Anda di halaman 1dari 15

HOA YAJA /AGNIHOTRA

Written by Mangku Danu


Wednesday, 11 November 2009 13:27
O Swastyastu

Yatr suhrd suktam agnihotrahuta yatr loka, ta loka yamniyabhisambhuva s no


ma hisit purun pauca Di mana mereka yang hatinya mulia bertempat tinggal, orang
yang pikirannya damai dan mereka yang mempersembahkan Agnihotra, di sanalah majelis
(pimpinan masyarakat) bekerja dengan baik, memelihara masyarakat, tidak menyakiti mereka dan
binatang ternaknya. Atharvaveda XXVIII.6

A. Hoa Yaja/Agnihotra dalam kitab suci Veda dan susastra Sanskerta

Sumber tertua tentang pacra Hoa Yaja/Agnihotra dapat kita jumpai dalam kitab suci Veda
khususnya kitab gveda X.66.8. Demikian pula kitab Atharvaveda VI.97.1 dan yang lain-lain
yang secara tradisional oleh umat Hindu di India disebut Yaja atau Yaga. Jadi bila di India kita
mendengar umat Hindu melakukan Yaja atau Yaga yang dimaksud tidak lain adalah Agnihotra
walaupun secara leksikal pengertian Yaja atau Yaga jauh lebih luas dibandingkan dengan
Agnihotra. Agnihotra dalam pengertian leksikal (masculinum, neutrum dan femininum) yang
dimaksud persembahan suci kepada Sang Hyang Agni (api suci) teristimewa adalah persembahan
susu, minyak susu dan susu asam. Ada dua macam Agnihotra yaitu yang dilakukan secara rutin
(konstan) umumnya 2 kali sehari pagi dan sore (nitya atau nityakla) dan Agnihotra yang
dilakukan secara insidental (kmya atau naimitikakla/Monier, 1993: 6).

Istilah yang lain untuk Hoa Yaja/Agnihotra adalah Huta (persembahan kepada Sang Hyang
Agni) oleh karena itu kita mengenal pula istilah Hoti yang juga berarti api. Agnihotra juga
disebut Havan dan kata Havani berarti sendok (yang dalam bahasa Sanskerta disebut Juhu) untuk
menuangkan persembahan cair. Nama Hoa mengandung arti persembahan berbentuk cairan
yang dituangkan ke dalam api suci (Loc.Cit.). Sumber-sumber lainnya tentang pacra Agnihotra
adalah kitab-kitab Brhmaa di antaranya Kautaki, Sathapatha, dan Aitareya Brhmaa.
Selanjutnya bila kita melihat-kitab-kitab Stra khususnya tentang Kalpastra, Ghyastra,
rautastra dan lain-lain selalu kita menemukan informasi tentang betapa pentingnya pacra
Hoa Yaja/Agnihotra ini. Kitab-kitab rautastra (Avalyana S.S.II.1.9, Sakhyana S.S.II.1,
Lthyyana S.S.IV.9.10., Ktyyana S.S.IV.7-10., Mnava S.S.I.5.1., Vrha S.S.I.4.1.,
Baudhayana S.S.II., Bhradvja S.S.V., pastamba S.S.V.1., Hirayakei S.S.III.1-6, Vaikhnasa
S.S.I, Vdha S.S.1.,Vaitna S.S.5-6) menggambarkan bermacam-macam bentuk tentang
persembahan Hoa Yaja / Agnihotra yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Seorang pelaksana Agnyadhna hendaknya setiap hari mempersembahkan persembahan kepada
api suci Agnihotra pagi dan sore hari apakah dilakukan oleh perseorangan atau di bawah
pimpinan seorang Adhvaryu. Bila tiada seorang Adhvaryu yang memimpin, kepala keluarga dapat
melakukannya teristimewa pada waktu bulan purnama dan bulan baru terbit. Dari kitab-kitab
rautastra dan juga kitab Brhmaa kita mendapat informasi tentang betapa pahala yang
diperoleh bagi mereka yang mempersembahkan atau melaksanakan pacra Agnihotra,
dinyatakan bahwa segala keinginannya akan tercapai. Api suci hendaknya tetap menyala pada
rumah-rumah para Ghastha. Mereka yang secara rutin melakukan Agnihotra, maka kemakmuran
akan dapat terwujud. Agnihotra dengan mempersembahkan biji-bijian, minyak susu, susu, susu
asam dan lain-lain yang kini di India disebut Samagri, diikuti dengan pengucapan mantram-
mantram, terutama mantram Veda dan hendaknya dilakukan seseorang selama hidupnya atau
sampai mencapai tingkatan hidup sebagai Sanysin (Ram Gopal, 1983: 535). Hoa
Yaja/Agnihotra merupakan persembahan wajib yang dilakukan oleh setiap Ghastha karena
hanya Ghastha secara sempurna dikatakan dapat melakukan Yaja dan Agni yang dimaksud
dalam Agnihotra adalah Tuhan Yang Maha Esa yang bila dilaksanakan pada pagi hari maka
persembahan itu ditujukan kepada Srya, mantram yang selalu diucapkan adalah:
O Bhr Bhva Sva O Srya Jyoti Jyoti Srya Svaha dan bila dilakukan sore hari
(menjelang malam) ditujukan kepada Agni dengan mengucapkan mantram:
O Bhr Bhva Sva O Srya Jyoti Jyoti Agni Svaha (Abhinash Chandra Das, 1979: 493).

Selanjutnya dalam kitab-kitab Itihsa dan Pura dan juga kitab-kitab Agama atau Tantra,
pacra Agnihotra senantiasa dilaksanakan dan tentu pula mantram yang digunakan, di samping
mantram-mantram Veda adalah mantram-mantram yang bersifat Pauranic, Agamic atau Tantrik.
Kini kita melihat umat Hindu di India, bahwa setiap kegiatan pacra, maka pacra Agnihotra
senantiasa merupakan persembahan yang istimewa, artinya dalam perkawinan, pacra kematian,
pacra arra Saskara (yang di Indonesia disebut Manusa Yaja) dan pada hari-hari raya
keagamaan, pacra Agnihotra senantiasa dilaksanakan. Bagi Sampradaya Arya Samaj yang
didirikan oleh Swami Dayananda Sarasvati (1875) maka pacra ini merupakan kewajiban suci
yang mesti dilaksanakan.

B. Hoa Yaja/Agnihotra menurut sumber Jawa Kuno (Kawi)

Bila kita membuka sumber tertua Jawa Kuno, maka dalam bagian awal dari kakawin Rmyana,
yakni ketika prabhu Daaratha memohon kelahiran putra-putranya dipimpin oleh Maharsi
yaga keturunan Gadhi kita mendapatkan informasi tentang pacra Agnihotra sebagai
berikut:

Saji ning yaja ta humadang, r wka samiddha pupa gandha phala,


dadhi ghta katila madhu. mwang kugra wtti weti (24)
Lumekas ta sira mahoa , pretadi pisaca raksasa minantram, bhuta kabeh inilagaken,
asing mamighna rikang Yaja (25)
Sakali karana ginawe, awahana len pratista sannidhya, Parameswara inangen-angen,
umunggu ring kunda bahnimaya (26).
Sampun Bhatra inenah, tinitisaken tang miak sasomyamaya, lawan katila madhu, r
wka samiddha rowang nya (27)
Sang Hyang Kunda pinuja, caru makulilingan samatsyamngsadadhi, kalawan sekul
niwedya. inames salwir nikang marasa (28)
Ri sedeng Sang Hyang dumilah, niniwedyaken ikanang niwedya kabeh, Oadi len phala
mla, mwang kembang gandha dhpdi (29)
Sampun pwa sira pinuja, bhinojanan sang mahri pariprna, kalawan sang wiku sksi,
winursita dinaksinn ta sira (30). Rmyana I. 24-30.

1. Sesajen pacra korban telah siap, kayu cendana, kayu bakar, bunga, harum-haruman dan
buah-buahan, susu kental, mentega, wijen hitam, madu, periuk, ujung alang-alang, bedak dan
bertih (24).

2. Mulailah beliau melangsungkan pacra korban api (Agnihotra), roh jahat dan sebagainya,
pisaca dan raksasa dimentrai. Bhuta Kala semuanya diusir, segala yang akan menggangu pacra
korban itu (25).

3. Segala perlengkapan pacra telah tersedia. Doa dan tempat peralatan hadirnya Devata.
Bhatara iva yang dimohon kehadiran-Nya, hadir pada tunggu persembahan (26).

4. Sesudah Devata disthanakan, diperciki minyak sOa, wijen hitam dan kayu cendana
beserta kayu bakar (27).

5. Api ditungku dipuja, di kelilingi dengan caru dan ikan, daging dan susu kental, bersama nasi
sesaji persembahan, dicampur dengan segala yang mengandung rasa (28).

6. Pada waktu api di tungku itu menyala-nyala, dipersembahkan sesaji itu semua, tumbuh-
tumbuhan bahan obat-obatan, buah-buahan dan akar-akaran, kembang harum-haruiman, dupa dan
sebagainya (29).

7. Sesudah Beliau disembah (selesai acara pemujaan), disuguhkan suguhan kepada para maharsi,
bersama para wiku (pandita) yang menjadi saksi, mereka dihormati dipersembahkan hadiah untuk
beliau (30).

Sumber Jawa Kuna lainnya adalah Agastya parwa (355) yang menjelaskan berbagai macam Yaja
(Paca Maha Yaja) yang dalam uraiannya tentang Deva Yaja secara tegas menyatakan bahwa
Deva Yaja adalah persembahan kepada ivgni yang dimaksud tidak lain adalah Agnihotra
sedang Korawsrama, menyatakan bahwa Deva Yaja adalah pacra persembahan berupa
makanan dan pengucapan mantram-mantram Stuti dan Stava (Hooykaas, 1975: 247)
menunjukkan bahwa mantram Veda merupakan sarana dalam Deva Yaja yang tidak lain juga
hampir sama dengan pelaksanaan Agnihotra. Di dalam kakawin Sutasoma 79.8, Tantri
Kmanaka 142 dan Ngaraktgama 8.4 dinyatakan bahwa pacra Agnihotra atau Hoa yaja
tersebut merupakan pusat dari pacra korban.

Sumber lainya dalam bahasa Jawa Kuno adalah kitab diparwa (197) yang menyatakan:
mangarpaaken udakajali, magaway agnihortra, yang artinya memper-sembahkan air penyuci
tangan dan melaksanakan Agnihotra (Mardiwarsito,1981: 13). Di samping sumber tersebut di
atas, pelaksanaan Agnihotra atau Hoa yaja dijelaskan pula dalam kitab-kitab susastra Jawa
Kuno seperti: Brahmanda Purna 127 dan 178, Wirataparwa 12, Rmyana 5.9, SutasOa
1.11;109.4;110.6;119.12, Ngaraktgama 83.6, Nitistra 8.1;1.114, Tantu Pagelaran 90, Kidung
Harsawijaya 6.85; 6.93, Arjunawijaya 53.3; 53.4, Partayaja 11.10, Sasasamuccaya 64, loktara
41, Tantri Kmandaka 38, Tantri Kadiri 1.38, Calon Arang 122. Salah satu usaha untuk
menyucikan diri bagi seorang Sadhaka adalah dengan melakukan Agnihotra atau Hoa yaja:

uddha ngaranya ejing-ejing madyus, auddha arra, masrya sewana, mamuja,


majapa, mahoa - Bersihlah namanya, tiap hari membersihkan diri, sembahyang kepada Sang
Hyang Srya , melakukan pemujaan, melakukan Japa dan melaksanakan Hoa yaja. lakrama,
lamp.41.

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, bahwa Agnihotra atau Hoa Yaja dilaksanakan pula di
Indonesia (Bali) dan sebagai pendukung data ini kita masih dapat mengkajinya melalui
peninggalan purbakala (arkeologi) dan tradisi yang hidup dalam masyarakat. Salah satu
peninggalan purbakala adalah adanya lobang api (Yajaala atau Vedi) tempat dilaksanakan-nya
pacra Agnihotra. Tempat atau lobang api ini dapat pula kita saksikan di salah satu Gua Pura
Gunung Kawi yang diyakini oleh penduduk sebagai Geria Brahmana terdapat sebuah lobang
dalam sebuah altar di tengah-tengah gua, yang rupanya dikelilingi duduk oleh pelaksana pacra
Agnihotra. Peninggalan berupa lobang tempat api unggun itu adalah Yajakunda (Yajaala)
dikuatkan pula dengan adanya lobang api di bagian atap sebagai ventilasi keluarnya asap dari
tempat dilangsungkannya pacra Agnihotra. Nama-nama seperti Keren, Kehen, Hyang Api
Hyang Agni (Hyang geni) dan ala menunjukkan tempat yang berkaitan dengan
dilangsungkannya pacra Agnihotra.

Sumber tradisi di antaranya adalah penggunaan pasepan oleh para pamangku, dedukun atau
sedahan desa, menunjukkan pula pelaksanaan Agnihotra dalam bentuknya yang sederhana,
sayang tradisi menggunakan pasepan dengan mempersembahkan darang asep atau kastanggi kini
nampaknya semakin memudar, pada hal yang penting dalam mempersembahkan pasepan adalah
mempersembahkan darang asep tersebut. Kami mendapatkan pula sebuah informasi lisan, yang
perlu dikaji kembali lebih seksama, bahwa pacra Agnihotra terakhir terjadi pada masa kerajaan
Klungkung di bawah raja Dalem Dimade. Konon saat itu, ketika pelaksanaan pacra Agnihotra
berlangsung, panggung tempat pacra terbakar, dan sejak itu raja memerintahkan untuk
melaksanakan pacra Agnihotra yang kecil dan sederhana dengan menggunakan pasepan
(padupan) saja. Bila informasi tersebut benar, maka sejak itulah tradisi melaksanakan pacra
Agnihotra mulai memudar di Bali.

C. Hoa Yaja/Agnihotra dalam stuti atau stava

Sayang sekali penelitian ke arah pj, stuti atau stava hampir tidak pernah lagi dilakukan setelah
meninggalnya Prof.Dr.Hooykaas. Syukur dalam karya bersamanya dengan T.Goudriaan (dalam
Stuti and Stava, Bauddha, aiva and Vaiava Balinesse Brahman Priests, 1970: 23) kita
menemukan informasi tentang 8 buah lontar yang isinya adalah puja Hoa atau Agnihotra.
Empat di antaranya menggunakan judul Agni Janana, sedang sisanya menggunakan judul Hoa .
Memperhatikan stuti atau stava yang telah dikaji oleh T.Goudriaan dan C.Hooykaas maka jelaslah
bagi kita bahwa mantram-mantram yang disebutkan dalam lontar-lontar tersebut di atas adalah
mantram Agnihotra atau Hoa yaja, di antaranya memakai judul Srya stava, Saptapj, stuti
Bhatra Tripurua, Rudra Gyatr Dhyna, Brahmastava, Ligastava, Pthivstava, tmakunda,
Viu Gyatr, Rudra Gyatr, Viustava dan lain-lain menunjukkan karakter mantra-mantra
tersebut bersifat Tantrik yang berbeda dengan Agnihotra seperti yang dikembangkan atau
dilaksanakan oleh Arya Samaj di India yang menekankan penggunaan mantram-mantram Veda.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka di masa yang lampau pelaksanaan Agnihotra
menggunakan mantram-mantram yang bersifat Tantrik, seperti juga yang oleh sebagian
digunakan oleh Sampradaya-Sampradaya di India Devasa ini. Sayang kita belum menemukan
praktek pelaksanaan Agnihotra yang pernah dilaksanakan oleh para pandita Hindu di Bali di masa
yang silam. Mengapa tradisi Agnihotra kini tidak lagi kita jumpai di kalangan para pandita atau di
masyarakat ? Untuk menjawab permasalahan ini kiranya penelitian ke arah itu sangat perlu
dilakukan.

D. Keutamaan pacra Hoa Yaja/Agnihotra

Segala sesuatu yang diketahui atau dirasakan manfaatnya tentu akan dicari atau dilaksanakan oleh
umat manusia. Demikian pula halnya pacra Hoa Yaja/ Agnihotra. Berbagai penelitian
ilmiah membuktikan bahwa Agnihotra demikian sangat penting artinya bagi kehidupan umat
manusia. Salah satu buku yang menguraikan tentang manfaat Agnihotra adalah Hoa Therapy,
Or Last Chance diterbitkan oleh Fivefold Path, Inc. Parama Dham (House of Almighty Father),
Madison, Virginia, USA,1989 yang menguraikan manfaatnya bagi kesehatan umat manusia.

Sebagai telah diuraikan pada bagian depan dari tulisan ini, Agnihotra atau persembahan kepada
api suci adalah merupakan salah satu pacra Veda yang dilakukan setiap hari. Kitab Aitareya
Brhmana (V.26) menghubungkan pacra ini dengan seluruh Deva (Vivedeva) yang diharapkan
memberi perlindungan dan kesuburan ternak, sedang kitab Kautaki Brhmana (II.1)
mengidentifikasikan persembahan Agnihotra adalah persembahan kepada Deva Srya dan
menurut kitab suci Veda (gveda I.115.1) Srya adalah jiwa atau tma dari seluruh alam
semesta, yang bergerak dan yang tidak bergerak (srya tma jagatas tasthusa ca). Mantram-
mantram yang digunakan dalam pacra Agnihotra umumnya dipetik dari kitab suci Veda,
gveda, Yajurveda (salah satu yang sangat terkenal adalah Agnir jyotir jyotir agnir svh, Srya
jyotir yoti Srya svaha, III.9), dan beberapa mantram dari Atharvaveda. mantram lainnya
biasanya dari mantram sampradaya tertentu, misalnya aivisme menggunakan mantram
pemujaan kepada Ganea, Durgsaptasati, ivamahimastotra dan lain-lain. Di dalam atapatha
Brhmana (II.3.1.1) dinyatakan bahwa Agnihotra diidentikkan dengan Srya : Agnihotra tidak
lain adalah (pemujaan kepada) Srya . Karena ia muncul dari depan (agra) dari segala
persembahan, oleh karena itu Agnihotra adalah Srya . Agnihotra adalah persembahan sehari-hari
berupa cairan yang dituangkan ke dalam api, terdapat dua macam, yaitu ada yang dilakukan
sebulan sekali dan yang dilakukan sepanjang aktivitas hidup. Persembahan Havana dilakukan
pagi dan sore dan selanjutnya orang yang mempersembahkannyapun ketika ia meninggal ia
dibakar melalui pacra Agnihotra. Persembahan Yaja ghta (minyak mentega yang dijernihkan)
dan biji-bijian yang harum dituangkan di atas batang-batang kayu kering yang dibakar diikuti
dengan pengucapan mantram-mantram Veda. Yaja dilakukan pula pada bulan mati (Amavasya)
dan pada bulan purnama (Pramasi atau Prima). Agnihotra adalah pacra yang sangat
penting dari pacra-uapacara Veda yang dilakukan pada pagi dan sore hari oleh para Ghastha
(keluarga). Kitab Mahbhrata menyatakan: Seperti seorang raja di antara umat manusia, seperti
Gyatr mantram di antara seluruh mantram, demikian pula pacra Agnihotra adalah pacra
yang sangat penting di antara semua pacra-pacra Veda ( Ganga Ram Garga, 1992: 217).

Mengingat peranan fungsi-fungsi mantram, khususnya mantram Gyatr dan Mahmtyujaya


serta pacra ini dapat mengusir kekuatan-keuatan jahat sebagai digambarkan dalam kitab-kitab
Itihsa dan Pura, maka pacra Hoa Yaja/ Agnihotra yang sering disebut sebagai The Jewel
of all Yajas sangat besar manfaatnya bila dilakukan dengan penuh kekhusukan sesuai dengan
syarat pelaksanaan sebuah Yaja.

E. Pelaksanaan pacra Hoa Yaja / Agni Hotra dan Sarananya

Seperti telah diuraikan di atas, Hoa Yaja/Agnihotra adalah pacra Veda yang merupakan
permata atau mutiara dari semua Yaja dalam agama Hindu. Seperti pengamatan kami di india,
pacra ini dilaksanakan dalam berbagai kegiatan pacra Paca Yaja, baik Deva Yaja, Pitra
Yaja, i Yaja, N atau Manusa Yaja, demikian pula dalam pelaksanaan pacra-pacra besar
di Bali di masa yang silam, dilaksanakan pula pacra yang sangat utama ini.
Persembahan Hoa Yaja/Agnihotra sebaiknya dipimpin oleh seorang Dvijati atau pandita
(pjri), bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan oleh seorang pamangku atau pinandita
yang hidupnya senantiasa Vegetarian. Para peserta mengiringi pemimpin pacra dengan
mengucapkan Svha (untuk Deva Yaja dan Yaja yang lain) dan Svdha khusus untuk pacra
Hoa Yaja yang dilakukan dalam rangka Pitra Yaja, pada akhir setiap mantra dengan
sekaligus mempersembahkan persembahan yang telah disediakan dengan bahan persembahkan
ditempatkan di atas telapak tangan dalam posisi tengadah yang disorongkan kedalam Kunda atau
Vedi, tempat api persembahan berkobar. Hoa Yaja yang dilakukan dalam rangka pacra
kematian, biasanya dilakukan setelah 12 hari selesai pembakaran jenasah (Antyesti atau Ngaben),
sebelum hari tersebut dipandang masih dalam keadaan Cuntaka. Peserta yang mengikuti pacra
Hoa Yaja/Agnihotra dilarang bercakap-cakap dengan sesama peserta, merokok, minum
minuman keras dan melakukan penyucian diri (mandi besar) seandainya sebelumnya melakukan
hubungan suami-istri.

Sebelum secara khusus membahas pelaksanaan pacra Yaja ini, kiranya perlu diketengahkan
tata-tertib untuk melaksanakan dan mengikuti pacra yang sangat suci ini, antara lain: peserta
telah datang 15 menit sebelum pacra dimulai, diharapkan memakai pakaian sembahyang, yang
dibenarkan duduk di sekeliling kunda, vedi atau lobang api hanyalah mereka yang telah didvijati
(pandita) atau pamangku (pinandita), sedang peserta lainnya mengambil posisi dari para pandita
atau pinandita tersebut. Sang Yajamana atau yang mempersembahkan pacra dan seluruh peserta
pacra tidak diperkenankan meninggalkan pacra sebelum pacra selesai dilaksanakan. Posisi
duduk peserta pacra adalah: peserta wanita di sebelah kiri dan laki-laki di sebelah kanan kunda
atau vedi. Dilarang keras mempersembahkan ke dalam api suci bahan-bahan kimia berupa
plastik, lilin, dupa atau bahan-bahan yang telah jatuh ke tanah, karena telah cemar atau lungsuran.
Pelaksanaan Hoa Yaja/Agnihotra dimulai dengan menyiapkan air suci (sedapat mungkin
Tirtha Gangga), dan sangat baik bila seorang atau beberapa Dvijati (pandita) terlebih dahulu
ngarga atau memohon Trtha dengan menghadirkan dewi Gangga (dengan sarana Ganggastava)
di dalam Kumbha (di atas Tripada) sebagai sarana dalam acara Hoa Yaja/Agnihotra.
Selanjutnya dilakukan penyucian diri (acamana) dan Prayama. Setelah penyucian diri dan
prayama dilanjutkan dengan pemujaan kepada Agni (menggunakan mantra Agni Skta/gveda
I.1-9), Gyatri mantram 108 atau 21 kali, Mahamtyujaya 21 kali dan dalam pemujaan tertentu
untuk kesejahtraan nusa dan bangsa menggunakan mantram-mantram seperti berikut: Pthiv
Skta, Purua Skta, Nasadiya Skta, ntiprakaraa dan ditutup dengan nti mantra
(Paramanti). Sarana pacra persembahan adalah kayu bakar, sedapat mungkin kayu mangga,
intaran, beringin, cempaka, sandat, tulasi, majagau, batang kelapa kering atau cendana yang telah
kering dengan panjang + 10 -30 Cm dengan diameter 1-2 Cm, supaya mudah terbakar. Gahvya
(gobhar) diambil dari kotoran sapi-sapi yang dipelihara dan disayangi oleh pemiliknya dan bukan
berasal dari tempat/rumah pemotongan hewan. Sarana lainnya adalah daun, batang, bunga, akar
dan ranting kayu tulasi (disebut Pacngga) dan juga daun mangga, di samping juga susu segar,
yoghurt, gula merah, ghee (susu asam), madhu (kelima materi tersebut dinamakan Pacmta),
kapulaga, biji kacang hijau, cengkeh, beras merah, putih dan hitam serta wijen.

Sangat baik bila sebelum mempersembahkan Hoa Yaja didahului dengan mempersembahkan
pejati dan pesaksi kepada Devata yang bersthana di sebuah pura bila pacra itu dilaksanakan di
dalam pura. Bila dikaitkan dengan pacra besar, sangat baik dilengkapi dengan Pacadhatu
(emas, perak, tembaga, kuningan dan besi). Adapun bentuk kunda atau vedi umunya berbentuk
piramid terbalik, dapat dibuat dari tembaga atau besi, disamping juga dari batu bata atau sebuah
paso (belanga yang agak datar di Bali juga disebut dengan nama cobek dan semuanya harus baru
(payuk anyar). Bila pacra Hoa Yaja/Agnihotra dilaksanakan pada pagi hari sangat baik bila
menghadap ke Timur, sore hari menghadap ke Barat. Bila didepan altar atau pelinggih, sebaiknya
menghadap altar atau pelinggih tersebut. Demikian pula bila dilaksanakan di tepi pantai
hendaknya menghadap ke laut, di pegunungan diarahkan ke puncak gunung dan di tepi sungai
atau mata air, di arahkan ke sungai atau mata air.

F. Mantra yang digunakan dan terjemahan

Mantram-mantra yang digunakan pada umumnya diambil dari mantram-mantram kitab suci Veda,
dan banyaknya Skta yang dirapalkan tergantung kepada tujuan pacra Hoa Yaja tersebut,
demikian pula pilihan Skta umumnya disesuaikan dengan situasi pada saat pacra
dilaksanakan, misalnya untuk pacra Deva Yaja dan lain-lain. Berikut kami sampaikan susunan
mantram yang digunakan serta terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia:

1. Asana: O Prasadha Sthiti arra iva suci nirmalya nama svha.


2. Acamana (penyucian diri) Penyucian tangan Kanan : O uddhamm svha Kiri : O
Ati uddhamm svha
3. Penyucian Pikiran: O tejoasi tejo mayi dhehi, vryamasi vrya mayi dhehi,
balamasi balam mayi dhehi, ojoas ojo mayi dhehi, matyurasi matyum mayi dhehi,
sahoasi saho mayi dhehi O Tuhan Yang Maha Esa, Engkau adalah sumber dari
cahaya anugrahkanlah cahaya itu kepada kami, Engkau adalah pahlawan kami,
anugrahkanlah sifat kepahlawanan itu kepada kami, Engkaui adalah sumber kekuatan,
anugrahkan lah kekuatan itu kepada kami. Engkau memancarkan cahaya, anugrahkanlah
pancaran cahaya itu kepada kami. Engkau menaklukkan keagungan dan cinta kasih,
anugrahkanlah hal itu kepada kami. Semogalah kami menjadi pusat, dan sumber dari
kebajikan yang suci. Yajurveda XVI.6
4. Pengucapan Okara 21 kali masing-masing 5 kali untuk Paca Jnendriya,
Karmendriya, Paca Pra, Paca Mayakoa dan 1 kali untuk tman.
5. Prayama (mengatur nafas sehingga aliran nafas sangat lembut): O Bhr, O bhuva,
O Sva, O Maha, O Jana, O Tapa, O Satyam O Tat savitur vareyam
bhargo devasya dhmahi dhiyoyona pracodayat. O po jyot raso amtam brahma
Bhr Bhuvas Suvar O.- (O adalah Tuhan yang Maha Esa penguasa sapta Loka.
O Tuhan Yang Maha Agung, kami bermeditasi kepada kemaha muliaan-
Mu, Tuhan Maha Pencipta yangmenciptakan segalanya, anugrahkanlah kecerdasan dan
budhi pekerti yang luhur kepada kami. O adalah air, cahaya, dan bumi yang
menganugrahkan makanan yang lezat, udara segar mendukung kehidupan, yang meresapi
angkasa dan pikiran, intelek dan kami senantiasa ditandai oleh kebesaran dari Bhr,
Bhuva dan Sva)
6. Ganea pj Ganea adalah putra Sang Hyang iva sebagai Vighnevara, penangkal dan
penolak segala rintangan dan bencana. Pemujaan kepada Sang Hyang Ganea
dimaksudkan untuk memohon keselamatan setiap pacra Yaja dan aktivitas kehidupan.
O Vaktratunda mahkaya Srya koti sma prabha Nirvighnam kurume deva sarva
karyesu sarvada. (O Hyang Vidhi, kami memuja dalam wujud-Mu sebagai Ganea
yang belalainya panjang dan badannya besar, yang cahayanya bagaikan ribuan matahari,
yang melenyapkan segala bencana, semua karya dalam kesuksesan).
7. Agni Skta gveda I.1-9:(Agni sebagai purohita para Devata yang mewakili semua
Devata untuk menerima bhakti persembahan dari umat-Nya):
1. O Agnim le purohita/ yajasya devam tvijam/ hotra ratnadhtamam//
(Kami memuja Agni, Pandita Utama, Deva penyelenggara pacra Yaja, kami
memuja (Engkau), pemberi anugrah (kekayaan) utama.)
2. Agni prvebhir ibhir/ io nutanair uta/ sa devm eha vakati// (Agni, Engkau
dipuja oleh para mahi di masa yang silam dan kini, semoga Engkau
mendatangkan para Deva hadir di sini).
3. Agni rayim anavat/ poam eva dive-dive/ yaasa vravattamam// (Melalui
Agni, umat manusia memperoleh harta benda (dan) kebahagiaan setiap hari,
sangat mulia (dan) pahlawan yang agung).
4. Agne ya yajam adhvara/ vivta paribhr asi/ sa id deveu gacchati// (Oh
Agni, pemujaan dan persembahan yang ditujukan kepada-Mu dari setiap sisi,
(semuanya) itu sampai kepada para Deva).
5. Agnir hot kavikratu/ satyas citraravastama/ devo devebhir gamat// (Semoga
Agni, Pandita yang bijaksana, sangat cerdas, kebenaran dan kebijaksanaannya
yang maha agung datang bersama para Deva).
6. Yad aga due tvam/ Agne bhadra kariyasi/ tavet tat satyam Agira//
(Rakhmat apapun wahai Hyang Agni yang Engkau karuniakan kepada pemuja-
Mu, wahai Agira, itulah kebenaran-Mu.
7. Upa tvgne dive-dive/ dosvastar dhiy vayam/ namo bharanta emasi// (Kepada,
wahai Hyang Agni siang dan malam, yang menerangi kegelapan, kami datang
menghadap-Mu dengan kebaktian (yang mantap).
8. Rjantam adhvarnam/ gopam tasya ddivim/ vardhamnam sve dame// (Hyang
Agni pengatur persembahan, pengendali hukum abadi yang senantiasa bercahaya,
berkilauan di rumah kami).
9. Sa na pteva sunave/ Agne spyano bhava/ sacasva nah svastaye// (Wahai
Hyang Agni, mudahkanlah mendekati kami, seperti seorang ayah kepada anaknya.
Tinggallah bersama kami untuk kebahagiaan kami).

VI. Gyatri 108 kali

Gyatri mantram disebut mantram disebut Vedamt, ibu dari semua mantram Veda. Mantram ini
disebut juga dengan nama Savitr atau Savit mantram, merupakan Samanya yang dapat
diucapkan oleh siapa saja bila dilakukan dengan kesungguhan, akan tercapai permohonannya.

O Bhur Bhuva Sva Tat savitur vareyam bhargo devasya dhmahi dhyoyona pracodayat.
(O Tuhan Yang Maha Agung, kami bermeditasi kepada kemaha muliaan- Mu, Tuhan Maha
Pencipta yangmenciptakan segalanya, anugrahkanlah kecerdasan dan budhi pekerti yang luhur
kepada kami).

VII. Mahmtyujaya (21 kali)

Mantram ini memohon kemahakuasaan Sang Hyang iva sebagai Sang Hyang Rudra yang
melindungi dari berbagai bahaya dan menjauhkannya dari penderitaan: O Tryabhaka
yajamahe sugandhim puti vardhanam, urvrukam iva bandhann mtyor mukya mmtt (Ya
Tuhan Yang Maha Esa, kami memuja sebagai Sang Hyang iva Rudra yang menyebarkan
keharuman dan menganugrahkan makanan. Semoga Engkau melepaskan kami dari penderitaan
seperti buah mentimun (yang masak) dari batangnya, dari kematian dan bukan dari kekekalan).
gveda VII.59.12

VIII. Guru Pj

Dengan Guru Pj dimaksudkan kita memohon karunia dan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa
sebagai guru agung alam semesta, termasuk juga pemujaan kepada para guru atau maharsi yang
suci yang telah mencapai alam kedevataan, yang membimbing umat manusia; O Gurur
Brahma gurur Viu gurur devo maheara gurur sakat para Brahma Tasmai r gurave
namah. (Kami memuja Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru agung alam semesta, sebagai
Brahma, Visnu dan iva, hamba bersujud mohon karunia-Mu).
IX. Pthiv Skta

Pthiv adalah wujud Tuhan yang Maha Esa sebagai penguasa bumi. Ia digambarkan sebagai
seorang ibu yang penuh cinta kasih yang sejati memelihara semua mahluk di bumi ini dengan
menjadikan bumi seperti seorang ibu yang memberikan segalanya kepada putra-putinya yang
baik.

1. O tvamasyvapan jannmaditi kmadugh parathna. Yat ta nam tat ta prayati


prajpati prathamaj tasya - Wahai Ibu pertiwi Engkaulah yang memberikan
kesuburan dan selalu memenuhi keinginan umat manusia. Deva Prajpati akan
melengkapi bilamana ada yang kurang untuk ibu pertiwi. Atharvaveda XII.1.61.
2. Upasthste anamv ayaksm asmabhaya santu pthiv prast. Drgha na ya
pratibudhyamn vaya tubhya balihta syma Ya Tuhan Yang Maha Esa! Kami
tidur (istirahat) dipelukan ibu pertiwi dan berikanlah karunia supaya kami hidup tanpa
penyakit apapun, dan mendapatkan kehidupan yang panjang, kami akan selalu memuja-
Mu dengan sepenuh hati. Atharvaveda XII.1.62.
3. Bhme mtarnidhehi m bhadray supratithitam. Samvi dn div kave ry
m dhehi bhtaum - Wahai Ibu Pertiwi lindungilah kami dan berikanlah karunia-Mu
supaya kita hidup dalam kedamaian. Oh Ibu Pertiwi, tetapkanlah kami dalam kekayaan
dan kebahagiaan. Atharvaveda XII.1.63

XI. Purua Skta (Yaja Tuhan Yang Maha Esa )

Tuhan Yang Maha Esa ketika menciptakan alam semesta beserta segala isinya menjadikan Diri-
Nya sendiri sebagai Yaja, oleh karena itu umat manusia masti ikut memutar Cakra Yaja dengan
jalan melaksanakan Yaja tiada hentinya dalam rangka Tri a, hutang jasa kepada-Nya dan
ciptaan-Nya.

1. O Sahasrar purua sahasrka sahasrapt, sa bhmim vivto vtvaty atithad


dagulam.(Purua berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, memenuhi dunia,
pada semua arah, mengisi angkasa selebar sepuluh jari).
2. Purua eveda sarva yad bhtam yac ca bhavyamutmritatvasyeano yad
annentirohati.(Sesungguhnya Purua adalah semua ini semua yang ada sekarang dan
yang akan datang, ia adalah raja keabadian yang terus membesar dengan makanan).
3. Etvn asya mahimto jyymas ca purua padosya viv bhtni tripd asyamta
divi.(Demikian hebat kebenarannya. Dan Purua bahkan lebih besar dari ini. Semua
wujud ini adalah seperempat dari dirinya. Tiga perempat lagi adalah keabadian ada di
sorga).
4. Tripd rdhva ud ait Purua pdo syehabhavat puna,tato vian vya krmat
sannaane abhi.(Tiga perempat sari Purua pergi membubung jauh.Seperempat lagi
lagi berada di dunia ini yang berproses terus menerus berselang-seling dalam berbagai
wujud yang bernyawa dan yang tidak bernyawa).
5. Tasmd virj ajyata virjo adhi purua, sa jto aty aricyata pacad bhmi atho
pura.(Dari dia Virj kahir dan dari Viraj kembali. Segera setelah ia lahir ia mengembang
ke timur mengembang kebarat mengatasi dunia).
6. Yat puruea havi devyajam atanvata, vasanto asysid jyam grma idhma arad
dhavi.(Ketika para sewa mengadakan pacra kurban dengan Purusa sebagai
persembahan, maka minyaknya adalah musim semi, kayu bakarnya adalah musim panas
dan sajian persembahannya adalam musim gugur).
7. Ta yajam barhii prauksan purua jtam agrata, tena dev ayajanta sdhya ayas
ca ye. (Mereka mengorbankan sebagian korban pada rumput Purusa yang lahir pada awal
penjadian. Pada dia para Deva dan semua sadhyas dan para i mempersembahkan
kurban).
8. Tasmd yajt sarvahuta sambhta psadjyampasn tm cakre vyavyn aranyn
grmy ca ye.(Dari korban itu , yang padanya universal di persembahkan keluarlah dadih
dan mentega yang sudah bercampur.Kemudian ia jadikan binatang-binatang yang padanya
Vyu berbeda. Baik binatang buas maupun binatang jinak).
9. Tasmd yajt sarvahuta ca smni jajire, chandnsi jajire tasmd yajus tasmd
ajyata.(Dari korban itu, yang padanya universal dipersembahkan, ca dan nyanyian
Sma lahir. Dari dia lahirnya metrik. Dari dia lahirnya Yajus).
10. Tasmd ava ajyanta yeke chobayadata, gavo ha yajire tasmt tasmj jta ajvaya.
(Dari dia lahirlah kuda dan binatang apa saja yang mempunyai gigi dua baris. Sapi lahir
dari dia. Dari dialah lahirnya kambing dan biri-biri).
11. Yat purua vyadadhu katidh vyakalpayan mukha kim asya kau bh k r pd
ucyete.(Ketika meraka menjadikan Purusa korban,menjadi berapa bagiankah mereka bagi
dia ? Dan apakah mereka sebut paha kakinya ?)
12. Brhmanosya mukham sd bh rjanyah kta, r tad asya yad vaiya pdbhyam
dro ajyata.(Mulutnya menjadi Brhmana, lengannya menjadi Rjanya,pahanya
menjadi Vaiya, Sudra lahir dari kakinya.
13. Candram manaso jts cako sryo ajyata, mukhd Indracgnica prnd vyur
ajyata.(Bulan lahir dari pikirannya, matahari dari matanya,Indra dan Agni lahir dari
mulutnya, Vyu dari nafasnya).
14. Nbhy sd antarika iro dyau sam avartata, pdbhym bhmir disahrotrat tath
lokn akalpayan.(Dari pusarnya cakrawala ini lahir, dari kepalanya lahir langit, dari
kakinya lahir dari bumi, dari telinganya lahir keempat penjuru mata angin, demikianlah
mereka membentuk dunia ini).
15. Saptsysan paridhayas tri sapta samidha kt dev yad yaja tanvn abadhnam
purua paum.(Tujuh pagar kelilingnya pacra korban itu, tiga kali enam potong kayu
bakar sisiapkan, ketika para Deva mempersembahkan pacra itu yang mengikut Purusa
sebagai kurban).
16. Yajena yajam ajyanta devs tni dharmni prathammy san,te ha nkam
mahimna sacanta yatra prve sdhya nti dev.(Deva-Deva dengan mengandalkan
pacra korban memuja (dia yang juga) pacra korban. Mereka yang agung mencapai
sorga yang mulia tempat para Sadhyas, Deva-Deva jaman dahulu). Rgveda X.90.1-16
XII. Nasadiya Sukta ( proses kejadian alam semesta )

1. Nasad sn no sad st tadan nsd rjo no vyo paro yat, kim avarva kuha kasya
arman nambha kim sd gahana gabhram.(Pada waktu itu dia tidak ada yang bukan
ada maupun yangh ada. Waktu itu tidak ada dunia,tidak ada langit pun pula tidak ada yang
di atas itu. Apakah yang menutupi dan dimana ? Airkah di sana, air yang tak terduga
dalamnya).
2. Na mtyur sd amta na na tarhi na rtrya ahna st praketa, and avta svadhay
tad eka tasmd dhnyan na para ki cansa.(Waktu itu tidak ada kematian, pun pula
tidak ada kehidupan. Tidak ada tanda yang menandakan siang dan malam. Yang Esa
bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas menurut kekuatanya sendiri.
Di luar Dia tidak apapun juga).
3. Tama st tamas glham agre praketa salilasarvam ida tuchyenbhv apihita
yad sd tapasas tan mahina jyataikam.(Pada mula pertama kegelapan di tutupi oleh
kegelapan. Semua yang ada ini adalah keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada
waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tenaga panad yang luar
biasa lahirlah kesatuan yang kosong).
4. Kmas tad agre sam avartatadhi manaso reta prathamayad st sato bandhum ast
nir avindan hdi praty kavayo mani.(Pada awal mulanya, setelah itu, timbullah
keinginan. Yang merupakan benih awal dan benih semangat.Para Rsi setelah meditasi
dalam hatinyamenemukan dengan kearifannya hubungan antara yang ada dan yang bukan
ada).
5. Tiracno vitato ramir em adha svid sd upari svid st, rethod san mahimna
san svadh avastat prayati parastt.(Sinarnya terentang ke luar, apakah ia melintang,
apakah ia di bawah atau diatas. Beberapa menjadi pencurah benih, yang lain amt hebat.
Makanan adalah benih rendah, pemakan adalah benih unggul).
6. Ko addh veda ka iha pra vocat kuta jt kuta iya viti,arvg dev asya
viarjanenth ko veda yata babhva.(Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui ?
Siapakah di dunia ini dapat menerangkannya ?Dari manakah penjadian ini, dari manakah
timbulnya ?Deva-Deva ada setelah penjadian ini, kemudian siapakah yang tahu, dari
manakah ia muncul).
7. Iya virtir yata babhuva yadi vdadhe yadi v na, yo asydhyaka parame vyOan
so ga veda yadi v na veda. (Dia, yang dari padanya penjadian timbul yang
membentuknya atau mungkin pula tidak. Dia yang mengawasi alam ini berada di langit
yang tertinggi, sesungguhnya ia mengetahui atau barang kali tidak.mengetahui). gveda
X.129.1-7

XIII. ntiprakaranam
Mantram untuk memohon kerahayuan jagat beserta semua mahluk hidup di dalamnya.

1. O sana soo bhavatu bahma sam nah sa no gravana samu santu yajah.Sa
na svarunam mitayo bhavantu sa na prasvah savastu vedih. (Soa rasa (amta)
yang digunakan dalam Yaja memberikan damai kepada kami, mantra-mantra dari veda
memberikan damai kepada kami, alat-alat untuk mendapatkan soarasa memberikan
damai, Yaja memberikan kedamaian kepada kami, stupa untuk Yaja memberikan damai
kepada kami. Usada memberikan damai kepada kami, dan tempat Yaja (vedi)
memberikan damai kepada kami. gveda VII.35.7
2. O sa no vta pavata sa nastapatu Srya. Sa na kanikradad deva
parjanyoabhi vrsatu. (Ya Tuhan Yang Maha Esa, semogalah udara yang berhembus
memberikan kedamaian kepada kami, surya bersinar untuk kedamaian kami, awan dengan
suaranya menurunkan hujan menimbulkan kesuburan pada tumbuh-tumbuhan untuk
kedamaian kami). Yajurveda XXXVI.1.10
3. O agne naya supath raye asmn vivni deva vayunni vidvan.Yuyodhy asmaj
juhurnam eno bhuyistham te nama uktim vidhema. (Ya Tuhan Yang Maha Esa dalam
wujud-Mu sebagai Agni ! Yang maha bijaksana, tunjukkanlah jalan yang benar dan untuk
mencari kebahagiaan dan kekayaan, kita akan menjalani utama karma agar supaya kita
dijauhi dari papakarma (perbuatan yang penuh dengan papa). Untuk itu kita dengan penuh
sujud dan selalu memuja dan mendapatkan ananda). gveda I.189.1.
4. O prajpate na nadetanyanyo viv jatani parita babhuva.Yatkmaste juhumastanno
astu vyam syma patayo patayo rayinam. (Ya Tuhan Yang Maha Esa sebagai Prajpati !
Tiada selain-Mu yang berada dimana-mana di dunia ini. Apapun keinginan kami dan
untuk memenuhi keinginan tersebut, kami datang kepada-Mu. Penuhilah semua keinginan
kami supaya semua terwujud dan kami menjadi kaya raya di dunia ini). gveda X.121.10
5. O svasti na indro vddharava svasti na pua vivveda.Svasti nastar kyo
aristanemi svasti no bhaspati dadhatu. Deva indra ! Maha besar tersebar dimana-mana
berikanlah kebahagiaan kepada kami, Wahai Deva yang maha tahu, peliharalah dunia,
berikanlah kebahagiaan kepada kami. Jalinkanlah tali rasa-mu yang tidak pernah putus
dan melalui karunia-mu seseorang bisa melewati dunia ini dan mencapai tujuan akhir,
berikanlah kebahagiaan. He pelindung yang maha besar berikanlah kebahagiaan kami.
gveda I.89.6
6. O taccakur devahita purastacchukramuccarat.Payema arada ata jvema
arada ata ranuyma arada ata pra bravama arada atamadinah syma
arada ata bhyaca arada att.(Tuhan Yang Maha Esa adalah saksi seluruh u,at
manusia dan maha karunianya bagi para sarjana. Beliaulah yang pertama sebagai cahaya
(teja). Untuk itu agar kami dapat melihat beliau seratus tahun, kami dapat hidup seratus
tahun, mendengar seratus tahun, untuk itu keagungan tuhan dapat kami ceritakan seratus
tahun dan kami bisa hidup seratus tahun dengan kebebasan, dan kemudian kita hidup
lebih dari seratus tahun).
7. O bhadra karnebhi nuyma deva bhadra payemkabhir yajatra.Sthirair
angaitustuvmsas tanbhirvyasemahidevahitam yad yuh. (Ya Tuhan Yang Maha Esa!
Anugrahkanlah karunia-Mu supaya kami mendengar yang baik dari telinga kami, melihat
selalu yang baik dari mata kami, berikanlah kekuatan badan yang sehat supaya kami
selalu memujamu dan sesuai dengan karma kami mendapatkan hidup yang lengkap dan
tidak meninggal sebelum waktunya). gveda I.89.10
8. O sa no dyavapthiv prvahutau sam antarikam daye no astu.Sa na
osadhirvanino bhavantu sa no rjaspatirastu jinu.(Ya Tuhan Yang Maha Esa! Pagi-
pagi setelah bangun kami selalu memohon supaya Dyuloka dan Prithiviloka memberikan
kedamaian kepada kami, demikian juga pada waktu setelah bangun, kita mlihat
antariksaloka, dan memohon supaya antariksaloka memberikan damai kepada kami.
Usada memberikan damai kepada kami. Ya Tuhan Yang Maha Besar rajanya dunia yang
selalu jaya anugrahkanlah kebahagiaan kepada kami). gveda VII.35.5

XIV. Abhaya dan ivasakalpa

Mantram ini mendorong umat-Nya senantiasa tegar dalam menghadapi berbagai cobaan, tidak
ada rasa takut atau khawatir dan hidup dalam ketenangan.

1. O Abhaya mitrd abhayam amitrd abhayam jtd ajtd abhaya puroya.


abhaya nakta abhayam divana sarva s mama mitram bhavatu (Ya Tuhan Yang
Mahakuasa ! Semoga saya tidak takut kepada kawan-lawan, dan tidak takut kepada yang
tidak dikenal, semoga malam dan siang hari kami tanpa takut. Semoga semua arah
memberikan sahabat kepada kami). gveda IX.15.6
2. O yajjgrato dramudaiti daiva tadu suptasya tathaivaiti. Dra gama jyotism
jyotireka tanme mana ivasakalpamastu. Pikiran yang dengan kekuatan dengan
kesadaran pada saat sedang bergadang (Jagratah) pergi jauh kemana-mana (Duramdaiti),
demikian juga pada waktu tidur (Tatu Suptasya) pergi (berjalan) kemana-mana (Tatha Eva
Eti). Pikiran yang demikian (Tat) yang pergi kemana-mana (Duram Gamam) dan paling
bercahaya atau bersinar dalam semua cahaya (Jyotisam Jyoti) adalah hanya satu, yaitu
pikiran (Ekam), dengan demikian He Tuhan pikiran seperti itu (Tat Memana) menjadi
baik, damai dan memiliki pikiran yang baik (ivaskalpamastu). Yajurveda XXXIV.1

XV. nti mantra

Setiap mengakhiri suatu kegiatan keagamaan hendaknya ditutup dengan permohonan kedamaian
seperti diamanatkan dalam nti mantram berikut:

1. O Dyau ntir antarika nti pthiv ntir pa ntir oadhaya nti


vanaspataya ntir vive deva ntir brahma nti sarva nti ntir eva nti s
m ntir edhi (Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, anugerahkamlah kedamain di langit, damai
di angkasa, damai di bumi, damai di air, dami pada tumbuh-tumbuhan, damai pada
pepohonan, dami bagi par Devata, damilah Brahma, damilah alam semesta. Semogalah
kedamian senantiasadatang pada kami). Yayurveda XXXVI.17.
2. O sarve bhavantu sukhina sarve ntu niramaya sarve bhadrni payantu m kacid
dukha bhg bhavet (Ya Hyang Widhi, semoga semuanya memperleh kebahagiaan,
semoga semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebajikan
dan saling pengertian dan semoga semuanya terbatas dari penderitaan).

G. Penutup

Demikian keutamaan pacra Hoa Yaja/Agnihotra menurut kitab suci Veda, sudah tentu
banyak hal yang mesti perlu dilakukan penelitian dan pengkajian kembali terhadap sumber-
sumber yang ada baik dalam bahasa Sanskerta maupun Jawa Kuno. Semoga kata pengantar ini
bermanfaat dalam rangka penyempurnaan tulisan ini dan semua pikiran yang baik dari segala
penjuru.

O nti nti nti O

Anda mungkin juga menyukai