09e01617 PDF
09e01617 PDF
TEMPOROMANDIBULA AKIBAT
KELAINAN OKLUSI SECARA
KONSERVATIF
SKRIPSI
Oleh :
SARTIKA ARYANTI
030600085
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Fakultas Kedokteran Gigi
Tahun 2007
Sartika Aryanti
Viii + 31 halaman
yang ditandai oleh berbagai macam gejala atau keluhan. Beberapa diantaranya, yang
paling sering ditemukan adalah nyeri di daerah orofasial, leher, kepala, gerakan
digerakkan.
faktor penyebab primer kelainan ini berkaitan dengan fungsi sistem pengunyahan
sehari-hari. Apabila terdapat keserasian yang baik antara kontak oklusi dan gerakan
otot, akan tercapai keseimbangan fungsional yang baik dan gejala atau keluhan
gangguan fungsional STM tidak akan terjadi. Dengan kata lain, kinematika STM
menuntut keserasian gerak antara pergeseran gigi setelah ada gigi yang berkontak dan
oklusi ialah perawatan pendahuluan untuk mengatasi keluhan rasa nyeri kepala, nyeri
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
otot/leher, dan nyeri di sekitar telinga dengan mengistirahatkan rahang, obat-obatan,
latihan, dan terapi panas. Bila ada hambatan kontak oklusi yang membuat mandibula
menyimpang dari lintasan buka atau tutup normal, maka hambatan dihilangkan
dengan perbaikan kontak oklusi yakni pengasahan selektif, perbaikan bentuk atau
pergantian restorasi yang salah. Perawatan kelainan oklusi yang lain adalah
pencabutan gigi dengan karies yang besar ataupun gigi molar tiga yang tidak
memiliki antagonis, restorasi prostetik pada gigi yang hilang, pemasangan splin
yakni menghindari tekanan emosi atau stress yang terjadi pada kehidupan sehari-hari
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
TIM PENGUJI SKRIPSI
TIM PENGUJI
2. Abdullah, drg
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia serta memberi keridhoan bagi penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Beriring salawat dan salam bagi Rasulullah
Muhammad SAW, atas jihad mulianya sehingga umat manusia dapat merasakan
kasih pada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan,
1. Suprapti Arnus, drg., Sp. BM sebagai pembimbing skripsi yang telah memberi
2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp. BM, sebagai Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial atas bimbingan selama menyelesaikan skripsi ini dan seluruh staf
pendidikan.
4. Penghormatan yang teristimewa kepada kedua orang tua penulis, ibunda Hj.
Syafrinani,drg., Sp. Pros. (K) dan ayahanda H. Ahmad Hasan, drg serta adik-adik
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Abdul Fattah S. dan Ryan Rauf F. atas kasih sayang, kesabaran, didikan, dan
bantuan serta doa yang telah membuat penulis termotivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Doni Asrin Tanjung, drg atas kasih sayang, bantuan, semangat, dukungan, dan
Juno, dan seluruh teman-teman angkatan 2003 atas dukungan dan bantuan yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang berarti bagi pengembangan dan
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
Penulis,
Sartika Aryanti
NIM 030600085
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
BAB 1 : PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB 4 : KESIMPULAN.............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
yang timbul dari gigi bawah yang berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula
fungsionalnya.2-4
demikian dalam mengevaluasi baik buruknya fungsi sistem mastikasi interaksi otot-
otot itu tidak dapat diabaikan, dan evaluasi harus dilakukan dengan melihat kaitannya
dengan pergeseran kontak oklusi gigi-geligi. Oklusi akan berjalan normal dan
kedudukan mandibula akan stabil apabila tiap komponen yang terlibat dapat
interaksi yang serasi, dan seimbang. Apabila ada perubahan-perubahan kecil dalam
hubungan kontak oklusi yang menghambat dicapainya oklusi normal dapat memicu
timbulnya kelainan. Kelainan ini termasuk ke dalam salah satu kelompok kelainan
STM yang disebut gangguan fungsional. Gangguan fungsional terjadi akibat adanya
penyimpangan dalam aktivitas salah satu komponen yang terlibat dalam pelaksanaan
fungsi sistem mastikasi yakni kelainan posisi dan atau fungsi gigi-geligi atau otot-otot
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
mastikasi. Sedangkan kelainan STM yang lain adalah kelainan struktural dimana
Dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat minat para dokter gigi Indonesia
untuk memahami masalah kelainan STM makin meningkat dan juga perhatian para
dokter gigi kepada kestabilan fungsi sistem mastikasi makin nyata. Namun di lain
pihak masih banyak pula yang belum benar-benar memahami kaitan fungsional
antara sistem persendian rahang dengan dinamika oklusi gigi-geligi. Ini berakibat
penanganan masalah STM sering kali kurang terarah. Bahkan banyak pula yang
nyeri, mengurangi beban yang merusak, serta merestorasi fungsi dan aktivitas normal
sehari-hari. Tujuan perawatan akan dicapai secara baik bila kombinasi optimal dan
oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa, terapi
oklusal, perawatan faktor pendorong yang lain dan perawatan secara operasi bila
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
BAB 2
pengunyahan yang terdiri dari sepasang sendi kiri dan kanan yang masing-masing
dapat bergerak bebas dalam batas tertentu. Berbeda dengan persendian lain selalu
berada pada tempatnya dan tiap penyimpangan gerak keluar dari tempatnya
STM tidak selalu harus berada dalam fosanya. Walaupun kondilus STM tidak selalu
kanan, maupun atas dan bawah. Gerakan ini terikat, bergantung serta ditentukan oleh
adanya koordinasi neuromuskular, otot-otot mastikasi dan ligamen sendi. Karena itu
untuk memahami biomekanika STM, perlu difahami anatomi, dan fisiologi sistem
Ditinjau dari struktur dan fungsinya, STM terdiri atas 2 sistem persendian.
Pertama bagian atas, antara fossa glenoid dan eminensia artikularis, dengan
permukaan atas diskus artikularis. Bagian bawah, yang merupakan bagian kedua,
persendian ditutupi sebagian besar oleh lapisan kolagen, dan diskus artikularis terikat
erat pada kondilus di sebelah anterior dan posteriornya, sehingga dapat bergerak
mengikuti luncuran kondilus saat membuka mulut (Gambar 1). Selain itu, diskus juga
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
terikat pada bagian fosa artikularis di sebelah anterior pada permukaan anterior
mulut.1,4,6-8
a b c
Gerakan mandibula dari posisi sentrik, protrusi, retrusi dan ke lateral terjadi
oleh karena aktivitas otot-otot elevator dan depresor mandibula, dibantu oleh aktivitas
otot-otot protraktor dan retraktor mandibula, antara lain m. pterigoideus internus dan
bawah berkontak, atau dilepas kontaknya dengan gigi-geligi atas. Setiap gerakan
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
mandibula berawal dari posisi interkuspasi maksimal dan berakhir pada posisi itu
pula, yang pada dasarnya dapat dibedakan dalam 3 fase, yaitu : 1. Fase membuka,
saat gigi meninggalkan kontak dengan lawannya dan mandibula turun. 2. Fase
menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas sampai terjadinya kontak pertama
antara gigi-geligi bawah dan gigi-geligi atas. 3. Fase oklusi, yaitu saat mandibula
Posisi mandibula pada akhir gerakan menutup mulut sangat ditentukan oleh
panduan yang diberikan oleh geseran kontak antara gigi-geligi bawah dan gigi-geligi
atas setelah dicapai kontak pertama antara kedua lengkung gigi-geligi tersebut (fase
3). Hanya bila geseran kontak tersebut lancar dan terjadi bersamaan antara semua gigi
posterior posisi mandibula akan stabil. Apabila ada kontak prematur antara salah satu
gigi, maka geseran kontak tersebut akan menjadi tidak lancar, dan mungkin akan
membuat mandibula harus menyimpang dari pola gerakannya yang normal, sehingga
posisi akhir yang dicapainya juga akan menyimpang dari normal. Apabila
penyimpangan ini berjalan lama maka posisi akhir kondilus kanan dan kiri akan
.
2.1 Kelainan Sendi Temporomandibula
akibat adanya kelainan struktural dan gangguan fungsi akibat adanya penyimpangan
dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah
disfungsi.4
diskus, dan eminensia, yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh,
atau kedua-duanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus terpenuhi tanpa rasa sakit
menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetis
Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang mana cacat ini dapat
menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan
permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah,
peradangan, dan kelainan stuktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat terjadi
karena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika tekanan emosional
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan, menyebabkan terjadinya
perubahan pergerakan.9
perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat mendorong
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Gambar 2. Perpindahan diskus dengan reduksi. (a) Posisi sendi tertutup. (b) Kondilus tidak bisa
melewati batas posterior diskus. (c) Reduksi pada diskus biasanya disertai dengan bunyi klik. ( Gross
Sheldon, Pertes Richard. Clinical management of temporomandibular disorders and orofacial pain.
USA : Quintessence Books, 1995 : 73 )
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Gambar 3. Perpindahan diskus tanpa reduksi. (a) Posisi sendi tertutup. (b) Kegagalan mengembalikan
perpindahan diskus saat pergerakan translasi. (c) Posisi diskus berpindah yang menghalangi
pergerakan kondilus secara normal. ( Gross Sheldon, Pertes Richard. Clinical management of
temporomandibular disorders and orofacial pain. USA : Quintessence Books, 1995 : 75 )
Perubahan ini menunjukkan gangguan pada diskus yang terjadi secara meluas,
biasanya ada rasa sakit, bunyi, dan pengurangan pergerakan. Dalam hal ini tidak ada
korelasi antara variasi diskus-kondilus dengan gejala klinis. Pada beberapa pasien
dibuktikan bahwa kelainan pada diskus menimbulkan gejala sedikit, sedangkan pada
pasien lain gejala terjadi lebih banyak tanpa ada perubahan pada STM secara
struktural.10
pada jaringan, kondilus, ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah
dapat menutup mulut dan terdapat kelainan open bite anterior, serta dapat tekanan
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Kelainan struktural akibat trauma pada STM juga dapat menyebabkan suatu
edema atau hemorrhage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur
mandibula, pada umumnya pasien akan mengalami pembengkakan pada daerah STM,
sakit bila digerakkan, dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang-kadang
melibatkan cartilage dan lapisan subchondrial dari sendi. Rheumatoid arthritis adalah
yang menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan/ atau fungsi gigi-geligi,
Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni batas
keluhan otot ditandai dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi
neuromuskular. Istilah keadaan ini dikenal sebagai zona toleransi fisiologik. Apabila
ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat posisi gigi yang menimbulkan
kontak prematur, respon yang akan timbul bervariasi secara biologis, yang umumnya
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi perubahan-perubahan
adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya menerima rangsangan yang
alveolar setempat. Periode adaptasi ini akan berjalan terus sampai batas toleransi
fisiologis otot-otot atau jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama zona adaptasi
ini akan berlangsung sangat berbeda antara individu yang satu dan yang lain, dan
dipengaruhi oleh keadaan psikologis. Setelah batas toleransi fisiologis ini terlampaui,
respon jaringan itu menimbulkan perubahan yang sifatnya lebih patologis atau
disebut juga pathofunction. Pada fase ini respon jaringan (sendi, jaringan periodontal,
Gejala kelainan STM dapat dikelompokkan menjadi, rasa nyeri, bunyi dan
disfungsi. Rasa nyeri adalah gejala yang paling sering menyebabkan pasien mencari
perawatan. Rasa nyeri bersifat subjektif dan sulit untuk dievaluasi. Setiap orang
memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang berbeda terhadap rasa
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan sifat rasa nyeri,
paling sering dari sendi adalah telinga, pipi dan daerah temporal. Tetapi sebaliknya,
rasa nyeri dari daerah didekatnya dapat meluas ke sendi. Sinus, telinga, dan molar
ketiga harus diperiksa. Perubahan temperatur dalam mulut dapat menimbulkan rasa
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
nyeri yang menunjukkan bahwa asalnya dari pulpa, yang sering sulit ditentukan
letaknya. Bahkan bagian tepi gigi yang sensitif dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa
Bunyi keletuk sendi terdengar sewaktu pasien menutup dan membuka mulut.
ini keluhan pasien dapat berupa rahang terasa bengkak tetapi keadaan tersebut jarang
terlihat secara klinis. Kekakuan sendi merupakan keluhan yang paling sering
yang terbatas, saat mengunyah tidak terdapat koordinasi rahang sehingga dirasakan
pada komponennya sendiri atau diluar STM seperti anatomi STM termasuk oklusi
dan neuromuskular dan latar belakang psikologis. Namun kelainan oklusal dan
Etiologi kelainan anatomi berupa perubahan tempat pada salah satu komponen
STM seperti diskus tidak diketahui, tetapi dapat disebabkan karena trauma dan
hipermobilitas diskus. Perubahan tempat dari diskus dapat merusak ikatan sendi yang
Selain itu rasa nyeri pada STM merupakan gangguan sendi yang dapat berasal
dari struktur jaringan lunak intrakapsular sendi atau struktur jaringan tulang itu
sendiri. Rasa nyeri berasal dari struktur tulang biasanya hanya muncul setelah
hilangnya jaringan fibrosa permukaan artikularis sendi. Bilamana hal ini terjadi,
kondisi yang diakibatkan disebut arthritis. Artralgia atau nyeri yang berasal dari
Trauma pada STM dapat terjadi karena faktor internal (seperti otot kunyah)
jaringan dan kondilus sehingga terjadi dislokasi, hemarthrosis atau fraktur kondilus.10
oklusal dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Pemicu dari sindroma tersebut adalah
Nyeri pada otot adalah suatu bentuk penyakit yang ada di dalam tubuh dapat
terjadi karena stimulus seperti panas, tekanan, atau bahan kimia. Penyakit ini
mempunyai efek yang berhubungan dengan sensoris, motoris, atau autonom. Nyeri
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
yang berasal dari otot adalah penyebab nyeri yang paling sering terjadi pada kepala
dan leher. Rasa nyeri pada otot adalah suatu penyakit yang dirasakan menyebar
seperti adanya tekanan yang bervariasi, dapat dirasa sebagai berbagai perubahan
intensitas tekanan. Rasa nyeri tersebut tidak mudah dilokalisir, dan sulit diidentifikasi
oleh pasien. Dengan kata lain, sumber dan lokasi dari nyeri dapat berbeda. Nyeri pada
otot di daerah orofasial dipengaruhi oleh kerja fungsional otot selama pengunyahan.9
Menurut sejarah, sebagian besar dokter gigi berpendapat bahwa gangguan oklusi
sebagai faktor etiologi utama. Kemudian sebagian lain menekankan pada faktor
kelainan STM.10
diterima pada sekitar tahun 1970-an. Tiga kelompok utama dari faktor etiologi adalah
2.2.2.1 Gigi-geligi
gigi atau permukaan kunyah dari gigi geligi atas dan bawah.15
sering ditemui pada pasien-pasien disfungsi STM yang terjadi oleh berbagai macam
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
sebab antara lain tumpatan /restorasi yang terlalu tinggi atau rendah, perawatan
perubahan bidang oklusal akibat hilangnya satu gigi atau lebih. Mardjono (1989)
menemukan bahwa bukan hilangnya gigi yang penting dalam proses patologis ini,
melainkan akibat-akibat yang timbul pada gigi-gigi tetangga atau lawannya. Gigi-gigi
tetangga yang hilang secara bertahap akan mengalami perubahan posisi, bergeser
kearah diastema dan miring, sedang gigi antagonisnya akan mengalami ekstrusi.
benturan akan terjadi setiap kali mandibula bergerak ke posisi oklusi sentrik dan
secara tidak disadari, pasien merubah lintasan buka/tutup mandibula atau menarik
mandibula ke posisi akhir yang enak. Perubahan lintasan ini menyebabkan perubahan
posisi mandibula bergeser dari sentrik dan keseimbangan otot-otot berubah ada yang
aktif dan ada yang kurang aktif. Secara bertahap apabila toleransi fisiologis otot
terlampaui maka akan timbul kelelahan pada otot dan menimbulkan spasme yang
oleh pasien dirasakan sebagai nyeri bila otot berfungsi. Begitu juga halnya dengan
posisi kondilus juga berubah satu kondilus berada pada posisi superior dan yang lain
disharmoni oklusi seperti mengunyah pada sisi kiri tidak nyaman, maka pasien akan
hubungan yang salah antara rangka dengan gigi. Maloklusi ini dapat disebabkan oleh
karena keturunan, penelanan yang salah, kebiasaan menghisap atau faktor gigi itu
berjejal, dan gigi diastema. Pola kebiasaan menghisap atau gigitan silang posterior
dan anterior dapat mengarah pada maloklusi seperti open bite anterior, open bite
posterior dan protrusi bimaksilar. Faktor yang berasal dari gigi itu sendiri seperti
kehilangan gigi atau perawatan gigi yang tidak baik dapat menyebabkan kemiringan,
Bila maloklusi tidak terlalu parah, maka keserasian oklusal dapat dipenuhi
dan oklusi dapat berfungsi normal. Bila oklusi berfungsi dengan baik antara gigi dan
yang membentuk ketidakserasian antara gigi dengan sendi ini disebut maloklusi
penyesuaian yang berlebih dari otot untuk mempertahankan fungsi yang normal.
Kemampuan penyesuaian otot ini bervariasi tiap individu. Saat stress dampaknya
menyesuaikan adanya maloklusi fungsional yang parah tanpa gejala stress. Penderita
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
lainnya dapat mengalami gejala disfungsi rahang bawah yang parah karena kelainan
Kelainan otot dari STM menjadi keluhan yang paling umum terjadi pada
pasien. Dua pengamatan utama mengenai otot adalah kelainan fungsi tubuh dan rasa
sakit. Kasus sederhana kelainan STM jenis ini adalah disebabkan oleh penggunaan
yang berlebihan pada otot tersebut. Penyebab umumnya seperti mengunyah permen
karet secara terus-menerus, kebiasaan menggigit kuku dan pensil. Kebanyakan kasus
STM bukan merupakan kasus yang sederhana. Kelainan otot dapat disebabkan karena
infeksi/ peradangan, dan trauma yang menyebabkan terbentuknya fibrosis pada otot
sehingga otot tidak bebas bergerak dan menyebabkan rasa sakit yang dikenal sebagai
Pada akhir tahun 1950-an, Schwartz dkk menemukan bahwa ada pergeseran
perhatian dari faktor oklusi menjadi peranan otot-otot kunyah. Menurut Schwartz dkk
(1975), rasa nyeri pada atau di dekat sendi disebabkan oleh fungsi yang tidak
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
2.2.2.3 Psikologis
Adanya faktor psikologis pada etiologi beberapa kelainan STM sekarang telah
ditemukan dan menimbulkan hipotesa yang mengatakan emosi, tingkah laku dan
perubahan mulut dan otot, karena sifatnya yang ekspresif, bekerja sebagai fokus
tegangan emosi. Jadi, konflik ini dikeluarkan dalam bentuk kebiasaan parafungsional
mungkin berhubungan dengan penderita rasa sakit-disfungsi, masih sedikit bukti yang
diperoleh bahwa orang tersebut merupakan kelompok tertentu (Rugh dan Solberg
1976). Kepribadian turunan biasanya dianggap bersifat permanen tetapi tingkah laku
juga dipengaruhi oleh keadaan emosi jangka pendek seperti cemas, takut dan marah.
Banyak ahli yang menemukan bahwa pasien dengan gangguan STM lebih cemas
daripada kelompok kontrol. Emosi sangat sering terlihat pada wajah misalnya
gembira, sedih, cemas, frustasi, takut dan marah semuanya dapat dicatat oleh otot
Rugh dkk 1976 telah membuktikan bahwa pasien dengan penyakit STM memberi
respon terhadap tekanan emosi berupa kenaikan aktivitas otot masseter dan temporal.
Hal ini dapat berupa ketegangan otot yang besar atau aktivitas parafungsional
oromuskular.11
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Hasil penelitian tersebut tampaknya dapat mendukung teori psiko-fisiologi
yang diperkenalkan oleh Laskin (1969) yang mengatakan bahwa kejang otot kunyah
merupakan faktor utama yang berpengaruh pada gejala sindrom rasa sakit-disfungsi.
Penyebab yang paling umum adalah kelelahan otot yang disebabkan oleh kebiasaan
mulut yang kronis yang sering merupakan mekanisme untuk mengurangi tegangan.11
Semua orang biasanya terkena tekanan emosi, tidak hanya pada keadaan
tertentu saja, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kesulitan
finansial, pribadi, dan sosial hanya merupakan contoh yang dialami setiap orang.
Tetapi, hanya sejumlah kecil masyarakat yang memiliki kelainan STM dan hal
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
BAB 3
etiologi dan pemeriksaan yang menyeluruh dari keadaan klinis. Cara perawatan yang
rasional diarahkan untuk menghilangkan beban yang berlebih pada sendi, terutama
dengan mengurangi aksi otot yang berlebihan serta abnormal. Adapun, perawatan
Cara perawatan tersebut hanya suatu pedoman karena ada beberapa tehnik
perawatan yang mengikut sertakan lebih dari satu bidang ilmu. Perawatan dari setiap
keadaan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta waktu dan fasilitas juga
perlu dipertimbangkan. Lingkungan klinik pendidikan yang ramai tidak baik untuk
merawat penderita kelainan STM. Bila perawatan dilakukan di rumah sakit, maka
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
harus ada ruang khusus untuk tujuan ini , tetapi walaupun demikian, ruang operasi
Perawatan yang segera dan efisien tidak hanya dapat meredakan penderitaannya
tetapi juga membantu mengembalikan rasa percaya diri pasien.11 Adapun perawatan
splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa,
dan menenangkan pasien, tetapi dapat juga ditambah dengan pemberian nasehat
menghindari pergerakan rahang yang berlebihan seperti menguap, atau gerak untuk
mengunyah makanan yang keras. Gerakan ini memang menimbulkan rasa nyeri dan
oleh karena itu , pasien dianjurkan untuk menghindari pergerakan yang menimbulkan
rasa nyeri.11
Diet lunak dianjurkan dan semua makanan harus dipotong kecil-kecil. Seperti
apel harus dipotong-potong, bukan digigit. Bila mungkin, semua pergerakan rahang
yang menimbulkan kliking harus dihindari, walaupun hal ini sulit dilakukan. Dapat
juga menganjurkan pasien agar jangan berteriak terhadap keluarga, tetapi hal ini sulit
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
dilakukan. Analogi yang lain dalam memberikan nasehat kepada pasien adalah
dengan perumpamaan seperti pasien dengan kaki keseleo. Keadaan ini akan cepat
membaik bila kaki diistirahatkan dengan menggantung kaki ke atas bukan terus
3.1.2 Obat-obatan
seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot, ansietas, dan depresi. Baik pengalaman klinis
menjadi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan rehabilitasinya bila digunakan
perawatan STM terdiri dari analgetika, kortikosteroid, relaksan otot, anti ansietas, dan
anti depresi. Walaupun ada kecendrungan para dokter untuk mengandalkan obat
favorit tunggal, sebetulnya tak ada satu pun obat yang benar-benar terbukti manjur
untuk seluruh spektrum STM. Untuk menghindari komplikasi tak diharapkan dan
efek interaksi buruk serta mencapai kemujaraban maksimal suatu jenis obat, penting
sekali memahami spektrum obat-obat yang dapat diberikan untuk STM dan masalah
3.1.3 Latihan
mandibula yang normal. Cara ini dapat membantu pasien untuk merelaksasi otot
rahang, leher, dan bahu bagian atas, karena dengan demikian otot-otot letih untuk
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
melakukan aktivitas secara benar sekaligus juga melepaskan ketegangan otot.
Biasanya dengan latihan teratur dan terarah keluhan akan hilang dalam waktu 3-5
hari. Latihan ini dilakukan selama 10 menit perhari dalam lingkungan yang sunyi, di
depan kaca. Program latihan membuka mulut secara aktif yaitu pergerakan
pergerakan diulangi 8-10 kali. Pergerakan ini dilakukan secara maksimal dan
mandibula berada pada posisi buka maksimal untuk beberapa detik pada masing-
masing pergerakan.4,5,10,11
Terapi fisik merupakan terapi yang mendukung terapi kelainan STM lainnya
yakni terapi oklusal dan terapi psikososial. Terapi ini penting dalam kesuksesan
manajemen terapi kelainan STM. Terapi fisik dibagi dalam dua kategori yakni :
modalities dan teknik manual. Modalities adalah cara-cara fisik untuk pengubahan
termal, histokemikal dan fisiologik. Tipe-tipe Modalities terdiri dari terapi panas,
Terapi panas dapat mengurangi rasa nyeri dan kekakuan otot. Caranya adalah
meletakkan handuk basah hangat selama 10-15 menit pada daerah yang terserang
(biasanya pada daerah masseter) (Gambar 4). Terapi dingin adalah metode yang
sederhana dengan menggunakan es yang diletakkan pada area yang spasme untuk
histokemikal, dan fisiologik pada otot-otot sendi dibagi dalam stimulasi tegangan
inflamasiatau analgetika ) ditarik melalui kulit ke daerah yang terkena pada jaringan
kecil neural.1,5
Sedangkan pada teknik manual terdiri dari tiga kategori yaitu : mobilisasi
jaringan lunak, muscle conditioning, dan joint distraction. Mobilisasi jaringan lunak
merupakan stimulasi dengan cara masase pada daerah nervus sensori kutaneus untuk
mengurangi rasa nyeri. Muscle conditioning adalah terapi fisik yang bertujuan
merestorasi fungsi otot menjadi normal. Teknik muscle conditioning ini ada beberapa
kategori antara lain membatasi pergerakan mandibula dan terapi relaksasi dengan
mengkontrol stres emosional. Distraksi pasif pada sendi dapat menambah pergerakan
dan menghambat aktivitas otot yang menarik melawan sendi sehingga otot dapat
relaksasi. Cara ini dilakukan dengan menekan pada area molar dua bawah
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Gambar 4. Terapi panas menggunakan handuk basah
hangat. ( Okeson J.P. Management of temporoman-
dibular disorder and occlusion. 4thed. USA : Mosby
Year Book, 1998 : 402 )
akan tetapi menurut penelitian Carraro (1975), penggunaan splin oklusal ternyata
dapat mengurangi rasa nyeri pada sendi dan otot bahkan dapat hilang. Beberapa
hiperaktivitas otot dan menghilangkan spasme otot. Hal ini dibuktikan dengan alat
elektromiogram pada pasien bruksism dan ternyata ada pengurangan aktivitas pada
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Gambar 5. Splin oklusal pada maksila. ( Okeson
J.P. Management of temporomandibular disorder
and occlusion. 4thed. USA : Mosby Year Book, 1998
: 475 )
Menurut Pameyer (1985), splin oklusal merupakan alat lepas yang menutupi
bagian oklusal gigi posterior dan bagian insisal gigi anterior, dapat dibuat pada
rahang atas atau rahang bawah. Fungsinya sebagai alat bantu untuk menstabilkan
kembali relasi sentrik dengan pola gerak atau lintasan mandibula yang sebenarnya.
Permukaan splin oklusal dengan tonjol lawan berfungsi menjaga kestabilan splin.
Okeson (1988) mengatakan bahwa pada pemakai splin oklusal ternyata dapat
mengurangi nyeri pada sendi sebanyak 75%, demikian juga menurut Tsuga (1979)
menstabilkan oklusi sentrik, hal ini dicapai setelah perawatan interkuspasi yang
maksimum dengan posisi mandibula pada posisi sentrik. Hal ini didukung dengan
keadaan bahwa untuk mendapat oklusi sentrik selama mulut tertutup, harus ada
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
kontak interkuspasi yang maksimum dengan demikian diharapkan kedudukan kondil
konsentris pada fosa mandibular. Kedudukan kondil konsentris pada fosa mandibular
merupakan kedudukan kondil yang stabil karena kondil bersandar pada lereng
Menurut Ramfyord (1985) salah satu tujuan pemakaian splin oklusal adalah
untuk menghilangkan spasme oklusal dan menghilangkan kontak prematur. Selain itu
juga memacu timbulnya reaksi motorik untuk merangsang terjadinya reposisi letak
kondil terhadap fosa artikularis sehingga akan diperoleh oklusi yang seimbang.5,12
ulang dari sendi, disebabkan terutama oleh tekanan emosi dan ketegangan. Oleh
karena itu, usaha menghilangkan faktor-faktor di atas merupakan tujuan utama dalam
merawat faktor penyebab sindrom ini. Karena dokter gigi yang sering menghadapi
kelainan STM cenderung kurang memiliki pengetahuan psikiatrik, maka tahap ini
emosional yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi otot dan mengaktifkan sistem
nervus simpatik, yang dengan sendirinya merupakan sumber rasa nyeri pada otot.1,11
kelompok, yaitu yang berhubungan dengan keadaan sehari-hari dan yang disebabkan
oleh keadaan tertentu. Stres sehari-hari dapat dialami seluruh manusia setiap waktu
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
hubungan pribadi, kesulitan keuangan, kesulitan pekerjaan. Daftar ini tidak ada
habisnya dan ketegangan yang terjadi seluruhnya merupakan bagian dari kehidupan
normal. Problem ini telah mencapai puncaknya pada 'kebudayaan Barat' dan mungkin
negara ini.11
Kelompok yang kedua adalah stres emosional yang disebabkan oleh keadaan
tertentu seperti problem dalam keluarga, penyakit yang parah atau perubahan
Semua karies gigi harus dihilangkan dan restorasi yang kurang memuaskan
atau yang bocor harus diganti. Gigi dengan karies yang besar dan tidak dapat dirawat
lagi harus dicabut dan kelainan gigi atau patologi yang lain, dirawat. Faktor-faktor
tersebut merupakan sumber rasa tidak enak dan dapat mempengaruhi cara pasien
menggigit atau mengunyah. Tetapi harus tetap diingat bahwa kelainan STM dapat
makin parah karena perawatan gigi yang terlalu lama dan oleh karena itu, waktu
Gigi-gigi yang ekstrusi, seperti molar yang tidak memiliki antagonis, dapat
menimbulkan kesulitan harus dicabut. Hal serupa juga berlaku untuk molar tiga atas
yang miring ke bukal yang cenderung menimbulkan trauma pada bagian dalam pipi.11
3.1.8 Protesa
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Restorasi prostetik atau penggantian gigi ditentukan berdasarkan jumlah dan
letak gigi-gigi yang hilang atau apakah protesa yang sekarang digunakan
dari gigi-gigi belakang atau bila pasien menggunakan gigi tiruan yang abrasi, tidak
memiliki desain yang baik dan longgar. Gigitan yang terlalu tinggi dapat merangsang
sendi terkena beban yang lebih besar dari biasa. Protesa yang longgar dapat
diyakini bahwa kebutuhan ini tidak sering dijumpai. Terapi oklusal ini dianggap perlu
untuk perawatan menyeluruh pada pasien dengan kelainan STM, bila dukungan
oklusal yang ada tidak memadai untuk struktur STM dan bila kurang stabilnya oklusi
secara langsung berkaitan dengan menjadi parahnya gejala kelainan STM setelah
perawatan awal berhasil. Terapi oklusal ini dapat berupa penyesuaian oklusi seperti
pengasahan selektif untuk memperbaiki keadaan oklusal pada restorasi yang terlalu
tinggi (Gambar 6), terapi restoratif seperti pembuatan treatment plate atau treatment
denture bila ada penurunan dimensi vertikal disertai dengan pergeseran posisi akhir
mandibula, atau perawatan ortodontik dengan atau tanpa bedah ortognatik untuk
disfungsi sudah berkurang, bunyi sendi mereda tetapi tidak mesti hilang, dan jarak
gerak rahang sudah mendekati atau dalam batas normal. Hubungan maksila
Faktor lain yang ikut berperan dalam memperberat kelainan adalah kebiasaan
menyanyi, dan pekerjaan seperti orang yang bekerja dalam mengambil keputusan.11
terhadap terapi konservatif. Cara ini dapat menghilangkan penyebabnya tetapi dapat
Namun teknis pelaksanaan tindakan bedah seperti ini rumit, dan ada kemungkinan
terjadi komplikasi. Hal ini membuat tindakan bedah menjadi terbatas untuk kasus-
prosedur yang dapat digunakan untuk kerusakan kondilus yang ringan dengan
tengah dari frakmen kondilus. Agar kondilus memiliki posisi fungsional yang baru
dalam hubungannya terhadap meniskus yang tergeser. Seringkali, hasil operasi sangat
mengecewakan dan belum ada kesamaan pendapat tentang prosedur yang paling
Operasi STM dapat memiliki manfaat tambahan dari pemotongan supply saraf
sensoris. Tidak hanya dapat membebaskan sendi dari rasa sakit secara sementara,
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
BAB 4
KESIMPULAN
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Oklusi gigi-geligi yang merupakan salah satu dari sistem mastikasi akan
berjalan normal apabila adanya interaksi yang serasi dan seimbang dari setiap
hubungan kontak oklusi yang menghambat dicapainya oklusi normal dapat memicu
masalah-masalah STM yang timbul akibat fungsi yang menyimpang karena adanya
kelainan pada posisi dan/ atau fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.
Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat posisi gigi
yang menimbulkan kontak prematur, respon yang akan timbul bervariasi secara
biologis. Umumnya merupakan respon adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai
upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut. Periode adaptasi ini akan
berjalan terus sampai batas toleransi fisiologis otot-otot atau jaringan sekitar telah
terlampaui. Berapa lama periode adaptasi berlangsung sangat berbeda antara individu
yang satu dan yang lain. Keluhan dapat dirasakan pada otot-otot penggerak
Gejala kelainan STM antara lain rasa nyeri pada telinga, pipi dan daerah
temporal, bunyi keletuk sendi sewaktu menutup dan membuka mulut, keterbatasan
kelainan STM.
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Penatalaksanaan meliputi perawatan konservatif dan perawatan operatif.
Mayoritas pasien kelainan STM mencapai perbaikan secara memadai dari gejala yang
latihan, terapi panas, splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan
patologi yang lain, protesa, terapi oklusal, perawatan faktor pendorong yang lain
lebih dianjurkan sebagai perawatan awal dari hampir semua kasus kelainan STM.
Sedangkan perawatan secara operatif hanya dilakukan bila pasien gagal memberi
DAFTAR PUSTAKA
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
1. Okeson J. P. Management of temporomandibular disorder and occlusion. 4th ed.
USA : Mosby Year Book, 1998 : 1-28, 353-89, 391-411, 474-502, 519-30, 555-
75.
65.
1993 : 57-91.
6. Gunadi Haryanto, Burhan Lusiana, Suryatenggara Freddy, dkk. Buku ajar ilmu
7. Jr Jose Dos Santos. Occlusion principles and concepts. 2nded. USA : Ishiyaku
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
9. Gross S. G, Pertes R. A. Clinical management of temporomandibular disorders
and orofacial pain. USA : Quintessence Books, 1995 : 69-89, 91-108, 109-21,
211-26.
51-66, 93-121.
13. Lambri Soertini. Kelainan Sendi Temporomandibular ditinjau dari segi ilmu
periodonsia : 1-16.
14. Anggraini Wita. Tinjauan anatomi nyeri intra kapsular dan ekstra kapsular pada
15. Watt David, MacGregor Roy. Membuat desain gigi tiruan lengkap. Alih bahasa.
16. Gross Martin, Mathews James. Oklusi dalam kedokteran gigi restoratif. Alih
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Pendidikan
Bambu, Medan
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif,
2007.
USU Repository 2009