Sudigdo adi
Bandung
Abstrak
Kata kunci:
Abstract:
Key words:
PENDAHULUAN
Substansi yang dikeluarkan oleh karena adanya paparan suatu zat yang
melakukan stimuli terhadap protein G dikenal sebagai histamine. Sampai saat
ini telah diketahui ada 4 macam reseptor histamine pada berbagai sel yang
sekarang dikenali yaitu reseptor tipe 1, sd tipe 4, namun demikian yang sudah
banyak diketahui dan dipakai secara luas untuk menghambat histamine adalah
antagonist reseptor type 1,2 sedangkan tipe 3 serta tipe 4 masih perlu dan
masih dlakukan penelitian di berbagai negara maju. Khusus di dalam makalah
singkat ini akan penulis bahas bagaimana pengaruh histamine pada region
dermo-epidermal yang merupakan keahlian dokter spesialis kulit pada
umumnya dengan mempelajari atau melihat mekanisme sekresi dari sel
mastost setelah mendapatkan paparan dalam proses inflamasi
Hal yang penting diingat pada system imunologi adalah adanya benda
asing ( antigen ) adanya suatu alat menangkap antigen ( resepptor) dan adanya
system mekanisme penerusan adanya tanda atau sinyal bahwa ada suatu zat
asing yang tertangkap oleh reseptor tersebut, sarta anya suatu zat yang dapat
meneruskan sinyal itu kepada suatu sel yang tepat yang dapat memberikan
respon tersebut. Sehingga apakah organism akan menerima paparan benda
asing sebagai suatu ancaman atau bukan ancaman tergantung pada respons
alat penyampai pesan dari reseptor awal yang menerima paparan benda asing
tersebut. Disini ibarat rumah ada pagar, ada bel , ada pembantu rumah yang
akan bertanya kepada tamu apakah dia sudah kenal atau belum, si pembantu
akan menterjemahkan dan menyampaikan kepada tuan rumah.
Nah dalam system petrahanan tubuh kita itu, ada suatu system seperti
bel pintu fungsinya , yaitu protein G yang kan menterjemahkan adanya zat
asing kepada inangnya, sehingga sang tuan rumah mampu mengerti apakah
tamu itu sahabat atau harus diusir dan atau ditokal. Pada tingkat seluler itu
adalah suatu protein yang akan melakukan warning kepada system
pertahanan tubuh atau sostem imunitas. Sehingga sel pertahanan tubuh akan
mengeluarkan suatu zat yang dapat melakukan netralisasi atau menolak zat
asing tersebut derngsan mengeluarkan suatu zat tertentu . Zat yang
dikeluarkan itu maksudnya adalah melakukan aktifasi sel itu antara lain adalah
histamine . Salah satu zat yang aktifasinya melalui protein G itu adalah
HISTAMIN yang merupakan suatu protein amina tunggal ( mono amin) dan
bersifat sebagai suatu neuro transmitter. Amina ini disintesa pada suatu
neuron tertentu di nucleus Tuberosus di daerah hypothalamus, pada mamalia
protein ini berfungsi sebagai pengatur tidur, dan bangun nya mamalia,
beberapa hormone tertentu dan melakukan control pada aktifitas cardio
vaskuler (1). Oleh karena sampai saat ini kenal banyak anggota protein yang
berfungsi sebagai alat penerima sinyal itu, maka ia disebut sebagai G- protein
atau protein G yang berperan sangat penting dalam proses respon sel dalam
mengahdapi stimulasi dari luar. Reseptor tersebut adalah suatu protein yang
dapat mengahantarkan sinyal kepada inti sel untuk melakukan suatu produksi
dan sekresi zat tertentu yang dapat menimbulkan efek kepada individu atau
mahluk tertentu.
MASTOSIT
Mastosit adalah golongan sel darah putih yang merupakan sel yang
berasal dari sel induk myeloid, namun berbeda sifat dengan sel Basofil.selain
dia berperan dalam reaksi alegi , mastosit juga merupakan sel yang berpotensi
sebagai sel imun, dan dapat mebantu regerasi kerusakan jaringan. Didalam
sitoplasmanya terdapat granula yang mengandung histamine, heparin dan
sedikit zat antikoagulan .pada keadaan reaksi inflamasi yang disebabkan oleh
mekanisme alergi atau hypersensitifitas , maka peranan eosinofil dan berbagai
sitokin berperan pada proses inflamasi yang disebabkan oleh paparan antigen
atau adanya reaksi alergi. Sehingga sampai saat ini sel eosinofil dianggap
sebagai suatu tanda adanya reaksi radang oleh karena proses hiperrsensitifitas
atau alergi. pada salah satu penenelitian dengan cairan bronkus penderita
asam dikatatakan hamper 60% terdiri atas sebukan sel eosinofil (2,3).
Persamaan struktur epitel pada saluran nafas dan pada kulit dapat
pula dijadikan model pembelajaran bagaima sel mastosit berperan dalam
proses penyakit kulit yang diakibatkan oleh adanya reaksi hypersensitifitas.
Demikian pula di tengarai bahwa sebagai jaringan epitel yang apabila terkena
paparan suatu zat alergenik akan menunjukkan [persamaan pola reaksi antara
sel di daerah dermo- epidermal dan epitel saluran nafas.
Hal ini tampak pada pengamatan dengan mikroskop bahwa sebukan sel-
sel pada daerah peradangan terdiri atas sebukan sel eosinofil dan mastosit,
ditempat terjadinya reaksi alergi apada daerah dermo epidermal juga dapat
menjadi bukti bahwa peranan reaksi inflamasi yang di sebabkan oleh
mekamisme hipersensitifitas dapat pula terjadi dan dijadikan model adanya
berbagai penyakit kulit alergi.(5,6).
Setelah sampai pada ujung syaraf perifer ( free nerve ending ) dan
timbul reaksi indflamasi sebagai akibat reflex axonal { maka ujung syaraf
akan mesekresi neuropeptida ( substansi protein P) yang maksudnya
melakukan proteksi terhadap inflamasi tersebut yang bermanifestasi sebagai
nyeri sub luminal atau rasa gatal , dan mengakibatkan vaso dilatasi dan akan
ditafsirkan oleh sistem pertahanan tubuh dengan mengeluarkan antinya
tergantung pada organ ditempat yang terkena paparan histamine, misalnya di
lambung, permukaan kulit , dan lain sebagainya.
Pada saat ini pathogenesis adanya rasa nyeri subliminal pada kulit
dengan ditandai adanya urtika, eritema dan gatal merupakan obyek yang
seingkali membuat pusing dokter umum maupun dokter kulit pada umumnya .
Pengetahuan dasar mekanisme ini, merupakan suatu dasar pengertian
bagaimana mengobati rasa gatal baik melalui mekanisme sentral di daerah
medulla oblongata posterior, atau medulla spinalis maupun di daerah perifer
dari ujung syaraf sensoris. Mekanisme adanya paparan zat asing, kemudian
timbul vasodilatasi, rangsangan nerve ending oleh karena adanya ekstravasasi
cairan dan akan memberikan tekanan pada nerve ending dan akan di
terjemakan sebagai suatu nyeri su luminal. Ini oleh kesadaran otak akan
diterjemahkan sebagai gatal. Adanya edema local dan nyeri sub luminal akan
kelihatan pada kulit sebagai eritema , gatal dan kadang disertai adanya urtika.
Didalam lingkup dermatologi, maka pengetahuan dasar sekresi zat penyebab
vasodilatasi, edema dan gatal itu, maka kita harus mengerti bagaimana zat
asing menimbulkan reaksi imunologis .
Hal ini dimungkinkan oleh karena sel Mast mempunyai suatu reseptor
yang dapat menangkap molekul IgE, sehingga dapatr memicu sekresi zat ysng
dapat meyebabkan reaksi alergi tipe 1 yang disebabkan oleh adanya zat
alergenik yang akan ditangkap oleh molekul IgE melalui8 reseptor Fc yang
secara imunologis dikenal sebagai FcR-1 pada dinding sel mastosit , yang
selanjutnya memicu rantaian reaksi dan aktifasi berbagai aktifitas intraseluler
yang akhirnya akan melakukan sekresi berbagai zat .vaso aktif amin penyebab
radang yang dapat ditafsirkan sebagai gatal dasn seing disebut sebagai reaksi
alergi berupa anafilaksis, atau timbulnya reaksi alergi pada kulit. Selain itu
timbulnya rasa gatal oleh karena pelepasan histamine juga dapat timbul oleh
karena beberapa inductor misalnya pada ujung serabut syaraf C-fiber yang
yang bersifat sensitive ok serabut ini tidak dilengkapi dengan lapisan myelin
pada permukaan serabutnya. Selain itu ransangan nyeri sub luminal yang
ditafsirkan sebagai rasa gatal juga dapat disampaikan kepada system syaraf
sentral melalui serabut yang non sensitive terhadap penghambatan sekresi
histamine oleh suatu protease yang dikeluarkan oleh PAR-2 dan serabut syaraf
C yang tidak peka terhadap rangsangan mekanis. terhadap rangsangan kepada
serabut syayaf tipe C.
Secara imunologis, maka respon dari system imunitas itu dapat
dilihat pada bagan adanya paparan benda asing atau antigen terhadap sel
effektor dalam gejala klininis akan tampak sebagai timbulnya tanga radang
yaitu kemerahan , bengkar oleh karena adanya vasodilatasi dan neri..
Penafsiran rasa nyeri sub luminal itu ditafsirkan sebagai rasa gatal. Untuk
mudahnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Gambar 1
Degranulasi Mastosit
Tampak pada gambar di atas, bagaimana allergen dapat memicu
berbagai proses inflamasi yang terjadi baik melalui ujung syaraf tanpa selubung
myelin, atau timbulnya vaso dilatasi dan adanya edema lokal pada organ target.
Ketiga tanda radang itu di dalam organ kulit dapat dirasakan sebagai rasa gatal
oleh karena adanya sekresi histamin dari mastosit tersebut. Papabila reaksi
edema dan nyeri itu bersifat local maka penggunaan anihistamin akan sangat
berguna, namun apabila reaksinya sangat berat dan cepat pemberian obat2
vasokonstriktor dan anti inflamasi kuat misalnya golongan steroid sangat perlu
dipertimbangkan.
Gambar 2
Reaksi gatal dapat pula terjadi pada penyakit yang kita kenal dengan
syndrome mastosit ataau mastositosis, namun pada reaksi anfilaksis yang di
sebabkan ooleh adanya paparan antigen bukan merukan sinroma
mastosistisoleh karena pada mastositosis dikatakan bawa jumlah sel
mastositnya tidak berubah drastic sedang pada mastositosis terjadi
peningkatan sel mastosit yangmasif dan berlebihan serta memberikan reaksi
yang berkepanjangan. Penyakit ini sering kali Nampak gejalanya pada kulit, dan
kadang2 dapat merangsang timbulnya reaksi anafilaksis, kenapa terjadi seperti
ini? Sampai sekarang belum dapat diterangkan dengan jelas , sehingga masih
menjaddi obyek penelitian yang cukup intens bagi peneliti ilmu dasar maupun
kesulitan penanggulannya bagi klinisi. Penyakit ini tergolong suatu kelainan
imunologis yang disebabkan oleh karena sel mastositnya secara berlebihan
melepaskan mediator kimiawi, menghasilkan serangkaian gejala kronis,
kadang-kadang termasuk anafilaksis ( [4] [5] [6] . Sering kali gejala utama yang
diketahui adalah gejala yang menyangkut masalah kardiovaskular,
dermatologis, gastrointestinal, neurologis dan pernafasan. ( [(7,8)
Antihistamin secara umum
Ringkasan