1 Latar Belakang
Geologi, berasal dari 2 kata yaitu geos = bumi dan logos = ilmu. geologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang isi bumi. proses pembangunan dan kebencanaan tidak dapat lepas
dari kata bumi karena pembangunan dan kebencanaan sendiri terjadi diatas bumi. sebagai
contoh kebencanaan di Indonesia. secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan
tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia dibagian selatan, Lempeng Eurasia
dibagian utara dan Lempeng Pasifit dibagian Timur. Ketiga lempengen tersebut bergerak dan
saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng
Eurasia dan menimulkan gempa bumi, jalur gunung api dan sesar atau patahan (BNPB,
2011). Dengan kondisi ini wilayah Indonesia memiliki ancaman yang memungkinkan potensi
kerawanan terjadinya bencana geologi.
Sebagai contoh pembangunan di Indonesia, ilmu geologi khususnya geologi teknik
dapat berperan sebagai penentu suatu proses pembangunan infrastruktur khususnya pada
tahap perencanaan. Seorang geologist dapat menentukan apakah suatu lahan memenuhi
kriteria agar dapat dikatakan aman sehingga suatu proses pembangunan infrastruktur dapat
berjalan dengan lancar dan infrastruktur tersebut aman digunakan dalam jangka waktu lama
Dari contoh diatas maka seorang geologist sangat berperan dalam penanggulangan
bahkan pencegahan suatu bencana geologi terjadi, selain itu seorang geologist juga berperan
penting dalam pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur yang nantinya
berdampak pada pembangunan ekonomi dan sosial
1. 2 Data
Dari hasil pengamatan beberapa kejadian bencana alam geologi di wilayah Nusa Tenggara
Barat, baik yang diperoleh langsung di lapangan maupun dari catatan sejarah (laporan),
umumnya bencana alam gempabumi selalu diikuti dengan gerakantanah dan banjir. Demikian
pula letusan gunungapi umumnya selalu diikuti dengan bencana banjir, adakalanya disertai
dengan gerakantanah. Berikut ini adalah beberapa catatan bencana alam geologi berupa
gempabumi, letusan gunungapi dan gerakantanah, sebagian disertai banjir yang paling
menonjol di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Gunungapi aktif tipe A di wilayah Nusa Tenggara Barat berjumlah sekitar 3 buah yang
termasuk dalam Kumpulan Sunda, terdapat di Pulau Lombok dan Sumbawa. Masing-masing
gunung tersebut sebagai berikut :
G. Rinjani (+3726 m) merupakan gunungapi tertinggi kedua di Indonesia setelah G.
Kerinci (+3800m) di Sumatera, dan Gunung Barujari yang muncul dari kawah lamanya .
G. Tambora merupakan gunungapi paling banyak menelan korban di Indonesia, bahkan di
dunia (lk 92.000 jiwa) akibat letusannya tahun 1815, sehingga membentuk kaldera
berdiameter 7 km dengan kedalaman 1 km dan abunya telah mempengaruhi perubahan
global pada iklim.
Gunung Sangeang Api adalah gunungapi aktif tipe strato yang terletak di P.
Sangeang. Sifat erupsinya adalah eksplosif dan ada juga kombinasi eksplosif dengan efusif
yang dicirikan oleh pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava,
Berikut adalah letusan gunungapi yang diserati banjir yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara
Barat, diantaranya adalah :
Letusan Sangeangapi sejak tahun tahun 1953, 1985 dan 1997 (Gambar.1) telah
menghasilkan aliran lava, awan panas, jatuhan piroklastika dan banjir lahar, sehingga
menyebabkan beberapa kali pengungsian seluruh penduduk dari Sangeang Pulau ke
Sangeang Darat. Pada tahun 2009 aktivitas vulkanik pada gunung ini mulai aktif kembali
sejak tanggal 2 Juni 2009, dimana dari pantauan visual tampak hembusan asap putih dengan
ketinggian maksimum 15 m dari bibir kawah
Letusan G. Barujari tahun 1944, 1966 dan pada Juni 1994 (Gambar.2) telah menghasilkan
aliran lava, endapan piroklastika dan banjir lahar. Akibat letusan terakhir ini, endapan abunya
telah telah menyebabkan banjir lahar yang memakan korban 37 orang meninggal, kerusakan
bangunan/rumah, sawah dan pendangkalan saluran irigasi. Di samping itu puluhan jadwal
penerbangan internasional dari dan ke Denpasar tertunda, karena lemparan abu hasil letusan
G. Barujari cukup tinggi.
Setelah periode 1994, sampai saat ini Gunung Barujari telah mengalamai 2 kali letusan yaitu
pada tahun 2004 dan Mei 2009. Letusan pada periode 2009 (Gambar.3) menghasilkan
material berupa debu, pasir, lava dan batu pijar yang jatuh/terendapkan disekitar kawah.
Jatuhan abu juga dapat tersebar di sekeliling G. Rinjani tergantung pada arah angin. Apabila
letusannya membesar ancaman bahaya akan terjadi di bagian utara G. Rinjani, terutama di
daerah aliran Sungai Kokok Putih yang berhulu di area bukaan kawah. Apabila terjadi
limpahan air Danau Segara Anak, akibat letusan, maka dapat menyebabkan banjir bandang di
Sungai Kokok Putih.
Selama kurun waktu 30 tahun, di wilayah Nusa Tenggara Barat telah terjadi beberapa kali
gerakantanah dan banjir yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Lokasi
kejadian tanah longsor dan banjir tersebut diantaranya :
Dusun Cerorong, Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah tahun 1994, terjadi
longsoran yang membentuk lembah yang luas dan dalam (>30 m), berjarak sekitar 40 meter
dari pemukiman, jalan dan sekolah yang sekarang telah direlokasi ke tempat baru. Pada tahun
yang sama di Dusun Berora Kecamatan Gerung Lombok Barat, juga terjadi longsor yang
merenggut korban jiwa 4 orang dan kerusakan pada rumah penduduk.
Gunung Pusuk, Kecamatan Aikmel (tahun 1997) terjadi longsoran yang menyebabkan
putusnya jalan pintas antara Aikmel dengan Desa Sembalun yang menyebabkan korban jiwa.
Pada tahun yang sama di Dusun Batubolong, Kecamtan Gunung Sari Lombok Barat, terjadi
longsoran yang menyebabkan retakan dan bergeraknya tanah secara perlahan-lahan seluas
20.000 m2, dan diungsikannya penduduk sebanyak 11 KK.
Dusun Manggala Kabupaten Lombok Barat, pada bulan Januari 1999 terjadi longsoran
yang menyebabkan rumah tertimbun lumpur dan gelundungan batu dengan diameter sampai
1 m, sehingga penduduk diungsikan.
Jalan trans Sumbawa Besar Lunyuk pada km 67- km 86 longsoran terjadi hampir tiap
tahun di musim penghujan dan pernah mengakibatkan terisolirnya Kota Kecammatan
Lunyuk, karena terputusnya jalan.
Dusun Niu Kecamatan Rasanae Kabupaten Bima (tahun 2000) terjdi longsoran seluas
18.900 m2 menyebabkan kerusakan pada ladang dan pekuburan penduduk.
Dusun Terong Tawah, Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2001,
terjadi amblesan yang mengakibatkan amblesnya rumah penduduk akibat adanya aliran air
tanah yang mengerus dan membentuk rongga di bawah tanah.
Dusun Kerujuk, Kecamatan Pemenang Barat, Kabupaten Lombok barat tahun 2002 terjadi
longsoran yang menyebabkan terkuburnya ladang, 7 buah rumah penduduk serta hewan
piaraan, diakibatkan perubahan fungsi lahan.
Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok
utara, Kota mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat pada bulan Januari 2009, terjadi banjir
bandang dan tanah longsor yang mengakibatkan kerusakan jalan, perumahan penduduk, lahan
pertanian dan korban jiwa. Banjir ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, jenis litologi
dan perubahan tata lahan dari hutan menjadi fungsi lahan lainnya seperti ladang, kebun atau
pemukiman sehingga lahan menjadi kritis.
Mambalan dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat April
2009. Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan, material longsoran
berupa aliran lumpur dan batuan piroklastik (tras batuapung). Longsoran terjadi pada tebing
sungai di bagian hulu dan lereng perbukitan yang banyak dimanfaatkan sebagai lokasi
pemukiman. Disamping itu juga terjadi banjir akibat volume air hujan yang berlebihan dan
pemampatan material longsor pada bagian hulu sungai sehingga sungai tidak mampu
menampung air sehingga melimpah kebagian samping sungai mencapai 1050 m.
Untuk mengatisipasi bencana alam beraspek geologi tersebut, para ahli geologi diwilayah
Bali-Nusa Tenggara yang tergabung dalam IAGI Pengda Nusa Tenggara telah melakukan
berbagai upaya penanggulangan berupa mitigasi, kewaspadaan dan penyuluhan yang
dilakukan sebelum terjadinya bencana. Sedangkan penyelidikan adakalanya
disertai penyuluhan dilakukan pada saat setelah terjadinya bencana. Dalam melakukan
upaya penyelidikan, para ahli geologi di lapangan bekerjasama dengan para ahli dari berbagai
disiplin ilmu terkait untuk membuat suatu rekomendasi sebagai langkah-langkah
penanggulangan. Penjelasan mengenai kegiatan penanggulangan tersebut adalah sebagai
berikut :
Mitigasi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian
atau seluruh bencana yang terjadi, diantaranya berupa menyiapkan peta rawan bencana
gunungapi, gempabumi , gerakantanah dan pembangunan pos pengamat gunungapi,
gempabumi dan gerakantanah.
Kewaspadaan adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan
memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, diantaranya berupa kegiatan
pemantauan, penyuluhan dan pelatihan, gawar dini dan penyebaran informasi.
Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil pemantauan di lokasi kejadian berupa penyelidikan
geologi yang meliputi penyebab terjadinya bencana dan memprediksi kemungkinan
terjadinya bencana susulan serta langkah-langkah yang harus dilakukan.
Penyuluhan dan Pelatihan adalah kegiatan yang dapat dilakukan langsung di lokasi pada
saat setelah terjadinya bencana atau secara periodik di wilayah-wilayah yang berpotensi
bencana alam beraspek geologi. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan/keterampilan masyarakat dan Aparat setempat, dalam menghadapi terjadinya
bencana agar mampu melakukan pencegahan dan mitigasi serta penanganan bencananya.
Berdasarkan beberapa pengalaman, bencana alam geologi berupa gempabumi dan letusan
gunungapi umumnya sering diikuti oleh jenis bencana alam lainnya seperti
tsunami, gerakantanah dan banjir. Sehingga untuk membuat rekomendasi
penanggulangannya, harus bersifat konperhensif dan disesuaikan dengan kondisi potensi
bencana alam geologi setempat.
Berikut adalah beberapa upaya penanggulangan bencana alam geologi yang umum harus
dilakukan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gempabumi
Penyusun peta zona rawan gempabumi beserta ikutannya seperti tsunami dan tanah longsor,
penyusunan persyaratan pembanguan, gedung/ bangunan bekerjasama dengan pihak terkait,
pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan gempa, penyelidikan di lokasi kejadian bencana
alam gempabumi dan penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Letusan Gunungapi
Mengadakan sosialisasi Peta Daerah Bahaya Gunungapi (Rawan Bencana Gunungapi),
Pemantauan/monitoring gunungapi secara visual, seismik, petrokimia, kimia, kemagnetan,
deformasi muka bumi, tahanan jenis dan statistik, Penyelidikan di lokasi kejadian letusan
gunungapi dan Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gerakantanah
Penyusunan Peta Zona rawan gerakan tanah, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan
gerakantanah, Penyelidikan di lokasi terjadinya gerakantanah dan Penyiapan penduduk
melalui penyuluhan dan pelatihan.
Langkah Penanggulangan Bencana Alam Banjir
Penyusunan peta Zona rawan banjir, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi banjir, Pembuatan
bangunan penanggulangan banjir, Penyelidikan di lokasi kejadian bencana alam banjir dan
Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.
Kusnadi, Radyus Ramli Hindarman dkk. 2012. PERANAN AHLI GEOLOGI DI NUSA
TENGGARA BARAT DALAM MITIGASI BENCANA GEOLOGI. IAGI NUSRA,
Mataram, Indonesia.
Bumi terdiri dari bentuk relief yang berbeda-beda begitu pula dengan
karakteristiknya. Hal ini terjadi adanya dua tenaga yang mempengaruhi bumi yaitu tenaga
eksogen dan tenaga endogen. Adanya perbedaan relief dan adanya tenaga yang bekerja pada
bumi maka munculah resiko terjadinya bencana. Bencana alam adalah peristiwa yang ada di
bumi dan dianggap merusak baik berupa materiil dan non materiil
1.2 Data
Fungsi BNPB:
Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara lain
Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan
daerah. (Lebih detail lihat Produk Hukum).
Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat
pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk
memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat nasional,
terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha,
perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum
PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan internasional.
Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia dalam membangun manajemen
penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan
Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan
penganggaran yang signifikan khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana dalam pembangunan.