Anda di halaman 1dari 3

Enzim Aminotransferase (SGOT / SGPT)

Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan
berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen,
(bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses
pembuatan keju.

Penyakit hati adalah penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin. Kadar
albumin serum secara teratur menurun apabila penyakit hati berlangsung lebih dari 3 minggu.
Dua transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit hati adalah serum glutamic
oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Serum
transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel hati.68 Nilai hasil pemeriksaan
aktivitas SGOT dibagi aktivitas SGPT dalam sampel serum disebut rasio de Ritis.

Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang
mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum
glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT).
Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding
SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT
banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono,
2009).

Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat


transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis
pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam - oksaloasetat membentuk
asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995). Dalam kondisi normal enzim
yang dihasilkan oleh sel hepar konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar
tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41
U/L. (Daniel S. Pratt, 2010)

Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya
peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin
tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel
hati (Cahyono 2009).

Enzim-enzim AST, ALT & GLDH akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati.
Biasanya peningkatan ALT lebih tinggi dari pada AST pada kerusakan hati yang akut,
mengingat ALT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati
(unilokuler). Sebaliknya AST yang terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitochondria
(bilokuler) akan meningkat lebih tinggi daripada ALT pada kerusakan hati yang lebih dalam
dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada kerusakan sel hati yang menahun.2,5,7
Adanya perbedaan peningkatan enzim AST dan ALT pada penyakit hati ini mendorong para
peneliti untuk menyelidiki ratio AST & ALT ini. De Ritis et al mendapatkan ratio AST/ALT
= 0,7 sebagai batas penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang terkenal dengan nama ratio
De Ritis memberikan hasil < 0,7 pada penyakit hati akut dan > 0,7 pada penyakit hati kronis.
Batas 0,7 ini dipakai apabila pemeriksaan enzim-enzim tersebut dilakukan secara optimized,
sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1.7
Istilah "optimized" yang dipakai perkumpulan ahli kimia di Jerman ini mengandung arti
bahwa cara pemeriksaan ini telah distandardisasi secara optimum baik substrat, koenzim
maupun lingkungannya. (Suryadi dan Marzuki, 1983).

ALT/SGPT suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam
mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik
terjadi. Pada ikretik dan ALT serum>300 unit, penyebab yang paling mungkin karena
gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik (Joyce, 2007).

ALT adalah tes yang lebih spesifik untuk kerusakan hati disbanding ASAT. ALT
adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati
dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada
selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT.
Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan
alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu. AST adalah enzim mitokondria yang juga
ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati,
namun dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa
(Hasan, 2008).

SGPT, ALT, prinsipnya adalah enzim yang terdapat dalam serum pasien akan
mengkatalisasi reaksi antara oksoglutarat dengan L alanin yang membentuk glutamat dan
piruvat. Piruvat yang terbentuk bereaksi dengan NADH yang akan membentuk laktat dan
SGPT yang dapat dilihat dari A setelah 1 menit reaksi berlangsung (Zulbadar,2007).

Nilai
SGPT (Joyce, 2007).

Dewasa : 5-35 U/mL (Frankel), 5-25 mU/mL (Wrobleweski). 8-50 U/mL pada suhu 30
0
C (Karmen), 4-35 U/L pada suhu 370S (unit S1).
Anak : Bayi : dapat dua kali tinggi orang dewasa; Anak: sama dengan dewasa.
Lansia : Agak lebih tinggi dari dewasa

Obat yang berpengaruh

Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGOT/SGPT.Haloten,


merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat bius. Isoniasid, merupakan jenis
obat antibiotik untuk penyakit TBC. Metildopa, m erupakan jenis obat anti hipertensid.
Fenitoin dan Asam Valproat, m erupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat anti
epilepsi atau ayan. Parasetamol, merupakan jenis obat yang biasa diberikan dalam resep
dokter sebagai pereda dan penurun demam. Parasetamol adalah jenis obat yang aman, jika
dikonsumsi dalam dosis yang tepat. Namun jika berlebihan akan menyebabkan sirosis
(kerusakan hati) yang cukup parah bahkan sampai menyebabkan kematian. Selain jenis obat
diatas adapula jenis obat lainnya yang dapat merusak fungsi hati, seperti alfatoksin, arsen,
karboijn tetraklorida, tem baga dan vinil klorida.
Makanan yang berpengaruh

Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari
enzim-enzim hati ini (SGOT dan SGPT) adalah fatty liver (hati berlemak), penyalahgunaan
alkohol dan penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan
kegemukan (obesity).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono JBSB. 2009. Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisius yogyakarta

Hasan, I. 2008. Peran Albumin Dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati. Medicinus. No.
2.Vol.21.http://www.dexamedica.com/images/publish_upload080711257643001215763044F
A%20MEDICINUS%208%20MEI%202008%20rev.pdf.

Joyce. L, 2007. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. EGC : Jakarta

Panil Zulbadar, 2007, Memahami Teori dan Praktikan Kimia Dasar, EGC, Jakarta.

Pratt, D.S. 2010. Liver Chemistry and function test. In:Feldma M, Friedma, L.S., Brandt, L.J.,
eds. Scheisenger and Fordtrans Gastrointestinal and Liver disease. Saunders Elsevier,
Philadelphia, PA.

Suryadi dan Marzuki. 1983. Pemeriksaan Faal Hati. Cermin Kedokteran. No. 30. Vol. 1. 14
19. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk030diagnosislaboratorium.pdf

Anda mungkin juga menyukai