Jurnal
Jurnal
Abstrak
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan populasi yang cukup tinggi,
permasalahan transportasi di Kota Makassar semakin meningkat dari hari ke hari. Jumlah prasarana
yang kurang memadai, pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi, serta sifat para pengemudi yang
kurang disiplin merupakan salah satu faktor permasalahan transportasi di kota besar di Indonesia
khususnya di Kota Makassar. Pertumbuhan kendaraan di Kota Makassar mencapai 12-15% per tahun
dengan peningkatan jumlah kendaraan, baik kendaraan umum maupun pribadi, mencapai sekitar 856
ribu unit pada tahun 2010. Simpang merupakan daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung
atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya.
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar
kapasitas simpang, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian pada simpang tak besinyal di Jl.
Urip sumoharjo Jl. Gunung bawakaraeng Jl. Mesjid raya.Dari hasil survey lapangan yang dilakukan
di penelitian ini Simpang Jl. Urip sumoharjo Jl. Gunung bawakaraeng Jl. Mesjid raya memiliki
geometric jalan yang kurang lebar. Penyempitan sering terjadi pada simpang ini juga ditambah dengan
sering terjadi hambatan pergerakan dikarenakan aktivitas kendaraan berat yang sangat padat.Dari hasil
perhitungan analisa kinerja Simpang Jl. Urip sumoharjo Jl. Gunung bawakaraeng Jl. Mesjid raya
dengan menggunakan komposisi kendaraan MKJI diperoleh nilai DS rata-rata dengan nilai DS=0,74.
Dari hasil tersebut tidak melebihi DS berdasarkan syarat MKJI yaitu < 0,85 sehingga untuk saat ini tidak
diperlukan evaluasi perbaikan simpang. Kondisi tingkat pelayanan pada simpang Jl. Urip sumoharjo
Jl. Gunung bawakaraeng Jl. Mesjid raya, menunjukkan bahwa tingkat pelayanan masih bagus.
Abstract
Along with economic growth and population growth is high enough, the problem of
transportation in the city of Makassar is increasing day by day. Number of inadequate infrastructure, the
growth of the vehicle are quite high, and the nature of the driver's lack of discipline is one of the
problems of transport in big cities in Indonesia, especially in the city of Makassar. The growth of vehicles
in the city of Makassar reach 12-15% per year with an increase in the number of vehicles, both public
and private vehicles, reaching approximately 856 thousand units in 2010. Simpang is a common area
where two or more roads merge or intersect, including roads and facilities edge road for traffic
movement in it. The research objective to be achieved in this research is to determine how much capacity
the intersection, the degree of saturation, delays and queues at intersections opportunities not besinyal at
Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Gunung Bawakaraeng - Jl. Mesjid raya.Dari results of field surveys conducted
in this intersection study Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Mount Bawakaraeng - Jl. Mosque highway has a
geometric way less wide. Constriction often occurs at this intersection is also coupled with the frequent
obstacles due to the movement of heavy vehicles activity very padat.Dari calculation results of
intersection performance analysis. Urip Sumoharjo - Jl. Gunung Bawakaraeng - Jl. Mosque highways
using vehicles MKJI composition obtained the average value of DS with the DS value = 0.74. From these
results do not exceed the DS based on the terms MKJI ie <0.85 that is not currently required for the
evaluation of the intersection improvements. Conditions of service levels at the intersection of Jl. Urip
Sumoharjo - Jl. Gunung Bawakaraeng - Jl. Mosque highway, showed that the level of service is still good.
IV-1
BAB I
PENDAHULUAN Tujuan Penelitian
Latar Belakang Tujuan penelitian yang hendak
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
dan pertambahan populasi yang cukup mengetahui berapa besar kapasitas
tinggi, permasalahan transportasi di Kota simpang, derajat kejenuhan, tundaan dan
Makassar semakin meningkat dari hari ke peluang antrian pada simpang tak
hari. Jumlah prasarana yang kuarang besinyal.
memadai, pertumbuhan kendaraan yang Batasan Masalah
cukup tinggi, serta sifat para pengemudi Mengingat luasnya permasalahan
yang kurang disiplin merupakan salah satu yang akan timbul pada penulisan ini, maka
faktor permasalahan transportasi di kota dalam penulisan tugas akhir ini hanya
besar di Indonesia khususnya di Kota membahas pada masalah-masalah sebagai
Makassar. Kinerja suatu simpang berikut :
merupakan faktor utama dalam 1. Kinerja simpang yang di tinjau
menentukan penanganan yang paling tepat adalah kapasitas simpang, derajat
untuk mengoptimalkan fungsi simpang. kejenuhan, tundaan dan peluang
Berbeda dengan simpang bersinyal, antrian.
pengemudi di simpang tak bersinyal 2. Jalan yang di tinjau adalah
dalam mengambil tindakan kurang persimpangan jalan Urip Sumoharjo
mempunyai petunjuk yang positif, jalan Gunung Bawakaraeng
pengemudi dengan agresif memutuskan jalan Mesjid Raya.
untuk menydahi maneuver yang 3. Perhitungan menggunakan metode
diperlukan ketika memasuki simpang. MKJI 1997 ( Manual Kapasitas
Kondisi lalu lintas diwarnai oleh Jalan Indonesia )
kepadatan yang tinggi terutama pada BAB II
simpang, dengan kata lain kapasitas STUDI PUSTAKA
simpang yang ada sudah tak sebanding 2.1. Simpang
dengan volume kendaraan, sehingga Simpang adalah lokasi / daerah
mengakibatkan kemacetan pada ruas-ruas dimana dua atau lebih jalan, bergabung
jalan utama.Perilaku pengendara yang atau berpotongan atau bersilangan.
tidak tertib juga merupakan faktor utama Dalam perencanaan persimpangan
penghambat kelancaran arus lalu lintas. perlu mempertimbangkan elemen dasar
Rumusan Masalah yaitu:
Permasalahan yang akan muncul 1. Faktor Manusia.
sebagai berikut: 2. Pertimbangan lalu lintas.
1. Kepadatan lalu lintas pada jam 3. Elemen Fisik
sibuk sangat tinggi di ukur dari 4. Faktor Ekonomi
banyaknya volume lalu lintas. 2.2. Kondisi Arus Lalu-Lintas
2. Bagaimana kapasitas simpang, Nilai emp tiap jenis kendaraan
arus lalu lintas, derajat berdasarkan pendekatnya dapat dilihat
kejenuhan dan tundaan yang pada tabel 2.1 berikut.
terjadi di simpang tak bersinyal Tabel 2.1 Nilai Emp Untuk Jenis
Jl. Urip Sumoharjo Jl. G. Kendaraan Berdasarkan Pendekat
Bawakaraeng Jl. Mesjid
Raya?
r meliputi : sepeda,
Tipe Kendaraan emp Kendaraan becak, kereta kuda,
dan kereta dorong
LV 1 Sumber : MKJI, 1997
HV 1.3 2.3. Manajemen Lalu-Lintas
Menurut Malkhamah 1995,
MC 0.5
pengaturan non fisik ini bersifat lebih
Sumber : MKJI, 1997
luwes daripada pengaturan secara fisik
Adapun untuk masing-masing karena dapat diubah-ubah sesuai dengan
pendekat, rasio kendaraan belok kiri PLT kebutuhan. Contoh pengaturan lalu lintas
dan rasio kendaraan belok kanan PRT dapat non fisik (Fahmi islami dan masrukhin,
dihitung dengan menggunakan persamaan 2012):
2.5 dan 2.6 Berikut. 1. Pengaturan dengan lampu lalu
lintas
LT (smp/jam) 2. Pengaturan kecepatan dengan
PLT= Total (smp/jam) .......(2.5) rambu
RT (smp/jam) 3. Penerapan jalan system satu
PRT= Total (smp/jam) .......(2.6)
arah
4. Pengaturan arah pergerakan di
Adapun kendaraan dibagi ke dalam pertemuan jalan
empat kelompok berdasarkan MKJI 1997 5. Pembatasan kendaraan
sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.2 berdasarkan ukuran
berikut. 6. Pengaturan waktu dan tempat
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok untuk parkir dan bongkat muat
Kendaraan barang
Si Jenis Spesifikasi 7. Pengaturan yang besifat
mb Kendar sementara
ol aan 2.4. Persimpangan Tidak Bersinyal
LV Kendara Kendaraan bermotor Menurut Metode MKJI 1997
an ber as dua dengan 4 Cara yang paling tepat untuk
Ringan roda dan dengan jarak menilai hasil perhitungan yang kita
as 2,0-3,0 m meliputi: lakukan adalah dengan melihat Derajat
sedan, oplet, mikrobis, Kejenuhan (DS) untuk kondisi yang
pick-up dan truk kecil diamati. Jika kejenuhan yang diperoleh
HV Kendara Kendaraan bermotor melebihi nilai yang diterima (DS > 0,75)
an Berat dengan lebih dari 4 maka perlu dilakukan perbaikan
roda meliputi bis, truk geometrik simpang, pengontrolan arus
2 as, truk 3 as dan truk simpang total dan pengaturan arus dengan
kombinasi rambu-rambu untuk mempertahankan
M Sepeda Kendaraan bermotor derajat kejenuhan yang diinginkan (DS <
C Motor dengan 2 atau 3 roda 0,75). Akan terjadi nilai DS yang
(meliputi sepeda motor didapatkan sesuai dengan nilai yang
dan kendaraan roda 3 diterima (DS < 0,75) berarti arus masuk
U Kendara Kendaraan dengan simpang belum jenuh, maka tidak perlu
M an Tak roda yang digerakkan diadakan tindakan perbaikan.
Bermoto oleh orang atau hewan
2.4.1 Definisi dan Istilah di simpang
tak bersinyal
Notasi, istilah dan definisi khusus
untuk simpang tak besinyal ada beberapa
istilah yang digunakan. Notasi, istilah dan
definisi dibagi menjadi 3 yaitu Kondisi
geometrik, Kondisi lingkungan dan
Kondisi lalu lintas.
2.4.2 Panduan Rekayasa Lalu-Lintas
Tujuan Bagian ini adalah untuk
membantu para pengguna manual dalam Gambar 2.1 Ilustrasi tipe
memilih penyelesaian yang sesuai dengan simpang tak bersinyal
masalah umum perancangan, perencanaan,
dan operasional dengan menyediakan
saran untuk tipe dan denah simpang tak- Tabel 2.4 Definisi tipe simpang yang
bersinyal standar yang memadai. digunakan dalam bagian panduan
Rencana dan bentuk pengaturan lalu-lintas
harus dengan tujuan memastikan derajat
kejenuhan tidak melebihi nilai yang dapat
diterima (biasanya 0,75). Saran-saran juga
diberikan mengenai masalah berikut yang
berkaitan dengan rencana detil dan
pengaturan lalu-lintas.(juniardi, 2006):
- Dampak terhadap keselamatan
lalu-lintas dan emisi kendaraan
akibat perubahan rencana
geometrik dan pengaturan lalu-
lintas. Sumber : MKJI 1997
- Perencanaan rinci yang berkaitan 2.4.4. Pemilihan Tipe Simpang
dengan kapasitas dan keselamatan
a) Umum
2.4.3 Defini tipe simpang standar Pada umumnya simpang tak-
bersinyal dengan pengaturan hak jalan(
Semua tipe simpang dianggap mempunyai prioritas dari sebelah kiri) digunakan di
kereb dan trotoar yang sesuai, dan daerah permukiman perkotaan dan daerah
ditempatkan pada daerah perkotaan pedalaman untuk persimpangan antara
dengan hambatan samping sedang. Semua jalan lokal dengan arus lalu-lintas rendah.
gerakan membelok dianggap Untuk persimpangan dengan kelas
diperbolehkan. Metode perhitungan rinci dan/atau fungsi jalan yang berbeda, lalu-
dalam manual ini juga memungkinkan lintas pada jalan minor harus diatur
analisa jalan satuarah. Pengaturan "hak dengan tanda "yield" atau "stop".
jalan" dianggap berlaku untuk semua b) Pertimbangan ekonomi
pendekat yaitu tidak ada pengaturan tanda Tipe simpang yang paling
"beri jalan " dan "berhenti". ekonomis (simpang bersinyal, simpang tak
bersinyal atau bundaran) yang
berdasarkan analisa biaya siklus hidup
(BSH). Perencanaan baru simpang tak- memungkinkan pembuatan simpang yang
bersinyal yang paling ekonomis. lebih besar, tetapi kecepatan rencana
Tabel 2.4. Panduan untuk memilih tipe biasanya tinggi sehingga diperlukan ruang
simpang tak bersinyal yang paling yang lebih luas untuk tipe simpang yang
ekonomis didaerah perkotaan, sama sesuai dengan panduan standar Bina
konstruksi baru Marga.
Mi = waktu minimum
derajat kejenuhan Waktu Tundaan
_______, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jendral Bina Marga
Indonesia Departemen Pekerjaan Umum.
Wahyu S,Tunggul, 2009 , Analisis Kinerja Simpang Tiga Jalan Slamet Riyadi Pertigaan
Paroka Surakarta, Yokyakarta.
Masrukhin, 2012, Analisi Kinerja Simpang tak Bersinyal pada Simpang Tiga Jalan
Ciptomangunkusomo Jalan Pelita Kota Samarinda, Samarinda.
Sugiharti, Pristiwa, 2013, Analisis Kinerja Simpang Tiga Bersinyal Jl. Raya Seturan
Jl. Raya Babarsari Jl. Kledokkan Depok, Yogyakarta.
Juniardi, 2006, Analisis Arus Lalu Lintas di Simpang Tak Bersinyal, Semarang.
Islami, Fahmi, 2012, Analisis Kinerja Simpang Jl. Dr. Setia Budi Jl. Sersan Bajuri,
Bandung.
Irwanto, Ganda, 2014, Analisa dan Evaluasi Simpang Tak Bersinyal Pada Jalan Ir. H.
Juanda Dan Jalan Pahlawan Ciputat, Jakarta Barat.
Media Komunikasi Teknik Sipil, 2009, Analisis Arus Lalu Lintas Di Simpang Tak
Bersinyal, Yokyakarta.