelitian ini menggunakan studi deskriptif dan menggunakan metode cross-sectional.
A. Peserta dan Prosedur
Kriteria inklusi pada penelitaian ini adalah :
a. pasien dengan ketergantungan heroin berdasarkan DSM IV,
b. pasein yang masuk dalam program pengobatan maintance methadone antara januari
2008 dan maret 2014 di Tsoutun Psychiatic Center,dan Terapheutic Community (TC)
antara may 2011 dan Maret 2014
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. orang yang tidak mengisis kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Indeks) dengan
lengkap.
Total 598 pasien dengan ketergantungan heroin yang masuk TC atau MMT, 84
pasien masuk kriteria eksklusi, sehingga sampel dalam penelitian ini 514 pasien (484
MMT, 31 TC). Distribusi usia dan jenis kelamin tidak dibedakan pada pengguna
heroin.
Semua partisipan setuju dan bersedia dalam penelitian ini dengan mengisi lembar
inform konsen sebelum melakukun penelitian. Partisipan berhak mengundurkan diri
kapan saja dan kerahasiaan terjamin. Penelitian ini sudah dilihat dan di setujui oleh
Institut Review Board of TsaoTun Psychiatric Center, Ministry of Health and
Welfare, Taiwan.
B. Pengukuran
Semua partisipan mengisi secara lengkap data pribadi pada hari pertama seperti usia,
pernikahan, pekerjaan, pendidikan, konsumsi rokok (pack per hari), kejahatan
kriminal (substansi yang berhubungan maupun tidak), onset usia penggunaan heroin,
cara penggunaan heroin (suntik atau tidak), dan berbagi suntikan dengan yang lain (ya
atau tidak, jarang), frekuensi dan dosis heroin yang digunaknan perhari 30 hari
sebelum masuk treatment. Selain itu menggunakan kuesioner :

3
Journal Reading 2017

1. Pittsburg Quality Sleep Index (PSQI)


Instrumen yang efektif untuk mengukur gangguan tidur dalam 1 bulan terakhir
pada orang dewasa. Terdiri dari 7 komponen : kualitas tidur subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat
tidur, dan disfugsi sepangjang hari. Skor PSQI antara 0-21, semakin tinggi skor
mengindikasikan kualitas tidur yang buruk. PSQI memilki realibitas yang tinggi
dan valid untuk orang dengan insomnia, dan skor global PSQI lebih dari 5
menunjukan kualitas tidur yang buruk.
2. Centre for Epidemiologi Studies Depression Scale (CES-D)
Terdiri dari 20 item, yang dimana untuk menilai tingkat keparahan gejala depresi.
3. Severity of Dependences Scale (SDS)
Untuk mengukur tingkat ketergantunangan heroin selama 12 bulan terakhir. Skala
SDS terdiri dari 5 item, mengukur komponen psikologis dari ketergantungan,
khususnya pengugunaan yang terus menerus, yang dimana
4. Family APGAR Score (adaptation, parthnership, growth, affection, resolve)
Untuk mengukur tingkat dukungan dan komunikasi dengan keluarga
5. Chinese version of the list of threatening Experience (LTE(Ch)
Terdiri dari 3 item yaitu : masalah serius antra orangatua, masalah serius dengan
anak, dan sering gagal dalam menyelesaikan masalah.
6. CAGE Kuesioner
Untuk mengukur sering dan kadar alkohol yang diminum
7. WHOQOL-BREF (WHO Quality of Life-BREF)
Terdiri dari 28 item yang diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu : kesehatan
fisik (aktifitas sehari-hari, ketergantungan obat-obatan, mobilitas, energi dan
kelelahan, nyeri dan rasa tidak nyaman, tidur dan istirahat), Psikososial, hubunga
sosial dan lingkungan.
Semua partisipan di evaluasi dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan
cara wawancara terstruktur dengan menggunakan Mini Internastional
Neuropsychiatric Interview (M.I.N.I).
C. Variabel
Variabel independen dalam penelitain ini adalah : usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pekerjaan, pendidikan, kehidupan di masa lalu, APGAR Skor, konsumsi
rokok, CAGE skor, tindak kriminal, usia menggunakan heroin, lamanya menggunakan

4
Journal Reading 2017

heroin, rute mendapatkan heroin, dosis heroin, berbagi suntikan, tingkat keperahan
ketergantungan (SDS), tingkat keparahan depresi (CES-D), dan kualitas hhidup.
D. Analisis Statistika
Penelitian ini menggunakan T-Test untuk single variabel, dan untuk kategori
menggunakan Chi-Square. Untuk mengukur multivariat mengguankan uji regresi
logistik. Penelitian ini menggunakan SPSS 16.0. P value < 0.005 memiliki hubungan
yang signifikan.

HASIL
Prevalensi ganggguan tidur pada pengguan Heroin
Pada 514 subjek dengan ketergantungan heroin didapatkan 76.3% mengalami
gangguan tidur. Prevalensi gangguan tidur dalam 1 bulan terakhir didapatkan 75.5 dan
82.7%, pada pasien pria dan wanita dengan ketergantungan heroin. (tabel 1)

5
Journal Reading 2017

Perbandingan antara pengguna heroin dengan gangguan tidur dan tanpa gangguan
tidur
Pada variabel analisis univariat (tabel 2) pengguan heroin dengan gangguan tidur
(PSQI > 5) memiliki hubungan yang lebih signifikan terhadap kehidupan dimasa lalu,
tingginya pengangguran, tingginya konsumsi rokok, lebih berhubungan dengan tindak
kriminal, penggunaan heroin yang lama, penggunakan heroin dengan jarum suntik, keparahan
tingkat keterrgantungan (SDS), keperahan tingkat depresi (CES-D), dan buruknya kualitas
hidup dibandingkan dengan pengguna heroin tanpa gangguan tidur. Pada kedua grup
memiliki kesamaan dalam usia, jenis kelamin, pendidikan, starus pernikahan, APGAR skor,
tindak kriminal yang tidak berhubungan, dosis penggunaan heroin, penggunaan jarum suntik
bersamaan, dan CAGE Skor.
Pada multivariat dengan analisis regresi logistik (tabel 3) terdapat perbedaan dalam
SDS skor (OR = 1.19, 95% C.I=1.08-1.31), CES-D skor (OR= 1.09, 95% CI = 1.05-1.13) dan
WHOQOL-BREF kategori kesehatan fisik (OR= 0.73, 95% CI = 0.61-0.86) pada pasien
dengan ketergantungan heroin dengan gangguan tidur dan tanpa gangguan tidur.

6
Journal Reading 2017

Diskusi
Prevalensi dan keparahan dari gangguan tidur
Gangguan tidur pada pasien dengan ketergantungan heroin ditinjau dalam satu bulan
yaitu sebesar 76.3%, yang dimana pada penelitian sebelumnya sekitar 70-99%, dan ini lebih
besar pada populasi umum taiwan (10.3-46.6%). Rata rata jumlah skor PSQI sama dengan
penelitain sebelumnya.

Variabel yang berhubungan dengan gangguan tidur


Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna heroin dengan gangguan tidur memiliki
hubungan yang signifikan terhadap peningkatan konsumsi nikotin, hal yang berkaitan
dengan tindak kriminal, lamanya penggunaan heroin, tingginya penggunaan jarum suntik
pada penggunaan heroin, dan tingkat ketergantungan dibandingkan dengan tanpa gangguan
tidur.
Gangguan tidur pada pengguna heroin disebabkan karena mekanisme penurunan
tingkat adenosin dan aktivasi dari arousal nuclei. Penelitian sebelumnya juga ditemukan
lamanya penggunaan heroin dan penggunaan heroin secara IV berhubungan dengan kualitas
tidur. Meskipun beberapa variabel lain berhubungan dalam analisis multivariat. Alasan yang
mungkin adalah tingkat keparahan ketergantungan SDS yang mengukur mengenai hal yang
berkaitan dengan tingkat kriminal, lamanya penggunaan heroin, dan penggunaan heroin
secara suntik.
Gangguan tidur pada penelitian ini dikarenakan konsumsi nikotin dan sakau.
Peningkatan jumlah konsumsi nikotin menyebebkan peningkatan kesadaran dan kecemasan.
Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa ketergantungan nikotin berhubungan dengan
gangguan tidur, meskipun konsumsi nikotin tidak terlalu signifikan dalam analisis multivariat
dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini ditemukan keparahan dari ketergantungan heroin merupakan
faktor resiko terjadinya gangguan tidur. Intensitas dan lamanya penggunaan heroin
dilaporkan berhubungan dengan proporsi dari gelombang tidur slow wave dan buruknya
kualitas tidur. Penilaian dan intervensi pada gangguan tidur seperti terapi kognitif kebiasaan
untuk insomnia (CBT-I) pada pasien dengan ketergantungan heroin, khusunya dengan tingkat
keparahan dari ketergantungan.

7
Journal Reading 2017

Stres, Depresi, dan Gangguan Tidur


Pengguna heroin dengan gangguan tidur memilki hubungan yang signifikan dengan
tingkat pengangguran dan keparahan tingkat depresi CES-D. Stres psikososial dapat
mengaktivasi HPA axis dan saraf simpatik dan mencetuskan gangguan tidur. Selain itu
tingkat depresi berhubungan dengan gangguan tidur dikarenakan terjadinya hipersekresi
berkepanjangan kortisol dan aktivasi HPA Axis.
Pada penelitian ini tingkat keparahan depresi menjadi salah satu faktor resiko pada
gangguan tidur. Mekanisme pada kondisi ini karena hiperaktivitas dari hipotalamic pituitary
adrenal (HPA), meningkatnya tingkat kesadaran, disregulasi homeostatik, disregulasi dari
irama sirkadian, kelamahan sistem saraf, dan disregulasi neurotransmitter. Hiperaktivitas
HPA terjadi karena kesadaran yang meningkan dan suppress slow wave sleep (SWS) pada
depresi dan gangguan tidur.

Kualitas hidup dan gangguan tidur


Pengguna heroin dengan gangguan tidur memiliki hubungan yang signifikan terhadap
menurunnya kualitas hidup dibanding dengan tidak memiliki gangguan tidur. Pada penelitian
sebelumnya kesulitasn tidur memilki hubungan dengan rendahnya fungsi dan kualitas hidup
sehari-hari. Alasannya karena penyakit fisik berdampak pada aktivitas sehari hari dan juga
dapat menurunkan persepsi kualitas hidup dalam segala aspek. Kesehatan fisik mungkin
dapat berefek pada gangguan tidur. Pada penelititan lain dilaporkan keparahan tingkat depresi
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup. Pada analisis multivariat didapatkan
hubungan gangguan tidur dengan kesehatan fisik pada kualitas hidup sekitar 27% menjadi
faktor resiko gangguan tidur.

Keterbatas Penelitian
Penelitian ini diambil hanya dari Psikiatrik Center du taiwn dan pasien dipilih tidak
secara acak. Data penelitian ini menggunakan design deskriptif dan cross sectional, data
penelitian ini tidak bisa menggambarkan kesimpulan penyebab.

8
Journal Reading 2017

Kesimpulan
Pasien dengan ketergantungan heroid memiliki prevalensi tinggi terhadap gangguan tidur
selama 1 bulan, dan gangguan tidur ini berhubungan dengan tingkat ketergantungan, tingkat
depresi, dan buruknya kesehatan fisik yang berhubungan dengan kualitas hidup. Penilaian
dini dan intervensi gangguan tidur pada pasien dengan ketergantungan heroin sangat
disarankan

Anda mungkin juga menyukai