Anda di halaman 1dari 15

KARYA ILMIAH

KESENIAN REBANA SEBAGAI SARANA DAWAH DAN KONTROL SOSIAL


DESA CANDIREJO KECAMATAN BAWANG

Dibuat untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Laporan Hasil

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan ke 41

Dosen Pembimbing Lapangan :Hasan Suaidi, M.Si

Oleh :
Abdul Ghufron
2021113215

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
Abstrak

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi
manusia sepertii kepercayaan kesenian,dan adat istiadat. Kebudayaan sendiri
mempunyai wujud, wujud dani kebudayaan itu meliputi peralatan dan
perlengkapan hidup (atau tehnologi), sistem kekerabatan dan organisasi sosial,
sistem mata pencaharian hidup, bahasa, ilmu pengetahuan, kepercayaan dan
kesenian. Dari kebudayaan itu kemudian berbagai macam kesenian musik yang
ada pada masyarakat.

Kesenian rebana Desa Candirejo merupakan sebuah kesenian musik islam


yaitu dengan melantunkan sholawat-sholawat atau doa-doa, karena di dalamnya
mengandung puji-pujian kepada Allah dan Rosulullah, serta diiringi dengan alat
musik terbangan. Kesenian rebana Desa Candirejo berawal dari berdirinya
jamaah berjanji anak anak IPNU dan IPPNU di setiap musholah, dengan
berdirinya Jamaah Berjanji tersebut kelompok rebana dapat dibentuk, sehingga
sekarang terciptalah group rebana anak-anak yang terdiri dari anak laki-laki dan
anak perempuan.

Hal ini menarik untuk diteliti karena mengandung permasalahan yang


muncul, yaitu dengan kurangnya tenaga ahli pengajar untuk mengajari anak-anak
memainkan alat musik rebana tersebut menyebabkan anak-anak Desa Candirejo
dalam memainkan alat rebana belum sesuai dengan nada dan pukulan yang
seharusnya. Sehingga kesenian tersebut kurang enak didengar.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan


metode pendekatan Antropologi dan Sosiologi. Pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi pada saat aktifitas budaya berlangsung, wawancara,
dan pengambilan dokumentasi berupa foto. Setelah itu analisis data dilakukan
dengan menguraikan dan menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan,
kemudian uraian tafsiran tersebut ditarik kesimpulan.

Hasil analisis memperlihatkan kesenian rebana Desa Candirejo bermaksud


untuk melestarikan kesenian islam. Namun dengan kurangnya tenaga pendidik
yang ahli dalam memainkan alat musik rebana tersebut menjadikan kurangnya
menarik dalam perhatian para anak-anak untuk berlatih. Sehingga dalam hal ini
diperlukan tenaga pengajar yang ahli dalam kesenian rebana tersebut. Agar
nantinya kesenian rebana dapat berkembang dan terus di minati oleh anak-anak
maupun oleh remaja-remaja dan enak untuk didengarkan.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Agama Islam merupakan agama dakwah, yaitu agama yang wajib untuk
disebar luaskan oleh pemeluknya, sehingga umat Islam dituntut untuk selalu
melaksanakan dakwah Islam dalam setiap kesempatan. Ajaran Islam melalui Al-
Quran dan sunnah telah menetapkan dakwah sebagai bagian dari perintah-Nya.
Dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan kepada setiap pemeluknya.
Seni merupakan media yang mempunyai peran penting dalam melakukan
pelaksanaan keagamaan, karena memiliki daya tarik yang dapat mengesankan hati
setiap orang yang mendengar atau yang melihatnya. Melalui kesenian tentunya
tidak hanya sebagai hiburan belaka, namun orang menciptakan kesenian dengan
tujuan-tujuan tertentu, misalnya sebagai media berdakwah. Bagi mereka yang
menikmati suatu karya seni tentunya akan tergerak untuk menghayati apa
sebenarnya misi yang terkandung di dalamnya.
Dari semua pengertian seni, dapat disimpulkan bahwa seni merupakan
sesuatu yang indah yang dihasilkan manusia melalui penglihatan, pendengaran dan
perasaan. Jadi seni tidak hanya melalui penglihatan dan pendengaran, tetapi juga
dengan hati. itulah mengapa salah satu dakwah islam dilakukan dengan cara
mempertunjukan kesenian, sehingga masyarakat dapat menangkap dakwah dengan
mudah.
Di tengah-tengah zaman yang modern ini kesenian-kesenian baru pun banyak
yang bermunculan, namun demikian kesenian-kesenian tradisional tetap
dipertahankan demi melestarikan budaya nenek moyang sendiri. Terlebih lagi
kesenian tradisional Islam yang datangnya secara langsung dari Nabi Muhammad
SAW. Maka harus kita pertahankan dan lestarikan keberadaannya. Hal ini lah yang
menjadi acuan untuk lebih meningkatkan mutu kesenian tradisional agar dapat
bersaing dengan kesenian-kesenian modern.
Masyarakat Kecamatan Bawang Kabupaten Batang yang mayoritas berbasis
nahdliyyin tentu kental dengan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan di masing-
masing desa, baik itu kegiatan harian, bulanan, tahunan, dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain. Diantara kegiatan-kegiatan tradisi keagamaannya antara lain:
selapanan, rotiban, barzanzi, tahlil. Termasuk di salah satu desa yaitu Desa
Candirejo yang juga kental dengan kegiatan-kegiatan religiusnya. Desa Candirejo
dukuh Candirejo terdapat satu masjid, yaitu Masjid Baitul Muttaqin. Dan dari sini
lah dakwah melalui kesenian tradisional islam yaitu rebana masuk dan menyebar ke
desa.
Namun penyebaran seni rebana tersebut belakangan ini hanya berjalan di
tempat, artinya hanya di masjid inilah yang aktif berdakwah melantunkan pujian-
pujian kepada Allah dan rasul dengan di iringi kesenian rebana. Sehingga penulis
dalam penulisan karya ilmiah ini mengangkat judul tentang Dakwah Melalui
Kesenian Tradisional Islam (Rebana) Desa Candirejo Kecamatan Bawang. Dan
dengan mengangkatnya judul tersebut diharapkan akan dapat memberi solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Candirejo
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Letak Geografis Desa
Desa Candirejo adalah salah satu desa di Kecamatan Bawang, Kabupaten
Batang, Provinsi Jawa Tengah. Batas wilayahnya meliputi : sebelah utara desa
Purbo, sebelah selatan desa Jlamprang, sebelah timur desa Sangubanyu dan sebelah
barat desa Pasusukan. Total luas wilayahnya mencapai 147,50 Ha dengan
didominasi wilayah persawahan yang mencapai 72,00 Ha. Desa Candirejo berada
di wilayah kaki Gunung Prahu sehingga termasuk pula ke dalam dataran tinggi
Dieng dengan suhu rata-rata harian mencapai 25 0C. Produk-produk unggulannya
berasal dari hasil berkebun dan bertani yang di promosikan ke seluruh wilayah
Bawang dan sekitarnya.
Emping yang di buat dari melinjo merupakan salah satu produk yang
menggerakkan ekonomi masyarakat desa Candirejo. Masyarakat yang memiliki
waktu luang biasanya sibuk ngemping di dapur. Mayoritas yang ngemping adalah
kaum Hawa. Jika anda suka Ubi Cilembu atau yang di kenal juga dengan Ubi si
Madu, anda tidak perlu jauh-jauh ke Cilembu, karena di desa Candirejo mayoritas
bertanam Ubi Si Madu. Ubi ini memiliki keistimewaaan dari pada umbi biasanya,
karena umbi ini bila dioven akan mengeluarkan sejenis cairan lengket gula madu
yang manis rasanya. Desa Candirejo adalah salah satu desa di kecamatan Bawang
yang menjadi penghasil jagung dalam jumlah besar, jagung yang dihasilkannyapun
bermacam-macam, seperti : jagung hibrida, jagung manis, dan masih banyak lagi.
Desa Candirejo juga memiliki potensi wisata yang sangat banyak
diantaranya : Curug air hangat Campuhan dan wisata Curug Agung yang dapat
diakses dari desa Candirejo dan desa Pasusukan, namun yang paling mudah
aksesnya adalah melalui desa Candirejo. Keindahan curug ini terletak pada bentuk
batu dinding curug, selain itu terdapat mata air (tuk) yang keluar dari dinding
curug.
Pekarangan rumah warga desa Candirejo banyak di tanami kopi, cengkeh,
singkong, nangka dan pohon tahunan seperti: duren, mahoni dan waru dan berbagai
tanaman dikebun seperti : caisin, sawi, kacang panjang, padi, ubi, jalar dan jagung.
2. Perkembangan Penduduk
Penduduk Desa Candirejo berjumlah 1749 jiwa, yang terdiri dari 859 laki-
laki dan 890 perempuan. Dengan jumlah Kepala Keluarga ada 520 KK dengan
kepadatan penduduk 68/km. Adapun dari jumlah penduduk tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk menurut Agama
Seluruh penduduk Desa Candirejo menganut agam Islam dengan total 1749
orang
b. Jumlah Penduduk menurut usia
Kelompok Umur
L P Jumlah
(dalam tahun)
04 124 154 278
5-9 60 80 140
10-14 87 74 161
15-19 126 72 198
20-24 127 54 181
25-29 60 45 105
30-34 71 42 113
35-39 65 40 105
40-44 46 53 99
45-49 37 62 99
50-54 8 46 54
55-59 7 23 30
60 + 41 42 83
Jumlah 859 890 1749

c. Jumlah Penduduk menurut kelompok tenaga kerja


Penduduk Desa Candirejo bermata pencaharian sebagai Petani, Buruh
tani, Peternak, Pegawai Negeri Sipil, dan lain-lain. Sebagian besar masyarakat
Larikan bermata pencaharian sebagai buruh tani. Berikut jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian:
1) Petani sendiri : 62 orang
2) Buruh tani : 110 orang
3) Peternak : 21 orang
4) TNI : 1 orang
5) POLRI : 3 orang
6) PNS : 17 orang
7) Pedagang Keliling : 5 orang
8) Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI : 2 orang
10) Lain-lain : 30 orang
d. Jumlah Penduduk menurut tingkat pendidikan
Dalam bidang pendidikan bagi yang usia 5 tahun ke atas sebagai berikut:
1) Tamat PT : 15 orang
2) Tamat SLTA : 186 orang
3) Tamat SLTP : 246 orang
4) Tamat SD : 177 orang
5) Tidak Tamat SD : 13 orang
6) Belum tamat SD : 51 orang
7) Tidak Sekolah : 3 orang
Data tersebut adalah data keadaan penduduk Desa Candirejo pada April
2015.1
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pemerintahan yang ada di Desa Candirejo
diantaranya ialah :
a. Sarana/Prasarana Pemerintahan
Kantor kelurahan telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik
dan lengkap, diantaranya Mesin TIK, Komputer, Meja, Kursi, Lemari,
Kendaraan Dinas dan perlengkapan pendukung lainnya
b. Sarana/Prasarana Pendidikan
1. SMP/ SEDERAJAT : 1 buah
2. SD/ SEDERAJAT : 1 buah
3. TK : 1 buah
4. PAUD : 1 buah
c. Sarana/Prasarana Peribadatan
Jumlah masjid : 3 buah

1 Profil Desa Cadirejo Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, keadaan pada bulan April th.2016.
Jumlah langgar/surau/musholla : 18 buah
d. Sarana/Prasarana Olahraga
Lapangan sepak bola : 1 buah
Lapangan bulu tangkis : 2 buah
e. Sarana/Prasarana Kesehatan
Puskesmas : 1 unit
Poliklinik/ balai kesehatan : 1 unit
Posyandu : 4 unit
Rumah bersalin : 2 unit

B. Analisis Masalah

Dakwah berasal dari kata daa, yadu-dawatan, yang berarti mengajak,


memanggil, atau menyeru kepada lisan.2Dakwah adalah ajakan atau seruan untuk
mengajak kepada seseorang atau kelompok orang untuk mengikuti dan mengamalkan
ajaran dan nilai-nilai islam3
Seni adalah ekspresi jiwa yang mengalir bebas, memerdekakan manusia dari
rutinitas dan kehidupan mesin produksi, berpikir, bekerja, dan berproduksi. Menurut
C. Isror, seni meliputi segala sesuatu yang dapat menimbulkan kalbu rasa keindahan
manusia.Jadi, seni adalah usaha manusia yang bertujuan untuk menjelmakan rasa
indah yang ada di dalam hati dalam bentuk yang dapat menyenangkan seseorang yang
menikmatinya.
Seni tradisional islam adalah seni yang sudah dimainkan atau dilakukan sejak
zaman Nabi yang sesuai dengan syariat Islam. Seni tradisional islam banyak
macamnya, akan tetapi dalam pembahasan kali ini yaitu khusunya pada kesenian
rebana.
1. Pengertian Rebana
Pengertian Rebana alat musik tradisional yang berasal dari Timur Tengah
dan terdapat hampir diseluruh Indonesia. Rebana merupakan salah satu alat musik
tradisional yang berasal dari daerah timur tengah. Biasa digunakan pada saat
adanya acara kesenian. Alat musik ini beredar luas dan berkembangan Negara Asia
tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura. Kita sering menjumpai

2 Sukanto MM, Alquran Sumber Inspirasi, (Surabaya: Risalah Gusti, 1994), hal. 27.
3 Andi Dermawan, MA, Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Lesfi, 2002), Hlm. 24
penggunaan rebana saat ada pementasan kasidah. Pada musik gambus, kasidah dan
hadroh adalah jenis kesenian yang sering menggunakan rebana. Di Indonesia
terdapat Desa Kaliwadas, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang menghasilkan
ribuan rebana dan dijual ke pasar domestik dan internasional.

2. Sejarah Perkembangan Seni Tradisional Islam (Rebana).


Rebana atau yang dalam istilah jawa lebih akrab disebut "Terbang", dikenal
sebagai salah satu instrument khas pengiring alunan musik atau syair-syair arab.
Alat musik yang terbuat dari kulit kambing yang dikeringkan tersebut memiliki
sejarah yang demikian tua.
Secara historis, telah maklum bahwasanya masyarakat Madinah pada abad
ke-6 telah menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara
penyambutaan atas kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari
Makkah. Masyarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan Beliau dengan
qasidah Thaala'al Badru yang diiringi dengan rebana, sebagai ungkapan rasa
bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke bumi itu.
Kemudian rebana digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam.
Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi rebana, pesan-pesan mulia
agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistic musik
Islami yang khas.
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri
Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 -
1333H / 1839 - 1913M). datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan
agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab berupa
pembacaan qasidah yang diiringi rebana ala Habsyi dengan cara mendirikan majlis
sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah (kecintaan)
kepada Rasulullah saw.
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah
terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin Muhammad
bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul Simthu
Al-Durar yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan hidup dari sebelum
lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan sholawat-
sholawat dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam
memperingati acara maulid Nabi Agung Muhammad saw. kitab itulah yang sering
dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana. Sehingga sampai sekarang kesenian
ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para pecinta sholawat dan
maulid Nabi saw, sebagai sebuah eksistensi seni budaya Islam yang harus selalu
dijaga dan dikembangkan. 4
Kegiatan membaca qasidah - qasidah dan pujian pujian kepada Rasulullah
yang diiringi dengan alat musik rebana sangatlah diminati oleh masyarakat muslim
yang cinta kepada Nabinya. Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap minggu majlis
hadlrah ini diadakan, seringnya pada malam Jum'at, karena sebagaimana Rasulullah
menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak membaca shalawat pada
malam Jum'at dan ada juga yang malam Senin dikarenakan malam itu adalah
malam kelahiran Nabi Muhammad saw.

3. Aspek-aspek Pendidikan dalam Musik Rebana

Aspek pendidikan musik rebana tampak pada syair-syairnya yang secara


transparan dan konkret memberikan ajaran atau nasihat yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Namun demikian karena lagu dalam rebana berbahasa Arab,
maka sebelum menyanyikan perlu memahami dahulu arti dan makna syair lagunya.
Pemahaman ini selain dapat membantu pengekspresian orang yang menyanyikan
lagu-lagu rebana, juga untuk pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalamnya.

Dalam permainan maupun latihan musik rebana tidak bisa secara sendiri,
melainkan harus bersama dengan orang lain. Fenomena ini mengajarkan kepada
siapa pun yang bermain rebana harus mampu bekerjasama dengan orang lain. Untuk
itu diperlukan sikap tenggang rasa dan saling memahami posisi masing-masing
pemain, tanpa hal ini mustahil bisa bermain rebana. Lebih-lebih nyanyian rebana
selalu dilagukan secara sendiri (solo) maupun secara berkelompok (koor). Dan yang
tidak kalah pentingnya adalah di dalam permainan memerlukan kedisiplinan yang
relatif tinggi, tanpa kedisiplinan tidak mungkin bisa mewujudkan musik yang
harmonis.

Ditinjau dari fungsinya, musik rebana memiliki fungsi ritual atau sebagai
sarana religius, sebagai seni pertunjukan, sebagai hiburan, dan sebagai promosi.
4 http://sentrafurniturejepara.com/sejarah-rebana/
a. Fungsi religius adalah sebagai sarana untuk mengagungkan kebesaran Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW, serta sebagai dakwah agama Islam (nilai ritual-
sakral dan bernuansa politik budaya). Dalam konteks inilah syair-syair rebana
senantiasa mengajak kepada umat manusia kepada keselamatan hidup di dunia
dan diakherat.

b. Fungsi rebana sebagai seni pertunjukan (tontonan), dalam arti seni sebagai media
komunikasi dengan pihak-pihak lain yang membutuhkan (nilai tontonan dan
tuntunan yang bernuansa komunikasi sosial). Hal ini tampak dari cara
memanfaatkan rebana pada acara peringatan hari-hari besar Islam, seperti
Maulud Nabi, Isro Miroj, dan sebagainya. Dalam hal ini musik rebana selalu
menjadi bagian yang tak terpisahkan pada acara-acara tersebut.

c. Fungsi rebana sebagai hiburan tampak pada acara-acara perkawinan, khitanan,


yang intinya untuk memberi hiburan kepada para tamu yang hadir, dan sekaligus
juga menjadi hiburan pribadi para pemainnya (nilai psikologi sosial).

d. Fungsi rebana sebagai promosi terutama untuk memperkenalkan keberadaan


suatu grup atau kelompok rebana termasuk tempat asal rebana yang bersangkutan
(nilai pragmatis yang bernuansa ekonomi dan politik). Popularitas suatu grup
rebana dengan serta merta juga akan mempopulerkan daerah asalnya.

Bertolak dari paparan data dan pembahasan di atas, musik rebana sangat
penting dilibatkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pendidikan sikap
dan moral peserta didik. Hal ini bukan saja berkaitan dengan misi dan tujuan
pendidikan (seni), melainkan di dalam musik rebana juga banyak terdapat nilai-nilai
moral dan kemanusiaan yang sangat bermanfaat bagi setiap orang. Lebih-lebih
selama ini jenis musik yang diajarkan di sekolah-sekolah kebanyakan jenis musik
Barat, yang implikasi nilai-nilai belum bisa sepenuhnya dipahami oleh para peserta
didik selain keterampilan bermain musik itu sendiri. Sebaliknya, pengajaran musik
rebana tidak hanya menawarkan keterampilan musikal, tetapi juga nilai-nilai rohani
yang relatif mudah untuk dipahami, direnungkan, dan diamalkan dalam kehidupan
sosial yang lebih konkret.
Dalam hal ini kesenian rebana di Desa Candirejo diawali dengan berdirinya
TPQ Baitul Mubtadiin Dengan berdirinya TPQ tersebut grup rebana dapat dibentuk.
Akan tetapi semenjak terbentuknya rebana sampai sekarang para pemainnya belum
begitu benar dalam memainkan alat-alat rebana. Dimana hal tersebut menyebabkan
kurang enak didengar karena nada yang dihasilkan tidak sesuai dengan permainan
rebana yang biasa di mainkan pada umumnya.

Kurangnya tenaga pendidik dalam memainkan alat kesenian rebana


tersebut yang menyebabkan kuarangnya tepat dalam memainkan alat musik rebana
tersebut. Bukan hanya persoalan kurangya tenaga pendidik yang profesional dalam
kesenian rebana tersebut, melainkan persoalan dari masyarakat sendiri yang kurang
mengerti akan kesenian Islam khusunya rebana. sehingga mereka tidak begitu
memperhatikan apa yang di hadapi oleh anak-anaknya untuk lebih mengembangkan
apa yang menjadi kesenian dari islam itu sendiri.

C. Harapan-harapan Masyarakat
Setelah adanya identifikasi masalah yang penulis lakukan kemudian timbul
sebuah permasalahan yang diangkat menjadi Karya ilmiah ini. Sehingga dengan
demikian permasalahan yang diangkat oleh penulis mengenai kesenian rebana.
dimana terdapat kesalahan dalam permainan alat rebana tersebut, diantaranya yang
menjadikan kurang enaknya suara kesenian rebana tersebut.
Kemudian dari permasalahan tersebut timbul harapan-harapan dari
masyarakata Desa Candirejo, diantaranya:
1. Masyarakat setelah mengetahui pentingya melestarikan kesenian tradisiaonal,
mereka menginginkan agar anak-anaknya yang belajar di TPQ agar
mendapatkan guru yang profesional mengajari rebana, agar dalam permainan
yang di mainkan anak-anaknya lebih optimal. Karena kesenian rebana selain
merupakan sebuah seni juga di dalamnya terkandung puji-pujian yang ditujukan
kepada Rosulullah SAW. Dan juga selain mengandung puji-pujian kepada
Rosulullah juga bisa diaplikasikan atau di pertunjukan semisal ada pengajian-
pengajian umum yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Larikan pada bulan-
bulan islam, seperti bulan Maulid.
2. Masyarakat juga berharap bisa di aplikasikan pada saat Marhabanan/Pembacaan
kitab maulid. Karena dengan adanya rebana maka Marhabanan yang biasa
dilaksanakan akan lebih terasa hidup.
D. Dinamika Jawaban Harapan Masyarakat
Dari permasalahan diatas team KKN Desa Candirejo memberikan suatu
masukan ataupun saran dengan melaksanakan program pelatihan kesenian rebana.
Pelatihan kesenian rebana tersebut dilaksanakan oleh beberapa peronil dari team
KKN Desa Candirejo yang memiliki keahlian dalam memainkan alat musik
kesenian rebana.
Dengan diawali dari mensosialisasikan pelatihan kepada pengurus IPNU
IPPNU, kemudian setelah disetujui oleh pengurus Team KKN langsung
melaksanakn program pelatihan. Dan pelatiahanpun dilaksanakan dua kali alam
seminggu, Antusias dari anak-anak IPNU IPPNU sangat baik dan mereka sangat
semangat dalam mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh team KKN Desa
Candirejo tiap malam rabo dan malam ahad.
Strategi yang digunanakan oleh team KKN itu sendiri yaitu dengan
memilih yang berkompeten terlebih dahulu. kemudian anak yang memiliki
kemampuan yang lebih di ajarai lebih intens. kemudian hal ini dilakukan karena
dengan melatih anak yang lebih berkompeten diharapkan setelah selesainya KKN
nantinya dari yang berkemampuan lebih agar bisa mengajari teman-temannya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian rebana


merupakan kesenian Islam yang beraliran musik. selain sebuah kesenian Islam di
dalamnya juga terdapat pujian-pujian yang di tujukan kepa Nabi Muhammad SAW.
sehingga kesenian rebana sangat perlu dilestarikan oleh umat Islam. oleh Karena itu
di Desa Candirejo hendaknya tetap meleastarikan kesenian tersebut agar kesenian
Islam dapat terjaga dan tetap ada. Dan setelah dilaksanakanya program KKN
pelatiahan kesenian rebana Anak-anak dan remaja Desa Candirejo di harapkan
akan lebih aktif dan semangat dalam belajar kesenian rebana tersebut.

Daftar Pustaka

Dermawan, Andi. 2002. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Lesfi

MM, Sukanto. 1994. Alquran Sumber Inspirasi. Surabaya: Risalah Gusti.

http://sentrafurniturejepara.com/sejarah-rebana/

Anda mungkin juga menyukai