Anda di halaman 1dari 4

STERILISASI DAN DESINFEKSI

A. Strerilisasi
Sterilisasi merupakan proses yang mengahancurkan semua mikroorganisme
termasuk spora dan virus. Empat metode sterilisasi yang sering dugunakan adalah panas
lembab, gas, air mendidih dan radiasi
1. Panas Lembab
Untuk melakukan sterilisasi, panas lembab (kukus) dapat dilakukan dengan dua
cara: sebagai uap air panas di bawah tekanan/ sebagai uap air panas bebas. Uap air
panas di bawah tekanan mencapai suhu lebih tinggi dari titik didih. Autoklaf menyuplai
uap air panas di bawah tekanan 15-17 pound dan suhu 121-123 derajat celsius.
Uap air panas bebas, 100 derajat celsius, digunakan untuk mensterilisasi benda
yang dapat hancur pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi dari suhu dan tekanan
autoklaf. Penting untuk mensterilisasi benda dalam uap air panas selama 29 menit
dalam 3 hari berturut-turut. Interval ini di perlukan sehingga spora yang tidak mati
kembali ke kondisi vegetatifnya dan menjadi rentan terhadap panas.
2. Gas
Gas etilen oksida menghancurkan mikroorganisme dengan mengganggu proses
metabolik mikroorganisme. Gas ini juga efektif terhadap spora. Daya penetrasi yang
baik dan keefektifan pada benda sensitif terhadap panas menjadi nilai lebih metode ini
namun kekurangan metode ini terletak pada toksisitasnya terhadap manusia.
3. Air mendidih
Penggunaan air mendidih, metode yang sangat praktis dan murah sehingga sangat
cocok digunakan sebagai metode sterilisasi di rumah. Kerugian utama metode ini, yaitu
tidak dapat membunuh spora dan beberapa virus. Suhu air meningkat tidak lebih dari
100 derajat celcius. Mendidihkan air minimum selama 15 menit di anjurkan untuk
melakukan desinfeksi peralatan di rumah.
4. Radiasi
Radiasi ionisasi dan non-ionisasi dapat digunakan untuk desinfeksi dan sterilisasi.
Cahaya ultraviolet, slaah satu radiasi non-ionisasi, dapat digunakan untuk desinfeksi.
Namun sayangnya, sinar ultraviolet tidak dapat menembus benda secara dalam. Radiasi
ionisasi di gunakan secara efektif pada area industri untuk sterilisasi makanan, obat-
obatan, dan benda lain yangs sensitif terhadap panas. Keuntungan utama ini, yaitu
efektif untuk benda yang sulit di sterilisasi, namun peralatannya sangat mahal.
Perawat harus familiar dengan protokol institusi terkait tindakan pembersihan,
desinfeki, dan sterilisasi peralatan ditempat praktik mereka. Selain itu mereka harus
siap untuk memberi penyuluhan kepada klien dan anggota keluarga mengenai tehnik
pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi peralatan dalam perawatan di rumah.

B. Desinfeksi
Desinfektan merupakan sediaan kimia, seperti senyawa fenol/ iodin, yang digunakan
pada benda mati. Desinfektan biasanya kaustik dan toksik terhadap jaringan. Antiseptik
merupakan sediaan kimia yang digunakan pada kulit/ jaringan. Desinfektan dan antiseptik
sering kali memiliki senyawa kimia yang sama, tetapi desinfektan memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi.

Antiseptik dan Desinfektan yang umum digunakan, efektivitas dan kegunaan


Agens Efek Terhadap Digunakan
Bakteri Tuberkulosis spora Jamur Virus pada
Isopropil X X X X Tangan,
alkohol dan penyumbat
etil alkohol vial
Klorin X X X X X Tumpahan
(pemutih) darah
Hidrogen X X X X X Permukaan
peroksida
Iodofor X X X X X Peralatan:
kulit dan
jaringan
yang utuh
jika
diencerkan
Fenol X X X X Permukaan
Klorheksidin X X Tangan
glukonat
(Hibiclens)
Triklosan X Tangan,
(Bacti-stat) kulit yang
utuh

Antiseptik dan desinfektan dikatakan memiliki efek farmakodinamik bakterisid


atau bakteriolostatik. Sediaan bakterisid menghancurkan bakteri, sedangkan sediaan
bakteriostatik mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan beberapa bakteri.
Beberapa agen bekerja aktif terhadap berbagai bakteri, namun jika mikroorganisme
tertentu teridentifikasi, agen yang diketahui efektif terhadap bakteri tersebut harus
dipilih. Bakteri yang membentuk spora, seperti clostridium difficile (biasanya diebut
c.difficile), yang biasanya menyebabkan diare nosokomial, dan bacilus antracis (antrax)
hanya dapat dihambat oleh sedikit agen yang biasanya efektif terhadap jenis bakteri
lain. Antiseptik dan desinfektan yang umum digunakan tertera dalam tabel di atas.
Saat melakukan desinfeksi terhadap peralatan, perawat harus mengikuti protokol
institusi dan mempertimbangkan hal tersebut:
1. Jenis dan jumlah organisme infeksius. Beberapa mikroorganisme mudah
dihancurkan, sedangkan beberapa mikroorganisme lain baru hancur setelah kontak
lebih lama dengan desinfektan.
2. Konsentrasi desinfektan dan durasi kontak yang direkomendasikan.
3. Suhu lingkungan. Kebanyakan desinfektan dianjurkan digunakan pada suhu kamar.
4. Adanya sabun. Beberapa desinfektan tidak efektif saat digunakan bersama sabun/
deterjen.
5. Adanya materi organik. Adanya saliva, darah, pus, atau ekskresi mudah membuat
banyak desinfektan tidak aktif
6. Area permukaan yang di tangani. Desinfektan harus kontak dengan semua
permukaan area.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Kozier.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan


Praktik edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai