Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Latar Belakang
Geologi, berasal dari 2 kata yaitu geos = bumi dan logos = ilmu. geologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang isi bumi. proses pembangunan dan kebencanaan tidak dapat lepas
dari kata bumi karena pembangunan dan kebencanaan sendiri terjadi diatas bumi. sebagai
contoh kebencanaan di Indonesia. secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan
tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia dibagian selatan, Lempeng Eurasia
dibagian utara dan Lempeng Pasifit dibagian Timur. Ketiga lempengen tersebut bergerak dan
saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng
Eurasia dan menimulkan gempa bumi, jalur gunung api dan sesar atau patahan (BNPB,
2011). Dengan kondisi ini wilayah Indonesia memiliki ancaman yang memungkinkan potensi
kerawanan terjadinya bencana geologi.
Sebagai contoh pembangunan di Indonesia, ilmu geologi khususnya geologi teknik
dapat berperan sebagai penentu suatu proses pembangunan infrastruktur khususnya pada
tahap perencanaan. Seorang geologist dapat menentukan apakah suatu lahan memenuhi
kriteria agar dapat dikatakan aman sehingga suatu proses pembangunan infrastruktur dapat
berjalan dengan lancar dan infrastruktur tersebut aman digunakan dalam jangka waktu lama
Dari contoh diatas maka seorang geologist sangat berperan dalam penanggulangan
bahkan pencegahan suatu bencana geologi terjadi, selain itu seorang geologist juga berperan
penting dalam pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur yang nantinya
berdampak pada pembangunan ekonomi dan sosial

1. 2 Data

Berikut contoh yang penulis ambil

PERANAN AHLI GEOLOGI DI NUSA TENGGARA BARAT


DALAM MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Dari hasil pengamatan beberapa kejadian bencana alam geologi di wilayah Nusa Tenggara
Barat, baik yang diperoleh langsung di lapangan maupun dari catatan sejarah (laporan),
umumnya bencana alam gempabumi selalu diikuti dengan gerakantanah dan banjir. Demikian
pula letusan gunungapi umumnya selalu diikuti dengan bencana banjir, adakalanya disertai
dengan gerakantanah. Berikut ini adalah beberapa catatan bencana alam geologi berupa
gempabumi, letusan gunungapi dan gerakantanah, sebagian disertai banjir yang paling
menonjol di wilayah Nusa Tenggara Barat.

GEMPABUMI, TSUNAMI, GERAKAN TANAH DAN BANJIR

Kejadian Gempabumi di wilayah Nusa Tenggara Barat telah menimbulkan korban


jiwa dan kerusakan harta benda cukup besar, umumnya apabila gempabumi disertai tsunami
(gelombang pasang) yang kemudian diikuti dengan gerakantanah dan banjir. Gempabumi
tersebut diantaranya adalah :
a. Gempabumi disertai Tsunami Lunyuk Sumbawa, pada 17 Agustus 1977 dengan
epicentrum 11,1O LS, 119,0O BT, magnitude 7 Skala Richter, kedalaman 33 km, bencana
yang ditimbulkan 107 orang tewas, 54 orang hilang, 440 rumah hancur, 467 perahu
hilang/rusak, 10 sekolah dan rumah guru ambruk.
b. Gempabumi Lombok, 30 Mei 1979 dengan epicentrum 8,207O LS dan 115,549O BT
(pantai Tanjung), magnitude 6,5 skala Richter, kedalaman 25 km, dan juga mengakibatkan
tanah longsor telah menimbulkan korban jiwa 28 orang meninggal, 29 orang lukaberat dan 50
orang luka ringan. Kerusakan fisik berupa sarana peribadatan 295 buah rusak berat dan 203
rusak ringan, sarana pendidikan 88 rusak berat dan 109 rusak ringan, sarana kesehatan 6
rusak berat dan 6 rusak ringan, sarana perekonomian 111 rusak berat dan 5 rusak ringan,
sarana pemerintahan 49 rusak berat dan 24 rusak ringan, rumah 3977 rusak berat dan 5868
rusak ringan
c. Gempabumi Dompu, 23 Januari 2003 terjadi pukul 08.08 Wita dengan episentrum 8,2
LS & 118,57 BT pada kedalaman 33 km, dengan magnitute 5 SR atau V-VI skala MMI.
Korban dan kerusakan berupa 2 org luka berat, 504 bangunan rusak meliputi: rumah
penduduk, puskesmas & fasilitas pendidikan, 1.977 warga kehilangan tempat tinggal di desa
Daha & Huu, Kecamatan Huu, Kabupaten Dompu. Gempa terasa V-VI MMI di Dompu.
Pusat gempa di laut Flores, 40 km utara Bima (Gambar 10), sarana perekonomian sekitar
111 rusak berat dan 5 rusak ringan.
d. Gempabumi Lombok, 2 Januari 2004 terjadi pada pukul: 03: 59: 30,02 WIB,
Magnitude : 5,4 SR (USGS, USA). Kedalaman : 33 Km pusat gempabumi (epicenter) :
8,4o LS dan 115,95o BT. Pusat gempabumi berkemungkinan pada sistem sesar naik busur
belakang (Flores) di wilayah utara Nusatenggara.. Kerusakan di Pulau Lombok (kota
Mataram, Kecamatan Sikur, Montong Gading, Pemenang, Sekotong, Selagalas,
Cakranegara, dan Kecamatan Batukliang), berupa 32 orang luka-luka, 2.224 rumah
penduduk rusak, 24 masjid dan musholla rusak, 7 sekolah dan 1 tempat Pendidikan Al Quran
(TPA) rusak, 9 rumah guru rusak. (Gambar 12).
e. Gempabumi Sumbawa dan Bima terjadi pada bulan Juni dan Juli 2009 pada posisi
7,74o LS - 117,23o BT (14 Juni 2009); 10,9o LS - 117,66o BT (9 Juli 2009) dan 8,93o LS
117,75o BT (20 Juli 2009) berkekuatan 5,4 5,7 SR dengan kedalaman pusat gempa antara
40 21 km, sejauh ini kerusakan yang dilaporkan terjadi di Desa Labangka, 13 rumah
penduduk rusak, dan 3 diantaranya tidak bias dihuni (Gambar 1) dan gempa-gempa tersebut
tidak meinbulkan korban jiwa.

Letusan Gunungapi dan Banjir

Gunungapi aktif tipe A di wilayah Nusa Tenggara Barat berjumlah sekitar 3 buah yang
termasuk dalam Kumpulan Sunda, terdapat di Pulau Lombok dan Sumbawa. Masing-masing
gunung tersebut sebagai berikut :
G. Rinjani (+3726 m) merupakan gunungapi tertinggi kedua di Indonesia setelah G.
Kerinci (+3800m) di Sumatera, dan Gunung Barujari yang muncul dari kawah lamanya .
G. Tambora merupakan gunungapi paling banyak menelan korban di Indonesia, bahkan di
dunia (lk 92.000 jiwa) akibat letusannya tahun 1815, sehingga membentuk kaldera
berdiameter 7 km dengan kedalaman 1 km dan abunya telah mempengaruhi perubahan
global pada iklim.
Gunung Sangeang Api adalah gunungapi aktif tipe strato yang terletak di P.
Sangeang. Sifat erupsinya adalah eksplosif dan ada juga kombinasi eksplosif dengan efusif
yang dicirikan oleh pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava,

Berikut adalah letusan gunungapi yang diserati banjir yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara
Barat, diantaranya adalah :
Letusan Sangeangapi sejak tahun tahun 1953, 1985 dan 1997 (Gambar.1) telah
menghasilkan aliran lava, awan panas, jatuhan piroklastika dan banjir lahar, sehingga
menyebabkan beberapa kali pengungsian seluruh penduduk dari Sangeang Pulau ke
Sangeang Darat. Pada tahun 2009 aktivitas vulkanik pada gunung ini mulai aktif kembali
sejak tanggal 2 Juni 2009, dimana dari pantauan visual tampak hembusan asap putih dengan
ketinggian maksimum 15 m dari bibir kawah
Letusan G. Barujari tahun 1944, 1966 dan pada Juni 1994 (Gambar.2) telah menghasilkan
aliran lava, endapan piroklastika dan banjir lahar. Akibat letusan terakhir ini, endapan abunya
telah telah menyebabkan banjir lahar yang memakan korban 37 orang meninggal, kerusakan
bangunan/rumah, sawah dan pendangkalan saluran irigasi. Di samping itu puluhan jadwal
penerbangan internasional dari dan ke Denpasar tertunda, karena lemparan abu hasil letusan
G. Barujari cukup tinggi.
Setelah periode 1994, sampai saat ini Gunung Barujari telah mengalamai 2 kali letusan yaitu
pada tahun 2004 dan Mei 2009. Letusan pada periode 2009 (Gambar.3) menghasilkan
material berupa debu, pasir, lava dan batu pijar yang jatuh/terendapkan disekitar kawah.
Jatuhan abu juga dapat tersebar di sekeliling G. Rinjani tergantung pada arah angin. Apabila
letusannya membesar ancaman bahaya akan terjadi di bagian utara G. Rinjani, terutama di
daerah aliran Sungai Kokok Putih yang berhulu di area bukaan kawah. Apabila terjadi
limpahan air Danau Segara Anak, akibat letusan, maka dapat menyebabkan banjir bandang di
Sungai Kokok Putih.

Banjir Bandang dan Gerakantanah

Selama kurun waktu 30 tahun, di wilayah Nusa Tenggara Barat telah terjadi beberapa kali
gerakantanah dan banjir yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Lokasi
kejadian tanah longsor dan banjir tersebut diantaranya :
Dusun Cerorong, Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah tahun 1994, terjadi
longsoran yang membentuk lembah yang luas dan dalam (>30 m), berjarak sekitar 40 meter
dari pemukiman, jalan dan sekolah yang sekarang telah direlokasi ke tempat baru. Pada tahun
yang sama di Dusun Berora Kecamatan Gerung Lombok Barat, juga terjadi longsor yang
merenggut korban jiwa 4 orang dan kerusakan pada rumah penduduk.
Gunung Pusuk, Kecamatan Aikmel (tahun 1997) terjadi longsoran yang menyebabkan
putusnya jalan pintas antara Aikmel dengan Desa Sembalun yang menyebabkan korban jiwa.
Pada tahun yang sama di Dusun Batubolong, Kecamtan Gunung Sari Lombok Barat, terjadi
longsoran yang menyebabkan retakan dan bergeraknya tanah secara perlahan-lahan seluas
20.000 m2, dan diungsikannya penduduk sebanyak 11 KK.
Dusun Manggala Kabupaten Lombok Barat, pada bulan Januari 1999 terjadi longsoran
yang menyebabkan rumah tertimbun lumpur dan gelundungan batu dengan diameter sampai
1 m, sehingga penduduk diungsikan.
Jalan trans Sumbawa Besar Lunyuk pada km 67- km 86 longsoran terjadi hampir tiap
tahun di musim penghujan dan pernah mengakibatkan terisolirnya Kota Kecammatan
Lunyuk, karena terputusnya jalan.
Dusun Niu Kecamatan Rasanae Kabupaten Bima (tahun 2000) terjdi longsoran seluas
18.900 m2 menyebabkan kerusakan pada ladang dan pekuburan penduduk.
Dusun Terong Tawah, Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2001,
terjadi amblesan yang mengakibatkan amblesnya rumah penduduk akibat adanya aliran air
tanah yang mengerus dan membentuk rongga di bawah tanah.
Dusun Kerujuk, Kecamatan Pemenang Barat, Kabupaten Lombok barat tahun 2002 terjadi
longsoran yang menyebabkan terkuburnya ladang, 7 buah rumah penduduk serta hewan
piaraan, diakibatkan perubahan fungsi lahan.
Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok
utara, Kota mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat pada bulan Januari 2009, terjadi banjir
bandang dan tanah longsor yang mengakibatkan kerusakan jalan, perumahan penduduk, lahan
pertanian dan korban jiwa. Banjir ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, jenis litologi
dan perubahan tata lahan dari hutan menjadi fungsi lahan lainnya seperti ladang, kebun atau
pemukiman sehingga lahan menjadi kritis.
Mambalan dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat April
2009. Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan, material longsoran
berupa aliran lumpur dan batuan piroklastik (tras batuapung). Longsoran terjadi pada tebing
sungai di bagian hulu dan lereng perbukitan yang banyak dimanfaatkan sebagai lokasi
pemukiman. Disamping itu juga terjadi banjir akibat volume air hujan yang berlebihan dan
pemampatan material longsor pada bagian hulu sungai sehingga sungai tidak mampu
menampung air sehingga melimpah kebagian samping sungai mencapai 1050 m.

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Untuk mengatisipasi bencana alam beraspek geologi tersebut, para ahli geologi diwilayah
Bali-Nusa Tenggara yang tergabung dalam IAGI Pengda Nusa Tenggara telah melakukan
berbagai upaya penanggulangan berupa mitigasi, kewaspadaan dan penyuluhan yang
dilakukan sebelum terjadinya bencana. Sedangkan penyelidikan adakalanya
disertai penyuluhan dilakukan pada saat setelah terjadinya bencana. Dalam melakukan
upaya penyelidikan, para ahli geologi di lapangan bekerjasama dengan para ahli dari berbagai
disiplin ilmu terkait untuk membuat suatu rekomendasi sebagai langkah-langkah
penanggulangan. Penjelasan mengenai kegiatan penanggulangan tersebut adalah sebagai
berikut :
Mitigasi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian
atau seluruh bencana yang terjadi, diantaranya berupa menyiapkan peta rawan bencana
gunungapi, gempabumi , gerakantanah dan pembangunan pos pengamat gunungapi,
gempabumi dan gerakantanah.
Kewaspadaan adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan
memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, diantaranya berupa kegiatan
pemantauan, penyuluhan dan pelatihan, gawar dini dan penyebaran informasi.
Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil pemantauan di lokasi kejadian berupa penyelidikan
geologi yang meliputi penyebab terjadinya bencana dan memprediksi kemungkinan
terjadinya bencana susulan serta langkah-langkah yang harus dilakukan.
Penyuluhan dan Pelatihan adalah kegiatan yang dapat dilakukan langsung di lokasi pada
saat setelah terjadinya bencana atau secara periodik di wilayah-wilayah yang berpotensi
bencana alam beraspek geologi. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan/keterampilan masyarakat dan Aparat setempat, dalam menghadapi terjadinya
bencana agar mampu melakukan pencegahan dan mitigasi serta penanganan bencananya.

Berdasarkan beberapa pengalaman, bencana alam geologi berupa gempabumi dan letusan
gunungapi umumnya sering diikuti oleh jenis bencana alam lainnya seperti
tsunami, gerakantanah dan banjir. Sehingga untuk membuat rekomendasi
penanggulangannya, harus bersifat konperhensif dan disesuaikan dengan kondisi potensi
bencana alam geologi setempat.

Berikut adalah beberapa upaya penanggulangan bencana alam geologi yang umum harus
dilakukan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gempabumi
Penyusun peta zona rawan gempabumi beserta ikutannya seperti tsunami dan tanah longsor,
penyusunan persyaratan pembanguan, gedung/ bangunan bekerjasama dengan pihak terkait,
pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan gempa, penyelidikan di lokasi kejadian bencana
alam gempabumi dan penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Letusan Gunungapi
Mengadakan sosialisasi Peta Daerah Bahaya Gunungapi (Rawan Bencana Gunungapi),
Pemantauan/monitoring gunungapi secara visual, seismik, petrokimia, kimia, kemagnetan,
deformasi muka bumi, tahanan jenis dan statistik, Penyelidikan di lokasi kejadian letusan
gunungapi dan Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gerakantanah
Penyusunan Peta Zona rawan gerakan tanah, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan
gerakantanah, Penyelidikan di lokasi terjadinya gerakantanah dan Penyiapan penduduk
melalui penyuluhan dan pelatihan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Banjir
Penyusunan peta Zona rawan banjir, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi banjir, Pembuatan
bangunan penanggulangan banjir, Penyelidikan di lokasi kejadian bencana alam banjir dan
Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.

Kusnadi, Radyus Ramli Hindarman dkk. 2012. PERANAN AHLI GEOLOGI DI NUSA
TENGGARA BARAT DALAM MITIGASI BENCANA GEOLOGI. IAGI NUSRA,
Mataram, Indonesia.

2.2 Latar Belakang

Bumi terdiri dari bentuk relief yang berbeda-beda begitu pula dengan
karakteristiknya. Hal ini terjadi adanya dua tenaga yang mempengaruhi bumi yaitu tenaga
eksogen dan tenaga endogen. Adanya perbedaan relief dan adanya tenaga yang bekerja pada
bumi maka munculah resiko terjadinya bencana. Bencana alam adalah peristiwa yang ada di
bumi dan dianggap merusak baik berupa materiil dan non materiil

Masalah kebencanaan harus ditangani secara serius mengingat posisi geologi


Indonesia berada di zona subduksi lempeng dan jalur gunung api yang berarti Indonesia dapat
di landa bencana gempa bumi dan gunung meletus kapan saja. Maka dalam tulisannya,
BPNB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) membangun sistem nasional
penganggulangan bencana

1.2 Data

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk berdasarkan Perpres 8/2008


pada tanggal 26 Januari 2008. Pembentukan BNPB ini merupakan amanat dari UU 24/2007.

Visi BNPB : Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana


Misi BNPB:

1. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko.

2. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal.

3. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinir dan


menyeluruh.

Tugas Pokok BNPB:

1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang


mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi
secara adil dan setara;

2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana


berdasarkan peraturan perundang-undangan;

3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;

4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan


sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan


internasional;

6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara;

7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Fungsi BNPB:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi


dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien;
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, dan menyeluruh.

Kebijakan dan Strategi BNPB:

1. Penanggulangan bencana dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi dengan


melibatkan seluruh potensi pemerintah, swasta dan masyarakat termasuk media pada tahap
pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Kelembagaan Penanggulangan Bencana di
Indonesia Djuni Pristiyanto, MPBI 17 Juni 2009 4

2. Mengutamakan pengurangan risiko bencana, dengan tetap melakukan penanganan darurat


yang cepat dan tepat.

3. Mendukung dan mengembangakan voluntarisme yang mempunyai kapasitas dalam


menghadapi bencana.

Sistem nasional BPNB mencakup beberapa aspek :

Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara lain
Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan
daerah. (Lebih detail lihat Produk Hukum).

Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat
pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk
memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat nasional,
terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha,
perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum
PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.

Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan internasional.
Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia dalam membangun manajemen
penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan
Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan
penganggaran yang signifikan khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana dalam pembangunan.

Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia:

a. Dana DIPA (APBN/APBD)


b. Dana Kontijensi
c. Dana On-call
d. Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
e. Dana yang bersumber dari masyarakat
f. Dana dukungan komunitas internasional

Pristiyant, Djuni. 2009. KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BECANA DI


INDONESIA. Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Kuliah Tektonika
    Tugas Kuliah Tektonika
    Dokumen15 halaman
    Tugas Kuliah Tektonika
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Dokumen1 halaman
    Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (1)
  • Pengertian Cleat Pada Batubara
    Pengertian Cleat Pada Batubara
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Cleat Pada Batubara
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Cekungan Sumatera Selatan
    Cekungan Sumatera Selatan
    Dokumen14 halaman
    Cekungan Sumatera Selatan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Poster
    Poster
    Dokumen1 halaman
    Poster
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Proses Dalam Petroleum Sistem
    Proses Dalam Petroleum Sistem
    Dokumen13 halaman
    Proses Dalam Petroleum Sistem
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Resume Kuliah Geologi Teknik
    Resume Kuliah Geologi Teknik
    Dokumen1 halaman
    Resume Kuliah Geologi Teknik
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Dokumen2 halaman
    Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Dokumen11 halaman
    Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Geokel Gerakan Air Laut
    Geokel Gerakan Air Laut
    Dokumen3 halaman
    Geokel Gerakan Air Laut
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Artikel Permasalahan Lingkungan
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Dokumen31 halaman
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (2)
  • Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Dokumen2 halaman
    Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Artikel Permasalahan Lingkungan
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Dokumen31 halaman
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (2)
  • Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat