Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian Analisis Biaya Dan Manfaat


Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty kata anlisi diartikan
sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan. Di dalam menganalisis hl yang paling sering
disinggung adalah biaya, sebab biaya merupakan salah satu unsur yang paling
pokok dalam analisi ini, menurut Hansen dan Mowen yang yang dialihbahasakan
oleh Ancella A. Hermawan disebutkan bahwa biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan
membawa keuntungan masa ini dan masa yang akan dating/ jadi biaya
dikelurakan untuk menghasilkan manfaat dimasa depan. Dalam persahaan,
manfaat dimanasa depan biaya berarti pendapatan. Jadi, biaya digunakan untuk
memperoduksi pendpatan atau manfaat yang lain.
Analisis biaya manfaat atau CBA (Cost Benefit Analysis) adalah
pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis
membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total
biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang.
Analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk membandingkan berbagai biaya yang terkait dengan investasi
dengan manfaat yang diharapkan untuk didapatkan. Baik faktor berwujud maupun
tidak berwujud harus diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan.
Analisis biaya-manfaat digunakan untuk :
a. Menentukan apakah suatu investasi layak dilakukan
b. Memberikan dasar untuk perbandingan antar proyek/investasi, untuk
melihat pilihan mana yang memberikan manfaat lebih besar dibandingkan
biayanya.

2. Pendekatan Menentukan Biaya dan Manfaat


Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan ruang
lingkup dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan. Beberapa
pendekatan yang biasa dilakukan adalah:
a. Biaya dan manfaat di dalam vs di luar. Mempersoalkan apakah biaya atau
manfaat yang dikeluarkan adalah bersifat internal atau eksternal untuk suatu
jenis kelompok sasaran atau wilayah hukum. Biaya dan manfaat internal ini
disebut internalitas, sedangkan yang di luar atau eksternal disebut
eksternalitas. Apa yang menjadi biaya atau manfaat di dalam (internalitas)
pada suatu kasus dapat menjadi di luar (eksternalitas) pada kasus lain.
Perbedaan ini tergantung pada bagaimana analis menggABMarkan batasan
kelompok sasaran dan wilayah hukumnya. Jika batasannya masyarakat
secara keseluruhan, maka tidak akan ada eksternalitas. Akan tetapi jika
batasannya adalah wilayah hukum tertentu akan terdapat internalitas
maupun eksternalitas. Contoh: program pembangunan perumahan
apartemen (rumah susun) di DKI akan menimbulkan biaya-manfaat bagi
wilayah hukum DKI, dan akan menimbulkan externalitas bagi penduduk
yang terkena manfaat ataupun korban di wilayah luar DKI, misalnya:
berkurangnya orang-orang yang mengontrak/kost di wilayah mereka, atau
berkurangnya wilayah kumuh yang ada di wilayah mereka .

b. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak langsung.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata (tangible) atau
tidak nyata (intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan manfaat yang
secara langsung dapat diukur dengan harga pasar yang sebenarnya dari
barang dan pelayanan, sementara yang tidak nyata adalah biaya dan manfaat
yang secara tidak langsung diukur dengan cara menafsirkan nilai sebenarnya
dari barang itu dengan patokan harga pasar. Ketika berhubungan dengan
yang tidak nyata seperti harga udara bersih, analis kemungkinan membuat
harga bayangan dengan membuat keputusan subyektif tentang nilai dolar
dari biaya maupun manfaat.

c. Biaya dan manfaat primer dan sekunder. Mempersoalkan apakah biaya atau
manfaat itu dihasilkan secara "langsung" atau "tidak langsung" oleh suatu
program, Biaya atau manfaat primer adalah suatu biaya atau manfaat yang
dihubungkan dengan sasaran program yang paling bernilai, sedangkan biaya
atau manfaat sekunder berkaitan dengan sasaran yang kurang bernilai.
Sebagai contoh, program sertifikasi guru. Manfaat langsungnya adalah,
dihasilkannya 2000 guru bersertifikat setiap tahun, dengan biaya 2M rupiah.
Manfaat sekundernya: Peningkatan motivasi pengembangan diri guru, dan
dampak biaya sekundernya: berkurangnya sekian ratus jam mengajar akibat
proses sertifikasi yang ketat.

d. Efisiensi bersih vs. manfaat redistributional. Mempersoalkan apakah


kombinasi biaya dan manfaat membuat kenaikan dalam agreqat pendapatan
atau hanya menghasilkan pergeseran pendapatan atau sumberdaya di antara
berbagai kelompok yang berbcda. Manfaat efisiensi bersih adalah manfaat
yang mencerminkan kenaikan "riil" dari pendapatan bersih (total biaya
dikurangi total manfaat), sementara manfaat redistribusional adalah manfaat
berupa pergeseran yang bersifat semu berupa pendapatan oleh suatu
kelompok dengan konsekuensi pengorbanan (pendapatan yang hilang) dari
kelompok lain tanpa menghasilkan peningkatan efisiensi bersih. Perubahan
pada contoh pertama disebut sebagai manfaat riil atau pada contoh kedua
disebut manfaat semu. Sebagai contoh, program pemugaran lingkungan
kumuh kemungkinan menghasilkan $1 juta manfaat efisieasi bersih. Jika
pemugaran lingkungan kumuh juga meningkatkan pendapatan toko-toko
grosir kecil di sekitarnya dan menurunkan penjualan di toko yang
mempunyai jarak labih jauh dari apartemen yang baru dibangun manfaat
dan biaya dari pendapatan yang diperoleh dan yang hilang adalah semu.
Mereka saling meniadakan tanpa menghasilkan perubahan dalam manfaatl
efisiensi bersih.

3. Tahapan Dalam Pembuatan ABM


Melakukan analisis manfaat-biaya pada dasarnya sama dengan proses
pengABMilan keputusan pada umumnya, yaitu melalui tahapan-tahapan yang
runut yang masing-masing akan mengantarkan kepada tahapan berikutnya secara
berkesinABMungan. Tahapan-tahapan atau langkah pembuatan ABM adalah
sebagai berikut:
a. Perumusan masalah. Perumusan masalah menghasilkan informasi tentang
tujuan-tujuan potensial yang relevan, sasaran, alternatif, kriteria, kelompok
sasaran, biaya, dan manfaat untuk menjadi pedoman dalam analisis.
Perumusan masalah dapat menghasilkan perumusan kembali masalah,
b. Spesifikasi sasaran. Analisis sering dimulai dengan tujuan-tujuan yang
bersifat umum, sebagai contoh, mengendalikan kecanduan kokain. Tujuan,
seperti yang telah kita lihat, harus dijabarkan ke dalam sasaran yang Iebih
spesifik dan terukur. Tujuan untuk mengendalikan kecanduan kokain dapat
dijabarkan ke dalam sejumlah sasaran yang spesifik, sebagai contoh,
pengurangan 50% pasokan kokain dalam waktu 5 tahun.
c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah. Ketika suatu sasaran telah
dispesifikasi, analis mempunyai asumsi tentang penyebab masalah dan
peluang pemecahannya hampir selalu ditransformasikan ke dalam allernatif
kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan.
d. Pencarian, analisis, dan interpretasi informasi Tugas yang di lakukan di sini
adalah menelusur, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang
relevan untuk meramalkan hasil dari alternatif-alternatif kebijakan. Pada
tahapan ini sasaran utama dari peramaIan adalah biaya dan manfaat dari
alternatif kebijakan yang telah diidenlifikasi pada tahapan sebelumnya. Di
sini, informasi dapat diperoleh dari data-data yang tersedia yang
menyangkut biaya dan manfaat dari beberapa program yang sejenis.
e. Identifikasi kelompok sasaran dan pemanfaat. Di sini tugas yang dilakukan
adalah melakukan analisis semua pihak terkait (stakeholder) dengan
mendaftar semua kelompok yang mempunyai peranan dalam setiap isu
karena akan dipengaruhi, secara negatif atau positif, ketika kebijakan
diterapkan.
f. Menafsirkan biaya dan manfaat. Tugas yang mengharuskan penafsiran
dalam bentuk uang atas semua manfaat dan biaya yang akan diperoleh
kelompok sasaran dan pemanfaat. Validitas, reliabilitas dan kelayakan dari
jenis pengukuran ini selalu menimbulkan ketidak-sepakatan.
g. Penyusutan dari biaya dan manfaat. Jika tingkat biaya dan manfaat nyata
diproyeksikan untuk waktu mendatang, penafsir harus menyesuaikan untuk
menurunkan nilai riil dari uang sebagai akibat adanya infglasi dan
perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga di masa mendatang. Nilai
nyata dari biaya dan manfaat selalu didasarkan pada teknik penyusutan,
suatu prosedur yang menggABMarkan biaya dan manfaat pada tingkat
harga sekarang. (NPV)
h. Menafsirkan resiko dan ketidak-pastian. Tugas yang dilakukan di sini
adalah melakukan analisis sensitivitas, suatu istilah umum yang merujuk
pada prosedur untuk menguji sensitivitas kesimpulan terhadap asumsi-
asumsi alternatif tentang probabilitas terjadinya perbedaan biaya dan
manfaat, atau terhadap faktor penyusutan yang berbeda-beda. Sangat sulit
untuk mengembangkan penafsiran probabilitas yang terpercaya karena
peramalan yang berbeda mengenai hasi! yang sama di masa depan,.
i. Memilih kriteria pengABMilan keputusan. Di sini pekerjaan yang dilakukan
adalah menekankan suatu kriteria atau aturan pengABMilan keputusan
untuk memilih antara dua atau lebih alternatif yang mempunyai perbedaan
komposisi biaya dan manfaat. [Criteria di sini ada enam jenis: efisiensi,
efektivitas, kesepakatan, keadilan, daya tanggap dan ketepatan) . Pilihan
kriteria keputusan mempunyai implikasi etis yang pcnting, karena kriteria
keputusan didasarkan pada konsepsi yang berbeda tentang keharusan moral
dan keadilan sosial.
j. Rekomendasi. Tugas terakhir dalam analisis manfaat-biaya adalah membuat
rekomendasi dengan memilih di antara dua atau lebih alternatif. Pilihan
alternatif biasanya tetap saja mengandung persoalan, yang kemudian
mengundang analisis kritis mengenai plausibilitas dari rekomendasi
tersebut, memperhitungkan hipotesis kausal dan etis yang lain yang dapat
melemahkan atau mengurangi validitas suatu rekomendasi.

4. Konsep Analisis Manfaat dan Biaya


Dalam melaksanakan analisis terutama pada proyek yang mempunyai umur
ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan
biaya pada saat yang berbeda-beda maka harus memperhitungkan konsep nilai
uang. Analisis harus dilakukan dengan menghitung seluruh manfaat dan biaya dari
suatu proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan dihitung dalam nilai
sekarang.

a. Konsep Future Value (Nilai Uang yang Akan Datang)


Apabila mempunyai uang sebesar Rpn yang kita bungakan terus menerus
dengan tingkat bunga sebesar 10 persen setahun, maka hasil setiap tahun adalah
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan anggapan bunga yang diterima
pada suatu saat dipinjamkan kembali (sistem bunga berbunga).

Tabel 2. Hasil Bunga Berbunga Uang


Sebesar RpU,-
Akhir tahun Jumlah uang
0 U
1 U + U x 10% = (1 + 0,1) U
2 U (1 + 0,1) + U (1 + 0,1) x 10% = U (1 + 0,1)2
3 U (1 + 0,1)2 + U (1 + 0,1)2 x 10% = U (1 + 0,1)3

N U (1 + 0,1)n-1 + U (1 + 0,1)n-1 x 10% = U (1 + 0,1)n


Sumber: Mangkoesoebroto, 1998

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa uang sebesar RpU,- pada tahun ke n akan
bernilai sebesar U (1+0,1)n. Dengan analisis seripa maka kita tahu apabila kita
mempunyai uang sebesar Rp5 juta kita bungakan terus menerus selama 30 tahun,
pada akhir tahun ke-30 akan bernilai 5 (1,10)30 atau sebesar Rp87 juta.
Rumus umum penghitungan nilai akan datang (future value):

P = Po (1 + i)n
di mana:
Pn = nilai uang di masa datang
Po = nilai uang sekarang
I = tingkat bunga
n = tahun
b. Konsep Present Value (Nilai Uang Sekarang)
Karena sifat manusia yang myopic tersebut maka uang yang akan kita
terima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila
jumlah uang tersebut kita terima saat ini. Berapa nilai sekarang dapat
dihitung dengan menggunakan konsep present value (nilai uang sekarang).
Apabila kita menerima uang sebesar RpU,- yang diterima pada n tahun yang
akan datang, maka penghitungan nilainya sekarang (Po) dari uang tersebut dapat
dihitung dengan
menggunakan rumus:

di mana:
Po = nilai uang sekarang
U = jumlah uang yang akan diterima 30 tahun yang akan datang
i = tingkat bunga
n = tahun

Sebagai contoh, apabila kita akan menerima uang sebesar Rp5 juta pada
lima tahun yang akan datang, maka nilai uang tersebut sekarang adalah tidaklah
sebesar Rp5 juta, akan tetapi sebesar Rp5 / (1+0,10)5 atau hanya sebsar
Rp3,10juta.
Dari analisis di atas dapat kita ketahui bahwa dalam melaksanakan evaluasi
atas suatu proyek, terutama pada jenis proyek yang mempunyai umur ekonomis
yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat
yang berbeda-beda, maka dalam mengevaluasinya kita harus mempertimbangkan
faktor-faktor di atas, yaitu kita menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu
proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan kita hitung nilainya sekarang.

5. Metode Analisis Manfaat dan Biaya


Ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek, yaitu
nilai bersih sekarang (NPB = Net Present Benefit), IRR = Internal Rate of
Return), dan perbandingan manfaat biaya (BCR = Benefit-Cost Ratio).
a. Metode NPB (Net Present Benefit atau Nilai Bersih Sekarang)
Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek
dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan
didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya
adalah :

dimana :
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun ke n
i = tingkat bunga
n = 1, .............., 50:umur proyek
M = manfaat
B = biaya

Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPB tertinggi adalah


proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung
dari tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah
mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana.
Bila nilai net present benefit > 0, berarti investasi menguntungkan dan dapat
diterima. Akan coba dihitung besarnya nilai NPB dengan tingkat suku bunga
diskonto yang diasumsikan adalah sebesar 15% pertahun (Proyek Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co.).
Contoh Perhitungan Metode Net Present Benefit:
Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai NPB untuk investasi
Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co.
adalah sebesar Rp.371.117.041,7, ini berarti bahwa nilai NPV proyek tersebut > 0,
sehingga proyek tersebut dapat diterima.

b. Metode IRR (Internal Rate of Return)


Metode IRR merupakan metode dengan cara menghitung tingkat diskonto
(y) yang menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang
digunakan adalah:

Proyek yang mempunyai nilai IRR yang tinggi yang mendapat prioritas.
Walaupun demikian pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya
dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of
return) harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu
proyek akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian
(IRR) dan tingkat diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external
rate of return, merupakan biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan
dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan semua
proyek yang mempunyai IRR > i dan tidak melaksanakan investasi pada proyek
yang harga IRR < i.

c. Metode Perbandingan Manfaat dan Biaya (BCR)


Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut
dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek tersebut. Rumus yang digunakan
adalah:

Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan apabila BCR > 1.
Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB, apabila
BCR > 1 berarti pula NPB > 0.
Contoh penggunaan metode BCR dalam sebuah proyek:
Departemen PU mempertimbangkan untuk membuat jalur baru karena
banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjdi. Diestimasikan ongkos pembangunan
jalur baru per km adalah $100.000 sepanjang 51 km dengan perkiraan umur 30
tahun dengan ongkos perawatan diperkirakan 3% dari ongkos awal. Kepadatan
lalu lintas pada jalan ini adalah 10.000 kendaraan per hari dan analisis dilakukan
pada tingkat bunga 7%. Estimasi angka kecelakaan turun dari 8 menjadi 4 per 100
juta km kendaraan kalau jalan baru dibuka.
Ongkos yang ditimbulkan dari adanya kecelakaan meliputi: ongkos
kerugian properti, pengeluaran untuk keperluan medis, dan hilangnya upah bagi
orang yang mengalami kecelakaan. Dari data yang diperoleh, informasi bahwa
rata-rata ada 35 kecelakaan ringan dan 240 kerusakan properti untuk setiap satu
kecelakaan fatal.
Ongkos ekuivalen saat ini dari setiap klasifikasi kecelakaan tersebut adalah
sebagai berikut:
kecelakaan fatal per orang $ 900.000
kecelakaan ringan 10.000
kerusakan properti 1.800
Dengan data-data di atas maka ongkos agregat dari kecelakaan per satu
kecelakaan fatal bisa dihitung sebagai berikut:
kecelakaan fatal per orang $ 900.000
kecelakaan ringan ($10.000 x 35) 350.000
kerusakaan properti ($1.800 x 240) 432.000
total $1.682.000
Dengan metode BCR tentukan apakah usulan pembukaan jalur baru tersebut bisa
diterima atau tidak.

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan masing-masing metode analisis


seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Dari ketiga metode analisis tersebut NPB
merupakan yang terbaik karena metode lainnya dapat memberikan hasil yang
keliru dalam menentukan pilihan proyek yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilyani, Selin. 2015. Analisis biaya dan manfaat.


http://aprilyaniselin.blogspot.co.id/2015/03/analisis-biaya-dan-
manfaat.html, (Online). Diakses 13 Maret 2017
Kawulusan, Bovie. 2016. Analisis Manfaat Dan Biaya (Cost And Benefit
Analysis) . http://boviekawulusan.blogspot.co.id/2016/01/analisis-manfaat-
dan-biaya-cost-and.html, (Online). Diakses 13 Maret 2017.
Prasetya, Ferry. 2012. Modul ekonomi public Bagian VI: analisis biaya dan
manfaat. Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai